Anda di halaman 1dari 10

Lex Administratum, Vol. III/No.

1/Jan-Mar/2015

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PELAKU aktivitas pertambangan emas tanpa izin


ILLEGAL MINING DALAM masih terus terjadi.
PERLINDUNGAN LINGKUNGAN HIDUP 1 Kata kunci: Pelaku, Illegal mining,
Oleh : Zendy Johan Wantania2 lingkungan hidup

ABSTRAK PENDAHULUAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah A. Latar Belakang Masalah
untuk mengetahui bagaimanakah Kegiatan illegal mining yang
keterkaitan antara usaha pertambangan mengakibatkan kerusakan lingkungan juga
dan upaya pelestarian lingkungan hidup diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
dan bagaimanakah upaya penegakan 2009 tentang Perlindungan Dan
hukum terhadap pelaku illegal mining Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di samping
dalam upaya perlindungan lingkungan itu peraturan perundang-undangan yang
hidup. Metode penelitian yang digunakan terkait dengan illegal mining dan
dalam penelitian ini adalah menggunakan perlindungan lingkungan salah satunya
metode penelitian yuridis normative dan adalah Undang-Undang No. 41 Tahun
dapat disimpulkan: 1. Kegiatan 1999tentang Kehutanan yang telah diubah
pertambangan dan lingkungan hidup dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2004
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Kegiatan pertambangan sangat rentan Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun
merusak lingkungan hidup. Dalam rangka 2004 Tentang perubahan atas Undang-
pelaksanaan konsep pertambangan yang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang
berwawasan lingkungan, setiap usaha Kehutanan menjadi Undang-Undang.
pertambangan diwajibkan melakukan Upaya penanggulangan illegal mining di
upaya meminimalkan dampak negatif dan Indonesia merupakan hal yang utama dan
memaksimalkan dampak positifnya. Salah sangat penting untuk menciptakan kegiatan
satu cara yang bijaksana untuk pertambangan yang baik dan sesuai dengan
mewujudkan konsep tersebut ialah dalam peraturan perundang-undangan yang
mengeksploitasi sumber daya bahan galian berlaku. Oleh karena itu, pemerintah dalam
selalu mempertimbangkan bahwa sumber upaya untuk menanggulangi praktik-
daya bahan galian merupakan aset bagi praktikillegal miningmembentuk tim-tim
generasi yang akan datang. 2. Berbagai khusus seperti yang termuat dalam
kenyataan membuktikan bahwa kegiatan beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh
pertambangan yang dilakukan presiden yakni dalam Instruksi Presiden
menimbulkan dampak kerusakan yang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2000
besar terhadap lingkungan hidup, terutama tentang Koordinasi Penanggulangan
aktivitas illegal mining seperti Masalah Pertambangan Tanpa Izin dan
pertambangan emas tanpa izin (PETI). Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
Walaupun telah dibentuk berbagai 25 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi
peraturan perundang-undangan baik di Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin,
tingkat pusat maupun di daerah, namun Penyalahgunaan Bahan Bakar Minyak, Serta
Perusakan Instalasi Ketenagalistrikan Dan
Pencurian Aliran Listrik.
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Nontje Selain adanya tim-tim khusus yang
Rimbing, SH.MH; Dr. Flora P. Kalalo, SH.MH; Dr. melakukan penanggulangan terhadap
Deasy Soeikromo, SH.MH kegiatan illegal mining, terdapat pula Badan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM Pengendalian Dampak Lingkungan
110711228

