PEMBIMBING :
dr. Landry Miguna, Sp.B.
Anestesi
Jenis anestesi lokal yang paling sering digunakan adalah lidokain polos / lignokain 1% atau 2%,
sendiri atau dalam kombinasi dengan bupivacaine biasa 0,25% atau 0,5%. Bupivacaine dapat
digunakan pada anak yang berusia diatas 10 tahun. Keuntungan dari lidocaine / lignocaine adalah
ia bekerja dengan cepat (onset cepat). Sedangkan bupivacaine ini lebih mahal daripada
lidocaine/lignocaine dan membutuhkan waktu lebih lama untuk bekerja, tetapi durasi anestesinya
bertahan lebih lama. Dosis maksimum lidokain/lignokain 3 mg/kgBB, sedangkan bupivacaine
1,5 mg/kgBB.
Teknik dalam lokal anestesi:
1. The subcutaneous ring block technique
Menggunakan jarum ukur halus (gauge 23-27).
Cara melakukan:
● Suntikan sekitar 0,1 mL agen anestesi secara subkutan pada jam 12:00.
● Tanpa menarik jarum, lanjutkan jarum ke ruang subdermal, pastikan jarum itu
bebas bergerak. Pada titik ini, aspirasi jarum suntik dan, jika tidak ada darah,
suntikkan 2-3 mL agen anestesi untuk memblok saraf-saraf penis dorsal.
● Lanjutkan jarum secara subkutan di sekitar setiap sisi penis, aspirasi jarum suntik
dan, jika tidak ada darah, menyuntikkan sejumlah kecil agen anestesi untuk
menyelesaikan setengah-cincin anestesi di sekitar setengah punggung poros.
● Untuk menyelesaikan blokir, buat tusukan tambahan pada posisi jam 03:00 dan
09:00 untuk melanjutkan cincin anestesi di sekitar setengah ventral dari poros.
Jika tusukan dilakukan pada posisi jam 06:00, ada risiko cedera uretra dan
menyuntikkan ke pembuluh darah.
Setelah anestesi diinjeksi, tunggu minimal lima menit (dihitung dengan waktu) sebelum
mulai sirkumsisi. Kesalahan umum adalah memulai prosedur sebelum anestesi sempat
bekerja. Tes sensasi sebelum memulai prosedur dengan mencubit kulup dengan lembut
dengan forsep arteri. Jika ada sensasi residu, tunggu tambahan dua hingga tiga menit dan
tes lagi. Jika masih ada sensasi, beri lebih banyak lokal anestesi, berhati-hatilah agar tidak
melebihi dosis aman maksimum.
1. Semua benda yang digunakan ● Persediaan steril yang dikemas secara komersial ditandai
dalam bidang yang steril harus sebagai steril; kemasan lain akan diidentifikasi steril
steril. menurut kebijakan agensi
● Periksa paket untuk sterilitas dengan menilai keutuhan,
kekeringan, dan tanggal kadaluarsa sebelum digunakan
● Kemasan yang sobek, yang sebelumnya dibuka, atau basah,
atau kemasan yang dijatuhkan di lantai, dianggap tidak steril
dan tidak boleh digunakan dalam bidang steril
2. Objek steril menjadi tidak steril ● Benda steril hanya boleh disentuh oleh peralatan steril atau
ketika disentuh oleh objek yang sarung tangan steril
tidak steril. ● Ketika sterilitas suatu benda dipertanyakan, anggap itu tidak
steril
● Cairan mengalir ke arah gravitasi. Jaga agar ujung forceps
tetap di bawah selama prosedur steril untuk mencegah cairan
mengalir melewati seluruh forceps dan berpotensi
mencemari bidang steril
3. Benda-benda steril yang berada ● Simpan semua peralatan steril dan sarung tangan steril di
di bawah tingkat pinggang, atau atas tingkat pinggang
benda-benda yang berada di ● Tirai meja hanya steril di tingkat pinggang
bawah tingkat pinggang,
dianggap tidak steril
4. Bidang-bidang yang steril harus ● Bidang steril harus selalu diperhatikan selama seluruh
