Anda di halaman 1dari 7

PENERAPAN KONSEP OMNIBUS LAW DAN PERMASALAHAN YANG

ADA DALAM RUU CIPTA KERJA


Oleh :
Ario Dwi Putra Herlambang dan Ghafar Azhar Zuandi
(202010110311301 dan 202010110311319)
Fakultas Hukum, Universitas Muhammadiyah Malang
ariodwi07@gmail.com , zuandiazhar@gmail.com

Abstrak :

Pemerintah telah membuat skema penggunaan Omnibus Law untuk menarik investor, sehingga
negara dapat menambah modal dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Ada beberapa
konsep dalam RUU Cipta Kerja, salah satunya mengatur tentang ketenagakerjaan. Terkait
konsep ketenagakerjaan, pemerintah berupaya untuk menyelaraskan ketiga undang-undang
tersebut agar konsisten satu sama lain agar dapat memberikan ruang bagi investor untuk
berinvestasi. membuka usaha tanpa takut menduplikasi aturan dan merugikan investor.Penelitian
ini menggunakan metode hukum normatif, konsep hukum konsolidasi tidak diatur secara jelas
dalam UU No.12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan. Pemerintah
berusaha menciptakan lapangan kerja dengan menerapkan konsep omnibus law. Namun,
kuantitas dan kualitas regulasi yang mampu menghindari konflik selama ini tidak merata.
A. LATAR BELAKANG
Konsep negara hukum merupakan suatu konsep yang dianut dan diterapkan oleh pemerintah
Indonesia dalam penyelenggaraan pemerintahan negaranya. Dalam konsep negara hukum
tentunya tidak lepas dari konsep rechtsstaat yang mengarah pada sistem hukum perdata, dan juga
dari negara hukum yang mengarah pada Anglo-Saxon. negara hukum menganut budaya hukum
sistem civil law, sistem ini merupakan budaya hukum yang dianut di negara-negara benua Eropa,
dengan ciri hukumnya diformalkan secara tertulis melalui undang-undang, yang esensi utamanya
adalah kepastian hukum.
Konsep omnibus law merupakan konsep baru yang digunakan dalam sistem hukum
Indonesia. Sistem hukum omnibus ini biasa disebut sebagai hukum universal karena dapat
menggantikan dan menggabungkan beberapa aturan hukum dalam satu putusan. Konsep ini juga
diciptakan untuk mereduksi beberapa norma yang dianggap tidak sesuai dengan perkembangan
saat ini dan merugikan.
Indonesia memiliki banyak aturan dan peraturan. Bahkan pada tahun 2017, jumlah aturan
sudah mencapai 42.000. Dari sisi ekonomi dan investasi, pemerintah telah menetapkan 74
undang-undang yang berpotensi memperlambat perekonomian dan investasi, dan di antara 74
undang-undang tersebut, pemerintah akan membahas dua undang-undang utama yaitu RUU
untuk menciptakan lapangan kerja dan memberdayakan usaha kecil dan menengah (UMKM)
untuk meningkatkan daya saing dan mendorong investasi di Indonesia. Masalahnya adalah
apakah banyak peraturan menjadi masalah, seperti aturan B. Disharmonis yang sebenarnya
merupakan Masalah. Ketika regulasi menimbulkan banyak masalah, penyederhanaan regulasi
melalui konsep omnibus law tentunya merupakan langkah yang tepat, karena omnibus law
merupakan undang-undang yang berfokus pada penyederhanaan sejumlah peraturan karena
merevisi dan mencabut banyak undang-undang sekaligus.
Salah satu penyebab investor tidak mau berinvestasi di Indonesia adalah sulitnya melakukan
usaha di Indonesia terutama dalam hal perizinan, sulitnya berinvestasi di Indonesia berimplikasi
pada rendahnya daya saing Indonesia dibandingkan dengan negara tetangga, Upaya yang
dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kemudahan berusaha dan berinvestasi di Indonesia
dengan diterbitkannya Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2017 tentang Percepatan
Penyelenggaraan Usaha, implikasinya dalam hal perizinan berusaha menjadi substansi utama.
