Undang-Undang Cipta Kerja atau disingkat UU Ciptaker adalah rancangan undang-
undang yang telah disahkan pada tanggal 5 Oktober 2020 oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan investasi asing dan dalam negeri dengan mengurangi persyaratan peraturan untuk izin usaha dan pembebasan tanah. Berdasarkan UU Ciptaker Bab I Pasal I, Cipta Kerja adalah upaya penciptaan kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan ekosistem investasi dan kemudahan berusaha, dan investasi Pemerintah Pusat dan percepatan proyek strategis nasional. Sejak awal UU Ciptaker sudah menuai banyak pendapat dari masyarakat. Mayoritas masyarakat Indonesia sangat menolak RUU ini dikarenakan merugikan kaum pekerja dan menguntungkan pihak investor dan korporasi. Sejak awal UU Ciptaker memang sudah ditentang. Hal tersebut dibuktikan dengan unjuk rasa yang menolak UU tersebut dari Januari 2020 sampai sekarang. Pascapengesahan, pada 6 Oktober 2020 terjadi kerusuhan di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Kebanyakan demonstran berasal dari kaum buruh yang menuntut agar UU Ciptaker dicabut karena merugikan pekerja. UU Cipta Kerja berisi point-point tentang waktu jam kerja, upah minimum, rencana penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA), pekerja kontrak (perjanjian kerja waktu tertentu/PKWT), mekanisme PHK, hingga jaminan sosial. Ada banyak hal yang dipertanyakan dalam UU Ciptaker ini. Pertama adalah waktu kerja. Berdasarkan UU Ciptaker, waktu kerja diatur sebagai berikut : Pasal 77 (1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja. (2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6 (enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5 (lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu. (3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi sektor usaha atau pekerjaan tertentu. (4) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh di perusahaan diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Aturan waktu kerja ini dikhawatirkan akan merugikan pekerja di sektor-sektor tertentu, karena para pekerja bisa bekerja lebih lama dan menerima upah yang lebih rendah dibandingkan pekerja di sektor lain. Dalam hal ketenagakerjaan, outsourcing atau alih daya pada UU Ciptaker tidak dibatasi kategorinya. Sementara di UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 Pasal 66 ayat (1) menyatakan bahwa : (1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. Pada UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 menjelaskan bahwa outsourcing tidak diperbolehkan untuk hal-hal yang bersifat produksi barang. Implikasinya adalah semua pekerjaan bisa dijadikan outsourcing dan proteksi terhadap pekerja jauh lebih rendah. Selanjutnya untuk Upah Minimun. Terdapat 2 macam upah minimun, yaitu : upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan upah minimum berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Pada UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 menyatakan bahwa pekerja di kota diberikan upah minimum kota karena tingginya biaya hidup perkotaan. Namun pada UU Cipta Kerja hanya mencantumkan upah minimum provinsi. Selain itu upah minimun tersebut diatur oleh gubernur sementara pada UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 menyatakan upah minimun ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota. Implikasinya bahwa usaha kecil menengah kebawah disejahterakan karena tidak wajib membayar upah minimum, tapi untuk perusahaan besar dapat muncul suatu masalah. Karena perusahaan besar bisa membayar seenaknya dengan patokan Upah Minimum Daerah dan gubernur dapat menjadi arbitrary. Kemudian untuk pemutusan hubungan kerja. Pada UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 harus ada diskusi antara pekerja dan pemberi pekerjaan dan harus ada surat. Pada Pasal 151 (2), tertulis bahwa ‘Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi anggota serikat pekerja/serikat buruh’. Sementara UU Cipta Kerja Pasal 151 tertulis bahwa ‘Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari maka maksud dan alasan pemutusan hubungan kerja diberitahukan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh’. Sehingga pemutusan kerja hanya akan diberikan notifikasi atau pemberitahuan. Jadi pemberitahuan pemutusan kerja tanpa diskusi. Kemudian untuk jenis employment terdapat yang permanen dan tidak tetap atau kontrak. Kalau permanen artinya adalah suatu kerjaan yang sifatnya terus menerus dan permanen. Sementara employment tidak tetap adalah pekerjaan musiman atau project yang sekali kerja selesai tetapi tidak boleh lebih lama dari 3 tahun. Semisal kerjaannya lebih dari 3 tahun karena hal-hal tidak terduga, dapat diperpanjang sekali dalam jangka waktu 2 sampai 5 tahun. Namun ketentuan ini sekarang dihapus, sehingga tidak adil bagi orang-orang dengan jenis pekerjaan tetap tetapi bisa dijadikan pekerja kontrak terus-menerus padahal sebelumnya hanya boleh 5 tahun. Berikut adalah pendapat yang saya pikir tentang UU Cipta Kerja. Menurut saya, UU Cipta Kerja memiliki tujuan penting untuk mengarahkan ekonomi Indonesia ke arah positif. Namun, UU Cipta Kerja memang memiliki banyak hukum-hukum kontroversial sehingga banyak mendapat protes dari masyarakat. Menurut saya, hukum ini sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sehingga bisa bermanfaat bagi pihak investor dan kaum pekerja.