selalu dijaga agar dianggap prosedur steril
steril ● Jangan pernah memunggungi bidang steril karena sterilitas
tidak dapat dijamin
5. Saat membuka peralatan steril ● Atur baki steril sedekat mungkin dengan waktu penggunaan
dan menambahkan persediaan ● Tetap terorganisir dan selesaikan prosedur sesegera mungkin
ke bidang steril, berhati-hatilah ● Tempatkan benda-benda besar di bidang steril menggunakan
untuk menghindari kontaminasi sarung tangan steril atau forsep pemindah yang steril
● Benda steril dapat menjadi tidak steril karena kontak dengan
mikroorganisme di udara dalam waktu lama
6. Setiap tusukan, kelembaban, ● Jaga permukaan steril tetap kering dan ganti jika basah atau
atau sobekan yang melewati sobek
penghalang steril harus
dianggap terkontaminasi
7. Setelah bidang steril diatur, ● Tempatkan semua benda di dalam bidang steril dan jauh dari
batas satu inci di tepi tirai steril perbatasan satu inci
dianggap tidak steril
8. Jika ada keraguan tentang ● Sterilitas yang diketahui harus dipertahankan selama
sterilitas suatu benda, itu prosedur apapun
dianggap tidak steril
9. Orang steril atau benda steril ● Bagian depan gaun steril berifat steril antara bahu dan
hanya dapat melakukan kontak pinggang, dan dari lengan ke 2 inci di bawah siku
dengan bidang steril; orang atau ● Benda-benda yang tidak steril jangan sampai melewati
barang yang tidak steril hanya bidang steril. Misalnya, orang yang tidak steril tidak boleh
melakukan kontak dengan menjangkau bidang yang steril
bidang yang tidak steril ● Saat membuka peralatan steril, ikuti praktik terbaik untuk
menambahkan persediaan ke bidang steril untuk
menghindari kontaminasi
● Jangan letakkan benda yang tidak steril di dalam bidang
steril
10. Gerakan di sekitar dan di ● Jangan bersin, batuk, tertawa, atau berbicara pada bidang
bidang steril tidak boleh yang steril
berkompromi atau mencemari ● Pertahankan ruang yang aman atau batas keselamatan antara
bidang steril benda serta area yang steril dan tidak steril
● Jangan menyentuh bidang yang steril
● Pertahankan lalu lintas ruang operasi minimum, dan tutup
pintu
● Jaga rambut tetap diikat
● Saat menuangkan larutan steril, hanya bibir dan tutup bagian
dalam wadah penuangan yang dianggap steril
● Wadah penuangan tidak boleh menyentuh bagian mana pun
dari bidang steril. Hindari percikan
Antisepsis adalah pencegahan sepsis dengan penghancuran atau penghambatan
mikroorganisme menggunakan agen yang dapat diterapkan dengan aman pada jaringan hidup.
Sepsis adalah adanya patogen atau produk toksiknya dalam jaringan tubuh pasien. Antiseptik
adalah bahan kimia yang dapat membunuh mikroorganisme patogen, atau menghambat
pertumbuhannya selama agen dan mikroorganisme tetap dalam kontak; sebutan ini digunakan
untuk pengaplikasian agen pada tubuh. Disinfeksi adalah penyingkiran mikroorganisme, spora
mereka belum tentu. Disinfektan adalah zat kimia germisidal yang membunuh mikroorganisme
dalam benda mati, seperti benda-benda peralatan bedah. Sterilisasi adalah peniadaan viabilitas
mikroba secara lengkap, termasuk bentuk vegetatif dari bakteri dan spora, secara fisik atau
kimiawi. Beberapa contoh antiseptik yang digunakan sebagai agen untuk mempersiapkan kulit
sebelum operasi adalah sebagai berikut.
