Anda di halaman 1dari 19

Modul 11

Edi Soerjanto Ir. MSi


Demo Buruh Menolak UU Cipta Kerja
Mahasiswa BEM SI Demo Tolak
UU Cipta Kerja
Bisnis.com, JAKARTA -
Mahasiswa yang tergabung
dalam Badan Eksekutif
Mahasiswa Seluruh Indonesia
(BEM SI) akan menggelar aksi
demo menolak Undang-Undang
Cipta Kerja (Ciptaker) di depan
Gedung DPR RI, pada hari ini,
Kamis (30/3/2023).
MODUL 11
UU CIPTA KERJA
• UU CIPTA KERJA
• OMNIBUS LAW
• PERUBAHAN MATERI UU
KETENAGAKERJAAN
• AMAR PUTUSAN MK
• PERPPU PEMERINTAH
UU CIPTA KERJA
Jakarta, Beritasatu.com -
• DPR telah menyetujui pengesahan RUU Cipta Kerja menjadi
UU Cipta Kerja dalam rapat paripurna yang digelar, Senin (5/10/2020).
• UU Cipta Kerja disusun dengan Metode Omnibus Law untuk
mengganti 1.203 pasal dalam 76 undang-undang, termasuk UU
Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

Apa saja Isi UU Cipta Kerja yang menggantikan UU


Ketenagakerjaan???
Omnibus Law
Bryan A Garner, dalam Black Law Dictionary
Ninth Edition :
Omnibus relating to or dealing with numerous
objects or items at once; including many things or having
various purposes”.

• Artinya omnibus law berkaitan atau berurusan dengan


berbagai objek atau hal sekaligus, dan memiliki
berbagai tujuan.
• Jadi, skema regulasi yang sudah dikenal sejak 1840 ini,
merupakan aturan yang bersifat menyeluruh dan
komprehensif, tidak terikat pada satu rezim pengaturan
saja.
Perubahan Materi UU Ketenaga
Kerjaan
• Banyak kalangan pekerja dan buruh yang menolak
UU Cipta Kerja karena mereka menganggap bahwa
undang-undang ini dapat mengorbankan hak-hak
mereka demi kepentingan pengusaha dan pemerintah.

• Sejumlah materi dalam UU Ketenagakerjaan, seperti


waktu istirahat cuti, upah minimum, outsourcing,
Tenaga Kerja Asing (TKA), pesangon Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK), jaminan sosial, status kerja
serta jam kerja, direvisi melalui UU Cipta Kerja.
5 Aturan di Perppu Ciptaker yang Dinilai
Buruh Merugikan

1. Aturan Soal Pesangon



Buruh memandang aturan pesangon dalam Perppu Cipta Kerja cukup merugikan.
Kompensasi pesangon dan uang penghargaan masa kerja yang diterima
buruh korban PHK berkurang dibandingkan aturan lama.

Sebagai pembanding, dalam UU Ketenagakerjaan besaran uang pesangon yang


diterima buruh korban PHK paling banyak dibatasi 10 bulan gaji. Selain pesangon,
korban PHK itu juga mendapatkan uang penggantian hak seperti cuti tahunan yang
belum diambil atau belum gugur, biaya ongkos pulang kerja, penggantian
perumahan serta pengobatan yang ditetapkan 15 persen dari uang pesangon.
2. Sistem Upah
• Buruh memandang sistem upah yang berlaku dalam Perppu Cipta Kerja merugikan. Dengan
sistem upah itu, buruh berpotensi mendapatkan upah yang rendah.

Berdasarkan aturan tersebut, formula penetapan upah minimum bisa diubah dalam keadaan
tertentu.

"Dalam
keadaan tertentu pemerintah dapat menetapkan formula
penghitungan Upah minimum yang berbeda dengan formula
penghitungan Upah minimum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 88D
ayat 2," bunyi pasal 88F Perppu Cipta Kerja.
3. Aturan PHK

• Aturan PHK dalam Perppu Cipta Kerja juga berpotensi


merugikan buruh. Aturan itu memberikan kemudahan
kepada perusahaan melakukan PHK.

"Termasuk hilangnya ketentuan PHK harus melalui
penetapan pengadilan,"
4. Sistem Pekerjaan Alih Daya
• Perppu Cipta Kerja tidak tidak mengatur batasan jenis pekerjaan alih daya
atau outsourcing, sama seperti Omnibus Law sebelumnya yang diputus
Mahkamah Konstitusi inkonstitusional bersyarat.
Ketentuan soal pekerjaan yang dapat dialihdayakan diatur dalam Pasal 64 Perppu .
"Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan
lainnya melalui perjanjian alih daya yang dibuat secara tertulis," bunyi Pasal 64 ayat (1)
Perppu Cipta Kerja.

Pada ayat (3) Pasal 64 menyebutkan ketentuan lebih lanjut mengenai penetapan sebagian
pelaksanaan pekerjaan akan diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP).

Aturan ini berbeda dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang berlaku
sebelum Perppu maupun UU Omnibus Law. Batasan pekerjaan outsourcing diikat produk
hukum setingkat UU, bukan PP.
5. Tenaga Kerja Asing

• Perppu Cipta Kerja memberikan kemudahan bagi tenaga


kerja asing untuk masuk ke semua jenis pekerjaan yang
sebenarnya bisa digarap oleh pekerja Indonesia.