85
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

(BAPEDAL) yang di bentuk oleh presiden maka titik berat penelitian tertuju pada
melalui Keputusan Presiden Republik penelitian kepustakaan.
Indonesia No. 23 Tahun 1990 yang
mempunyai tugas pokok untuk membantu
presiden dalam mengendalikan dampak PEMBAHASAN
lingkungan yang meliputi pencegahan dan A. Keterkaitan Antara Usaha
penanggulangan pencemaran dan Pertambangan dan Pelestarian
kerusakan lingkungan, serta pemulihan Lingkungan Hidup
kualitas lingkungan, sesuai dengan Kegiatan pertambangan dan lingkungan
peraturan perundang-undangan yang hidup adalah dua hal yang tidak dapat
berlaku. Pembentukan BAPEDAL dipisahkan, bahkan ada ungkapan "Tiada
dimaksudkan untuk membantu kinerja kegiatan pertambangan tanpa
pemerintah dalam menanggulangi masalah perusakan/pencemaran lingkungan".
pencemaran lingkungan akibat kegiatan Meskipun kedua hal tersebut tidak dapat
pertambangan yang tidak sesuai aturan3. dipisahkan karena keterkaitannya
Melihat semakin luas dan merajalelanya (interdependency), tetapi pengaturannya
kasus-kasus illegal mining di seluruh tetap terpisah dan bahkan tersebar dalam
wilayah Indonesia, tentunya diperlukan berbagai peraturan perundang-undangan.
suatu penegakan hukum berdasarkan Hal ini wajar saja, sebab hukum sumber
peraturan perundang-undangan yang daya alam dan hukum lingkungan
berlaku untuk memberantas dan mempunyai asal-usul yang berlainan
memberikan efek jera terhadap pelaku- bahkan bertentangan satu sama lainnya.
pelaku kegiatan illegal mining berkaitan Usaha pertambangan di Indonesia
dengan upaya untuk melindungi lingkungan umumnya dilakukan secara massive dan
hidup dari pencemaran dan perusakan modern, memanfaatkan penanaman modal
akibat illegal mining. yang cukup besar, baik domestik maupun
asing. Pemanfaatan modal besar terutama
B. Rumusan Masalah melalui penanaman modal asing (PMA)
1. Bagaimanakah keterkaitan antara dengan penggunaan teknologi tinggi dan
usaha pertambangan dan upaya kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki
pelestarian lingkungan hidup ? keterampilan tinggi yang semuanya harus
2. Bagaimanakah upaya penegakan dipasok dan direkrut dari luar. Demikian
hukum terhadap pelaku illegal mining pula fasilitas dan bahan-bahan kebutuhan
dalam upaya perlindungan lingkungan hidup untuk keperluan konsumsi sehari-hari
hidup ? para pekerjanya pada umumnya
didatangkan dari luar (import), karena
C. Metode Penelitian produksi bahan-bahan makanan yang
Pada penulisan skripsi ini, penulis dihasilkan oleh masyarakat lokal tidak
menggunakan penelitian yuridis normatif memenuhi syarat, khususnya dari segi
dengan menggunakan pendekatan perun- jumlah, mutu, kesinambungan, dan
dangan-undangan dan pendekatan ketetapan waktu penyerahan barang
konseptual. Mengingat penelitian ini berdasarkan kesepakatan. Setiap usaha
menggunakan pendekatan normatif yang pertambangan di bagian bumi pada
tidak bermaksud untuk menguji hipotesa, awalnya adalah kepentingan masyarakat
non-lokal dan membawa nilai-nilai yang
3
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata juga non-lokal. Oleh karena itu, jika tidak
Lingkungan, Gadjah Mada University diikuti tindakan remedial tertentu,
Press,Yogyakarta, 2002, hlm. 428.