TEKNIK SIRKUMSISI
● GUILLOTINE / FORCEP GUIDED
1. Persiapan alat, tindakan asepsis, pasang doek lubang steril dan lakukan tindakan anestesi.
4. Klem preputium pada arah jam 3 dan 9 dengan dua klem arteri. Letakan klem sesuai pada
apeks preputium supaya tekanan diantara bagian dalam dan bagian luar preputium sama.
Jika hal tersebut tidak dilakukan dengan benar, ada resiko meninggalkan terlalu banyak
mukosa kulit atau terlalu banyak membuang preputium bagian luar.
5. Tarik preputium pada tanda incisi yang sudah dibuat sampai melewati glans. Lalu jepit
dengan klem panjang lurus pada proksimal tanda incisi, dengan panjang axis di jam 6 ke
arah jam 12, hati-hati jangan sampai menjepit glans. Setelah klem terpasang, palpasi
glans cek apabila glans tidak sengaja terjepit pada klem.
6. Menggunakan scapel, gunting preputium pada bagian luar daripada klem. Klem berfungsi
melindungi glans dari cedera, namun tetap tahap ini perlu perhatian.
7. Retraksi kembali untuk melihat bagian dalam. Jepit dengan klem arteri apabila ada
pembuluh darah yang bocor. Klem pembuluh darah seakurat mungkin dan menjepit
jaringan sekitar seminimal mungkin. Ikat masing-masing pembuluh darah atau jahit
pembuluh darah. Hati-hati jangan sampai meletakan jahitan hemostatik terlalu dalam.
Saat melakukannya di area frenulum lakukan dengan hati-hati jangan sampai mencedera
uretra.
8. Jahit secara horizontal di bagian frenulum, pada arah jam 6.
9. Jahit secara vertikal berlawanan dengan frenulum, pada arah jam 12. Tambahkan
penjahitan vertikal pada jam 3 dan jam 9.
10. Setelah menjahit di jam 6,12,3,9, tambahkan dua atau lebih simple suture pada gap
diantaranya.
11. Setelah prosedur selesai, cek apabila ada pendarahan. Jika tidak ada, tutup dengan
dressing.
DORSAL SLIT CIRCUMCISION
1. Persiapan alat, tindakan asepsis, pasang doek lubang steril dan lakukan tindakan anestesi.
2. Retraksi dan lepaskan perlekatan preputium
3. Tandai dalam bentuk garisan pada lokasi incisi
4. (opsional) Beberapa dokter spesialis bedah menandai dengan membuat incisi sangat
dangkal menggunakan skapel, hal ini berguna pada kulit dengan pigmen banyak yang
sulit dengan spidol/ gentian violet. Sebelum melakukan tanda insisi, cek tanda dilakukan
pada level corona dan berapa banyak bagian kulit yang ditandai. Incisi harus dibuat hanya
pada kulit, jangan sampai terlalu dalam dan mengenai pembuluh darah. Kerugian dari
step ini adalah resiko kecelakaan tidak disengaja.
Fig. 5.27 Superficial incision used to mark the line of incision on a man with deeply pigmented skin.
5. Klem preputium pada arah jam 3 dan 9 dengan dua klem arteri. Letakan klem sesuai pada
apeks preputium supaya tekanan diantara bagian dalam dan bagian luar preputium sama.
6. Letarak dua klem arteri pada preputium di jam 11 dan jam 1. Cek apakah bagian dalam
klem sudah berada diantara glans dan preputium, dan tidak melewati meatus urethra.
7. Diantara dua klem arteri, di arah jam 12, gunakan guntin dissection untuk mengunting
(dorsal slit) tapi tidak melewati tanda insisi.
8. Menggunakan gunting dissection, gunting preputium mengikuti tanda insisi.
9. Bila ada skin tag di bagian dalam pinggiran preputium dapat di gunting untuk
menyisakan sekitar 5 mm proksimal dari corona.
