1/Jan-Mar/2015
ABSTRAK PENDAHULUAN
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah A. Latar Belakang Masalah
untuk mengetahui bagaimanakah Kegiatan illegal mining yang
keterkaitan antara usaha pertambangan mengakibatkan kerusakan lingkungan juga
dan upaya pelestarian lingkungan hidup diatur dalam Undang-Undang No. 32 Tahun
dan bagaimanakah upaya penegakan 2009 tentang Perlindungan Dan
hukum terhadap pelaku illegal mining Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di samping
dalam upaya perlindungan lingkungan itu peraturan perundang-undangan yang
hidup. Metode penelitian yang digunakan terkait dengan illegal mining dan
dalam penelitian ini adalah menggunakan perlindungan lingkungan salah satunya
metode penelitian yuridis normative dan adalah Undang-Undang No. 41 Tahun
dapat disimpulkan: 1. Kegiatan 1999tentang Kehutanan yang telah diubah
pertambangan dan lingkungan hidup dengan Undang-Undang No. 19 Tahun 2004
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Kegiatan pertambangan sangat rentan Pengganti Undang-Undang No. 1 Tahun
merusak lingkungan hidup. Dalam rangka 2004 Tentang perubahan atas Undang-
pelaksanaan konsep pertambangan yang Undang No. 41 Tahun 1999 tentang
berwawasan lingkungan, setiap usaha Kehutanan menjadi Undang-Undang.
pertambangan diwajibkan melakukan Upaya penanggulangan illegal mining di
upaya meminimalkan dampak negatif dan Indonesia merupakan hal yang utama dan
memaksimalkan dampak positifnya. Salah sangat penting untuk menciptakan kegiatan
satu cara yang bijaksana untuk pertambangan yang baik dan sesuai dengan
mewujudkan konsep tersebut ialah dalam peraturan perundang-undangan yang
mengeksploitasi sumber daya bahan galian berlaku. Oleh karena itu, pemerintah dalam
selalu mempertimbangkan bahwa sumber upaya untuk menanggulangi praktik-
daya bahan galian merupakan aset bagi praktikillegal miningmembentuk tim-tim
generasi yang akan datang. 2. Berbagai khusus seperti yang termuat dalam
kenyataan membuktikan bahwa kegiatan beberapa peraturan yang dikeluarkan oleh
pertambangan yang dilakukan presiden yakni dalam Instruksi Presiden
menimbulkan dampak kerusakan yang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2000
besar terhadap lingkungan hidup, terutama tentang Koordinasi Penanggulangan
aktivitas illegal mining seperti Masalah Pertambangan Tanpa Izin dan
pertambangan emas tanpa izin (PETI). Keputusan Presiden Republik Indonesia No.
Walaupun telah dibentuk berbagai 25 Tahun 2001 tentang Tim Koordinasi
peraturan perundang-undangan baik di Penanggulangan Pertambangan Tanpa Izin,
tingkat pusat maupun di daerah, namun Penyalahgunaan Bahan Bakar Minyak, Serta
Perusakan Instalasi Ketenagalistrikan Dan
Pencurian Aliran Listrik.
1
Artikel Skripsi. Dosen Pembimbing : Nontje Selain adanya tim-tim khusus yang
Rimbing, SH.MH; Dr. Flora P. Kalalo, SH.MH; Dr. melakukan penanggulangan terhadap
Deasy Soeikromo, SH.MH kegiatan illegal mining, terdapat pula Badan
2
Mahasiswa pada Fakultas Hukum Unsrat. NIM Pengendalian Dampak Lingkungan
110711228
85
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015
(BAPEDAL) yang di bentuk oleh presiden maka titik berat penelitian tertuju pada
melalui Keputusan Presiden Republik penelitian kepustakaan.