Pada awal tahun 2020, pemerintah sedang mempersiapkan implementasi RUU Cipta Kerja
dengan konsep Omnibus Law, untuk digunakan sebagai skema membangun perekonomian guna
menarik investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia. RUU penciptaan lapangan kerja
diharapkan mampu menciptakan undang-undang yang fleksibel, sederhana, kompetitif, dan
responsif bagi terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, sebagaimana telah
diamanatkan konstitusi, serta membangun sistem hukum yang kondusif dengan menyelaraskan
undang-undang yang ada melalui satu undang-undang. -Just law dengan konsep omnibus law.
Pemerintah melihat perlunya RUU Cipta Kerja ini karena tingginya angka pengangguran di
Indonesia.
Pemerintah Indonesia memilih Omnibus Law sebagai cara terbaik untuk mempersiapkan
payung hukum proses perizinan usaha, karena dapat membuat regulasi yang mencakup lebih dari
satu materi substantif atau beberapa hal kecil yang telah digabungkan menjadi satu aturan.
RUU Cipta Kerja memiliki beberapa konsep, salah satunya mengatur ketenagakerjaan.
Pemerintah ingin memastikan regulasi ketenagakerjaan semua sejalan sehingga investor bisa
dengan mudah melihat regulasi yang sudah disempurnakan tanpa khawatir regulasi tumpang
tindih atau terbentur masalah perizinan.
Banyak keberatan terhadap RUU tersebut ketika sedang disusun, karena Presiden Jokowi
hanya memiliki waktu terbatas untuk mengesahkannya dan tidak melibatkan banyak pemain
utama dalam prosesnya. Salah satu masalah utama RUU ini adalah termasuk pemotongan
pesangon yang besar bagi pekerja yang dipecat dari pekerjaannya, hilangnya tunjangan cuti
hamil, dan banyak tantangan lainnya. Banyak orang dan pekerja menolak RUU Cipta Kerja yang
diusulkan karena efeknya. Hal ini menunjukkan adanya dinamika dalam perumusan undang-
undang penciptaan lapangan kerja, baik secara formil maupun materiil, dan atas dasar
permasalahan tersebut, penulis mencoba untuk menganalisis konsep hukum yang komprehensif
dan permasalahan undang-undang penciptaan lapangan kerja yang selama ini banyak dibahas.
B. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif (normative legal research), yaitu
penelitian hukum ini dilakukan dengan cara menelaah bahan pustaka atau data sekunder,
pembahasan dalam penelitian ini berpedoman pada peraturan perundang-undangan, dan
menganalisis kaidah hukum yang menjadi pedoman dalam konsep omnibus law. dan masalah
RUU Cipta Kerja.
C. PEMBAHASAN
Omnibus law merupakan undang-undang yang berfokus pada penyederhanaan sejumlah
peraturan. Omnibus law merupakan konsep hukum yang berfungsi untuk mengkonsolidasikan
berbagai topik, materi, isu dan peraturan perundang-undangan. Omnibus Act merupakan langkah
menuju pengesahan undang-undang yang dapat memperbaiki banyak undang-undang yang
selama ini dianggap tumpang tindih dan menghambat atau memperlambat proses bisnis. Dengan
diundangkannya undang-undang yang unik ini untuk menyempurnakan banyak undang-undang
yang lama, diharapkan undang-undang ini dapat menjadi solusi bagi permasalahan di bidang
ekonomi, karena dengan banyaknya undang-undang tidak dapat diburu-buru karena banyak
undang-undang yang masih bersifat regulasi dan dapat saling eksklusif. kontradiktif. Konsep
omnibus law merupakan aturan yang bertujuan untuk menjadikannya salah satu dari sekian
banyak aturan yang dianggap tumpang tindih dan menghambat pertumbuhan negara, yang juga
bertujuan untuk menyelaraskan beberapa aspek menjadi satu produk hukum besar sekaligus.
Konsep ini digunakan oleh beberapa negara yang menggunakan sistem hukum common law
Anglo-Saxon. Beberapa negara seperti Amerika, Kanada, Irlandia, dan Suriname telah
menggunakan pendekatan konseptual Omnibus Law atau Omnibus Bill dalam legislasinya. Di
Asia Tenggara, omnibus law pertama kali dipraktikkan oleh negara Vietnam, kemudian baru
akan diadopsi dari hasil keanggotaannya di WTO pada tahun 2006.
