Anda di halaman 1dari 4

Omnibus Law : Strategi Reformasi Menjawab Disharmoni Antar UU

Tidak Pro Rakyat


Omnibus Law merupakan strategi reformasi regulasi agar penataan dilakukan secara
sekaligus terhadap banyak peraturan perundang-undangan. Dilakukannya Omnibus Law
disebabkan oleh timbulnya masalah karna banyak peraturan perundang-undangan yang saling
disharmoni. Peraturan perundang-undangan yang terlalu banyak berdampak pada tumpang
tindih peraturan, baik tingkatan hierarki yang sama atau dengan peraturan dibawahnya.
Sehingga memerlukan konsep Omnibus Law dalam peraturan perundang-undangan.
Pakar Hukum Tata Negara Refly Haruni mengatakan penerapan Omnibus Law bisa
segera dilakukan karena sangat baik untuk membentuk aturan yang ramping dan harmonisasi.
Persoalannya, butuh tim khusus untuk menganalisa regulasi apa saja yang perlu harmonisasi,
dihapus sebagian atau seluruhnya karena mengandalkan kerja antar kementerian dapat
menelan waktu cukup lama.
Praktik penerapan Omnibus Law banyak diterapkan diberbagai negara common law
system, dengan tujuan untuk memperbaiki regulasi di negaranya masing-masing dalam
rangka meningkatkan iklim dan sumber daya saing investasi.
Penyelesaian permasalahan regulasi di Indonesia yang tumpang tindih dan
disharmonis tidak bisa lagi diselesaikan dengan cara harmonisasi. Tetapi harus dilakukan
terobosan hukum untuk menyelesaikan permasalahan tumpang tindih melalui konsep
Omnibus Law.ii
Konsep ini juga dikenal dengan Omnibus Bill yang sering digunakan di negara yang
menganut sistem common law seperti Amerika Serikat. Regulasi dalam konsep ini adalah
membuat satu UU baru untuk mengamandemen beberapa UU sekaligus. Pernyataan tersebut
muncul karena tumpang tindihnya regulasi, khususnya menyoal investasi. Model Omnibus
Law ini sebenarnya hanya dikenal dalam sistem hukum anglo saxon tidak dikenal dalam
aliran hukum kontinental (civil law).iii
Beberapa tujuan dibentuknya Omnibus Law ini antara lain: 1. Mengatasi konflik
peraturan perundang-undangan secara cepat, efektif dan efisien; 2. Menyeragamkan
kebijakan pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah untuk menunjang iklim
investasi; 3. Pengurusan perizinan lebih terpadu, efisien dan efektif; 4. Mampu memutus
rantai birokrasi yang berlama-lama; 5. Meningkatnya hubungan koordinasi antar instansi
terkait karena telah diatur dalam kebijakan omnibus regulation yang terpadu; 6. Adanya
jaminan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pengambil kebijakan.iv

1
Manfaat Penerapan Omnibus Law pertama menghilangkan tumpang tindih antar
PUU, efisiensi proses perubahan, dan menghilangkan ego sektoral. Penerapan Omnibus Law
di Indonesia secara umum belum populer, tetapi terdapat beberapa UU yang sudah
mererapkan konsep Omnibus Law. Metode Omnibus Law digunakan untuk mengganti
dan/atau mencabut beberapa materi hukum dalam berbagai UU.

Sejumlah 79 UU dengan 1244 pasal direvisi karena dinilai menghambat investasi.


Dengan Omnibus Law yang diinginkan investsi semakin mudah masuk ke Indonesia. Dua
Omnibus Law yang diajukan ke DPR yaitu Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja dan
Omnibus Law Perpajakan.

Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja mencakup 11 klaster ; 1) Penyederhanaan


Perizinan, 2) Persyaratan Investasi, 3) Ketenagakerjaan, 4) Kemudahan, Pemberdayaan dan
Perrlindungan UMKM, 5) Kemudahan Berusaha, 6) Dukungan Riset dan Inovasi, 7)
Administrasi Pemerintahan, 8) Pengenaan Sanksi, 9) pengadaan Lahan, 10) Investasi dan
Proyek Pemerintah, 11) kawasan ekonomi.

Menurut anggota DPR RI mengenai manfaat Omnibus Law antara lain; pertama,
meningkatkan kepatuhan pajak yang efeknya kepada menerima pajak itu sendiri. Selama ini
kita tahu pajak selalu shortfall. Kedua, meningkatan kondisivitas iklim investasi, terdapat
banyak sekali keluhan tumpang tindik regulasinya, perizinan perusahaan yang panjang dan
lain-lain. Ketiga, mendorong investasi agar lebih besar. Terakhir, mengendors investasi di
daerah sehingga pembangunan bisa merata. Karna pembangunan sangat java sentris.v

Omnibus law merupakan konsep yang sangat sempurna untuk perbaikan iklim
investasi di Indonesia, namun konsep Omnibus Law lebih banyak menyorot pada
kepentingan pengusaha dan investor. Pemerintah kurang memperhatikan kepentingan rakyat,
dimana rakyat akan berkontribusi besar dalam imlementasi konsep omnibus law sebagai
pekerja atau buruh.

