Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

Prof. Soetandyo Wignyosoebroto adalah seorang pakar sosiologi hukum dan


merupakan pelopor aliran antipositivime dalam hukum. Ia dikenal sebagai ilmuwan
yang kritis dan konsisten. Guru Besar Emeritus Universitas Airlangga ini berpendapat
bahwa ketimpangan tersebut disebabkan cara hakim memperlakukan undang-undang.
Hakim memang harus mendasarkan diri pada undang-undang, namun di lain pihak
hakim seharusnya juga mempertimbangkan faktor-faktor yang tidak terlalu bersifat
yuridis. Dengan kata lain, hakim harus memiliki kearifan sehingga keadilan tidak
terletak pada undang-undang melainkan terletak pada hati nurani. Hukum yang
digerakkan untuk mengadili orang lemah sangatlah keras, sementara saat mengadili
orang kuat, hukum menjadi lemah.
Bagi Prof. Soetandyo hukum tidaklah sama dengan keadilan. Hukum hanya
menertibkan. Tertib hukum bukan keadilan. “Jangan mengandalkan keadilan hanya
dari hukum positif,” ujarnya. Ada legal justice, tapi ada legal justice yang lain lagi,
yakni social justice. Pak Tandyo –begitu ia biasa dipanggil- berpendapat hendaknya
pemikiran-pemikiran masa kini jangan hanya tertuju pada hukum (undang-undang)
yang berlaku untuk seluruh tatanan nasional dari Sabang sampai Merauke, sebab
hukum dibuat oleh lembaga-lembaga di mana orang desa tak ikut bicara, dan buruh tak
ikut terlibat ketika hukum perburuhan dibuat.
Saat ditanyai mengenai pluralisme di Indonesia, Prof. Soetandyo menyatakan
bahwa kemajemukan harus menjadi dasar kebijaksanaan. Untuk bangsa yang homogen
seperti Jepang atau Korea, kebijakan atas dasar konsep tunggal memang dapat
diterapkan. Namun untuk Indonesia yang sejak lama dihuni berbagai suku bangsa
dengan berbagai bahasa dan budayanya, konsep kemajemukan harus
diperhatikan. Menurut Pak Tandyo, keresahan masyarakat Papua atau masyarakat
Dayak di Kalimantan misalnya, terjadi karena hukum adat tak lagi mendapat lagi dalam
negara ini. Jika masyarakat tak bisa lagi menguasai hidup secara tradisi, keresahan akan
timbul. “Kekuasaan sentral harus mengakui bahwa rakyat punya hak ekonomi dan hak
sosial (ecosoc) atas kekayaan alam mereka. Hal itu harus diselesaikan bukan saja oleh
ahli hukum, tapi juga oleh ahli sosial, ahli budaya dan sebagainya,” katanya. Sehingga
diperlukan metode penelitian hukum yang sesuai.
Metode Penelitian Hukum adalah cara untuk mencari jawaban yang benar
mengenai sesuatu problem tentang hukum. Maka konsep atau pengertian tentang “apa
yang diartikan dengan hukum” di sini akan amat menentukan metode pencaharian yang
selayaknya dipakai. Tak pelak, jenis metode yang akan dipakai dalam penelitian hukum
akan sangat bergantung pada apa konsep yang tengah dikukuhi tentang hukum
(Soetandyo Wignjosoebroto, 1992). Soetandyo Wignjosoebroto membagi penelitian
hukum menjadi dua yaitu penelitian hukum doktrinal dan penelitian hukum non
doktrinal. Penelitian hukum doktrinal (doctrinal research) merupakan penelitian yang
mengkaji hukum yang dikonsepkan dan dikembangkan atas doktrin yang dianut oleh
sang pengkonsep atau sang pengembangnya.1 Penelitian hukum normatif adalah
penelitian hukum doktriner, juga disebut sebagai penelitian kepustakaan (library based)
atau studi dokumen yang fokusnya pada membaca dan mempelajari bahan-bahan
hukum primer dan sekunder.
Disebut penelitian hukum doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau
ditunjukan hanya pada peraturan-peraturan yang tertulis atau bahan hukum yang lain.
Penelitian atau studi dokumen penelitian ini disebabkan oleh lebih banyak dilakukan
terhadap bahan hukum yang bersifat sekunder yang ada diperpustakaan. Penelitian
hukum normatif biasanya hanya digunakan sumber-sumber bahan hukum sekunder
saja, yaitu buku-buku, peraturan perundang-undangan, keputusan-keputusan
pengadilan, teori-teori hukum, dan pendapat para ahli terkemuka. Menurut Soerjono
Soekantoo dan Sri Mamudji, penelitian hukum normatif atau disebut juga penelitian
hukum kepustakaan adalah penelitian hukum yang dilakukan dengan meneliti bahan
pustaka atau data sekunder belaka.2

1
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, penerapan teori hukum pada tesis dan disertasi, penerbit Pt
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm.12
2
Soerjono Soekanto dan SrI Mamudji, dalam Salim HS dan Septiana Nurbani, Penetapan Teori Hukum
pada Tesis dan Disertasi, Penerbit PT Rajagrafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 11
Soetandyo Wignjosoebroto membedakan lima tipe kajian hukum berdasarkan
perbedaan konsep hukum. Perbedaan tipe kajian ini akan menyebabkan juga perbedaan
dalam pemilihan dan penggunaan metode kajian, yang diungkapkannya dalam rumus
M=f(K), yakni metode adalah fungsi konsep.3 Menurut Soetandyo
Wignjosoebroto (1992) terdapat beberapa konsep hukum yakni4:
1. Hukum adalah asas-asas kebenaran dan keadilan yang bersifat kodrati dan berlaku
universal.
2. Hukum adalah norma-norma positif di dalam sistem perundang-undangan hukum
nasional.
3. Hukum adalah apa yang diputuskan oleh hakim in concerto, tersistematisasi
sebagai judge made law
4. Hukum adalah pola perilaku sosial yang terlembaga eksis sebagai variable sosial
yang empiris
5. Hukum manifestasi makna-makna simbolik para perilaku sosial sebagai tampak
dalam interaksi antar mereka.

