Kontra:
Sebagian pengamat merasakan bahwa wacana omnibus law bukan berasal dari
kepentingan nasional, melainkan berasal dari kepentingan luar negeri. Hal ini
didasarkan pada konsep omnibus law eksis di negara dengan sistem common law
seperti di Amerika Serikat, Canada, Australia, dan Irlandia. Legislasi omnibus law
biasa digunakan dalam kongres AS untuk mengelompokkan anggaran semua
departemen dalam satu tahun dalam pengeluaran aturan omnibus. Misalnya, UU
konsolidasi Anggaran omnibus 1993 yang dirancang untuk membantu mengurangi
defisit federal oleh sekitar $ 496 miliar selama lima tahun melalui restrukturisasi kode
pajak. Karena naturalnya proses omnibus law itu cepat, maka saat penyusunan omnibus
law dapat dicurigai tersusupi dengan konflik kepentingan di sini orang akan
menganggap omnibus law adalah praktik anti demokrasi yang memelihara praktik rent
seeking (korupsi kebijakan). Omnibus Law ini ditolak oleh kalangan buruh, alasannya
antara lain:
1. Hilangnya ketentuan upah minimum di kabupaten/kota. Berdasarkan RUU Cipta
Kerja (sebelumnya Cipta Lapangan Kerja), pasal 88C ayat (2) hanya mengatur Upah
Minimum Provinsi (UMP). Sedangkan, Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 78 Tahun
2015, penetapan upah dilakukan di provinsi serta Kabupaten/Kota. Di dalam
omnibus law memang masih ada upah minimum melalui UMP. Tapi itu tidak
dibutuhkan oleh buruh kecuali di DKI Jakarta, Yogyakarta.
2. Masalah aturan pesangon yang kualitasnya dianggap menurun dan tanpa kepastian.
Nilai pesangon bagi pekerja yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) turun
karena pemerintah menganggap aturan yang lama tidak implementatif. Sebelumnya
aturan mengenai pesangon ada di UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
3. Omnibus Law akan membuat penggunaan tenaga alih daya semakin bebas.
Sebelumnya, dalam aturan UU tentang Ketenagakerjaan penggunaan outsourcing
dibatasi dan hanya untuk tenaga kerja di luar usaha pokok (core business).
4. Sanksi pidana bagi perusahaan yang melanggar dihapuskan. Omnibus law
menggunakan basis hukum administratif, sehingga para pengusaha atau pihak lain
yang melanggar aturan hanya dikenakan sanksi berupa denda.
5. Aturan mengenai jam kerja yang dianggap eksploitatif.
6. Omnibus law cipta lapangan kerja dianggap akan membuat karyawan kontrak susah
diangkat menjadi karyawan tetap.
7. Penggunaan Tenaga Kerja Asing (TKA) termasuk buruh kasar yang bebas.
8. PHK yang dipermudah dan terakhir.
9. Hilangnya jaminan sosial bagi buruh, khususnya jaminan kesehatan dan jaminan
pensiun.
Source:
https://katadata.co.id/berita/2020/02/16/9-alasan-organisasi-buruh-tolak-omnibus-law-cipta-
kerja
https://rmol.id/read/2019/11/08/409441/mengintip-pro-dan-kontra-omnibus-law-sektor-
perekonomian