0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
13 tayangan23 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang trauma perineum pada persalinan, penyebab, tingkat kerusakan, komplikasi, tata laksana reparasi, dan tindakan pasca operasi. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa trauma perineum umum terjadi pada persalinan alami yang dapat menyebabkan luka berat hingga kerusakan sfingter ani, serta pentingnya tindakan cepat untuk mereparasi luka dan mencegah komplikasi pasca
Dokumen tersebut membahas tentang trauma perineum pada persalinan, penyebab, tingkat kerusakan, komplikasi, tata laksana reparasi, dan tindakan pasca operasi. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa trauma perineum umum terjadi pada persalinan alami yang dapat menyebabkan luka berat hingga kerusakan sfingter ani, serta pentingnya tindakan cepat untuk mereparasi luka dan mencegah komplikasi pasca
Dokumen tersebut membahas tentang trauma perineum pada persalinan, penyebab, tingkat kerusakan, komplikasi, tata laksana reparasi, dan tindakan pasca operasi. Secara ringkas, dokumen menjelaskan bahwa trauma perineum umum terjadi pada persalinan alami yang dapat menyebabkan luka berat hingga kerusakan sfingter ani, serta pentingnya tindakan cepat untuk mereparasi luka dan mencegah komplikasi pasca
85% perempuan akan mengalami trauma perineum saat persalinan 60-70% memerlukan reparasi perineum Kejadian trauma sfingter ani pada persalinan vaginal mencapai 0,6-20% Sebanyak 25% primipara pasca persalinan mengalami gangguan defekasi, sepertiga kasus diantaranya akibat trauma sfingter anal pada persalinan Ruptur : robeknya atau koyaknya jaringan secara paksa Perineum : bagian yang terletak antara vulva dan anus panjangnya rata-rata 4 cm Kepala janin terlalu cepat lahir Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya Sebelumnya di perineum terdapat banyak jaringan parut Pada persalinan dengan distosia bahu Perineum kaku Makrosomia Kelainan letak/presentasi Partus presipitatus 1. Ruptur perineum spontan : luka pada perineum yang terjadi karena sebab-sebab tertentu tanpa dilakukan tindakan perobekan atau disengaja. Biasanya luka ini bentuknya tidak teratur 2. Ruptur perineum yang disengaja (Episiotomi) : luka pada perineum yang terjadi karena dilakukan pengguntingan atau perobekan pada perineum. Episiotomi adalah torehan yang dibuat pada perineum untuk memperbesar saluran keluar vagina Tingkat I : robekan hanya terjadi pada mukosa vagina dengan atau tanpa robekan kulit perineum Tingkat II : robekan lebih dalam, mengenai mukosa vagina juga mengenai M. Bulbocavernosus dan M. Perinei tranversalis, tapi tidak mengenai sfingter ani Tingkat III : robekan mengenai seluruh perineum sampai mengenai otot-otot sfingter ani - tingkat III a : robekan <50% ketebalan sfingter ani eksterna - tingkat III b : robekan >50% ketebalan sfingter ani eksterna - tingkat III c: robekan hingga sfingter ani interna Tingkat IV : robekan mengenai perineum sampai dengan otot sfingter ani dan mukosa rektum Perdarahan Fistula Hematoma infeksi Reparasi mula-mula dari titik pangkal robekan sebelah dalam/proksimal ke arah luar/distal. Jahitan dilakukan lapis demi lapis, dari lapis dalam kemudian lapis luar. Robekan perineum tingkat I : tidak perlu dijahit jika tidak ada perdarahan dan aposisi luka baik, namun jika terjadi perdarahan segera dijahit dengan menggunakan benang catgut secara jelujur atau dengan cara angka delapan. Robekan perineum tingkat II : untuk laserasi derajat I atau II jika ditemukan robekan tidak rata atau bergerigi harus diratakan terlebih dahulu sebelum dilakukan penjahitan. Pertama otot dijahit dengan catgut kemudian selaput lendir. Vagina dijahit dengan catgut secara terputus-putus atau jelujur. Penjahitan mukosa vagina dimulai dari puncak robekan. Kulit perineum dijahit dengan benang catgut secara jelujur. Robekan perineum tingkat III : penjahitan yang pertama pada dinding depan rektum yang robek, kemudian fasia perirektal dan fasia septum rektovaginal dijahit dengan catgut kromik sehingga bertemu kembali. Robekan perineum tingkat IV : ujung-ujung otot sfingter ani yang terpisah karena robekan diklem dengan klem pean lurus, kemudian dijahit antara 2-3 jahitan catgut kromik sehingga bertemu kembali. Selanjutnya robekan dijahit lapis demi lapis seperti menjahit robekan perineum tingkat I. Robekan sembuh dalam 2 minggu Jahit segera setelah robekan Jahit kuat tapi jangan terlalu kencang Kateter 12 jam Duk dan sarung tangan steril Cairan irigasi Needle holder Gunting jaringan Gunting benang Forceps with teeth Cuci tangan dengan cara seksama dan gunakan sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Ganti sarung tangan jika sudah terkontaninasi atau tertusuk jarum maupun peralatan tajam lainnya. Pastikan bahwa perlatan dan bahan-bahan yang digunakan sudah steril. Setelah memberikan anestesi lokal dan memastikan bahwa daerah tersebut sudah dianatesi, telusuri dengan hati-hati menggunakan satu jari untuk secara jelas menetukan batas-batas luka. Nilai kedalaman luka dan lapisan jaringan mana yang terluka. Minta seorang asiten untuk melakukan pijat uterus dan tekanan dibagian fundus Dengan hati-hati periksalah vagina, perineum dan servik. Jika robekan cukup panjang dan dalam di perineum pastikan tidak ada luka derajat III dan IV dengan cara : - masukan jari ke dalam anus - angkat jari perlahan dan coba identifikasi kondisi sfingter - Rasakan tonus sfingternya - Ganti handscoeen yang baru Jika sfingter tidak bermasalah, maka lanjutkan proses repair. Sebaliknya jika ternyata sfingter terkena, maka ini dikategorikan derajat III dan IV Video 1 Video 2 Video 3 Video 4 Penggunaan analgesia Jaga kebersihan daerah perineum Banyak minum, tinggi serat Bila konstipasi berikan pelembut feses