Anda di halaman 1dari 5

Analisa Hukum

Di Mutasinya 7 Buruh PT. Amos Indah Indonesia


Oleh Rivaldi Haryo Seno

Duduk Perkara

Bahwa ke 7 ( tujuh ) orang atas nama Supriyatin, Tasmini, Marsita, Suryani, Samsiatul Masudah,
Riani dan Rita Sirait adalah merupakan buruh PT. Amos Indah Indonesia dan sekaligus anggota
dari Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia ( FSBPI ) dengan masa kerja sudah lebih dari 9-
10 tahun dan berstatus Kontrak atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT).

Saat ini, Ke 7 ( tujuh ) Buruh PT Amos Indah Indonesia tengah mengalami kebijakan perusahaan
yaitu “mutasi kerja” sepihak yang awal berposisi menjahit dan saat dimutasi kerja berposisi
menggosok, hal itu akibat dari menolak untuk menandatangani surat perpanjangan kontrak
selama 1 bulan, dikarenakan melanggar perjanjian bersama nomor 02/PB PT. Amos 1.1/V/17
pasal 8 tentang PKWT yang seharusnya Ke 7 ( tujuh ) buruh tersebut sudah berstatus buruh Tetap
atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu ( PKWTT ) dengan sesuai aturan hukum yang ada.

Bahwa pada tanggal 28 maret 2024 telah dilakukan perundingan Bipartite ke I (satu) antara pihak
pengurus serikat pekerja FSBPI dengan Pihak Management Perusahaan PT Amos Indah Indonesia
guna membahas penolakan mutasi kerja terhadap Buruh dan pengangkatan status PKWT
menjadi PKWTT, namun apa yang dibahas pada saat perundingan yang diwakili oleh Direktur PT.
Amos Indah Indonesia, Miss Go mengatakan akan mempertimbangkan kembali untuk
pengangkatan karyawan tetap dan mempertimbangkan kebijakan mutasi dengan
memperhatikan skill (kemampuan) sebelum ada keputusan bekerja ditempat semula. Didalam
risalah perundingan bipartite, pihak management tetap bersikeras dengan mengatakan ini
adalah Hak Preogratif perushaan untuk melakukan mutasi berdasarkan kebutuhan perusahaan
dan menganggap apabila karyawan menolak mutasi maka akan dianggap menolak perintah kerja.

Isu Hukum

1. Apakah Mutas Kerja yang dilakukan oleh perusahaan terhadap buruh adalah sah demi
hukum ?
2. Bagaimana Perusahaan menjalankan aturan hukum yang ada beserta perjanjian kerja
bersama untuk pengangkatan dari PKWT sebagai PKWTT ?

Dasar Hukum

1. Undang – Undang Dasar 1945


2. Udang – Undang No 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
3. Udang – Undang No 6 tahun 2023 tentang Cipta Kerja
4. Peraturan Pemerintah No. 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu, Aluh
Daya, Waktu Kerja Dan Waktu Istirahat Dan Pemutusan Hubungan Kerja
5. Kepmenakertrans No. 100 Tahun 2004 tentang
Analisa Hukum

A. Mutas Kerja yang dilakukan oleh perusahaan terhadap buruh adalah sah demi hukum

Mutasi merupakan hal yang tidak asing dalam dunia kerja, tidak adanya kejelasan mengenai
peraturan tentang mutasi sering sekali dimanfaatkan oleh pengusaha atau perusahaan untuk
menghilangkan kewajibannya terhadap hak-hak pekerja atau buruh, misalnya seorang
pekerja atau buruh yang sudah puluhan tahun bekerja tiba-tiba dipindahkan ketempat yang
jauh atau dipindahkan posisi kerja secara sepihak.

Dasar perusahan melaksanakan mutasi adalah: (i) Prestasi Kerja. Prestasi kerja adalah
penampilan hasil kerja sumber daya manusia dalam suatu perusahaan dan ketrampilan. (ii)
Hubungan Kerja antara Pengusaha dan Buruh dan atau Serikat Buruh. Hubungan kerja antara
Pengusaha dan Buruh diatur dalam perjanjian kerja dan hubungan kerja antara Pengusaha
dan Serikat Buruh dalam 1 (satu) Perusahaan diatur dalam perjanjian kerja bersama.

Dalam kasus ini, Perusahan beritikad untuk melakukan mutasi kerja terlebih pihak
perusahaan mengatakan bahwa Mutasi Kerja adalah Hak Preogratif.

Bahwa Perusahan tidak dapat memutus begitu saja terkait Mutasi Kerja yang harus
memermatikan prinsip-prinsip yang termaktub dalam Pasal 32 UU Ketenagakerjaan yang
berbunyi : “(1) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan asas terbuka, bebas,
obyektif, serta adil, dan setara tanpa diskriminasi; (2) Penempatan tenaga kerja diarahkan
untuk menempatkan tenaga kerja pada jabatan yang tepat sesuai dengan keahlian,
keterampilan, bakat, minat, dan kemampuan dengan memperhatikan harkat, martabat, hak
asasi dan perlindungan hukum; (3) Penempatan tenaga kerja dilaksanakan dengan
memperhatikan pemerataan kesempatan kerja dan penyediaan tenaga kerja sesuai dengan
kebutuhan program nasional dan daerah.”