86
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

pertambangan yang memang sifatnya eks- Prinsip-prinsip keadilan antargenerasi


ploitatif akan berdampak kepada perusakan meletakkan tiga kewajiban mendasar bagi
atau degradasi terhadap sosial ekosistem di generasi sekarang dalam konservasi sumber
kawasan yang bersangkutan. Kesalahan daya alam yaitu; (1) concervation of option,
atau kekeliruan dalam pengaturan dan menjaga agar generasi mendatang dapat
pembenahannya dapat berujung pada memilih kuantitas keanekaragaman sumber
kawasan pertambangan yang telah terkuras daya alam; (2) conservation of quality,
habis dan ditinggalkan sebagai bangkai menjaga kualitas lingkungan agar lestari;
wilayah hasil dari terkaman kebuasan dan (3) concervation of acces, menjamin
ajaran keserakahan. generasi mendatang minimal memiliki
Mengingat sumber daya alam bahan akses yang sama dengan generasi sekarang
galian sifatnya tidak dapat diperbaharui, atas titipan kekayaan alam ciptaan Tuhan
maka pengusahaannya betul-betul harus Yang Maha Esa.5
dapat memberikan manfaat bagi generasi Apabila direnungkan dan dikaji secara
sekarang dan generasi yang akan datang. mendalam makna slogan yang mengatakan;
Sebab apa yang dinikmati oleh generasi "Bumi ini adalah pinjaman generasi
sekarang dengan pemanfaatan sumberdaya sekarang dari generasi yang akan datang
alam, pada hakekatnya pinjaman dari sesungguhnya merupakan sebuah
generasi yang akan datang. Oleh karena itu, peringatan (warning) bagi semua pihak
salah satu upaya untuk mewujudkan makna yang terkait dengan pengelolaan sumber
slogan tersebut cukup arif dan bijaksana daya alam nasional. Khusus bagi usaha
adalah melalui aspek pengaturan hukum. pertambangan, perlu diingat bahwa
Perlu dipahami bahwa pembentukan pengelolaan bahan galian secara berlebihan
aturan hukum yang baru tentu saja tidak di masa sekarang tanpa mematuhi kaidah-
selalu keliru, karena hukum pun menurut kaidah hukum lingkungan, akan menjadi
Roscoe Pound4 berfungsi sebagai a tool of beban berat bagi generasi yang akan
social engineering. Sebagai instrumen datang. Generasi penerus bangsa Indonesia
pembaruan masyarakat (agent of change), akan menjadi generasi penanggung beban
hukum harus sesuai dengan cita-cita saja. Hal seperti ini tentu tidak berlaku
keadilan sosial. Berkaitan dengan fungsi secara khusus di negara tertentu saja,
hukum tersebut, pembentuk undang- melainkan akan terjadi di semua negara
undang (kekuasaan legislatif), melalui yang melakukan langkah penanganan
penafsiran atas makna Pasal 33 ayat (3) dan serupa, terutama sekali jika pengusahaan
ayat (4) UUD 1945, telah meletakkan bahan galian itu difokuskan untuk tujuan
landasan yuridis, keadilan antar generasi dan kepentingan yang hanya bersifat
antara lain melalui Undang-Undang Nomor sesaat.
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup B. Penegakan Hukum Terhadap Pelaku
sebagaimana ditegaskan dalam ketentuan Illegal Mining Dalam Upaya
Pasal 14 huruf (c) "sasaran pengelolaan Perlindungan Lingkungan Hidup
lingkungan hidup terjaminnya kepentingan Undang-Undang No. 4 Tahun 2009
generasi masa kini dan generasi masa Tentang Pertambangan Mineral Dan
depan". Batubara selain mengenal adanya tindak
pidana kegiatan penambangan pelakunya
4 5
Antonius Cahyadi dan E. Fernando M. Manullang, Haryanto Stefanus, Keadilan Antargenerasi dan
Pengantar Ke Filsafat Hukum, Kencana, Jakarta, Hukum Lingkungan Indonesia, Harian Umum
2008, hlm. 110. Kompas,ll Januari 1996, hlm. 4.

87
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

tidak memiliki izin, juga mengatur Perbuatan memberikan data atau


bermacam-macam tindak pidana lainnya, laporan yang tidak benar sebenarnya
yang sebagian besar ditujukan kepada sanksinya sudah diatur dalam Pasal 263
pelaku usaha pertambangan, dan hanya KUHP tentang Pemalsuan Surat.
satu macam tindak pidana yang ditujukan Oleh karena pemalsuan suratnya di bidang
kepada pejabat penerbit izin di bidang pertambangan dan sudah diatur secara
pertambangan yang kesemuanya itu dapat khusus, terhadap pelakunya dapat
dikategorikan sebagai Illegal Mining. Tindak dipidana berdasarkan Pasal 159 UU
pidana tersebut adalah sebagai berikut6 : Pertambangan yang dapat dipidana
a) Tindak pidana melakukan pertambangan dengan pidana penjara paling lama 10
tanpa izin Sebagaimana telah diketahui tahun dan denda paling banyak Rp
diatas bahwa negara mempunyai hak 10.000.000.000,00”.7
menguasai atas bumi, air dan kekayaan c) Tindak pidana melakukan eksplorasi
alam yang terkandung di dalamnya tanpa hak. Pada dasarnya untuk
termasuk tambang. Berdasarkan hal melakukan kegiatan usaha
tersebut setiap orang yang akan pertambangan wajib memiliki izin dan
melakukan kegiatan pertambangan setiap izin yang dikeluarkan ada dua
aturan mainnya wajib meminta izin lebih kegiatan yang harus dilakukan yaitu
dahulu dari negara/pemerintah. untuk eksplorasi dan eksploitasi.
Apabila terjadi kegiatan penambangan Kegiatan eksplorasi meliputi
pelakunya tidak memiliki izin, maka penyelidikan umum, eksplorasi, dan
perbuatannya merupakan tindak pidana studi kelayakan. Yang dimaksud
yang diatur dalam Pasal 158 UU No 4 eksplorasi adalah tahapan kegiatan
Tahun 2009 tentang Pertambangan usaha pertambangan untuk memperoleh
Mineral dan Batubara yang berbunyi informasi secara terperinci dan teliti
“Setiap orang yang melakukan usaha tentang lokasi, bentuk, dimensi, sebaran
penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK kualitas, dan sumber daya terukur dari
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, bahan galian serta informasi mengenai
Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat lingkungan sosial dan lingkungan hidup
(1), Pasal 74 ayat (1) atau (5) dipidana (Pasal 1 angka 15).
dengan pidana penjara paling lama 10 Oleh karena melakukan kegiatan
tahun dan denda paling banyak Rp eksplorasi pertambangan didasarkan atas
10.000.000.000,00 (sepuluh miliar izin yang dikeluarkan pemerintah yaitu IUP
rupiah)” atau IUPK, maka eksplorasi yang dilakukan
b) Tindak pidana menyampaikan data tanpa izin tersebut merupakan perbuatan
laporan keterangan palsu. Dalam pidana yang diancam hukuman
melaksanakan kegiatan pertambangan berdasarkan Pasal 160 Ayat 1 UU No. 4
dibutuhkan data-data atau keterangan- Tahun 2009 dipidana dengan pidana
keterangan yang benar dibuat oleh kurungan paling lama 1 tahun atau denda
pelaku usaha yang bersangkutan seperti paling banyak Rp 200.000.000,00”.8
data studi kelayakan, laporan kegiatan d) Tindak pidana sebagai pemegang IUP
usahanya, dan laporan penjualan hasil eksplorasi untuk tidak melakukan
tambang, agar hal tersebut dapat kegiatan operasi produksi. Orang yang
dipertanggungjawabkan. melakukan kegiatan usaha
7
Ibid, hlm. 249.
8
Ibid.
6
Gatot Supramono, Op-Cit, hlm. 248.