Kemudahan juga diberikan pemerintah dengan menghapus kewajiban


bisa berbahasa Indonesia bagi pekerja asing yang akan kerja di RI.
UU Cipta Kerja
UU Cipta Kerja terdiri atas 15 bab dan 174 pasal. Di dalamnya mengatur mengenai
ketenagakerjaan hingga lingkungan hidup. Beberapa aturan dihapus dalam UU Cipta
Kerja, antara lain :

• Pasal 59 UU Cipta Kerja menghapus aturan mengenai jangka waktu perjanjian kerja
waktu tertentu (PKWT) atau pekerja kontrak. Pasal 81 angka 15 UU Cipta Kerja
mengubah ketentuan Pasal 59 ayat (4) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
tentang Ketenagakerjaan.
• Pasal 79 Hak pekerja mendapatkan hari libur dua hari dalam satu pekan yang
sebelumnya diatur dalam UU Ketenagakerjaan dipangkas. Ketentuan ini diatur dalam
Pasal 81 angka 23 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 79 UU Ketenagakerjaan.
• Pasal 88 UU Cipta Kerja mengubah kebijakan terkait pengupahan pekerja. Ketentuan
ini diatur dalam Pasal 81 angka 24 UU Cipta Kerja yang mengubah Pasal 88 UU
Ketenagakerjaan.
Pasal-pasal UU Ketenagakerjaan
Yang Dihapus
• Aturan mengenai sanksi bagi pengusaha yang tidak membayarkan upah sesuai
ketentuan dihapus lewat UU Cipta Kerja. Penghapusan ini tercantum dalam Pasal
81 angka 29 UU Cipta Kerja yang menghapus Pasal 91 UU Ketenagakerjaan.

Pasal 91 ayat (1) UU Ketenagakerjaan mengatur pengupahan yang ditetapkan atas


kesepakatan antara pengusaha dan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat
buruh tidak boleh lebih rendah dari ketentuan pengupahan yang ditetapkan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain tercantum pada Pasal 91, aturan soal larangan membayarkan besaran upah
di bawah ketentuan juga dijelaskan pada Pasal 90 UU Ketenagakerjaan. Namun,
dalam UU Cipta Kerja, ketentuan dua pasal di UU Ketenagakerjaan itu
dihapuskan seluruhnya.
Selain itu, UU Cipta Kerja menghapus hak pekerja/buruh mengajukan permohonan
pemutusan hubungan kerja (PHK) jika merasa dirugikan oleh perusahaan. Ketentuan ini
diatur dalam Pasal 81 angka 58 UU Cipta Kerja yang menghapus Pasal 169 UU
Ketenagakerjaan.

• Pasal 169 ayat (1) UU Ketenagakerjaan menyatakan, pekerja/buruh dapat mengajukan


PHK kepada lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial jika perusahaan,
di antaranya menganiaya, menghina secara kasar, atau mengancam. Pengajuan PHK
juga bisa dilakukan jika perusahaan tidak membayar upah tepat waktu selama tiga
bulan berturut-turut atau lebih. Ketentuan itu diikuti ayat (2) yang menyatakan
pekerja akan mendapatkan uang pesangon dua kali, uang penghargaan masa kerja
satu kali, dan uang penggantian hak sebagaimana diatur dalam Pasal 156. Namun,
• Pasal 169 ayat (3) menyebutkan, jika perusahaan tidak terbukti melakukan perbuatan
seperti yang diadukan ke lembaga penyelesaian perselisihan hubungan industrial, hak
tersebut tidak akan didapatkan pekerja. Pasal 169 ini seluruhnya dihapus dalam UU
Cipta Kerja.
Putusan MK
• UU Cipta Kerja telah mengalami
pengujian formil di MK, pada
25 November 2021 MK
menjatuhkan putusan perkara
Pengujian Formil UU Nomor 11
Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
terhadap Undang Undang Dasar
Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 melalui Putusan
Nomor 91/PUU-XVIII/2020.
Amar Putusan MK
• Dalam amar putusan dinyatakan bahwa
pembentukan UU tentang Cipta Kerja bertentangan
dengan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945
dan tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat
secara bersyarat sepanjang tidak dimaknai “tidak
dilakukan perbaikan dalam waktu 2 (dua) tahun
sejak putusan ini diucapkan”, kemudian
• Mahkamah Konstitusi juga memerintahkan kepada
pembentuk undang-undang (Presiden dan DPR)
untuk melakukan perbaikan dalam jangka waktu
paling lama 2 (dua) tahun sejak putusan ini
diucapkan dan apabila dalam tenggang waktu
tersebut tidak dilakukan perbaikan maka Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja
menjadi inkonstitusional secara
permanen.
Tanggapan Pemerintah & Pengamat
• Pemerintah resmi menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
undang (Perppu) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Cipta Kerja pada tanggal 30
Desember 2022.
• Perpu ini disimpulkan Pengamat, sebagai memanfaatkan konsep
“kegentingan yang memaksa.” Hal ini pada akhirnya menegaskan Putusan
MK Nomor 91/PUU-XVIII/2020 yang menguji formal dan memutuskan UU
No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja inkonstitusional bersyarat.
• Sebab ini berarti presiden telah melakukan pelecehan atas putusan
sekaligus kelembagaan Mahkamah Konstitusi. Presiden tidak menghormati
MK. "Presiden telah melakukan Contempt of the Constitutional Court,"
ungkapnya. Sebab Mahkamah Konstitusi diberikan kewenangan oleh Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 untuk menguji
konstitusionalitas undang-undang.
Referensi
• https://nasional.kompas.com/read/2023/03/21/14021541/jejak-kont
roversi-uu-cipta-kerja-disahkan-kilat-perppu-diketok-meski-banjir
• https://rakyatsulsel.fajar.co.id/2023/04/06/alasan-kenapa-uu-cipta-ke
rja-menuai-kontroversi-dan-penolakan/
• https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230102122802-92-
895026/daftar-5-aturan-di-perppu-ciptaker-yang-dinilai-buruh-

Anda mungkin juga menyukai