Indonesia No. 23 Tahun 1990 yang
mempunyai tugas pokok untuk membantu
presiden dalam mengendalikan dampak PEMBAHASAN
lingkungan yang meliputi pencegahan dan A. Keterkaitan Antara Usaha
penanggulangan pencemaran dan Pertambangan dan Pelestarian
kerusakan lingkungan, serta pemulihan Lingkungan Hidup
kualitas lingkungan, sesuai dengan Kegiatan pertambangan dan lingkungan
peraturan perundang-undangan yang hidup adalah dua hal yang tidak dapat
berlaku. Pembentukan BAPEDAL dipisahkan, bahkan ada ungkapan "Tiada
dimaksudkan untuk membantu kinerja kegiatan pertambangan tanpa
pemerintah dalam menanggulangi masalah perusakan/pencemaran lingkungan".
pencemaran lingkungan akibat kegiatan Meskipun kedua hal tersebut tidak dapat
pertambangan yang tidak sesuai aturan3. dipisahkan karena keterkaitannya
Melihat semakin luas dan merajalelanya (interdependency), tetapi pengaturannya
kasus-kasus illegal mining di seluruh tetap terpisah dan bahkan tersebar dalam
wilayah Indonesia, tentunya diperlukan berbagai peraturan perundang-undangan.
suatu penegakan hukum berdasarkan Hal ini wajar saja, sebab hukum sumber
peraturan perundang-undangan yang daya alam dan hukum lingkungan
berlaku untuk memberantas dan mempunyai asal-usul yang berlainan
memberikan efek jera terhadap pelaku- bahkan bertentangan satu sama lainnya.
pelaku kegiatan illegal mining berkaitan Usaha pertambangan di Indonesia
dengan upaya untuk melindungi lingkungan umumnya dilakukan secara massive dan
hidup dari pencemaran dan perusakan modern, memanfaatkan penanaman modal
akibat illegal mining. yang cukup besar, baik domestik maupun
asing. Pemanfaatan modal besar terutama
B. Rumusan Masalah melalui penanaman modal asing (PMA)
1. Bagaimanakah keterkaitan antara dengan penggunaan teknologi tinggi dan
usaha pertambangan dan upaya kebutuhan akan tenaga kerja yang memiliki
pelestarian lingkungan hidup ? keterampilan tinggi yang semuanya harus
2. Bagaimanakah upaya penegakan dipasok dan direkrut dari luar. Demikian
hukum terhadap pelaku illegal mining pula fasilitas dan bahan-bahan kebutuhan
dalam upaya perlindungan lingkungan hidup untuk keperluan konsumsi sehari-hari
hidup ? para pekerjanya pada umumnya
didatangkan dari luar (import), karena
C. Metode Penelitian produksi bahan-bahan makanan yang
Pada penulisan skripsi ini, penulis dihasilkan oleh masyarakat lokal tidak
menggunakan penelitian yuridis normatif memenuhi syarat, khususnya dari segi
dengan menggunakan pendekatan perun- jumlah, mutu, kesinambungan, dan
dangan-undangan dan pendekatan ketetapan waktu penyerahan barang
konseptual. Mengingat penelitian ini berdasarkan kesepakatan. Setiap usaha
menggunakan pendekatan normatif yang pertambangan di bagian bumi pada
tidak bermaksud untuk menguji hipotesa, awalnya adalah kepentingan masyarakat
non-lokal dan membawa nilai-nilai yang
3
Koesnadi Hardjasoemantri, Hukum Tata juga non-lokal. Oleh karena itu, jika tidak
Lingkungan, Gadjah Mada University diikuti tindakan remedial tertentu,
Press,Yogyakarta, 2002, hlm. 428.
86
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015
87
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015
88
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015
89
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015
90
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015
12 15
Ibid, hlm. 252-254 Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan
13
Ibid. Masyarakat; Kajian Terhadap Pembaharuan Hukum
Pidana, Sinar Baru, Bandung, 1983, hlm. 109.
14 16
Dalam konteks penegakan hukum diperlukan Hagan, sebagaimana disitir oleh Romli
suatu kebijakan atau “penal policy”, lihat dalam Atmasasmita, Sistem Peradilan Pidana: Perspektif
Barda Nawawi Arief, Masalah Penegakan Hukum Eksistensialisme dan Abolisionisme, Bina Cipta,
dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan, Bandung, 1996, hlm. 14.
Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 73.
91
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015
92
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015
93
Lex Administratum, Vol. III/No.1/Jan-Mar/2015
Peraturan Perundang-undangan :
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia
Tahun 1945;
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009
tentang Pertambangan Mineral Dan
Batubara;
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan Dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup.
94