Antoni Putra
Peneliti Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK)
Email: Antoni.putra@pshk.or.id
Naskah diterima: 9/12/2019, direvisi: 27/02/2020, ditesetujui: 11/3/2020
Abstract
Omnibus law is a law that focuses on simplifying the number of regulations because of its revision and
repeal of many laws at once. The use of the concept of the omnibus law has not been accommodated in Law
Number 12 of 2011, but the use of this concept is not prohibited. This concept is only appropriate to
overcome the problem of too many regulations, but the problem of regulation is not only that, there are still
disharmonious problems, overlapping, inappropriate material, and sectoral egos from forming institutions.
Then, the application of the omnibus law must comply with the principles of transparency, participation, and
accountability.
Abstrak
Omnibus law adalah undang-undang yang menitikberatkan pada penyederhanaan jumlah regulasi
karena sifatnya yang merevisi dan mencabut banyak undang-undang sekaligus. Penggunaan konsep
omnibus law belum terakomodir di dalam Undang-Undang No. 12 Tahun 2011, namun penggunaan
konsep ini bukanlah hal yang terlarang. Konsep ini hanya tepat untuk mengatasi masalah regulasi yang
terlalu banyak, namun masasalah regulasi tidak hanya itu, masih ada masalah disharmonis, tumpang
tindih, materi muatan yang tidak sesuai dan ego sektoral dari lembaga pembentuk. Kemudian, dalam
penerapan omnibus law harus memenuhi prinsip transparansi, partisipatif, dan akuntabilitas.
1 1
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tanpa adanya upaya lain, masalah disharmoni, ego
mengatakan bahwa regulasi yang banyak sektoral sampai masalah regulasi yang tidak
menghambat ekonomi dan investasi. Kewajiban partisipatif, tentu penerapan omnibus law pun tidak
lingkungan (Amdal) dan kewajiban Izin Oleh sebab itu, dalam tulisan ini, penulis
Mendirikan bangunan (IMB) menyulitkan investor. hendak mengulas bagaimana seharusnya konsep
Oleh sebab itu, regulasi yang banyak harus omnibus law diterapkan dalam upaya mereformasi
dikurangi, serta kewajiban Amdal dan IMB dalam regulasi ke arah yang lebih baik. Apakah omnibus
perizinan investasi harus dihapuskan. law cukup atau tidak untuk melakukan reformasi
2 2
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
1. Fitra Moerat Ramadhan, Demi Investasi dan Daya Saing Global, Jokowi Usulkan Omnibus Law, https://grafis.
tempo.co/read/1864/demi-investasi-dan-daya-saing-global-jokowi-usulkan-omnibus-law, diakses pada 26 November
2019.
2. Firman Freaddy Busroh, Konseptualisasi Omnibus Law dalam Menyelesaikan Permasalahan Regulasi
Pertanahan, ARENA HUKUM Volume 10, Nomor 2, Agustus 2017, hlm. 241.
3. Ibid.
3 3
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
4 4
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
February 2017, https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt58a6fc84b8ec3/menimbang-konsep-omnibus-law-bila-
diterapkan-di-indonesia/
5 5
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
persoalan yang muncul pada saat implementasi. berbeda satu sama lain antarjenis peraturan
Keadaan diperburuk dengan tidak adanya perundang-undangan.
prosedur pemantauan dan evaluasi peraturan Merujuk pada UU PPP, hanya satu jenis
perundang- undangan serta ketiadaan lembaga peraturan
khusus yang menangani seluruh aspek dalam perundang-undangan yang ditentukan secara konkret
dan/atau
Berdas arkan hierarki Peraturan
5. pemenuhan kebutuhan hukum dalam
Perundang- Undangan yang terdapat pada Pasal 7
masyarakat.
Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Sementara itu, materi muatan untuk jenis-
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
jenis peraturan perundang-undangan di bawah
(Undang-Undang PPP), Menurut Bayu Dwi
Undang-Undang, yakni Peraturan Pemerintah (PP)
Anggono jenis peraturan perundang-undangan
dan Peraturan Presiden (perpres) berisi materi
tersebut dapat diketahui karena alasan sebagai
untuk menjalankan atau yang diperintahkan oleh
berikut:13
undang-undang.15 Selain itu, materi muatan
1. setiap pembentukan peraturan perundang-
Perpres dapat pula untuk melaksanakan PP
undangan harus mempunyai landasan hukum
ataupun materi untuk melaksanakan
yang jelas;
penyelenggaraan kekuasaan pemerintahan.16
2. tidak semua peraturan perundang-undangan
Pada prakteknya, banyak topik permasalahan
dapat dijadikan landasan hukum, melainkan
yang sesungguhnya dapat diatur dengan satu
hanya yang sederajat atau yang lebih tinggi
produk peraturan perundang-undangan tetapi
tingkatannya;
pada kenyataannya justru diatur dalam beberapa
3. hanya peraturan yang masih berlaku yang
boleh produk peraturan perundang-undangan.17 Sebagai
dijadikan dasar hukum; contoh, dalam undang-undang pendidikan. Selain
4. peraturan yang akan dicabut tidak boleh Undang- Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
dijadikan dasar hukum; Sistem Pendidikan Nasional, terdapat pula
5. terdapat materi muatan tertentu untuk setiap undang-undang yang bersifat khusus dalam sektor
jenis peraturan perundang-undangan yang pendidikan, yakni
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang
9. Ibid. hlm. 2.
10. Bayu Dwi Anggono, 2014, Asas Materi Muatan yang Tepat dalam Pembentukan Undang-undang, serta Akibat
Hukumnya: Analisis Undang-undang Republik Indonesia yang Dibentuk pada Era Reformasi (1999-2012), Disertasi
Doktor, Universitas Indonesia: Jakarta, hlm. 45.
11. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2019, Kajian Reformasi Regulasi…Op.Cit. hlm. 31.
12. Sri Hariningsih, Dalam Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, Ibid.
13. Bayu Dwi Anggono, 2014, Asas Materi…, Op.Cit. hlm. 45.
14. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2019, Kajian Reformasi Regulasi…, Op.Cit. hlm. 32.
15. Ibid. hlm. 33.
6 6
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
16. Ibid.
17. Ibid. hlm. 34.
7 7
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
undangan belum memasukkan konsep Omnibus Law langkah agar omnibus law bisa efektif dan tidak
sebagai salah satu asas dalam pembentukan disalahgunakan. Kelima langkah tersebut adalah
Menilik benang merah historis, walaupun masih pemerintah harus melibatkan publik dalam
terdengar asing, namun bukanlah hal yang benar- setiap tahapan penyusunannya, sebab
benar baru. Meskipun bukan disebut sebagai omnibus law memiliki ruang lingkup yang sangat
omnibus law, kita pernah menerapkan konsep luas dan menuntut pihak yang membuat
yang sama saat Majelis Permusyawaratan Rakyat menjangkau dan melibatkan banyak
I/MPR/2003 tentang Peninjauan terhadap Materi 2. DPR dan pemerintah harus transparan dalam
dan Status Hukum Ketetapan MPR Sementara dan memberikan setiap informasi perkembangan
Ketetapan MPR RI Tahun 1960 sampai dengan proses perumusan UU sapu jagat ini.
Tahun 2002. Kemudian, konsep ini juga diterapkan 3. Penyusun harus memetakan regulasi yang
disebut sebagai omnibus law, namun konsep yang 4. Penyusun harus ketat melakukan harmonisasi
digunakan mirip. UU Nomor 7 Tahun 2017 baik secara vertikal dengan peraturan yang
tentang Pemilu pada dasarnya menyatukan dan lebih tinggi maupun horizontal dengan peraturan
undang yang disatukan dan direvisi tersebut 5. Penyusun harus melakukan preview sebelum
atau refomasi regulasi tidak cukup hanya diartikan dan sosialisasi itu berbeda.21 Partisipasi adalah
18. Ibid.
8 8
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
19. Satya Arinanto, Reviving omnibus law: Legal option for better coherence, Harian Jawa Post, https://www.
thejakartapost.com/news/2019/11/27/reviving-omnibus-law-legal-option-better-coherence.html
20. M. Nur Sholikin, Mengapa kita harus berhati-hati dengan rencana Jokowi mengeluarkan omnibus law, https://
theconversation.com/mengapa-kita-harus-berhati-hati-dengan-rencana-jokowi-mengeluarkan-omnibus-law-
126037, diakses pada 26 November 2019.