10. Hentikan pendarahan dan jahit sesuai dengan step 7-10 pada metode Guillotine.
11. Cek apabila ada pendarahan. Jika tidak ada, tutup dengan dressing.
Komplikasi sirkumsisi:
1. Komplikasi yang terjadi saat dilakukan sirkumsisi
- Excessive adhesions
Pada pasien dengan phimosis terdapat ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi setelah
dilakukannya dorsal slit, jika terdapat excessive adhesion maka akan sulit untuk memisahkan
preputium dengan glans penis sehingga prosedur sebaiknya dihentikan lalu pasien dirujuk ke
sebuah rumah sakit. Pada keadaan ini dorsal slit yang sudah dilakukan harus diperbaiki dengan
dijahit untuk menghentikan perdarahan kemudian tutup dengan kain kasa lalu rujuk dalam 24-48
jam.
- Perdarahan
Bila timbul perdarahan saat melakukan sirkumsisi jangan panik, letakkan swab di bawah penis
dan swab lain di atas titik perdarahan, tekan kuat titik perdarahan selama kurang lebih 5 menit,
kemudian angkat swab secara perlahan, dan biasanya perdarahan telah berhenti setelah dilakukan
penekanan selama 5 menit. Bila perdarahan masih berlangsung, dapat digunakan haemostatic
artery forceps atau dilakukan penekanan kembali pada titik perdarahan selama kurang lebih 5
menit, setelah itu lakukan penjahitan pada titik perdarahan.
- Perdarahan dari arteri frenular
Bila timbul perdarahan hebat dari arteri frenular maka harus dilakukan penjahitan untuk meligasi
arteri tersebut (under-running haemostatic stitch).
PEMBIMBING :
dr. Landry Miguna, Sp.B
PENANGANAN FRAKTUR:
FRAKTUR TERTUTUP
Sebelum mengambil keputusan untuk melakukan pengobatan definitif, prinsip pengobatan ada 4
(4R)
1. Recognition (diagnosis dan penilaian fraktur)
Lakukan anamnesis, PF, dan PP radiologis. Yang perlu diperhatikan adalah: lokalisasi
fraktur, bentuk fraktur, menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
2. Reduction
Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada
fraktur intra-artikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan
fungsi normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas, osteoarthritis
Posisi yang baik adalah:
➔ Alignment yang sempurna
➔ Aposisi yang sempurna
Fraktur klavikula, iga, impaksi humerus tidak memerlukan reduksi angulasi <5o
pada tulang panjang anggota gerak bawah dan lengan atas dengan angulasi
sampai 10o pada humerus dapat diterima. Terdapat kontak sekurang-kurangnya
50%, dan overriding tidak melebihi 0,5 inchi pada fraktur femur. Adanya rotasi
tidak dapat diterima dimanapun lokalisasi fraktur
3. Retension: imobilisasi fraktur
4. Rehabilitation: mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin
FRAKTUR TERBUKA
Beberapa prinsip dasar pengelolaan fraktur terbuka :
1. Obati fraktur terbuka sebagai satu kegawatan
2. Adakan evaluasi awal dan diagnosis akan adanya kelainan yang dapat menyebabkan
kematian
3. Berikan antibiotic dalam ruang gawat darurat, di kamar operasi dan setelah operasi
4. Segera dilakukan debridemen dan irigasi yang baik
5. Ulangi debridemen 24-72 jam berikutnya
6. Stabilisasi fraktur
7. Biarkan luka terbuka antara 5-7 hari
8. Lakukan bone graft autogenous secepatnya
9. Rehabilitasi anggota gerak yang terkena
Gambar Pemasangan arm sling / mitella untuk menggendong lengan yang cedera, seperti pada
kasus fraktur antebrachii yg telah dipasang bidai pada posisi elbow flexi atau
fraktur clavicula yg belum dipasang verban figure of 8
Pemasangan bidai pada fraktur antebrachii kondisi pasien datang dalam keaadan sudah elbow