88
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

pertambangan pada prinsipnya kemasyarakat merupakan barang


melakukan penambangan dengan cara tambang yang sah. Tindak pidana
menggali tanah untuk mendapatkan pencucian barang tambang (mining
hasil tambang kemudian dijual dan akan loundering) dalam UU No.4 Tahun 2009
memperoleh keuntungan. Seperti dipidana dengan pidana penjara paling
diketahui di atas bahwa kegiatan usaha lama 10 tahun dan denda paling banyak
pertambangan terdiri atas kegiatan Rp 10.000.000.000,00”.
eksplorasi dan eksploitasi. Untuk dapat membongkar kejahatan
Oleh karena terdapat dua tahap dalam tersebut tentu tidak mudah karena pada
melakukan usaha pertambangan maka umumnya penambangan dilakukan di
pelaksanaanya harus sesuai dengan daerah pedalaman yang biasanya jauh
prosedur, melakukan kegiatan eksplorasi dari keramaian dan sepi petugas,
baru eksploitasi. Sehubungan dengan itu sehingga dibutuhkan adanya
khusus bagi pemegang IUP eksplorasi pengawasan intensif dengan kerja sama
setelah melakukan kegiatan eksplorasi antara aparat Kementrian
tidak boleh melakukan operasi produksi Pertambangan, Pemerintah Daerah
sebelum memperoleh IUP Produksi. setempat dan Kepolisian.10
Pelanggaranya diancam dengan Pasal f) Tindak pidana yang berkaitan dengan
160 Ayat 2 UU No. 4 Tahun 2009 yang penyalahgunaan wewenang pejabat
dipidana dengan pidana penjara paling pemberi izin. Ketentuan pidana yang
lama 5 tahun dan denda paling banyak telah dibicarakan di atas lebih banyak
Rp 10.000.000.000,00”. ditujukan kepada perbuatan yang
Ketentuan tersebut digunakan dilakukan oleh penerima/pemegang izin
pemerintah sebagai alat untuk tambang. Selain itu UU Pertambangan
mengontrol perusahaan juga mengatur tentang tindak pidana
pertambangan yang nakal, ketika yang ditujukan kepada pejabat pemberi
melakukan kegiatan eksplorasi izin sebagaimana Pasal 165 yang
sesuai dengan izinnya langsung berbunyi : “Setiap orang yang
melakukan kegiatan operasi mengeluarkan IUP, IPR, atau IUPK yang
produksi padahal belum menjadi bertentangan dengan undang-undang ini
pemegang IUP Eksploitasi.9 dan menyalahgunakan kewenangannya
e) Tindak pidana pencucian barang diberi sanksi pidana paling lama 2 tahun
tambang. Dalam kegiatan keuangan dan penjara dan denda paling banyak Rp
perbankan dikenal adanya pencucian 200.000.000,00”.
uang atau money loundering, dimana Perbuatan penyalahgunaan kewenangan
uang yang berasal dari kejahatan sifatnya luas tetapi terhadap pejabat
“dicuci” melalui perusahaan jasa penerbit izin tersebut dibatasi sepanjang
keuangan agar menjadi uang yang perbuatan penerbitan IUP, IPR, atau
dianggap “bersih”. Di bidang IUPK saja. Tujuan diaturnya tindak
pertambangan juga dapat terjadi pidana ini agar pejabat tersebut dapat
pencucian hasil tambang, penambang- bekerja dengan baik dan melayani
penambang gelap dapat berhubungan kepentingan masyarakat dengan
dengan para penambang yang memiliki semestinya.11
izin untuk mengadakan transaksi hasil
tambangnya sehingga sampai
10
Ibid.
9 11
Ibid. Ibid, hlm. 252.