21. Bivitri Susanti, dalam jumpa pers “RKUHP: Periode Baru, Bahas dengan Pendekatan Baru" Jakarta, (17/11),
9 9
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
menampung aspirasi, publik memberi masukan Pasal 28D ayat (3) berbunyi: “Setiap warga negara
terhadap penyusunan RUU, sementara sosialisasi berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam
adalah mengenalkan draf yang telah ada. Omnibus pemerintahan”. Sayangnya, dalam membentuk
Law memiliki karakteristik khusus yang dapat undang-undang hak setiap orang untuk mendapat
membahayakan demokrasi.22 Penerapan konsep ini kesempatan yang sama tersebut dilupakan.
dapat disusupi oleh banyak kepentingan, oleh Partisipasi publik belum mendapatkan jaminan
karena itu, DPR dan pemerintah harus membuka hukum yang lebih baik, khususnya mekanisme dalam
akses informasi dan melibatkan masyarakat secara menindaklanjuti aspirasi masyarakat dan hasil
luas.23 dari tindak lanjut aspirasi tersebut, serta
Bila merujuk pada Undang-Undang Nomor 12 pembangunan mekanisme komunikasi atau
Tahun
aspirasi seharusnya berjalan dua arah.
2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
Publik seringkali dilupakan dalam pembentukkan
Undangan, ketentuan Pasal 96 Undang-Undang
undang-undang yang mengakibatkan sebuah undang-
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
undang mendapat penolakan dari masyarakat.
Perundang-Undangan harus dilaksanakan bukan
Sebagai contoh, dalam revisi undang-undang
hanya sekedar formalitas. Dalam hal ini, negara
Nomor
harus menciptakan wadah untuk menampung dan
30 Tahun 2002 tentang KPK. Akibat tidak adanya
alur untuk menyampaikan partisipasi publik yang
partisipasi publik, undang-undang tersebut menerima
jelas. Selama ini, mekanisme partisipasi publik
penolakan yang begitu masif, bahkan undang-
tersebut masih samar-samar, sehingga adanya
undang hasil revisi yang belum ada nomornya saja
partisipasi publik dalam pembentukan peraturan
sudah diuji konstitusionalitasnya di Mahkamah
perundang- undangan hanya dipandang sebagai
Konstitusi.
syarat formal.
Secara formal, Pasal 96 Undang-Undang Nomor
Publik merupakan subjek dari berlakunya
12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
undang-undang harus berpartisipasi di dalamnya.
Perundang-undangan telah memberikan jaminan
Masyarakat harus ikut menentukan arah
bagi warga negara untuk terlibat dalam proses
kebijakan prioritas penyusunan peraturan
penyusunan peraturan perundang-undangan di
perundang- undangan, tanpa keterlibatan
legislatif. Kemudian juga ada dituangkan pada
masyarakat dalam pembentukannya, mustahil
Pasal 170 ayat (6) UU Nomor 17 Tahun 2014
sebuah peraturan perundang-undangan tersebut
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD, dan Pasal 138
dapat diterima dan dilaksanakan dengan baik.24
ayat (8) Peraturan DPR Nomor 1 Tahun 2014
Hal ini dikarenakan sebagai salah satu syarat
tentang Tata Tertib DPR. Namun wadah untuk
penting untuk menghasilkan hukum yang responsif
menampung dan alur untuk menyampaikan
adalah partisipasi masyarakat.
partisipasi publik tersebut tidak jelas, sehingga
Menurut Nonet dan Selznick, pentingnya
adanya partisipasi publik dalam membentuk
partisipasi masyarakat dalam pembentukan
undang-undang hanya dijadikan syarat formal
produk hukum harus terlihat pada proses
tanpa ada tolak ukur yang jelas. Ketiadaan wadah
pembentukannya yang partisipatif dengan
dan alur yang jelas juga menyebabkan klaim
mengundang sebanyak- banyaknya partisipasi
partisipasi publik hanya hasil manipulatif.
semua elemen masyarakat, baik dari segi individu
Penolakan terhadap suatu undang-undang
atau pun kelompok masyarakat, selain itu juga harus
sejatinya tidak akan terjadi apabila aspirasi rakyat
bersifat aspiratif yang bersumber dari keinginan
terakomodir dalam pembentukan. Ketika suatu
atau kehendak dari masyarakat.25
kebijakan tidak aspiratif, maka dapat muncul
Kemudian, bila merujuk pada UUD 1945,
sejatinya partisipasi publik juga mendapat
jaminan.