flexi, sehingga tidak boleh meluruskan elbow nya. Cukup dilakukan bidai langsung melewati 2
sendi wrist dan elbow pada kondisi elbow flexi dan bisa ditambahkan mitella tanpa mengangkat
lengan bawahnya
Pemasangan sling / Mitella untuk menggendong lengan yang cedera, seperti pada kasus fraktur
antebrachii yg telah dipasang bidai pada posisi elbow flexi atau fraktur clavicula yg belum
dipasang ransel verban
Sindrom Kompartemen
Definisi dan Anatomi:
Sindrom kompartemen merupakan suatu keadaan darurat ortopedi yang disebabkan oleh
pembengkakan yang signifikan dalam kompartemen ekstremitas yang terluka yang
membahayakan aliran darah ke anggota gerak. Meningkatnya tekanan di dalam kompartemen
membahayakan perfusi otot dan dapat menyebabkan iskemia atau nekrosis. Kompartemen adalah
pengelompokan otot, saraf, dan pembuluh darah di lengan dan kaki. Menutupi jaringan-jaringan
ini adalah membran keras yang disebut fasia. Peran fasia adalah menjaga jaringan tetap di
tempatnya, dan, oleh karena itu, fasia tidak mudah meregang atau mengembang. Sindrom
kompartemen dapat berkembang di kompartemen mana pun. Lokasi yang mungkin, termasuk:
tungkai bawah, lengan bawah, pergelangan tangan, dan tangan.
Tungkai bawah memiliki 4 kompartemen, yaitu:
● Anterior
○ Otot: tibialis anterior, extensor digitorum longus, extensor hallucis longus, dan
peroneus tertius
○ Batas: tibia, fibula, interosseous membrane, dan anterior intermuscular septum
● Lateral
○ Kompartemen lateral termasuk peroneus longus dan brevis
○ Di dalam kompartemen terletak cabang superfisial saraf peroneum yang umum
○ Batas: anterior intermuscular septum, fibula, posterior intermuscular septum, dan
deep fascia
● Posterior superfisial
○ Kompartemen posterior superfisial berisi gastrocnemius, soleus, dan plantaris
○ Dikelilingi oleh fasia kaki yang dalam.
● Posterior profunda
○ Otot: flexor digitorum longus, flexor hallucis longus, popliteus, dan tibialis
posterior
○ Di dalam kompartemen ini terletak arteri dan vena tibialis posterior serta saraf
tibialis
○ Batas: tibia, fibula, deep transverse fascia, dan interosseous membrane
Lengan bawah memiliki 4 kompartemen yang saling berhubungan, yaitu: volar
superfisial (fleksor), volar profunda, dorsal (ekstensor), dan kompartemen yang berisi mobile
wad of Henry. Kompartemen volar profunda berisi otot serta tendon dari flexor digitorum
profundus, flexor pollicis longus, dan pronator quadratus. Mobile wad of Henry terdiri dari otot
serta tendon dari brachioradialis, extensor carpi radialis brevis (ECRB), dan extensor carpi
radialis longus.
Di pergelangan tangan, sebagian besar jaringan lunak terikat dalam kompartemen yang
kaku. Tendon pergelangan tangan volar, untuk sebagian besar, sangat dibatasi dalam terowongan
karpal (tendon fleksor panjang ibu jari dan jari lain), kecuali untuk flexor carpi radialis, flexor
carpi ulnaris, dan tendon palmaris longus, yang berada di kompartemen terpisah. Kompartemen
dorsal terutama saluran untuk tendon dan jarang terserang sindrom kompartemen. Tendon
ekstensor dorsal lewat di bawah retinakulum ekstensor dan dibagi menjadi 6 kompartemen,
yaitu: radial wrist abductor (abductor pollicis longus tendon) dan thumb extensor (extensor
pollicis brevis tendon); radial wrist extensors (extensor carpi radialis longus dan ECRB
tendons); extensor pollicis longus tendon; common finger extensors (extensor digitorum
communis [EDC] tendon); extensor digiti minimi tendon; serta ulnar wrist extensor (extensor
carpi ulnaris tendon).
