Anda di halaman 1dari 24

HECTING PERINEUM

Oleh : Betanuari Sabda Nirwana,S.Tr.Keb.,M.Tr.Keb


Anatomi Perineum
Perineum adalah otot, kulit, dan
jaringan yang ada diantara kelamin
dan anus.

 perineum yaitu daerah diantara


vagina dan anus yang terbentuk dari
gabungan otot-otot membran perineal
yaitu otot bulbo kavernosus, otot
tranversus perinealis superfisialis dan
profundus, disertai otot pubo rektalis
yang merupakan bagian dari otot
levator ani dan otot sfingter ani
eksterna. Daerah ini mendapat suplai
darah dari cabang-cabang arteri
Faktor risiko perlukaan jalan lahir
:

 Persalinan tidak dipimpin


sebagaimana mestinya
 Perineum kaku / banyak jaringan
parut
 Persalinan distosia bahu
 Partus pervaginam dengan
tindakan
(Episiotomi)
Episiotomi adalah prosedur medis yang dilakukan saat
melahirkan dengan cara menggunting daerah antara vagina
dengan anus (perineum).

 Tujuan tindakan ini adalah: Membuat jalan lahir terbuka


lebih luas, agar mempermudah bayi keluar. Mencegah
robekan spontan yang luas dan tidak beraturan
pada perineum.
 Persalinan yang berisiko terjadi robekan perineum yang
berat seperti persalinan dengan bantuan alat (ekstraksi
vacuum dan forceps), oksiput posterior, distosia bahu,
bayi besar, dan episiotomi mediana

 kita harus waspada akan terjadinya robekan perineum


derajat III-IV. Oleh karena itu pasca persalinan harus
dinilai benar robekan perineum yang terjadi. Tindakan
colok dubur dan pemaparan yang baik sangat
membantu untuk mendiagnosis derajat robekan
perineum yang terjadi.
Klasifikasi Derajat Robekan Perineum

Derajat robekan perineum akut pasca persalinan menurut


Sultan dibagi menjadi 4 derajat, yaitu :

 Derajat I  robekan hanya mengenai mukosa vagina


dan kulit perineum
 Derajat II  robekan yang lebih dalam mencapai otot-
otot perineum tetapi tidak melibatkan otot-otot sfingter
ani
 Derajat III  robekan sudah melibatkan otot sfingter
ani, dibagi menjadi 3 sub grup, yaitu
III a :robekan mengenai < 50% ketebalan otot sfingter ani
eksterna
III b :robekan mengenai > 50% ketebalan otot sfingter ani
eksterna
III c : robekan sampai mengenai otot sfingter ani interna
 Derajat IV  robekan sampai ke mukosa anus
Teknik Penjahitan Robekan Perineum
Obstetri Akut (Derajat I dan II)
Prinsip Penjahitan

• Mengontrol perdarahan
• Meminimalisasi risiko infeksi
• Mempercepat penyembuhan
• Aproksimasi tepi luka tanpa tension  dapat terjadi devaskularisasi
Prinsip Penjahitan
– Dilakukan segera setelah persalinan

 mengurangi perdarahan dan risiko infeksi


– Persiapan alat dan bahan
– Pencahayaan yang baik
– Trasfer ke kamar operasi bila diperlukan anestesi adekuat
– Minta asisten yang berpengalaman
– Tutup dead space, pastikan hemostasis  cegah hematoma
– Jahitan tidak terlalu ketat
– Square surgeon knot
– Pastikan anatomi yg baik
– Hitung kassa/alat pasca penjahitan
D efinisi

– Trauma perineum  spontan atau episiotomi


– Perineum :
1. Segitiga anterior (urogenital)
2. Segitiga posterior (anal)

– Anterior perineal trauma


(labia, anterior vagina, urethra,
klitoris)
– Posterior perineal trauma (posterior vagina, otot perineum, otot
sphincter ani, mukosa rektum)
N o n Suturing
(Robekan perineum grade I dan II)

– Sampai dengan 50% tidak dilakukan penjahitan di


beberapa RS
– Less pain, less infection
– RCT di Sweden: tidak ada perbedaan dalam penyembuhan
luka antara suturing dan non suturing
Teknik Penjahitan

• Interrupted (terputus)

• Continuous (jelujur)

• Subkutikuler

A Cochrane Systematic Review, 1 RCT  teknik continuous dibandingkan


interrupted untuk kulit perineum  < nyeri, 10 hari post partum
Teknik Penjahitan

• Jarum masuk tegak lurus kulit


• Jika penjahitan akan
diteruskan, ambil jarum dalam
posisi siap pakai, jika tidak
maka jarum jangan diambil
dengan posisi supinasi.
• Prinsip-prinsip khusus pada
masing-masing teknik
penjahitan
Teknik Interrupted
Teknik Continuous
– Jahitan pertama di puncak robekan  hemostasis
– Robekan dijahit continuous, non locking sampai
hymenal remnant, lalu masukan jarum ke kulit di daerah
fourchet
– Penjahitan otot perineum continuous non locking
– Ujung robekan inferior  subkutikuler
– Harus ada asisten
– Benang tidak boleh kendor
(pengencangan oleh operator, asisten hanya memegang)
– Pengambilan jarum siap pakai
Teknik Continuous
Teknik Subkutikuler
– Awal penjahitan benang disimpul di dalam
dan akhir jahitan benang tidak disimpul (tidak
dapat dilakukan untuk perineum)
– Jarak dan kedalaman masing-masing jahitan
sama dikedua sisi.
– Masuknya jarum pada satu sisi sejajar dengan
keluarnya jarum dari sisi yang lain.
Robekan Derajat I dan Laserasi labia

– Penjahitan dilakukan bila ada perdarahan


– Bila tidak dijahit  informed consent
– Laserasi labia : sangat superfisial, nyeri >>
– Laserasi labia : beberapa ahli tidak dijahit  penjahitan dilakukan
bila trauma bilateral dan laserasi bisa melekat menutupi urethra
– Anestesi : lignocaine 1% 10-20 ml
Pasca Penjahitan

- Pastikan tidak ada perdarahan


- benar anatomis
- beri informasi: analgetik, kebersihan vulva
vagina, intake makanan, latihan otot dasar
panggul
PRINSIP REPAIR PERINEUM
•Jahit secepat mungkin untuk mengurangi risiko perdarahan dan infeksi

•Periksa peralatan dan hitung kassa sebelum dan sesudah tindakan

•Beri penerangan/lampu yang baik untuk identifikasi dan melihat jaringan yang terlibat

•Tanyakan pada orang yang lebih berpengalaman bila ragu dalam menentukan struktur
jaringan yang terlibat

•Trauma yang sulit lebih baik dilakukan oleh tenaga kesehatan yang lebih
berpengalaman dalam anestesi umum maupun regional di kamar operasi , dan pasang
kateter urin 24 jam pasca tindakan

•Lakukan penjahitan sesuai anatomi awal untuk mendapatkan hasil yang baik

•Lakukan pemeriksaan rektal touche setelah penjahitan selesai untuk memastikan


tidak ada materi benang yang tidak sengaja masuk pada mukosa rektum

•Setelah selesai melakukan repair, informasikan pada pasien mengenai luka dan
perluasannya, diskusikan tentang penghilang nyeri, diet, hygiene dan pentingnya
latihan untuk mendukung pelvis
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai