Anda di halaman 1dari 3

Learning Issue :

1. DD Nyeri penis
Nyeri penis berdasarkan keadaannya dibagi menjadi :
 Nyeri pada keadaan penis flaksid:
 Penyebab primer: parafimosis
 Penyebab sekunder (paling sering): akibat inflamasi pada kandung kemih atau uretra,
dengan nyeri alih yang dialami secara maksimal pada meatus uretra.
 Nyeri pada keadaan penis ereksi: penyakit Peyronie atau priapismus.

2. Definisi Parafimosis
Suatu kondisi yang terjadi pada penis yang tidak disirkumsisi, dimana preputium yang diretraksi
kebelakang glans penis, tidak dapat dikembalikan ke posisi normalnya.

3. Faktor Risiko
 Iatrogenik: ketika preputium diretraksi untuk dibersihkan, pemeriksaan penis, kateterisasi
uretra atau sistoskopi tetapi petugas Kesehatan lupa mengembalikan preputium ke posisinya
semula.
 Perlukaan penis oleh diri pasien sendiri: menindik glans atau preputium penis dengan anting,
implantasi benda asing pada preputium.
 Higiene buruk
 Fimosis
 Kondisi yang mengganggu kelunakan preputium: kutil dan infeksi menular seksual lainnya,
angioma, dermatitis kontak, dan jaringan parut karena luka bakar atau inflamasi
 Ereksi berkepanjangan ditambah dengan adanya kulit preputium yang tidak elastis.

4. Anatomi Penis
Penis terdiri dari 2 corpora cavernosa dan corpus spongiosum (didalamnya terdapat uretra).
Korpus spongiosum membesar di bagian distal dan ditutupi gland penis diujungnya. Masing-
masing korpus dibungkus oleh fascia disebut tunica albuginea. Secara keseluruhan struktur
tersebut dibungkus oleh jaringan ikat tebal disebut fascia Buck. Bungkus terluar adalah kulit,
kemudian lemak. Terdapat preputium yang melingkupi glans penis.
Vaskularisasi penis dan uretra disuplai oleh arteri pudenda interna. Masing-masing arteri dibagi
menjadi arteri kavernosa penis (yang menyuplai korpora kavernosa), bagian dorsal arteri dorsalis
penis dan arteri bubouretral. Cabang ini menyuplai korpus spongiosum, glans penis dan uretra.
Arteri pudendus aksesorius berasal dari arteri vesika inferior, obturator atau arteri lainnya yang
menyuplai penis.
Vena dorsalis penis superfisial terletak diluar fascia Bucks dan mengalirkan darah ke vena safena.
Vena dorsalis penis profunda terletak dibawah fascia Buck’s dan terletak di antara arteri dorsalis
penis. Vena kavernosa menerima aliran darah dari crura penis. Vena-vena tersebut berhubungan
dengan pleksus venosus pudenda yang mengalirkan darah ke vena pudendus interna dan pleksus
venosus periprostatic.
Drainase limfatik dari kulit penis menuju limfonodi inguinalis superfisial dan subinguinal. Aliran
limfe dari uretra proksimal menuju ke limfonodi iliaka internal (hipogastrik) dan iliaca communis.

5. Epidemiologi Parafimosis
Parafimosis terjadi pada 0.7% anak laki-laki yang tidak disirkumsisi. Sekitar 1-5% laki-laki akan
mengalami parafimosis sebelum usia 16 tahun.

6. Manifestasi Klinis Parafimosis


Jeratan kulit preputium di belakang glans penis yang tidak dapat dikembalikan ke posisi semula
disertai pembengkakan glans penis (membesar) yang nyeri.

7. Patofisiologi Parafimosis
Peradangan berlebihan yang berkepanjangan pada preputium menyebabkan kontraktur pada
lubang masuk preputium dan terbentuknya cincin kulit yang ketat ketika preputium ditarik
kembali ke belakang glans penis. Jeratan cicin preputium ini menyebabkan kemacetan aliran vena
yang menyebabkan edema dan pembesaran glans, sehingga kondisi bertambah buruk. Selanjutnya
kondisi dapat berlanjut menjadi oklusi arteri dan pada akhirnya terjadi nekrosis glans.

8. Tata laksana Parafimosis


Parafimosis perlu direduksi segera karena merupakan suatu kegawatdaruratan. Tujuan utama
tatalaksana parafimosis ialah untuk mengurangi edema penis, sehingga kulit preputium dapat
dikembalikan ke posisi semula menutupi glans penis. (Kusumajaya C., 2017)
Non farmakoterapi (tindakan non invasive berupa reduksi manual)
- Parafimosis biasanya dap
- at dikembalikan dengan reduksi manual. Caranya dengan penekanan kuat pada glans selama 5
menit untuk mengurangi bengkak sehingga mengecilkan ukuran glans. Selanjutnya kulit
dapat dikembalikan menutupi glans. Sebaiknya diberikan antibiotic dan sirkumsisi
sebaiknya dilakukan setelah peradangan mereda (Kusumajaya C., 2017).
Farmakoterapi + tindakan (tindakan non invasive berupa teknik reduksi lainnya dengan bantuan
anestesi)
- Ada beberapa teknik reduksi lainnya misalnya teknik Dundee, metode kompres es, reduksi
dengan hyaluronidase dan penggunaan agen osmotic seperti gula pasir. Semua teknik
tersebut memerlukan anestesi lokal, blok penis dengan lidokain tanpa epinefrin, atau yang
sering pada anak, sedasi. (McAninch J.W., 2013)
Pembedahan (tindakan invasive dengan anestesi local/umum)
- Jika cara reduksi manual gagal, terdapat beberapa pilihan tindakan invasif seperti pungsi,
aspirasi glans, dorsal slit dan sirkumsisi. Tindakan-tindakan tersebut tentunya dilakukan
dibawah anestesi lokal (atau umum).

Pencegahan parafimosis dilakukan dengan menjaga hygiene atau dengan sirkumsisi. Menjaga
kebersihan penis dilakukan dengan retraksi preputium setiap hari saat mandi dimulai dari masa
pubertas. Pencegahan dengan sirkumsisi dapat mengurangi risiko fimosis dan parafimosis.
9. Komplikasi Parafimosis
 Nekrosis glans penis (perubahan warna menjadi kebiruan atau kehitaman dan teraba keras)
 Gangren penis
 Autoamputasi penis

10. Prognosis Parafimosis


Baik bila dilakukan penanganan yang tepat sebelum terjadi komplikasi.

Kesimpulan :
Seorang anak laki-laki P, usia 3 tahun, dibawa orang tuanya ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan nyeri
dan bengkak pada kepala penis dengan kulup yang tertarik ke balakang kepala penis.
Anamnesa :
 Riwayat sebelumnya pasien bermain-main di rumah, tidak sengaja menarik kulit penutup penis ke
belakang dan tidak dapat mengembalikannya selama 8 jam.
Pemeriksaan fisik
 Status lokalis glans penis tampak edema dengan retraksi preputium di proksimalnya.
Diagnosis pada pasien adalah parafimosis.
Tatalaksana adalah reduksi manual dan diberikan antibiotik, kemudian direncanakan untuk sirkumsisi
setelah peradangan mereda.
Prognosis dubia ad bonam.

Anda mungkin juga menyukai