10 1
0
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
22. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, PSHK Sampaikan Masukan Prolegnas dan Omnibus Law,
dipublikasi pada 21 November 2019, https://pshk.or.id/highlight-id/pshk-sampaikan-masukan-prolegnas-dan-
omnibus-law/,
23. Ibid.
24. Yuliandri Tim Pengkajian Hukum, 2014, Laporan Akhir Pengkajian Hukum tentang Partisipasi Masyarakat dalam
Penentuan Arah dan Kebijakan Prioritas Penyusunan Peraturan Perundang-undangan.
25. Lihat Philipe Nonet dan Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward Responsive Law, dalam A. Ahsin
Thohari, “Reorientasi Fungsi Legislasi Dewan Perwakilan: Upaya Menuju Undang-Undang Responsif”, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 8 No. 4 Desember 2011
11 1
1
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
kecurigaan mengenai kriteria dalam menentukan b) Harus Ada Mekanisme Harmonisasi Peraturan
siapa mendapat apa. Sebaliknya, proses pengambilan Perundang-Undangan yang Jelas
kebijakan yang dilakukan dengan cara terbuka Pada tahap harmonisasi, terdapat 2 (dua)
dan didukung dengan informasi yang memadai, permasalahan yang terjadi dalam mekanisme
akan memberikan kesan bahwa tidak ada sesuatu pembentukan peraturan perundang-undangan:
yang disembunyikan. pertama, dalam harmonisasi pembentukan
Begitu pun dalam merealisasikan keinginan Undang- Undang, PP, atau Perpres; dan kedua,
pemerintah menerapkan konsep omnibus law harmonisasi dalam pembentukan perda.27 Sejauh ini,
untuk merevisi dan/atau mencabut banyak undang- permasalahan harmonisasi pada pembentukan
undang yang dinilai menghambat ekonomi dan Undang-Undang, PP, dan Perpres terjadi karena
investasi. Sebaik apa pun konsep yang ditawarkan, tahapan ini lebih melihat pada keterkaitan satu
namun tanpa partisipasi publik, produk hukum peraturan atau rancangan peraturan dengan
yang dihasilkan akan tetap sulit untuk diterima. peraturan perundang-undangan lain tanpa melihat
Apalagi bila merujuk pada perkembangan zaman, pada kesesuaian substansi dengan materi muatan
penyediaan ruang publik atau adanya partisipasi jenis peraturan perundang-undangan tersebut.
masyarakat merupakan tuntutan yang mutlak Dampaknya, lahir berbagai peraturan yang
sebagai upaya demokratisasi. substansinya bukan merupakan materi muatan
Masyarakat sudah semakin sadar hak- dari jenis peraturan perundang-undangan
hak politiknya, sehingga pembuatan peraturan tertentu. 28
perundang-undangan tidak dapat lagi menjadi Dalam penelitian yang dilakukan oleh Bayu
wilayah dominasi birokrat dan parlemen. Meskipun Dwi Anggono terhadap 239 undang-undang selama
partisipasi masyarakat ini terlalu ideal dan bukan periode 1999–2012, ditemukan 14 undang-undang
jaminan bahwa suatu undang-undang yang yang substansinya bukan materi muatan undang-
dihasilkannya akan dapat berlaku efektif di undang.29 Idealnya, dalam tahap harmonisasi, ide
masyarakat, tetapi setidaknya langkah pembentukan undang-undang dari pemerintah
partisipatif yang ditempuh oleh lembaga legislatif maupun DPR dapat dinilai apakah sesuai atau
dalam setiap pembentukan undang-undang akan tidak dengan materi muatannya. Hal ini tentunya
mendorong masyarakat untuk menerima hadirnya juga berpotensi terjadi dalam pembentukan
suatu undang-undang.26 undang- undang melalui konsep omnibus law.
Melihat pentingnya partisipasi publik tersebut, Walaupun sifat dari undang-undang yang dibentuk
adanya partisipasi publik dalam membentuk undang- melalui konsep ini adalah merevisi dan/atau
undang sebagaimana diatur dalam Pasal 96 mencabut banyak undang-undang.