89
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

g) Tindak Pidana yang Pelakunya Badan Memperhatikan ketentuan badan


Hukum. Badan hukum adalah hukum dalam UU No. 4 Tahun 2009
sekelompok orang yang terkait suatu tersebut hanya tertuju kepada badan
organisasi yang dipandang sebagai usaha saja yaitu badan usaha swasta
manusia pada umumnya. Suatu berupa perseroan terbatas (UU No. 40
organisasi disebut badan hukum apabila Tahun 2007), BUMN, dan BUMD. Oleh
akta pendiriannya disahkan oleh karena UU No. 4 Tahun 2009 sebagai lex
pemerintah. Untuk perusahaan yang spesialis maka perusahaan
berbentuk perseroan terbatas, pertambangan yang berbentuk koperasi
pengesahan akta pendiriannya dilakukan yang didirikan berdasarkan UU No. 25
oleh Menteri Hukum dan Ham dan Tahun 1992 dan akta pendiriannya
diumumkan dalam berita Negara RI. disahkan oleh Menteri Transmigrasi dan
Dalam badan hukum kegiatannya Koperasi, tampaknya tidak termasuk
dilakukan oleh pengurusnya. Oleh dalam pengertian badan hukum dalam
karena badan hukum dipandang sebagai UU No. 4 Tahun 2009. Jika koperasi
manusia maka badan hukum dapat melakukan tindak pidana di bidang
menjadi pelaku pidana dan yang pertambangan yang dapat dituntut
bertanggung jawab adalah pengurusnya. hanyalah orang perorangan yang ada
Dalam tindak pidana di bidang dalam koperasi sedangkan koperasi
pertambangan badan hukum dapat sebagai badan hukum tidak dapat
sebagai pelaku pidananya sebagaimana dituntut dan dihukum pidana.
diatur pada Pasal 163 Ayat 1 UU No. 4 Kekurangan yang ada dalam UU No. 4
Tahun 2009. Meskipun demikian dalam Tahun 2009 adalah tidak mengatur
undang-undang tersebut tidak tentang korporasi yang dapat sebagai
memberikan pengertian tentang badan pelaku pidana seperti dalam undang-
hukum. Istilah badan hukum disinggung undang yang lain yaitu UU Penerbangan,
dalam pengertian badan usaha (Pasal 1 UU Perikanan, UU Narkotika. Oleh
angka 23). Badan usaha adalah setiap karena korporasi pengertiannya
badan hukum yang bergerak dibidang mencakup sekumpulan orang baik yang
pertambangan yang didirikan berbadan hukum atau yang tidak
berdasarkan hukum Indonesia dan berbadan hukum maka apabila hal itu
berkedudukan dalam wilayah Negara diatur dalam UU No. 4 Tahun 2009
Kesatuan Republik Indonesia. semua perusahaan yang didirikan
Sehubungan dengan itu dalam UU No. 4 minimal dua orang dapat menjadi pelaku
Tahun 2009 pelaku usaha di bidang tindak pidana dibidang pertambangan
pertambangan dalam Pasal 38 dan Pasal apabila melanggar undang-undang yang
65 terdiri atas badan usaha, koperasi, bersangkutan.
dan perseorangan. Kemudian dalam PP Jika tindak pidana di bidang
No. 23 Tahun 2003 tentang Pelaksanaan pertambangan dilakukan oleh suatu
Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral badan hukum, maka yang dapat dituntut
dan Batu Bara, badan usaha dapat ke pengadilan adalah badan hukumnya,
berupa badan usaha, swasta, BUMN, namun hukuman yang dijatuhkan hakim
atau BUMD, sedangkan perorangan selain pidana penjara, juga pidana denda
dapat berupa orang perseorangan, terhadap pengurusnya. Di samping itu
perusahaan firma, atau perusahaan terhadap badan hukum tersebut dijatuhi
komanditer. hukuman berupa pidana denda dengan
pemberatan ditambah 1/3 kali dari

