PENDAHULUAN
Sebagai organ yang sangat penting bagi sistem urologis dan reproduksi, keadaan darurat penis berpotensi
menyebabkan morbiditas yang signifikan bagi pasien.
Anatomi penis itu sendiri dapat menyebabkan banyak kondisi yang muncul dan pemahaman menyeluruh tentang
anatomi dan fisiologi sangat penting untuk penanganan kondisi emergensi dan meminimalkan disfungsi organ
vital ini.
Dokter harus memiliki kecurigaan klinis yang tinggi untuk keadaan darurat penis dan melakukan pemeriksaan
fisik menyeluruh untuk membuat diagnosis yang tepat.
Diagnosis dan manajemen yang tidak tepat pada kedaruratan penis dapat menyebabkan malfungsi ekskretoris atau
reproduksi, kehilangan organ, morbiditas, atau mortalitas.
ANATOMI
Sekitar 96% bayi laki-laki lahir dengan kondisi phimosis. Pada 80% anak laki-laki yang tidak disunat, preputium
dapat ditarik pada usia 3 tahun. Namun 2% dari pria normal terus memiliki non-retractability sepanjang hidup.
Phimosis fisiologis disebabkan adhesi yang terjadi secara alami antara preputium dan kelenjar dan karena kulit
preputium yang sempit dan “frenulum breve”. Preputium secara bertahap dapat ditarik kembali, hal ini dibantu
oleh ereksi dan keratinisasi epitel bagian dalam.
Phimosis patologis dapat disebabkan oleh balanitis xerosis obliterans (BXO), suatu bentuk genital dari lichen
sclerosus et atrophicus, yaitu kondisi inflamasi kronis yang tidak diketahui etiologinya.
Dalam phimosis fisiologis, bagian distal foreskin sehat dan pouting dengan traksi yang lembut. Bagian yang
menyempit adalah proksimal ujung preputial. Berbeda dari phimosis patologis di mana traksi menyebabkan
pembentukan struktur berbentuk kerucut dengan bagian sempit distal berwarna putih dan fibrotik. Meatal opening
pin-point.
Penting untuk membedakan antara kedua jenis phimosis ini karena tatalaksana berbeda. Phimosis fisiologis hanya
membutuhkan pendekatan konservatif, sedangkan phimosis patologis memerlukan tindakan operatif.
Prepusium tetap
retraksi untuk
waktu lama Membentuk pita
jaringan yang ketat
di sekitar penis Obstruksi vena dan
menyebab kan
bendungan pada glans
Edema yang penis
semakin parah
Infark/nekrosis mengganggu aliran
penis, gangren, arteri
bahkan
autoamputasi.
MANIFESTASI KLINIS & DIAGNOSIS
Fimosis fisiologis hanya melibatkan preputium yang tidak bisa ditarik. Dapat terjadi ballooning saat buang air
kecil. Tetapi rasa sakit, disuria, dan infeksi lokal atau urin tidak ada dalam kasus ini. Bahkan jika ada infeksi
saluran kemih, biasanya tidak disebabkan oleh phimosis.
Dalam phimosis patologis, biasanya ada rasa sakit, iritasi kulit, infeksi lokal, perdarahan, disuria, hematuria,
episode infeksi saluran kemih yang sering, nyeri preputial, nyeri saat ereksi, dan aliran urin yang lemah. Enuresis
atau retensi terkadang dikeluhkan.
Diagnosis phimosis ditentukan secara klinis dan tidak ada pemeriksaan tambahan yang diperlukan. Pemeriksaan
lain mungkin diperlukan untuk infeksi saluran kemih terkait atau infeksi kulit. Dokter yang merawat harus dapat
membedakan developmental non-retractability dan phimosis patologis. Grading phimosis harus dilakukan.
GRADING PHIMOSIS
TATALAKSANA
Pada pasien dengan riwayat gangguan retraksi preputium, penting untuk mengkonfirmasi apakah itu fisiologis
atau patologis. Penatalaksanaan tergantung pada usia anak, jenis non-retraksi, keparahan phimosis, penyebab, dan
kondisi morbid terkait.
Nonfarmakologi:
Edukasi: pasien harus diajari cara menjaga prepitium (kulit khatan) dan permukaan bawahnya bersih dan higienis. Rutin mencuci
dengan air hangat dan retraksi lembut selama mandi dan buang air kecil dapat membuat preputium akhirnya bisa ditarik kembali.
Famakologi:
Steroid topikal telah dicoba dalam kasus phimosis sejak lebih dari 2 decade lalu. Efikasi berkisar antara 65 hingga 95%.
Mekanisme kerja terapi steroid topikal pada phimosis tidak diketahui secara pasti. Diyakini bekerja melalui efek anti-inflamasi
dan imunosupresif lokal. Salep atau krim kortikoid (0,05-0,10%) dapat diberikan dua kali sehari selama 20-30 hari.
TATALAKSANA
Paraphimosis adalah keadaan darurat urologis yang terjadi pada laki-laki yang tidak disunat ketika preputium
terperangkap di belakang korona glans penis dan dapat menyebabkan strangulasi glans serta sumbatan pembuluh
darah dan lymph nodes, nyeri, pembengkakan vena distal, edema, iskemik dan bahkan nekrosis glans.
Paraphimosis umumnya terjadi secara iatrogenik, ketika preputium sedang dibersihkan (ada traksi), penempatan
kateter urin, prosedur seperti sistoskopi, atau untuk pemeriksaan penis. Penyebab lain yang kurang umum adalah
trauma coital penis dan self-inflicted injuries.
Pada anak-anak yang tidak disunat, berusia 4 bulan hingga 12 tahun, dengan masalah preputium, paraphimosis
(0,2%) lebih jarang terjadi dibandingkan gangguan penis lainnya seperti balanitis (5,9%), iritasi (3,6%), adhesi
penis (1,5%), atau phimosis (2,6%). Pada orang dewasa, paraphimosis paling sering ditemukan pada remaja. Hal
ini terjadi pada sekitar 1% dari semua pria dewasa di atas 16 tahun.
DIAGNOSIS
Diagnosis kondisi ini didasarkan pada anamnesis dan Gejala paraphimosis yang khas termasuk eritema,
pemeriksaan fisik. Paraphymosis umumnya terlihat nyeri, dan pembengkakan preputium dan glans
pada usia sangat muda dan sangat tua. karena constricting ring dari phimosis.
Anamnesis riwayat ini harus mencakup kateterisasi Pemeriksaan fisik harus fokus pada penis, preputium,
penis, instrumentasi, pembersihan atau prosedur dan kateter uretra (jika ada). Warna merah muda pada
lainnya. Pasien harus ditanyai tentang pembersihan glans menunjukkan pasokan darah yang cukup baik;
rutin penisnya dan apakah ia atau pengasuh secara sedangkan warna gelap, kehitaman atau hitam ada
rutin menarik kulit khatan karena alasan apa pun. kemungkinan iskemia atau nekrosis.
Pasien disunat atau tidak disunat. Ada kemungkinan Terdapat tight band of constrictive tissue, yang sering
untuk terjadi paraphimosis pada pasien yang kali mencegah reduksi preputium manual yang pada
sebelumnya telah disunat. Ini bisa disebabkan oleh glans. Diagnosis dibuat secara klinis dengan
sisa preputium yang berlebihan setelah disunat. visualisasi langsung.
GAMBARAN KLINIS PARAPHIMOSIS
Paraphimosis. The foreskin has been retracted proximal to the glans penis and is markedly
swollen secondary to venous congestion.
TATALAKSANA: NON-INVASIF
Reposisi manual dikontraindikasikan pada pasien dengan jaringan nekrotik atau ulserasi
TATALAKSANA: NON-INVASIF
Reduksi Manual
• pilihan yang cepat pada anak.
• Pijatan ringan pada glans penis selama kurang lebih 5 menit untuk mengurangi edema jaringan dan mengecilkan ukuran glans
• Prepusium kemudian dapat ditarik kembali menutupi glans penis, dengan cara mendorong glans dengan ibu jari sambil menarik prepusium
dengan jari lainnya.
• Setelah reduksi cincin parafimotik berhasil, pasien diberi antibiotik dan sirkumsisi dilakukan setelah kondisi inflamasi berkurang.
Dorsal Slit
• Pilihan penatalaksanaan invasif pertama, yaitu insisi longitudinal sepanjang 1-2 cm di bagian dorsal kulit prepusium dilanjutkan
Komplikasi umum dari reduksi manusal adalah robeknya
cincin preputial.
• Hindari dengan mengurangi edema preputial sebelum
mengurangi kulup
• Obati setiap sobekan menggunakan larutan antiseptik
untuk mencegah infeksi
• Robekan dapat memudahkan pasien untuk terkena
phimosis
Shahid S. K., 2012, Phimosis in children, ISRN Urol, Vol. 2012, pp 1-6. doi: 10.5402/2012/707329
Elder JS., 2020, ‘Anomalies of the Penis and Urethra’ in Nelson Textbook of Pediatrics, Elsevier, Canada, pp
2821-2826.
Palmer LS, Palmer JS, 2021, ’Management of Abnormalities of the External Genitalia in Boys’ in Campbell-Walsh
Urology 12th Edition, Elsevier, Canada, pp 871-904.
Clinical overview: Paraphimosis in
https://www.clinicalkey.com/#!/content/clinical_overview/67-s2.0-016dfa31-c8b6-41a9-8895-271f9af8cb66
NCBI Statpearls: Paraphimosis in https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459233/