Undang- Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Sementara itu, permasalahan harmonisasi pada
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan pembentukan perda didominasi oleh tumpang
perlu diperjelas wadah dan mekanismenya tindih kewenangan yang melibatkan Kemenkumham
bagaimana. Hal ini bertujuan agar ada tolak ukur melalui kantor wilayah (kanwil) di daerah dan juga
yang jelas tentang sejauh mana partisipasi publik, Kemendagri sebagai pembina pemerintah
serta menghindarkan adanya undang-undang yang daerah.30 Kedua kementerian itu merasa memiliki
hanya dibentuk di wilayah elit dengan partisipasi kewenangan dalam melakukan harmonisasi, atau
publiknya dimutilasi. bahkan pembentukan perda secara keseluruhan.
Sebagai contoh, pada saat
Kemenkumham menerbitkan Peraturan Menteri
26. Yuliandri Tim Pengkajian Hukum, 2014, Laporan Akhir Pengkajian Hukum tentang Partisipasi Masyarakat dalam
Penentuan Arah dan Kebijakan Prioritas Penyusunan Peraturan Perundang-undangan.
27. Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2019, Kajian Reformasi Regulasi di Indonesia: Pokok Permasalahan
dan Strategi Penanganannya, PSHK: Jakarta, hlm. 89.
28. Ibid.
12 1
2
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
29. Bayu Dwi Anggon dalam Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia, 2019, Kajian Reformasi Regulasi di
Indonesia: Pokok Permasalahan dan Strategi Penanganannya, PSHK: Jakarta, hlm. 89.
30. Ibid. hlm. 90.
13 1
3
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
Hukum dan Hak Asasi Manusia No. 22 Tahun Permasalahan tersebut juga membuktikan bahwa
2018 tentang Pengharmonisasian Rancangan untuk mengatasi permasalahan regulasi tidak cukup
Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk di hanya sampai pada omnibus law saja. Bila tidak
Daerah oleh Perancang Peraturan Perundang- ada mekanisme harmonisasi yang jelas, penerapan
undangan Kemendagri menyatakan keberatan atas omnibus law untuk mengatasi masalah regulasi
ketentuan tersebut dan mengirimkan surat bernomor juga tidak akan efektif, sebab masalahnya bukan
180/7182/ SJ yang berisikan permohonan untuk sekedar peraturan yang terlalu banyak, tapi juga
membatalkan Permenkumham tersebut.31 masalah peraturan yang disharmonis. Pada tahap
Terkait harmonisasi Perda ini sejatinya sudah ini, perlu ada otoritas tunggal yang melakukannya.
diakomodir dalam revisi UU 12 tahun 2011 yang Hal ini bertujuan agar harmonisasi terpusat dan
dilakukan awal September lalu. Namun, hal itu tidak ada kewenangan yang saling tumpang tindih.
juga meninggalkan beberapa catatan, yakni terkait Dalam perkara ini, pembentukan badan khusus
otonomi daerah. Awalnya, harmonisasi Ranperda regulasi seperti yang pernah dijanjikan oleh presiden
diatur sebagai wewenang biro atau bagian hukum perlu dipertimbangkan untuk direalisasikan.
tiap pemerintah daerah, namun dalam revisi Selain itu, Undang-Undang 12 Tahun 2011 tentang
kewenangan harmonisasi ditarik jadi urusan Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan perlu
kementerian atau lembaga yang kembali direvisi.
menyelenggarakan urusan pemerintahan di c) Evaluasi Peraturan perundang-undangan yang
bidang pembentukan peraturan perundang- akan direvisi menggunakan konsep omnibus
undangan. law
Sebagaimana yang dikemukakan Khairul Fahmi Pada tahap evaluasi, Undang-Undang yang akan
dalam “Sentralisasi Pembentukan Perda”, Pasal 58 direvisi dan/atau dicabut melalui omnibus law
ayat 2 tersebut telah mendelegitimasi kewenangan perlu dikaji betul. Dalam hal ini, yang perlu
pemerintah daerah. Menurut Khairul Fahmi, dipahami bahwa tidak ada undang-undang yang
ketentuan Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menegaskan sempurna. Namun, dalam hal memperbaiki
2 (dua) hal terkait perda. Pertama, perda ketidaksempurnaan tersebut juga harus
merupakan atribusi UUD 1945 sehingga memperhatikan aspek lain. Bila undang-undang
pembentukannya menjadi hak konstitusional disempurnakan di satu sektor, maka sektor yang
Pemda. Sebagai wewenang atributif, perda dapat lain jangan pula sampai diabaikan atau
dibentuk tanpa harus menunggu delegasi dikorbankan.