90
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

ketentuan maksimum pidana denda untuk masa-masa yang akan datang. 15


yang dijatuhkan. Dalam hal kebijakan pidana dalam arti
Kemudian hakim juga dapat penal law enforcement policy meliputi
menjatuhkan hukuman tambahan beberapa tahap, di antaranya tahap
terhadap badan hukum berupa formulasi, tahap aplikasi dan tahap
pencabutan izin usaha dan/atau eksekusi, akan tetapi dalam kaitannya ini,
pencabutan status badan hukum.12 pembahasan akan difokuskan pada tahap
h) Pidana tambahan. Dalam hukum pidana aplikasi atas penerapan Undang-Undang
dikenal adanya hukuman pokok dan Nomor 4 Tahun 2009, tentang
hukuman tambahan. Pelaku tindak pemberantasan tindak pidana illegal
pidana dibidang pertambangan di atas mining, yang terjadi belakangan ini. Dalam
yang dijatuhi pidana penjara dan denda hal law enforcement peradilan pidana
merupakan hukuman pokok. (penyidikan kasus illegal mining) merujuk
Selain jenis hukuman tersebut terhadap pada operasionalisasi peraturan
pelakunya dapat dijatuhi dikenai pidana perundang-undangan oleh aparat penegak
tambahan berupa : hukum pidana dalam upaya menanggulangi
1) Perampasan barang yang dan memberantas kejahatan di bidang
digunakan dalam melakukan illegal mining. Operasionalisasi itu
tindak pidana. dilakukan melalui proses peradilan pidana
2) Perampasan keuntungan yang (criminal justice proces)16, yaitu diperlukan
diperoleh dari tindak pidana. suatu proses dari kerja aparat penegak
3) Kewajiban membayar biaya yang hukum dalam memeriksa pelaku yang
timbul akibat tindak pidana. diduga melakukan kejahatan untuk
Kemudian hakim juga dapat memastikan bersalah tidaknya pelaku yang
menjatuhkan hukuman tambahan terhadap bersangkutan secara hukum. Pada tahap
badan hukum berupa pencabutan izin pemeriksaan ini, merupakan suatu proses,
usaha dan/atau pencabutan status badan yaitu tahap penyelidikan, penyidikan,
hukum.13 penuntutan, sampai pada tahap pada
Penanggulangan terhadap peristiwa atau penentuan hukuman atau penjatuhan vonis
kasus-kasus yang berkaitan dengan illegal hakim.
mining, menunjukan upaya penindakan Terhadap penegakan hukum yang
terhadap kejahatan di bidang illegal mining berkaitan dengan kasus illegal mining
dengan menggunakan suatu kebijakan selama ini mengalami suatu kenyataan atau
pidana (penal policy).14 Sudarto fenomena yang tidak sesuai dengan asas
memberikan suatu definsi tentang “penal beracara di pengadilan, “sederhana, cepat
policy” dari sudut tujuannya, yakni untuk dan biaya ringan” masih jauh dari harapan.
mewujudkan peraturan perundang- Bila persoalan ini dibiarkan berlarut-larut,
undangan pidana yang sesuai dengan dan aturan yang ada dalam Undang-
keadaan dan situasi pada suatu waktu dan Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

12 15
Ibid, hlm. 252-254 Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan
13
Ibid. Masyarakat; Kajian Terhadap Pembaharuan Hukum
Pidana, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 109.
14 16
Dalam konteks penegakan hukum diperlukan Hagan, sebagaimana disitir oleh Romli
suatu kebijakan atau “penal policy”, lihat dalam Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana: Perspektif
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum Eksistensialisme dan Abolisionisme, Bina Cipta,
dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung, 1996, hlm. 14.
Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 73.