Selanjutnya, konsep omnibus law 2002 juga digunakan di Serbia untuk mengatur status
otonomi provinsi Vojvodina. Undang-undang tersebut, yang dibentuk dengan konsep omnibus
law, mencakup kompetensi pemerintah provinsi Vojvodina di bidang budaya, pendidikan,
pariwisata, pertambangan, pertanian, bahasa, media, kesehatan, sanitasi, asuransi kesehatan,
pensiun, perlindungan sosial, dan olahraga. Selain Serbia sebagaimana dipublikasikan di Privacy
Exchange.org (sumber global informasi konsumen, bisnis, dan privasi National Omnibus Laws),
konsep omnibus law ini juga telah diadopsi oleh negara-negara penting seperti Argentina,
Australia, dan Austria. , Belgia, Kanada, Cile, Republik Cheska, Swedia, Swiss, Taiwan,
Denmark, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Hongaria, Islandia, Irlandia, Belanda,
Selandia Baru, Norwegia, Polandia, Portugal, Rumania, Rusia, Israel , Italia, Jepang, Latvia,
Liechtenstein, Lituania, Luksemburg, Malta, Republik Slovakia, Slovenia, Spanyol, Thailand,
dan Inggris.
Dalam UU no. 12 Tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan tidak
menjelaskan secara eksplisit bagaimana konsep omnibus law ini harus diubah menjadi undang-
undang. Omnibus law dikarenakan di negara-negara yang menggunakan sistem civil justice
masih sangat jarang menggunakan konsep hukum omnibus law dalam penegakan hukumnya,
walaupun sudah ada beberapa negara yang menggunakannya. Singkatnya, Omnibus Law adalah
sebuah konsep yang tidak terkait dengan sistem hukum yang berlaku, tetapi isi dari Omnibus
Law ini membuat konsep Omnibus Law sangat cocok untuk digunakan sebagai solusi dalam
penjabaran peraturan perundang-undangan suatu negara.
Terbentuknya RUU Cipta Kerja menunjukkan bahwa telah ada kebijakan hukum eksekutif
untuk memajukan proses legislasi. Saat ini, pemerintah sedang melakukan pekerjaan untuk
menentukan bagaimana membuat undang-undang dan memperbarui undang-undang dalam
proses legislatif untuk membentuk kebijakan hukum yang akan menjadi undang-undang yang
akan diberlakukan untuk penciptaan lapangan kerja. Artinya, kebijakan hukum RUU Cipta Kerja
adalah pembentukan undang-undang dengan menerapkan omnibus law dalam penyusunan
undang-undang untuk meningkatkan investasi guna menciptakan lapangan kerja.
Arah kebijakan hukum RUU Cipta Kerja adalah pembentukan undang-undang baru dengan
mengadopsi konsep omnibus law untuk penyederhanaan peraturan, mempersingkat peraturan
perundang-undangan terkait penciptaan lapangan kerja dan penyederhanaan. Konsep Omnibus
Act merupakan terobosan hukum yang bisa menjadi pemicu penguatan penegakan hukum
Indonesia dan fungsi legislasi DPR. Kebijakan hukum tersebut meliputi beberapa tahapan dalam
pembuatan RUU Cipta Kerja, mulai dari perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan
atau penetapan dan adopsi. Semua langkah tersebut akan mempengaruhi karakter RUU Cipta
Kerja sebagai produk hukum baru.
Masalah RUU Cipta Kerja dengan Konsep Omnibus Employment adalah penghapusan cuti
melahirkan dan penghapusan pesangon bagi pekerja yang tidak bekerja. UU Ketenagakerjaan n.
13 Tahun 2003 menjelaskan bahwa harus ada cuti bagi perempuan yang melahirkan dan
pemutusan hubungan kerja adalah pemutusan hubungan kerja karena suatu hal yang menyangkut
pemutusan hak dan kewajiban antara pekerja atau pekerja dengan pemberi kerja. Hubungan kerja
antara perusahaan atau pengusaha dengan pekerja atau pekerja, secara hukum, penerima
pekerjaan atau pekerja memiliki prinsip kebebasan karena negara kita tidak ingin perbudakan
dilakukan oleh siapa pun.
