Pengesahan Rancangan UU Omnibus Law Cipta Kerja jadi sorotan banyak kalangan. Poin-poin dalam
Omnibus Law RUU Cipta Kerja ini pun siap untuk diundangkan.
Talenta, Aplikasi Payroll berbasis online permudah pekerjaan HR! Coba Gratis Sekarang!
Seperti diketahui, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) telah mengesahkan Rancangan Undang-Undang Cipta
Kerja pada 5 Oktober 2020, meski dalam proses pembahasan antara pemerintah dengan parlemen
diiringi protes. Pun setelah disahkan oleh dewan.
Kelola payroll dan absensi karyawan lebih mudah dengan Talenta. Coba Gratis Sekarang!
Meski sudah disahkan oleh Anggota Dewan, RUU Omnibus Law Cipta Kerja ini harus melewati
serangkaian proses untuk benar-benar menjadi Undang-Undang.
Alurnya, ketika RUU disetujui DPR dan wakil pemerintah, selanjutnya diserahkan ke presiden untuk
dibubuhkan tanda tangan dan terdapat keterangan pengesahan serta diundangkan dalam lembaga
negara.
Jika RUU tersebut tidak ditandatangani oleh presiden dalam kurun waktu paling lama 30 hari terhitung
sejak RUU disetujui bersama, maka RUU tersebut sah menjadi UU dan wajib diundangkan oleh
Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenkum-HAM).
Apa saja poin-poin dalam UU Omnibus Law Cipta Kerja ini, berikut ulasan dari Talenta by Mekari.
Table of Contents
3.3 c. Upah
3.3.4 4. Bonus
3.4 d. Pesangon
3.6 f. PHK
4 UU Omnibus Law Cipta Kerja Disahkan, Pengelolaan SDM Makin Mudah dengan Aplikasi HRIS
5 Temukan Solusi HR di Aplikasi HRIS Talenta Di Era UU Omnibus Law Cipta Kerja
Omnibus Law adalah sebuah konsep yang menggabungkan secara resmi (amandemen) beberapa
peraturan perundang-undangan menjadi satu bentuk undang-undang baru.
Ini dilakukan untuk mengatasi tumpang tindih regulasi dan memangkas masalah dalam birokrasi, yang
dinilai menghambat pelaksanaan dari kebijakan yang diperlukan.
Konsep omnibus law atau juga dikenal dengan omnibus bill sendiri umumnya digunakan di negara yang
menganut sistem common law, seperti Amerika Serikat dalam membuat regulasi.
Jadi, UU Omnibus Law Cipta Kerja artinya UU baru yang menggabungkan regulasi dan memangkas
beberapa pasal dari undang-undang sebelumnya termasuk pasal tentang ketenagakerjaan menjadi
peraturan perundang-undangan yang lebih sederhana.
Dengan adanya UU Omnibus Law Cipta Kerja ini, maka UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU Ketenagakerjaan) tidak berlaku lagi.
Jaga bisnis tetap produktif dengan software payroll & HRIS terautomasi! Pelajari Fitur Talenta
Selengkapnya Disini!
Dapatkan informasi terbaru seputar UU Cipta Kerja Omnibus Law dari blog Insight Talenta dengan isi
form dibawah ini.
UU Cipta kerja ini terdiri atas 11 klaster pembahasan dengan beberapa poin di dalamnya, diantaranya:
2. Persyaratan investasi
3. Ketenagakerjaan
5. Kemudahan berusaha
7. Administrasi pemerintahan
8. Pengenaan sanksi
9. Pengadaan lahan
Dari sebelas klaster seperti yang disebutkan di atas, tentunya ada ratusan pasal dalam UU Omnibus Law
Cipta Kerja ini.
Jika disandingkan dengan undang-undang pendahulunya, pada UU Cipta Kerja ini ada beberapa
perbedaan terkait kebijakan ketenagakerjaan.
Ada perubahan dan penghapusan terhadap beberapa pasal yang ada dalam UU 13/2003.
Berikut poin-poin perubahan pada UU Omnibus Law Cipta Kerja dibanding UU Ketenagakerjaan
13/2003:
Berhemat dengan fitur Payroll Talenta, transfer gaji ke semua rekening tanpa biaya admin. Pelajari
Fitur Talenta Selengkapnya Disini!
Poin terkait jam kerja atau hari libur dalam UU baru ini adalah:
1. Jam Kerja
Pada UU sebelumnya, disebutkan waktu kerja lembur paling banyak hanya 3 jam per hari dan 14 jam per
minggu.
Hari libur bekerja atau istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja.
Artinya, dalam seminggu hari kerja sebanyak 6 hari itu liburnya 1 hari.