91
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

Pertambangan Mineral dan Batubara, bahan galian selalu mempertimbangkan


Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun bahwa sumber daya bahan galian
2010 tentang Pelaksanaan Usaha merupakan aset bagi generasi yang
Pertambangan Mineral dan Batubara akan akan datang.
melahirkan suatu kebijakan yang 2. Berbagai kenyataan membuktikan
melahirkan perundang-undangan yang bahwa kegiatan pertambangan yang
buruk. Undang-undang ini lahir dilakukan menimbulkan dampak
menggantikan Undang- Undang Nomor 11 kerusakan yang besar terhadap
Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan lingkungan hidup, terutama aktivitas
Pokok Pertambangan (Lembaran Negara illegal mining seperti pertambangan
Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 22, emas tanpa izin (PETI). Walaupun telah
Tambahan Lembaran Negara Republik dibentuk berbagai peraturan
Indonesia Nomor 2831). perundang-undangan baik di tingkat
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 pusat maupun di daerah, namun
tentang Pertambangan Mineral dan aktivitas pertambangan emas tanpa izin
Batubara, secara tegas memberikan masih terus terjadi.
kewenangan bagi negara untuk menguasai
sumber-sumber daya alam. Berkenaan B. Saran
dengan pertambangan Mineral dan 1. Pengelolaan pertambangan dan
Batubara, dalam kehidupan masyarakat pelestarian lingkungan hidup adalah
sering terjadi konflik. Terjadinya konflik dua hal yang saling bertentangan.
dalam masyarakat tidak terjadi secara tiba- Pertentangan itu tidak dapat dijadikan
tiba, akan tetapi melalui beberapa tahapan. alasan untuk tidak melakukan usaha
Mulai adanya keluhan ketidaksenangan, pertambangan, mengingat usaha
kebencian yang membuat seseorang atau pertambangan akan memberikan
kelompok merasa menadapat perlakukan kontribusi yang besar di dalam pem-
tidak adil. Tanggung jawab pemerintah bangunan bangsa dan negara. Jalan
dalam menuntaskan kasus illegal mining keluarnya adalah setiap usaha
tidak terlepas adanya muatan politik yang pertambangan diwajibkan untuk
membonceng berbagai permasalahan melakukan usaha pemulihan lingkungan
dalam kehidupan rakyat. (reklamasi) setelah kegiatan
pertambangan selesai (pasca tambang).
PENUTUP 2. Pengelolaan dan penggunaan sumber
A. Kesimpulan daya alam pertambangan (bahan galian)
1. Kegiatan pertambangan dan lingkungan tidak boleh hanya berorientasi kepada
hidup adalah dua hal yang tidak dapat pengejaran target dan pertumbuhan
dipisahkan. Kegiatan pertambangan ekonomi akan tetapi, harus memper-
sangat rentan merusak lingkungan hatikan kaidah-kaidah lingkungan hidup
hidup. Dalam rangka pelaksanaan dan sifat keterbatasan bahan galian.
konsep pertambangan yang Pengelolaan sumber daya alam
berwawasan lingkungan, setiap usaha pertambangan tidak untuk dihabiskan
pertambangan diwajibkan melakukan pada saat sekarang, melainkan di
upaya meminimalkan dampak negatif dalamnya terdapat juga hak bagi
dan memaksimalkan dampak positifnya. generasi yang akan datang.
Salah satu cara yang bijaksana untuk
mewujudkan konsep tersebut ialah DAFTAR PUSTAKA
dalam mengeksploitasi sumber daya