Penjelasan di atas menggambarkan bahwa karyawan tidak dapat direkrut secara sembarangan
oleh perusahaan atau pemberi kerja, sehingga perusahaan tetap memberikan tunjangan sebagai
bentuk kesejahteraan kepada karyawan atau karyawan. Namun, dalam UU no. 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan, hanya sebatas mengatur ketentuan tentang hari libur dan perhitungan
pesangon bagi pekerja yang diberhentikan. Uang cuti dan pesangon ini merupakan apresiasi bagi
karyawan yang telah berjasa dan memberikan tenaganya kepada perusahaan. Sehingga
menghilangkan kesan perbudakan karyawan oleh perusahaan atau pengusaha, sehingga tidak ada
pihak yang merasa dirugikan. Cuti melahirkan merupakan hak bagi perempuan sedangkan uang
pesangon merupakan uang pengganti bagi karyawan yang telah bekerja pada suatu perusahaan
setelah pemutusan hubungan kerja. Kedua unsur ini harus disebutkan dalam kontrak kerja
sebagai dasar kontrak kerja antara pekerja dengan perusahaan atau pemberi kerja. Asas ini secara
jelas dinyatakan dalam pasal 1320 KUHPerdata yang mengatur tentang syarat sahnya suatu
perjanjian.
Penyusunan RUU Cipta Kerja masih memerlukan upaya untuk memenuhi aspirasi semua
pihak agar sejalan dengan tujuan penciptaan undang-undang penciptaan lapangan kerja ini dan
dapat diterima oleh semua kalangan, serta agar produk legislatif yang dihasilkan dapat merespon
semua kepentingan secara seimbang. Untuk itu, UU Cipta Kerja harus dilaksanakan secara
menyeluruh dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan. Oleh karena itu, pembahasan
di DPR harus melibatkan masyarakat melalui dukungan publik, juga membutuhkan dukungan
politik sebelum akhirnya mencapai penyelesaian hukum dalam bentuk kesepakatan bersama
antara DPR dan Presiden, sebagaimana disyaratkan oleh Konstitusi. Hal ini penting untuk
memastikan dukungan seluruh elemen masyarakat Indonesia, yaitu akademisi, birokrasi, dunia
usaha dan industri, masyarakat buruh dan media dalam penyusunan undang-undang tersebut.
Dukungan publik dapat datang melalui serangkaian upaya, seperti pertemuan opini publik, forum
diskusi dan jajak pendapat, untuk menegakkan prinsip keterbukaan dalam membahas suatu
RUU. . Oleh karena itu mencerminkan perjuangan untuk kepentingan rakyat melalui legislator.
Selanjutnya, dukungan politik dapat diberikan melalui anggota dan fraksi di DPR, anggota dan
kelompok anggota di DPD, dan partai politik. Untuk itu, DPR harus membuka akses kepada
publik untuk memberikan masukan terhadap RUU Cipta Kerja ini.

Kebijakan hukum undang-undang penciptaan lapangan kerja juga terkait dengan isi kebijakan
yang membenarkan tindakan pemerintah dalam membentuk ius constitutum berupa undang-
undang penciptaan lapangan kerja. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dasar pemikiran
Undang-Undang Penciptaan Lapangan Kerja adalah sebagai berikut: negara berupaya memenuhi
hak warga negara atas pekerjaan dan penghidupan yang layak melalui undang-undang
penciptaan lapangan kerja untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil dan makmur;
Menarik tenaga kerja Indonesia melalui penciptaan lapangan kerja dalam konteks persaingan
yang semakin kompetitif dan tuntutan globalisasi ekonomi. Penyesuaian berbagai aspek regulasi
untuk mendukung UU Hak Cipta Karya; dan kesepakatan terkait kenyamanan dan perlindungan
UMKM, perbaikan ekosistem investasi, percepatan segera proyek strategis nasional dan adanya
perlindungan tenaga kerja yang mencakup berbagai undang-undang sektoral yang saat ini belum
memenuhi persyaratan hukum untuk mempercepat penciptaan lapangan kerja, sehingga harus
diubah dengan peraturan perundang-undangan dengan metode omnibus law ini. Hal ini
menunjukkan bahwa UU Cipta Kerja secara filosofis berupaya memajukan kesejahteraan umum
dan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Keadaan perekonomian nasional
yang dipengaruhi oleh globalisasi ekonomi dan penyerapan tenaga kerja merupakan konteks
sosiologis, sedangkan aspek hukum berupa regulasi masih tersebar di beberapa undang-undang
sektoral dan penerapan omnibus law menjadi landasan hukum penciptaan lapangan kerja.