pengaturan dari peraturan yang lebih tinggi.32 Sebagai catatan, merujuk pada banyak
Dari segi harmonisasi, ketentuan pasal 58 pemberitaan, pemerintah diberitakan akan
ayat (2) tersebut juga akan memberikan beban menghapus kewajiban Amdal dan IMB dalam
harmonisasi yang harus dilakukan oleh pusat proses perizinan demi memudahkan investasi.33
melaui kementerian atau badan yang membidangi Dalam hal ini, tentu tidak akan jadi masalah bila
peraturan perundang-undangan sangat berat. pemerintah sudah memiliki alternatif lain untuk
Secara hierarki, regulasi semakin ke bawah akan mencegah kerusakan lingkungan yang lebih baik
semakin banyak, bila ditingkat Undang-Undang dari Amdal dan IMB, sehingga wacana ini
hanya 1, PP bisa 5, 1 dimunculkan. Sebaliknya, bila dalam kasus seperti
PP sekurang-kurangnya juga akan direspon ini pemerintah menghapus Amdal
dengan satu Perda di tiap daerah. Tentu, hanya semata-mata untuk memudahkan investasi
ketentuan Pasal
58 ayat (2) perlu ditinjau ulang.
31. Agus Sahbani, Permenkumham Harmonisasi Peraturan Dinilai Konflik dengan UU, hukumonline.com, publis
pada 2 November 2019. https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5bdc39c5d3a98/permenkumham-harmonisasi-
peraturan-dinilai-konflik-dengan-uu/,
32. Khairul Fahmi, Sentralisasi Pembentukan Perda,Harian Kompas 21 Oktober 2019, versi elektronik tersedia pada:
14 1
4
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
https://kompas.id/baca/opini/2019/10/21/sentralisasi-pembentukan-perda/,
33. Indra Nugraha , Walhi: Bukan Dihapus, Amdal, dan IMB, Harusnya Melengkapi Rencana Detail Tata Ruang,
dipublikasi 26 November 2019, https://www.mongabay.co.id/2019/11/26/walhi-bukan-dihapus-amdal-dan-imb-
harusnya-melengkapi-rencana-detail-tata-ruang/
15 1
5
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
C. Penutup
C.1. Kesimpulan
16 1
6
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
investasi saja. Perlu memperhatikan sektor lain, lt58a6fc84b8ec3/menimbang-konsep-omnibus-
terutama masalah pemberantasan korupsi dan hak law-bila-diterapkan-di-indonesia/
asasi manusia, sebab permasalahan ekonomi dan
investasi adalah sektor yang paling rentan terjadinya
korupsi dan paling banyak bersinggungan dengan
kepentingan masyarakat.
C.2. Saran
Daftar Pustaka
17 1
7
Jurnal LEGISLASI INDONESIA Vol 17 No. 1 - Maret 2020 : Penerapan Omnibus Law dalam Upaya Reformasi Regulasi (Antoni Putra)
1-10
Nugraha, Indra , Walhi: Bukan Dihapus, Amdal, Thohari, A. Ahsin, “Reorientasi Fungsi Legislasi
dan IMB, Harusnya Melengkapi Rencana Detail Dewan Perwakilan: Upaya Menuju Undang-
Tata Ruang, dipublikasi 26 November 2019, Undang Responsif”, Jurnal Legislasi Indonesia,
https:// Vol. 8 No. 4 Desember 2011
www.mongabay.co.id/2019/11/26/walhi -
Yuliandri, Tim Pengkajian Hukum, 2014, Laporan
bukan-dihapus-amdal-dan-imb-harusnya-
Akhir Pengkajian Hukum tentang Partisipasi
melengkapi-rencana-detail-tata-ruang/
Masyarakat dalam Penentuan Arah dan
Philipe Nonet dan Philip Selznick, Law and Society Kebijakan Prioritas Penyusunan Peraturan
in Transition: Toward Responsive Law, dalam
A. Ahsin Thohari, “Reorientasi Fungsi
Legislasi Dewan Perwakilan: Upaya Menuju
Undang- Undang Responsif”, Jurnal Legislasi
Indonesia, Vol. 8 No. 4 Desember 2011.
18 1
8