Disusun Oleh :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016
LATAR BELAKANG
Undang-Undang perlindungan konsumen adalah segala upaya yang
menjamin adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada
konsumen. Perlindungan terhadap konsumen dipandang terasa sangat
penting, karena semakin majunya ilmu pengetahuan dan teknologi yang
merupakan penggerak utama bagi produktivitas dan efisiensi produsen
atas barang atau jasa yang dihasilkannya rangka mencapai sasaran
usaha. Dalam rangka mengejar dan mencapai kedua hal tersebut,
akhirnya baik langsung maupun tidak langsung, konsumenlah yang pada
umumnya
Peran
akan
pemerntah
merasakan
dalam
mngaatasi
dampaknya.
perlindungan
konsumen
bahwa
pelaku
usaha
dilarang
memproduksi
dan/
NORMA
PERATURAN
dicantumkan
dalam label
Pasal 58 ayat (4) Undang-Undang No 18 tahun 2009 tentang Peternakan
dan Kesehatan Hewan
"Produk hewan yang diproduksi di dan/atau dimasukkan ke wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan wajib disertai
sertifikat veteriner dan sertifikat halal."
Pasal 62 ayat (1) UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,huruf e, ayat (2) dan Pasal 18
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar
rupiah).
DOKTRIN
lain
yang
diharamkan
atau
DATA
Seorang pedagang daging giling terbukti menjual daging celeng yang
disamarkan sebagai daging sapi. Daging giling itu biasa digunakan untuk
bahan baku bakso. "Sudah diperiksa di laboratorium, hasilnya memang
benar
itu
daging
celeng,"
kata
Kepala
Seksi
Pengawasan
dan
berbagai
daerah
di
Pulau
Jawa
dan
langsung
dipasarkan
secara
terselubung. "Tak ada jaminan daging yang dipasarkan itu sehat dan layak
dikonsumsi," katanya.
dicantumkan
dalam label.
Disini pedagang daging celeng giling telah terbukti melanggar pasal
tersbut dikarenakan pedangang tersebut memperdagangkan daging
celeng dengan cara disamarkan dengan daging sapi yang telah terbukti
tidak halal. Karena menurut pasal 58 ayat (4) Undang-Undang No 18
tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan
"Produk hewan yang diproduksi di dan/atau dimasukkan ke wilayah
Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk diedarkan wajib disertai
sertifikat veteriner dan sertifikat halal."
Dengan kewajiban memberikan label halal, secara tidak langsung
Pemerintah dapat mengawasi peredaran makanan yang berbahaya di
indonesia. Alasan daging babi tidak diperbolehkan beredar di indoneisa
karena ada beberapa penyakit disebabkan oleh babi seperti kholera babi
(penyakit menular berbahaya yang disebabkan bakteri), keguguran nanah
(disebabkan
bakteri
prosilia
babi),
kulit
kemerahan
yang
ganas
lain
yang
diharamkan
atau
sudah jelas
dikatakan bahwa
makanan yang mengandung atau berasal dari babi adalah makanan yang
haram atau makanan yang dilarang oleh ajaran islam. Daging celeng
sebagai bahan utama membuat bakso yang disamarkan pedagang
sebagai daging sapi seharusnya sudah tidak boleh lagi diperdagangkan
karena sudah merugikan konsumen.
Seharusnya pedagang bisa berkata jujur dalam berdagang bahwa
daging yang dijual sebenarnya adalah daging celeng bukan mengatakan
bahwa daging sapi tetapi sebenarnya adalah daging celeng, karena
konsumen bisa tertipu yang sebenarnya ingin mengkonsumsi daging sapi
tetapi yang dikonsumsinya adalah daging celeng.
Disini pemerintah bertindak tegas bagi pedagang yang nekat
menjual daging celeng giling yang disamarkan dengan daging sapi akan di
jerat dengan pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
perlindungan konsumen, pasa ini berisikan bahwa :
Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8, Pasal 9, Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 15, Pasal 17
ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c,huruf e, ayat (2) dan Pasal 18
dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun atau
pidana denda paling banyak Rp 2.000.000.000,00 (dua milyar
rupiah).
Dengan adanyaa pasal 62 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan konsumen, pemerintah berharap agar tidak ada lagi
pedagang yang nakal di indonesia yang menjual makanan yang tidak
halal dan merugikan konsumen di indonesia.
KESIMPULAN
kasus ini terjadi dimana penjual daging ini tidak mengatakan kepada
konsumennya bahwa daging yang dia buat menjadi bakso itu adalah
daging celeng. Kita harus ketahui bahwa hak konsumen adalah hak atas
kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang
atau jasa. Dan konsumen akan sangat dirugikan sekali bila mereka
mengetahui bahwa daging yang dibelinya itu tidak sesuai dengan
kemasannya yang tertulis daging sapi.
Sebagai pelaku usaha seharusnya penjual daging ini memberikan
informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi barang yang
dijualnya. Pelaku telah melakukan perbuatan yang dilarang oleh undangundang dimana ketidaksesuaiaannya isi barang dengan label kemasannya
yang dituliskan daging sapi padahal didalamnya daging celeng.
Peran
pemerintah
dalam
menangani
masalah
perlindungan