Ini berbeda dengan UU 13/2003 yang mencantumkan bahwa istirahat mingguan sesuai Pasal 79 ayat (2)
huruf b ada 2 pilihan, yakni istirahat mingguan 1 hari untuk 6 hari kerja dalam satu minggu atau 2 hari
untuk 5 hari kerja dalam satu minggu.
3. Istirahat Panjang
Jadi, hak cuti panjang selama 2 bulan bagi pekerja/buruh yang sudah bekerja selama 6 tahun secara
terus menerus yang selama ini berlaku di UU sebelumnya itu diserahkan sebagai kewenangan
perusahaan.
4. Cuti Haid
Tidak tercantum cuti haid bagi perempuan di hari pertama dan kedua.
Belum bisa dipastikan apakah pasal terkait cuti haid diubah atau dihilangkan
Dalam Pasal 81 UU 13/2003 diatur bahwa pekerja/buruh perempuan bisa memperoleh libur pada saat
haid pertama dan kedua pada saat haid.
5. Cuti Hamil-Melahirkan
Belum bisa dipastikan apakah pasal terkait cuti hamil-melahirkan diubah atau dihilangkan.
Pada UU sebelumnya Pasal 82, diatur mekanisme cuti hamil-melahirkan bagi pekerja perempuan. Di
dalamnya termasuk cuti untuk istirahat bagi pekerja/buruh perempuan yang mengalami keguguran.
6. Hak Menyusui
Belum bisa dipastikan apakah pasal terkait hak menyusui diubah atau dihilangkan.
Sebelumnya dalam Pasal 83 UU 23/2003 diatur bahwa pekerja/buruh perempuan yang anaknya masih
menyusu harus diberi kesempatan sepatutnya untuk menyusui anaknya jika hal itu harus dilakukan
selama waktu kerja.
b. Status Pekerja/Karyawan
Pasal mengenai PKWT yang ada di UU Ketenagakerjaan dihapus. Tidak ada ketentuan yang mengatur
tentang syarat Pekerja Waktu Tertentu (PKWT) atau pekerja kontrak.
Artinya, tidak ada batasan aturan pekerja bisa dikontrak alias status kontrak tanpa batas.
Pasal dalam UU 13/2003 yang dihapus ini adalah Pasal 59, yang mengatur perjanjian PKWT terhadap
pekerja maksimal dilakukan selama 2 tahun, lalu boleh diperpanjang kembali dalam waktu 1 tahun.
Jika mengacu pada penjelasan Pasal 59 ini, artinya masa kontrak pekerja maksimal 3 tahun, dan setelah
itu dilakukan pengangkatan atau tidak dilanjutkan.
c. Upah
4. Upah tidak masuk kerja dan/atau tidak melakukan pekerjaan karena alasan tertentu
7. Upah sebagai dasar perhitungan atau pembayaran hak dan kewajiban lainnya
Sebelumnya dalam Pasal 88 ayat (3) UU Ketenagakerjaan disebutkan ada 11 kebijakan pengupahan.
4 ketentuan terkait pengupahan pada UU 13/2003 yang dihapus dalam UU Cipta Kerja ini adalah:
Dalam UU Cipta Kerja ini, diatur mengenai upah satuan hasil dan waktu.
Upah satuan hasil adalah upah yang ditetapkan berdasarkan satu waktu seperti harian, mingguan atau
bulanan. Ini termasuk juga upah per jam.
Upah satuan hasil ini ditetapkan berdasarkan hasil dari pekerjaan yang telah disepakati.
2. Upah Minimum
Di UU Omnibus Law Cipta Kerja ini, upah minimum disebutkan hanya berupa Upah Minimum Provinsi
(UMP).
Artinya, Upah Minimum Kabupaten/Kota (UMK) dan Upah Minimum Sektoral Kabupaten/Kota (UMSK)
tidak digunakan lagi.
Dalam menghitung besar upah minimum, dalam UU Cipta Kerja digunakan rumus:
UMt + 1 = UMt + (UMt) x % PEt)
Keterangan:
Keterangan:
4. Bonus
Pada UU Omnibus Law Cipta Kerja diatur mengenai pemberian bonus, atau penghargaan lainnya bagi
pekerja sesuai masa kerjanya.
Sementara itu dalam UU Ketenagakerjaan sebelumnya tidak diatur terkait dengan pemberian bonus ini.
d. Pesangon
Berikut beberapa poin mengenai pesangon dalam UU Omnibus Law Cipta Kerja dibanding UU
Ketenagakerjaan:
Sebelumnya, dalam UU Ketenagakerjaan mengenai uang penggantian hak ini diatur dalam Pasal 154
ayat (4).
Tidak ada uang penghargaan masa kerja 24 tahun dalam UU Omnibus Law Cipta Kerja ini.