Tangan memiliki 10 kompartemen, yaitu: dorsal interossei (4 kompartemen), palmar
interossei (3 kompartemen), adductor pollicis compartment, thenar compartment, dan
hypothenar compartment.
Epidemiologi:
Sebagian besar kasus sindrom kompartemen terjadi pada pria dewasa berusia 30-35
tahun, antara lain karena massa otot pada pria usia tersebut lebih besar daripada wanita seusianya
(10:1) dan lebih besar daripada pria berusia di atas 35 tahun. Ekstremitas bawah anterior distal
adalah tempat yang paling umum terjadinya sindrom kompartemen. Fraktur tibialis adalah
peristiwa pencetus yang paling umum, terhitung 2-12% dari semua kasus sindrom kompartemen.
Pada fraktur humerus atau fraktur lengan bawah, insiden dari sindrom kompartemen dilaporkan
berkisar 0,6-2%. Pasien dengan kombinasi ipsilateral fraktur humerus dan lengan bawah
memiliki insiden 30%. Secara keseluruhan, prevalensi sindrom kompartemen meningkat pada
kasus dengan kerusakan vaskular.
Klasifikasi:
Sindrom kompartemen dapat bersifat akut atau kronis. Sindrom kompartemen akut
adalah keadaan darurat medis. Biasanya disebabkan oleh cedera parah. Tanpa perawatan dan
dapat menyebabkan kerusakan otot permanen. Sindrom kompartemen kronis, juga dikenal
sebagai sindrom kompartemen eksersional, biasanya bukan keadaan darurat medis. Hal ini paling
sering disebabkan oleh aktivitas atletik.
Etiologi:
Setiap peristiwa internal atau eksternal yang meningkatkan tekanan dalam kompartemen
dapat menyebabkan sindrom kompartemen. Dengan demikian, peningkatan kadar cairan atau
penurunan ukuran kompartemen dapat menyebabkan kondisi tersebut. Peningkatan kadar cairan
dapat disebabkan oleh hal berikut: penggunaan otot intensif (contoh: tetanus, olahraga berat,
kejang), aktivitas latihan sehari-hari (contoh: penggunaan sepeda stasioner dan menunggang
kuda), luka bakar, envenomation, osmolaritas serum menurun (contoh: sindrom nefrotik),
hemoragik (terutama karena cedera pembuluh besar), pembengkakan pasca iskemia,
penyalahgunaan dan penyalahgunaan narkoba / alkohol, rhabdomyolysis, robekan otot
gastrocnemius atau peroneus (ekstremitas bawah), kista baker yang pecah, influenza myositis,
vaskulitis autoimun, penyalahgunaan androgen / hipertrofi otot, serta trombosis vena dalam.
Fraktur atau luka tembak mungkin merupakan sumber perdarahan yang mendasari
sindrom kompartemen. Fraktur ekstremitas atas yang paling sering dikaitkan dengan sindrom
kompartemen adalah fraktur supracondylar dari humerus, tetapi juga telah dilaporkan kasus-
kasus dengan fraktur lain, seperti fraktur diafisis radialis, ulnaris, fraktur leher bedah humerus,
dan fraktur Colles. Meskipun trauma adalah etiologi yang paling umum, sindrom kompartemen
telah terbukti terjadi pada neonatus dari malposisi intrauterin atau pencekikan ekstremitas oleh
tali pusat.
