Anda di halaman 1dari 3

Essay UU Cipta Kerja

Bella Meylani Lifindra / 0606011810022

Undang-Undang Cipta Kerja atau disingkat UU Ciptaker adalah rancangan undang-


undang yang telah disahkan pada tanggal 5 Oktober 2020 oleh Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) dengan tujuan untuk menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
investasi asing dan dalam negeri dengan mengurangi persyaratan peraturan untuk izin
usaha dan pembebasan tanah. Berdasarkan UU Ciptaker Bab I Pasal I, Cipta Kerja
adalah upaya penciptaan kerja melalui usaha kemudahan, perlindungan, dan
pemberdayaan koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, peningkatan
ekosistem investasi dan kemudahan berusaha, dan investasi Pemerintah Pusat dan
percepatan proyek strategis nasional.
Sejak awal UU Ciptaker sudah menuai banyak pendapat dari masyarakat. Mayoritas
masyarakat Indonesia sangat menolak RUU ini dikarenakan merugikan kaum pekerja
dan menguntungkan pihak investor dan korporasi. Sejak awal UU Ciptaker memang
sudah ditentang. Hal tersebut dibuktikan dengan unjuk rasa yang menolak UU
tersebut dari Januari 2020 sampai sekarang. Pascapengesahan, pada 6 Oktober 2020
terjadi kerusuhan di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Kebanyakan demonstran
berasal dari kaum buruh yang menuntut agar UU Ciptaker dicabut karena merugikan
pekerja.
UU Cipta Kerja berisi point-point tentang waktu jam kerja, upah minimum, rencana
penggunaan tenaga kerja asing (RPTKA), pekerja kontrak (perjanjian kerja waktu
tertentu/PKWT), mekanisme PHK, hingga jaminan sosial.
Ada banyak hal yang dipertanyakan dalam UU Ciptaker ini. Pertama adalah waktu
kerja. Berdasarkan UU Ciptaker, waktu kerja diatur sebagai berikut :
Pasal 77
(1) Setiap Pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja.
(2) Waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. 7 (tujuh) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 6
(enam) hari kerja dalam 1 (satu) minggu; atau
b. 8 (delapan) jam 1 (satu) hari dan 40 (empat puluh) jam 1 (satu) minggu untuk 5
(lima) hari kerja dalam 1 (satu) minggu.
(3) Ketentuan waktu kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) tidak berlaku bagi
sektor usaha atau pekerjaan tertentu.
(4) Pelaksanaan jam kerja bagi pekerja/buruh di perusahaan diatur dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai waktu kerja pada sektor usaha atau pekerjaan
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Aturan waktu kerja ini dikhawatirkan akan merugikan pekerja di sektor-sektor
tertentu, karena para pekerja bisa bekerja lebih lama dan menerima upah yang lebih
rendah dibandingkan pekerja di sektor lain.
Dalam hal ketenagakerjaan, outsourcing atau alih daya pada UU Ciptaker tidak
dibatasi kategorinya. Sementara di UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 Pasal 66
ayat (1) menyatakan bahwa :
(1) Pekerja/buruh dari perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tidak boleh
digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan
yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa
penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi.
Pada UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 menjelaskan bahwa outsourcing tidak
diperbolehkan untuk hal-hal yang bersifat produksi barang. Implikasinya adalah
semua pekerjaan bisa dijadikan outsourcing dan proteksi terhadap pekerja jauh lebih
rendah.
Selanjutnya untuk Upah Minimun. Terdapat 2 macam upah minimun, yaitu : upah
minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten/kota dan upah minimum
berdasarkan sektor pada wilayah provinsi atau kabupaten/kota. Pada UU
Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 menyatakan bahwa pekerja di kota diberikan
upah minimum kota karena tingginya biaya hidup perkotaan. Namun pada UU Cipta
Kerja hanya mencantumkan upah minimum provinsi. Selain itu upah minimun
tersebut diatur oleh gubernur sementara pada UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003
menyatakan upah minimun ditetapkan oleh Gubernur dengan memperhatikan
rekomendasi dari Dewan Pengupahan Provinsi dan/atau Bupati/Walikota.
Implikasinya bahwa usaha kecil menengah kebawah disejahterakan karena tidak
wajib membayar upah minimum, tapi untuk perusahaan besar dapat muncul suatu
masalah. Karena perusahaan besar bisa membayar seenaknya dengan patokan Upah
Minimum Daerah dan gubernur dapat menjadi arbitrary.
Kemudian untuk pemutusan hubungan kerja. Pada UU Ketenagakerjaan No. 13 tahun
2003 harus ada diskusi antara pekerja dan pemberi pekerjaan dan harus ada surat.
Pada Pasal 151 (2), tertulis bahwa ‘Dalam hal segala upaya telah dilakukan, tetapi
pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari, maka maksud pemutusan hubungan
kerja wajib dirundingkan oleh pengusaha dan serikat pekerja/serikat buruh atau
dengan pekerja/buruh apabila pekerja/buruh yang bersangkutan tidak menjadi
anggota serikat pekerja/serikat buruh’. Sementara UU Cipta Kerja Pasal 151 tertulis
bahwa ‘Dalam hal pemutusan hubungan kerja tidak dapat dihindari maka maksud
dan alasan pemutusan hubungan kerja diberitahukan oleh pengusaha kepada
pekerja/buruh dan/atau serikat pekerja/serikat buruh’. Sehingga pemutusan kerja
hanya akan diberikan notifikasi atau pemberitahuan. Jadi pemberitahuan pemutusan
kerja tanpa diskusi.
Kemudian untuk jenis employment terdapat yang permanen dan tidak tetap atau
kontrak. Kalau permanen artinya adalah suatu kerjaan yang sifatnya terus menerus
dan permanen. Sementara employment tidak tetap adalah pekerjaan musiman atau
project yang sekali kerja selesai tetapi tidak boleh lebih lama dari 3 tahun. Semisal
kerjaannya lebih dari 3 tahun karena hal-hal tidak terduga, dapat diperpanjang sekali
dalam jangka waktu 2 sampai 5 tahun. Namun ketentuan ini sekarang dihapus,
sehingga tidak adil bagi orang-orang dengan jenis pekerjaan tetap tetapi bisa dijadikan
pekerja kontrak terus-menerus padahal sebelumnya hanya boleh 5 tahun.
Berikut adalah pendapat yang saya pikir tentang UU Cipta Kerja. Menurut saya, UU
Cipta Kerja memiliki tujuan penting untuk mengarahkan ekonomi Indonesia ke arah
positif. Namun, UU Cipta Kerja memang memiliki banyak hukum-hukum
kontroversial sehingga banyak mendapat protes dari masyarakat. Menurut saya,
hukum ini sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sehingga bisa bermanfaat bagi pihak
investor dan kaum pekerja.

Anda mungkin juga menyukai