Sebelumnya, dalam UU 13/2003 ini terkait pemberian uang penghargaan bagi pekerja/buruh yang
memiliki masa kerja 24 tahun atau lebih menerima uang penghargaan sebanyak 10 bulan upah, yang
tercantum dalam Pasal 156 ayat (3).
3. Uang Pesangon
1. Tidak ada uang pesangon bagi pekerja/buruh yang di PHK karena surat peringatan
2. Tidak ada uang pesangon bagi pekerja/buruh yang di PHK karena peleburan, pergantian status
kepemilikan perusahaan
3. Tidak ada uang pesangon bagi pekerja/buruh yang di PHK karena perusahaan merugi 2 tahun
dan pailit.
4. Tidak ada uang santunan berupa pesangon bagi ahli waris atau keluarga jika pekerja/buruh
meninggal
5. Tidak ada uang pesangon bagi pekerja/buruh yang di PHK karena akan memasuki usia pensiun.
1. Pesangon harus diberikan pada pekerja/buruh yang di PHK karena melakukan pelanggaran
setelah diberi surat peringatan yang diatur dalam perjanjian kerja, perjanjian perusahaan atau
perjanjian kerja sama (diatur dalam Pasal 161).
2. Pesangon harus diberikan pada pekerja/buruh yang di PHK karena perubahan status atau
penggabungan perusahaan maupun perubahan kepemilikan perusahaan, sebesar 1 kali gaji,
uang penghargaan masa kerja 1 kali, uang penggantian hak (diatur dalam Pasal 156).
3. Pesangon diberikan pada pekerja/buruh yang di PHK karena perusahaan merugi dan pailit
(sesuai Pasal 164 dan 165)
4. Pemberian uang santunan pada ahli waris atau keluarga pekerja jika pekerja/buruh meninggal
dunia.
5. Pesangon diberikan pada pekerja/buruh yang di PHK karena memasuki usia pensiun. Pesangon
diberikan sebanyak 2 kali, uang penghargaan masa kerja 1 kali dan uang penggantian hak (sesuai
Pasal 156 dan 167).
e. Jaminan Sosial
Pengaturan mengenai jaminan sosial dalam UU Omnibus Law Cipta Kerja dan UU 13/2003 diantaranya:
1. Jaminan Pensiun
Tidak ada sanksi pidana bagi perusahaan yang tidak mengikutsertakan pekerja/buruh dalam
program jaminan pensiun.
Adanya pengaturan program jaminan sosial baru, yaitu Jaminan Kehilangan Pekerjaan, yang dikelola
oleh BPJS Ketenagakerjaan berdasarkan prinsip asuransi sosial.
f. PHK
Berikut perbedaan ketentuan mengenai Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang diatur dalam UU
Omnibus Law Cipta Kerja 2020 dibanding UU Ketenagakerjaan ini.
1. Perusahaan bangkrut
9. Pekerja/buruh mangkir
Sementara itu, pada UU Omnibus Law Cipta Kerja ini bertambah 5 poin lagi, sehingga totalnya menjadi
14 alasan yang memperbolehkan perusahaan melakukan PHK, yaitu:
1. Perusahaan melakukan efisiensi
5. Pekerja/buruh mengalami sakit berkepanjangan atau cacat akibat kecelakaan kerja dan tidak
dapat melakukan pekerjaannya setelah melampaui batas 12 bulan
Itulah poin-poin dalam UU Omnibus Law Cipta Kerja 2020 yang perlu diketahui dan dipahami, baik
pekerja pada umumnya, maupun secara khusus bagi Anda yang bekerja di bagian pengelolaan Sumber
Daya Manusia (SDM) atau Human Resources (HR) dalam perusahaan.
UU Omnibus Law Cipta Kerja Disahkan, Pengelolaan SDM Makin Mudah dengan Aplikasi HRIS
Tak jarang urusan mengelola SDM dalam sebuah perusahaan menyita banyak waktu dan energi.
Selain dihadapkan pada kebutuhan data yang akurat, bidang HR juga harus melakukan berbagai hal
terkait kebutuhan pegawai sekaligus perusahaan.
Untuk mempermudah pengelolaan SDM dan hal terkait lainnya dalam perusahaan Anda, lakukan
dengan cara praktis melalui software atau aplikasi HRIS (Human Resources Information System) .
Melalui aplikasi ini, Anda dapat melakukan pembaruan (update) data karyawan dengan mudah dan
valid.
Sehingga pengolahan data yang diperlukan untuk melakukan kebijakan yang akan diambil semakin
mudah dan cepat.
Maupun melakukan berbagai macam aktivitas HR lainnya dengan lebih sederhana dan bisa dilakukan di
mana saja secara online karena berbasis web (cloud system).