Penyebab iatrogenik dari sindrom kompartemen meliputi: celana militer anti-syok; belat,
gips, dan pembalut yang ketat; posisi litotomi (kasus ekstremitas bawah), malfungsi perangkat
kompresi berurutan; injeksi intramuskuler, intra-arteri, atau intrakompartemen; infus intraoseus;
infus cairan iv hipertonik masif; infus intravena (iv) bertekanan dari agen kontras hipertonik
parenteral; upaya-upaya kanulasi pembuluh darah dan arteri pada pasien dengan antikoagulan
sistemik atau pasien yang diobati dengan obat trombolitik; penggunaan sistem irigasi pulsatil
bertekanan intraoperatif; serta penggunaan pompa untuk infus cairan ke dalam sendi selama
prosedur artroskopik.
Penatalaksanaan:
Pengobatan pilihan untuk sindrom kompartemen akut adalah dekompresi dini. Jika
tekanan jaringan tetap meningkat pada pasien dengan tanda atau gejala lain dari sindrom
kompartemen, fasciotomy dekompresi yang memadai harus dilakukan sebagai prosedur darurat.
Setelah fasciotomy, pengurangan fraktur atau stabilisasi dan perbaikan vaskular dapat dilakukan,
jika perlu.
Jika dicurigai terjadi sindrom kompartemen, tempatkan ekstremitas atau anggota tubuh
yang terkena di level jantung. Ketinggian merupakan kontraindikasi karena mengurangi aliran
arteri dan mempersempit gradien tekanan arteri-vena.
Pada pasien dengan fraktur tibialis dan dugaan sindrom kompartemen, imobilisasi
tungkai bawah dengan pergelangan kaki sedikit fleksi plantar, yang menurunkan tekanan
kompartemen posterior dalam dan tidak meningkatkan tekanan kompartemen anterior. (Pasca
operasi, pergelangan kaki ditahan pada suhu 90 ° untuk mencegah deformitas equinus.)
Semua perban dan gips harus dilepas. Melepaskan 1 sisi gips plaster dapat mengurangi
tekanan kompartemen hingga 30%, bivalving dapat menghasilkan pengurangan 35% tambahan,
dan pelepasan gips lengkap menambah pengurangan tekanan sebesar 15%, dengan total
penurunan 85% dari awal. Memotong undercast padding dapat menurunkan tekanan
kompartemen sebesar 10-30%.
Dalam sindrom kompartemen akut, perubahan permeabilitas kapiler terjadi setelah 3 jam,
mengakibatkan pembengkakan jaringan pasca iskemia sebesar 30-60%. Peran manitol dalam
mengurangi edema jaringan masih diselidiki; itu dapat mengurangi tekanan kompartemen dan
mengurangi cedera reperfusi. Obat vasodilator atau obat penghambat simpatis tampaknya tidak
efektif, mungkin karena vasodilatasi lokal maksimal sudah ada dalam kondisi ini.
Terapi bedah definitif untuk sindrom kompartemen adalah fasciotomy darurat untuk
melepaskan kompartemen yang terlibat, dengan pengurangan fraktur berikutnya, atau stabilisasi
dan perbaikan pembuluh darah, jika diperlukan. Fasiotomi merupakan tindakan operatif definitif
dengan cara memotong fascia untuk membuka ruang, sehingga tekanan dapat langsung
berkurang. Ketika tekanan kompartemen meningkat, terutama dalam pengaturan akut, evaluasi
bedah segera harus dilakukan, karena tekanan tinggi dapat, selama jangka waktu yang lama,
menyebabkan kerusakan permanen. Saat ini, banyak ahli bedah menggunakan tekanan
kompartemen terukur 30 mmHg sebagai batas untuk dilakukannya fasciotomy. Dokter harus
dapat memutuskan bagaimana menggabungkan pembacaan banyak hasil pengukuran tekanan
dengan gambaran klinis dalam proses pengambilan keputusan. Pada kondisi sebagai berikut,
pasien harus dilakukan fasciotomy, yaitu:
● Mereka yang normotensif dengan temuan klinis positif, yang memiliki tekanan
kompartemen >30 mmHg, dan yang durasi peningkatan tekanannya tidak diketahui atau
diperkirakan lebih dari 8 jam.