Untuk lebih jelasnya konsep hukum Soetandyo Wignjosoebroto (1992) disajikan dalam
bentuk tabel berikut ini:

KONSEP TIPE KAJIAN METODE PENELITI ORIENTASI


HUKUM PENELITIAN
Hukum adalah Filsafat hukum Logika deduksi, Pemikir Filsafati
asas-asas berpangkal premis
kebenaran dan normatif yang
keadilan yang diyakini
bersifat bersifat self-
kodrati dan evident

3 Teguh Prasetyo, Abdul Halim Barkatullah, Ilmu Hukum & Filsafat Hukum Studi Pemikiran Ahli Hukum
Sepanjang Zaman, Ctk. Keempat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2011, hlm.78
4
Setiono, Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian hukum, Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana
Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 2010, hlm 20.
berlaku
universal
Hukum adalah Ajaran hukum Doktrinal, Para yuris Positivisme
norma-norma murni yang bersaranakan kontinental
positif di dalam mengkaji Law as it terutama logika
sistem is written in the deduksi utnuk
perundang- books membangun
undangan sistem hukum
hukum positif
nasional
Hukum adalah American Doktrinal seperti American Behaviour
apa yang Sociological di muka, tetapi lawyer sociologic Judge
diputuskan Jurisprudence juga non doktrinal made law
oleh hakim in yang mengkaji by bersaranakan
concerto, judge dengan logika induksi
tersistematisasi mengkaji court untuk
sebagai judge behaviour law as it mengkaji court
made law decided behaviour
Hukum adalah Sosiologi hukum, Sosial/ non Sosiolog Struktural
pola perilaku pengkaji Law as it doktrinal dengan
sosial yang is in society pendekatan
terlembaga struktural/ makro
eksis sebagai dan umumnya
variable sosial terkuantifikasi
yang empiris
Hukum Sosiologi atau Sosial/ non Sosial – Simbolik
manifestasi antropologi doktrinal dengan antropologi interaksional
makna-makna hukum, pendekatan Pengkaji
simbolik para pengkaji law as it interaksional/ humaniora
perilaku sosial is in (human mikro, dengan
sebagai actions) analisis kualitatif
tampak dalam
interaksi antar
mereka

Dari kelima konsep dasar hukum yang dikemukakan Soetandyo


Wignjosoebroto dapat kita simpulkan bahwa konsep nomor 1, 2, dan 3 merupakan
penelitian hukum normatif sedangkan nomor 4 dan 5 merupakan penelitian hukum
empiris.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Simpulan yang dapat ditarik dari seluruh uraian di muka ialah, bahwa ilmu
hukum tidaklah akan mungkin menggunakan ancangan, perspektif, atau cara
pendekatan yang ditradisikan dalam ilmu-ilmu sosial secara lengkap dan konsekuen,
kecuali apabila ilmu hukum itu siap ditransformasikan menjadi suatu cabang ilmu
sosial (dengan variable hukum sebagai objek khususnya). Hendaknya pemikiran-
pemikiran masa kini jangan hanya tertuju pada hukum (undang-undang) yang berlaku
untuk seluruh tatanan nasional dari Sabang sampai Merauke, sebab hukum dibuat oleh
lembaga-lembaga di mana orang desa tak ikut bicara, dan buruh tak ikut terlibat ketika
hukum perburuhan dibuat.

B. Saran
Di tengah-tengah situasi krisis yang menuntut kesediaan beradaptasi, ilmu
hukum dewasa ini-harus bersedia mengembangkan tata hukum yang menjadi objek
norma yang tak lagi berwatak positif yang sempit, dan melainkan suatu sebgai s istem
perkaidahan yang tertutup, melinkan suatu system yang terbuka. Sebagai system
terbuka, hukum akan mudah bertransaksi dengan lingkungan sosial (yang menjadi
objek kajian ilmu-ilmu sosial), dalam ihkwal meng-input-kan fakta sosial,
memprosesnya di dalam system sebagai throughputs yang secara sosial relevan, untuk
sebgai kemudian meng-output-kan kembali ke tengah masyarakat sebagai suatu socio-
legal judgements yang benar-benar fungsional.

DAFTAR PUSTAKA

HS, Salim dan Erlies Septiana Nurbani. 2013. penerapan teori hukum pada tesis dan
disertasi. Jakarta: Pt Rajagrafindo Persada.

Prasetyo, Teguh dan Abdul Halim Barkatullah. 2011. Ilmu Hukum & Filsafat Hukum
Studi Pemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman, Ctk. Keempat. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.

Setiono. 2010. Pemahaman Terhadap Metodologi Penelitian hokum. Surakarta:


Program Studi Ilmu Hukum Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji, dalam Salim HS dan Septiana Nurbani. 2013.
Penetapan Teori Hukum pada Tesis dan Disertasi. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada.

Anda mungkin juga menyukai