Prinsip-prinsip tersebut ialah satu-kesatuan dalam pemenuhan dan perlindungan Hak


Asasi Manusia, bahwa hukum dapat difungsikan untuk mewujudkan perlindungan yang
sifatnya tidak sekedar adaptif melainkan progresif yang menjunjung HAM dan
Demokratisasi sebagai Hak yang melekat. Dan seandainya menolak mutasi yang
dilakukan Perusahaan maka tidak serta-merta kemudian perusahaan dapat melakukan
Pemutusan Hubungan Kerja, namun harus dipertimbangkan dan dimusyawarahkan.

B. Perusahan menjalankan aturan hukum yang ada beserta perjanjian kerja bersama untuk
pengangkatan dari PKWT sebagai PKWTT

Tentu tak dapat melihat permasalah ini hanya sebatas Mutasi kerja yang berimplikasi PHK
atau Union Busting. Perlu di tarik kepada Musabab Mutasi Kerja itu sendiri, Fakta bahwa
mutasi kerja disebabkan karena ke 7 ( tujuh ) Buruh menolak surat perpanjangan kontrak 1
bulan yang seharusnya Buruh tersebut sudah menyandang status Buruh tetap ( PKWTT ) di
karenakan bekerja sudah 9-10 th. menurut Perjanjian Kerja Bersama ( PKB ) yang dibuat oleh
Perusahan dan Buruh pada Pasal 8 ayat (2) menyatakan sebagai berikut:

c Terkait Buruh dengan status PKWT jika masa kerja lebih dari 2 (dua) tahun akan ada
pengangkatan menjadi karyawan tetap.
d. Pengangkatan pekerja menjadi karyawan tetap pada ayat (a) tersebut diatas akan
dilaksanakan secara bertahap sesuai masa kerja dan setiap 2 (dua) bulan sekali
sebanyak 3 (tiga) orang sesuai dengan perjanjian bersama nomor 02/PB PT. Amos
1.1/V/17

Hal itu sejalan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Pasal
59 ayat 4 menegaskan bahwa karyawan kontrak yang terikat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT) hanya dibatasi selama 2 tahun. Pemberi kerja hanya bisa memperpanjang kontrak
sebanyak 1 kali dengan jangka waktu 1 tahun dan paling lama 2 tahun. Apabila ingin
diperpanjang lagi, pemberi kerja harus mengangkat karyawan kontrak menjadi karyawan
tetap dan memberlakukan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).

Dalam regulasi terbaru, pemberi kerja bisa mempekerjakan karyawan kontrak atau PKWT
maksimal 5 tahun. Pemberi kerja berhak memperpanjang kontrak apabila pekerjaan belum
selesai pada batas waktu yang diberikan sesuai peraturan dalam Pasal 8 PP No. 35 Tahun
2021. Artinya, tidak ada perpanjangan kontrak PKWT setelah 5 tahun tersebut berakhir dan
buruh dapat pengangkatan dari perusahaan menjadi PKWTT.

Selanjutnya, Jika Perusahan tidak melakukan pengangkatan kepada ke 7 ( tujuh ) Buruh dan
Perusahaan tidak membuat PKWTT secara tertulis dan tidak membuat surat pengangkatan,
maka dapat dipidana. Pengusaha yang melanggar ketentuan kewajiban membuat surat
pengangkatan bagi pekerja tetap diancam dengan sanksi pidana denda paling sedikit Rp
5.000.000,00 (lima juta rupiah) dan paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah)
pasal 188 UU Ketenagakerjaan.

Ini adalah Politik Perusahaan yang sangat di sengaja untuk tidak mengangkat buruh menjadi
PKWTT dengan menggunakan dalil mutasi kerja yang berimplikasi PHK dan Union Busting hal
tersebut sudah diprakikkan bertahun-tahun oleh perusahaan.

Kesimpulan

Bahwa dalam perselisihan Buruh dan Perusahan adalah perselisihan yang akan terus
terjadi, dikarenakan adanya perbedaan kepentingan. Dengan ini Perusahan melanggar dan
mengabaikan pengangkatan kepada ke 7 ( tujuh ) Buruh menjadi PKWTT yang telah bekerja
selama 9-10 Tahun yang sudah termaktub dalam Perjanjian Kerja Bersama, UU
Ketenagakerjaan dan PP 35 Tahun 2021.

Hal yang dilakukan oleh Perusahaan adalah merendahkan harkat martabat kelas pekerja
yang sudah menyumbangkan tenaga dan jerih-payahnya selama 9-10 tahun untuk
pertumbuhan ekonomi Perusahan dan Perusahan mengabaikan/tidak memenuhi Hak-hak
pekerja dalam pengangkatan sebagai PKWTT, bahwa pemenuhan untuk berkelanjutan buruh
merupakan hak asasi manusia yang telah disepakati untuk dijunjung tinggi dan dihormati
dalam bidang privat maupun publik , buruh menjadi bagian dari pelaku sejarah peradaban
manusia atau warga bangsa yang tidak dapat diingkari oleh siapapun.

Anda mungkin juga menyukai