● Mereka yang tidak kooperatif atau tidak sadar, dengan tekanan kompartemen >30 mmHg
● Mereka yang memiliki tekanan darah rendah dan tekanan kompartemen >20 mmHg
Jangan lakukan tindakan fasiotomi apabila sindrom kompartemen terdiagnosis pada hari
ketiga atau keempat setelah onset. Fasiotomi juga tidak boleh dilakukan apabila telah terjadi
kematian jaringan otot yang ditandai dengan rasa nyeri yang memburuk, perubahan warna otot
menjadi lebih gelap, perubahan warna urin menjadi kecoklatan (akibat kandungan mioglobin
yang meningkat), dan dapat disertai gangren serta gejala inflamasi sistemik lainnya. Hal ini
karena jaringan otot yang telah nekrosis sangat rentan terhadap infeksi. Apabila saat terjadinya
sindrom kompartemen tidak diketahui pasti, tindakan fasiotomi tetap dianjurkan.
Komplikasi:
Dengan diagnosis yang terlambat, iskemia jaringan ireversibel dapat berkembang dalam
sindrom kompartemen akut. Dengan demikian, kerusakan otot dan saraf permanen, bersama
dengan nyeri kronis, dapat terjadi. Kelumpuhan saraf peroneum, khususnya, dapat berkembang.
Dengan kerusakan otot, kontraktur otot dapat terjadi (Volkmann contracture). Kontraktur
Volkmann adalah kelainan bentuk tungkai residual yang terjadi selama beberapa minggu hingga
bulan setelah sindrom kompartemen akut yang tidak diobati atau iskemia akibat cedera arteri
yang tidak terkoreksi. Sekitar 1-10% pasien mengalami kontraktur Volkmann. Mionekrosis
kalsifikasi otot ekstremitas bawah telah diidentifikasi sebagai komplikasi akhir yang tidak biasa
dari sindrom kompartemen posttraumatic. Hipestesia dan disestesia yang menyakitkan juga dapat
terjadi akibat sindrom kompartemen. Infeksi adalah komplikasi serius dari sindrom
kompartemen. Suatu penelitian mengatakan bahwa, 11 dari 24 ekstremitas yang memiliki
dekompresi bedah yang terlambat mengalami infeksi, dan 5 infeksi ini menyebabkan amputasi.
Infeksi setelah fasciotomy dapat menjadi kronis. Pasien, terutama mereka yang mengalami
cedera traumatis multipel, dapat meninggal karena infeksi atau komplikasi metabolik. Gagal
ginjal atau gagal organ multipel dapat terjadi sebelum operasi atau pasca operasi. Sebagian besar
kematian disebabkan oleh perawatan intensif yang berkepanjangan dengan sepsis dan kegagalan
organ multisistem.
Prognosis:
Hasil akhir sindrom kompartemen tergantung pada diagnosis dan waktu dari cedera
hingga intervensi. Suatu penelitian melaporkan bahwa pemulihan fungsi tungkai yang hampir
lengkap dapat terjadi jika fasciotomy dilakukan dalam waktu 6 jam. Nekrosis dapat terjadi
setelah 6 jam iskemia, yang saat ini merupakan batas atas viabilitas yang diterima. Penelitian lain
mengatakan bahwa ketika fasciotomy dilakukan dalam waktu 12 jam setelah timbulnya sindrom
kompartemen akut, fungsi tungkai normal kembali pada 68% pasien. Namun, ketika fasciotomy
tertunda 12 jam atau lebih, hanya 8% pasien yang memiliki kembali fungsi normal. Dengan
demikian, sedikit atau tidak adanya pengembalian fungsi dapat diperoleh ketika diagnosis dan
pengobatan tertunda. Tindak lanjut jangka panjang dari pasien yang telah menjalani fasciotomy
telah menunjukkan hasil yang baik, dengan kembali ke tingkat aktivitas premorbid. Nyeri juga
telah ditemukan membaik secara signifikan.
DAFTAR PUSTAKA