Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Mengenal Apa Itu Omnibus Law RUU Cipta Kerja dan
Isi Lengkapnya", Klik untuk baca: https://money.kompas.com/read/2020/10/05/102200626/mengenal-apa-
itu-omnibus-law-ruu-cipta-kerja-dan-isi-lengkapnya?page=all.
Penulis : Muhammad Idris
Editor : Muhammad Idris
• Lantas apakah RUU OMNIBUS LAW CIPTA KERJA sesuai dengan PANCASILA??
Cita cita Pendirian Negara yang termaktub dalam Pembukaan UUD 1945, alinia keempat yang berbunyi
diantaranya“…Pemerintah Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum…”
Namun diawal tahun 2020, Pemerintah dengan agenda RUU Omnibus Law telah berupaya merubah
tatanan perundang undangan, dengan dalih fleksibilitas, efisien dan investasi, telah merancang RUU Omnibus
Law Cipta Kerja yang sangat menghawatirkan kaum pekerja, dari berbagai sisi yang sangat fundamental.
Yang Pertama RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah merombak sistem ketenaga Kerjaan, yang semula sesuai
UU Nomor 13 tahun 2003 tentang Ketenaga Kerjaan mengatur hubungan industrial melalui tripartite, dengan
melibatkan Pemerintah daerah Kabupaten, sebagai penyelenggara ketenagakerjaan sebagai amanat UUD
1945 pasal 18 ayat 5, dimana pemerintah daerah melalui Dinas Tenaga Kerja melegalkan Serikat Pekerja,
membangun hubungan Industrial Tripartite, baik dalam perselisihan kepentingan, maupun pembahasan
persoalan UMK sebagai Jaring pengaman sosial di bidang ketenagakerjaan. Namun ironisnya RUU Omnibus
Law Cipta Kerja telah menghilangkan sistem tersebut.
Dengan demikian RUU Omnibus Law Cipta Kerja telah menghancurkan tatanan sistem ketenagakerjaan
Indonesia, dengan menghilangkan peranan Negara dalam bidang KetenagaKerjaan (Kabupaten sebagai hirarki
Konstitusi bagian bawah Negara) dan amanat UUD 1945 pasal 18. Perubahan yang terdapat RUU Omnibus
Law Cipta Kerja, yang merenggut hak Pekerja dan mengancam kesejahteraan pekerja, yakni menghapus
tripartite, UMK, kebebasan berserikat, ancaman PHK setiap saat (Demokrasi pekerja lumpuh), karena kasus
union busting, akan selalu berujung pada PHK jika perselisihan tidak menemui kesepakatan, dengan demikian
jika penentuan Upah dilaksanakan diperusahaan dengan Bipartite, yang melegalkan PHK pekerja secara bebas,
yang ada adalah ketidak seimbangan perundingan, Jaminan Pesangon berkurang, dan kerancuan undang
undang. Selain itu RUU Omnibus Law juga tidak sesuai dengan UU Otonomi Daerah, yang memberikan
keleluasaan pada daerah untuk mengelola bidang Ketenaga Kerjaan. Dengan hilangnya demokrasi politik
pekerja di dalam hubungan Industrial, secara nyata pemerintah dan DPR RI telah membuat suatu UU yang
berpotensi tidak kesesuaian terhadap sila kedua dan kelima.