D. KESIMPULAN
Konsep dari Omnibus Law ini memiliki karakteristik yang mampu mengubah dan
menghapus beberapa regulasi yang ada untuk menjadi satu peraturan yang mampu mencakup
berbagai aspek. Proses pembentukan yang cukup singkat ini mampu mengganti beberapa
undang-undang menjadi satu regulasi yang sejalan. Sejauh ini tidak diatur secara jelas didalam
undang-undang nomor 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-undangan.
Seharusnya konsep pembentukan undang-undang tersebut diatur lebih dulu agar isi atau pesan
baik yang terdapat pada konsep tersebut mampu dilaksanakan dengan baik dan tidak adanya
kesalahpahaman dengan masyarakat sehingga tidak menimbulkan permasalahan baru di
masyarakat dengan pemerintah berupa penerapan konsep omnibus law untuk cipta lapangan
kerja ini. Konsep dari RUU Cipta Kerja ini masih memiliki banyak kelemahan yang berpotensi
membuat masalah baru di semua kalangan masyarakat. Masalah ini ada atau muncul karena pada
perubahan ketentuan cuti, pemberian pesangon dan lain lain. Secara yuridis perubahan yang ada
tersebut semakin mempersempit ruang gerak para buruh untuk memperjuangkan hak-hakya dan
memberikan dominasi kepada perusahaan atau pengusaha untuk melakukan eksploitasi terhadap
buruh atau pekerja.

.
DAFTAR PUSTAKA
Antoni P. Penerapan Omnibus Law Dalam Upaya Reformasi Regulasi. Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol 17 No 1; 2020
Fitra Moerat Ramadhan, Demi Investasi dan Daya Saing Global, Jokowi Usulkan Omnibus Law,
https://grafis. tempo.co/read/1864/demi-investasi-dan-daya-saing-global-jokowi-
usulkan-omnibus-law, diakses pada 26 November 2019.
Busroh FF. Konseptualisasi omnibus law dalam menyelesaikan permasalahan regulasi
pertanahan. Arena Hukum; 2017
MNS. Mengapa kita harus berhati-hati dengan rencana Jokowi mengeluarkan omnibus law,
https://theconversation.com/mengapa-kita-harus-berhati-hati-denganrencana-jokowi-
mengeluarkan-omnibus-law-126037
Dwi KW. Disharmoni Antara RUU Cipta Kerja Bab Pertanahan Dengan Prinsip-Prinsip UU
Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Uupa).
Jurnal Komunikasi Hukum (Jkh) Universitas Pendidikan Ganesha ,Vol. 6 No. 2; Agustus 2020
Fitryantica A. Harmonisasi Peraturan Perundang-Undangan Indonesia melalui Konsep Omnibus
Law. Gema. Keadilan; 2019
Ima M. Kebijakan Reformasi Regulasi Melalui Implementasi Omnibus Law Di Indonesia. Jurnal
Rechvinding Vol 9 No 1; 2020.
Nadisha EM. UU Cipta Kerja Jangan Sampai Picu Phk Baru. Https://Jurnalgaya.Pikiran-
Rakyat.Com/Entertainment/Pr-80804247/Uu-CiptaKerja-Jangan-Sampai-Picu-Phk-Baru
Suwandi A. Omnibus Law Dalam Perspektif Hukum Indonesia. Vol 7 No 2

Anda mungkin juga menyukai