Sejumlah alasan penolakan yang diajukan kalangan buruh mengenai Omnibus Law.
Mulai dari hilangnya upah minimum, hilangnya jaminan sosial, berkurangnya pesangon
PHK, jam kerja yang eksplotatif, hingga ketidakjelasan nasib pekerja kontrak dan
outsourcingvi, ancaman banjir tenaga kerja asing yang tak berkeahlian (unskilled labour),
PHK oleh perusahaan, upaya penghapusan sanksi pidana bagi perusahaan. Poin soal
ketenagakerjaan ini tertuang dalam Bab IV draf RUU Cipta Kerja.

2
Ada tiga beleid terkait ketenagakerjaan yang akan diubah dalam Omnibus Law ini,
yakni UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, UU Nomor 40 Tahun 2004
tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional, dan UU Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.vii
Kekurangan lainnya dari Omnibus Law tidak memperhatikan hak-hak perempuan
dan lingkungan atau sumber daya alam. Hak cuti hamil, cuti haid, cuti melahirkan dan
penyediaan ruang laktasi tidak dicantumkan dalam konsep tersebut. Pemerintah kurang dalam
menjamin hak-hak perempuan sebagai mana hak-hak reproduksi perempuan sangat penting.

Tidak diperhatikannya lingkungan hidup dalam konsep Omnibus Law, setidaknya ada
tiga Undang-Undang yang akan disesuaikan, yaitu UU No 4 Tahun 2008 tentang Mineral dan
Batubara (Minerba), UU No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Hidup,
serta UU No 41 Tahun 1999 tentang Perhutanan. Beberapa diantara revisi UU tersebut
berbahaya bagi kelangsungan ekosistem dan kerusakan lingkungan hidup. Salah satunya
adalah mengenai dihapusnya tahapan pertambangan. Seperti tahap eksplorasi, izin over
produksi, dan seterusnya. Penghapusan pasal ini akan menguntungkan pengusaha karena
tahapan birokratisasi yang dipermudah. Sebaliknya, hal ini mengancam kerusakan
lingkungan dan merugikan rakyat.
Dalam Omnibus Law juga terdapat pasal mengenai masa perizinan tambang yang
tidak mengenal waktu, terutama mengenai pertambangan yang berkaitan dengan pemurnian,
hal ini berbahaya karena masa operasi pertambangan dihapus, sekaligus menunjukan watak
pemerintah yang masih mendukung energi kotor yaitu batubara. Aturan mengenai lahan yang
sebelumnya diatur UU Perhutanan. Seharusnya ada pengalokasian lahan menjadi hutan
sebanyak 30%, namun peraturan ini dihilangkan dalam Omnibus Law. Hal ini meningkatkan
kekhawatiran atas terdampaknya lingkungan hidup yang semakin rusak.viii
Omnibus law digadang akan memajukan Indonesia, kepentingan yang terlibat di
dalamnya harus mendapatkan hak-hak yang seimbang agar tidak ada tumpang tindih hak
serta tidak hanya salah satu pihak yang diuntungkan. Semua peraturan perundang-undangan
dibuat atas kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan rakyat. Dengan demikian haruslah
konsep Omnibus Law ini disesuaikan dengan rakyat.

3
i
Dr. Refly Harun, S.H., M.H., LL.M adalah ahli hukum tata negara dan pengamat politik Indonesia. Pernah ditunjuk
oleh Mahfud MD sebagai ketua tim anti mafia Mahhkamah Konstitusi setelah ia mensinyalir ada mafia hukum di
Mahkamah Konstitusi
ii
Henry Donald, Pembentukan Regulasi Badan Usaha Dengan Model Omnibus Law, Jurnal Hukum, Volume. 3 No. 1,
April 2017, hlm. 464
iii
Ibid
iv
Jurnal Gema Keadilan, Harmonisasi Peraturan Perundang-undangan Melalui Konsep Omnibus Law (ISSN: 0852-
011) Volume 6, Edisi III, Oktober - November 2019, hlm. 305
v
Penuturan Puteri Anetta Komarudin anggota komisi XI DPR RI saat diwawancarai

vi
Outsurching adalah pemindahan pekerja dari satu perusahaan ke perusahaan lain, biasanya dilakukan untuk
memperkecil biaya produksi
vii
www.google.com/amp/s/m.kumparan.com
viii
https://didaktikaunj.com/2020/01/22/omnibus-law-bukan-untuk-rakyat/

Anda mungkin juga menyukai