92
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

Abdussalam, R, Penegakan Hukum Di HS, Salim H., Hukum Pertambangan


Lapangan Oleh Polri, Gagas Mitracatur Mineral & Batubara, Sinar Grafika,
Gemilang, 1997. Jakarta, 2012.
Amien, A. Mappadjantji., Kemandirian ------------------., Hukum Pertambangan Di
Lokal, Konsepsi Pembangunan, Indonesia, RajaGrafindo Persada,
Organisasi, dan Pendidikan dari Jakarta, 2012.
Perspektif Sains Baru, Gramedia Pustaka Jaya, Toni., Kerusakan Lingkungan Akibat
Utama, Jakarta, 2005. Illegal Mining Di Kabupaten Ketapang,
Arief, Barda Nawawi., Masalah Penegakan Artikel Tesis Universitas Tanjungpura,
Hukum dan Kebijakan Penanggulangan Pontianak, 2012.
Kejahatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, Machmud, Syahrul., Penegakan Hukum
2001. Lingkungan Indonesia, Penegakan
Atmasasmita, Romli., Sistem Peradilan Hukum Administrasi, Hukum Perdata
Pidana: Perspektif Eksistensialisme dan dan Hukum Pidana Menurut Undang-
Abolisionisme, Bina Cipta, Bandung, Undang No. 32 Tahun 2009, Graha Ilmu,
1996. Yogyakarta, 2012.
Bemmelen, J.M. Van., Het Materiele Marzuki, Peter Mahmud,, Penelitian
Strafrecht Algemeneen Deel, Hukum, Kencana, Jakarta, 2011.
diterjemahkan oleh Hassan, Hukum Mertokusumo, Sudikno., Mengenal Hukum
Pidana I Hukum Pidana Materiel Bagian Suatu Pengantar, Liberty, Yogyakarta,
Umum, Bina Cipta, 1984. 2007.
Bram Deni., Hukum Lingkungan Hidup Pusat Bahasa Departemen Pendidikan
Homo Ethic Eco Ethic, Gramata Nasional., Kamus Besar Bahasa
Publishing, Jakarta, 2014. Indonesia, Edisi Ketiga, Balai Pustaka,
Cahyadi, Antonius dan Manullang, E. Jakarta, 2002.
Fernando M., Pengantar Ke Filsafat Rahardjo, Satjipto., Masalah Penegakan
Hukum, Kencana, Jakarta, 2008. Hukum, Suatu Tinjauan Sosiologis, Sinar
Danusaputra, Munadjat., Hukum Baru, Bandung, tt..
Lingkungan – Buku I : Umum, Binacipta, Salim, Emil., Pembangunan Barwawasan
Bandung, 1985. Lingkungan Hidup, LP3ES, Jakarta, 1998.
Departemen Pertambangan dan Energi., 50 Setiadi, Edy., Pemberdayaan Peran dan
Tahun Pertambangan dan Energi Dalam Interaksi Advokad Dalam Proses
Pembangunan, Jakarta. 1995 Penegakan Hukum Untuk Mewujudkan
Didrjosisworo, Sudjono., Pengamanan Keadilan, Disertasi, 2005.
Hukum Terhadap Pencemaran Akibat Siahaan, N.H.T., Hukum Lingkungan Dan
Industri, Alumni, Bandung, 1983. Ekologi Pembangunan, Edisi Kedua,
Hardjasoemantri, Koesnadi., Hukum Tata Erlangga, Jakarta, 2004.
Lingkungan, Gadjah Mada University -------------., Hukum Lingkungan, Pancuran
Press, Yogyakarta, 2002,. Alam, Jakarta, 2009..
-----------------------------------., Hukum Tata Soekanto, Soerjono., Faktor-Faktor Yang
Lingkungan, Gadjah Mada University Mempengaruhi Penegakan Hukum,
Press, Yogyakarta, 1988. Rajawali, Jakarta, 1986.
Head, John W., Pengantar Umum Hukum -------------., Sosiologi Hukum Dalam
Ekonomi, Edisi Bahasa Indonesia dan Masyarakat, Rajawali, Jakarta, 1980.
Inggeris, ELIPS, Jakarta, 1997. Soemartono, Gatot, Mengenal Hukum
Lingkungan Indonesia, Sinar Grafika,
Jakarta, 1991.

93
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015

-------------., Hukum Lingkungan Indonesia, http://www.tempo.co/read/news/2013/12


Sinar Grafika, Jakarta, 1996. /11/058536513/penambangan-liar-di-
kalimantan-selatan-kian-marak. Diakses
Stefanus, Haryanto., Keadilan pada tanggal 08 Mei 2014.
Antargenerasi dan Hukum Lingkungan Jenis Tambang,
Indonesia, Harian Umum Kompas,ll http://www.amanahgroup.co.id/,.
Januari 1996. Diakses pada tanggal 10 Agustus 2014.
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Mertokusumo, Sudikno., Penegakan
Masyarakat; Kajian Terhadap Hukum,
Pembaharuan Hukum Pidana, Sinar http://www.solusihukum.cpm/artikel/
Baru, Bandung, 1983. artikel49.php. Diakses pada tanggal 08
Sukandarrumidi, Memahami Pengelolaan Mei 2014..
Bahan Tambah di Indonesia, Referensi
Undang-Undang Minerba Nomor 4
Tahun 2009, Yayasan Pustaka Nusatama,
Yogyakarta, 2010.
Sumbu, Telly., Kalalo, Merry. E., Palandeng,
Engelien R., dan Lumolos, John., Kamus
Umum Politik & Hukum, Media Prima
Aksara, Jakarta, 2011
Supramono, Gatot., Hukum Pertambangan
Mineral Dan Batubara Di Indonesia,
Jakarta, Rineka Cipta, 2012.
Sudrajat, Nandang., Teori Dan Praktik
Pertambangan Indonesia Menurut
Hukum, Yogyakarta, Pustaka Yustisia,
2010.
Syahrani, H. Riduan., Rangkuman Intisari
Ilmu Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2013.
Tim Penyusun Phoenix., Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Baru, Media
Pustaka Phoenix, Jakarta, 2013.
Tutik, Titik Triwulan., Pengantar Ilmu
Hukum, Prestasi Pustaka Publisher,
Jakarta, 2006.

Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.

94

Anda mungkin juga menyukai