Anda di halaman 1dari 9

MANUSIA DAN ETIKA

(Etika Berpacaran di Tempat Bersejarah)

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Kelas A 2009
Chandra Istiani L0C007034
Intan Ichsani Mulya L0C009006
Yayang Ade Suprana L0C009007
Anton Herlana Putra L0C009013
Aguk Dewantara L0C009016
Isra’ Sari Doraya L0C009019
Dea Novita Permatasari L0C009045
Summa Rezki Artha L0C009046
Wulan Suci Wijayanti L0C009049

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


PROGRAM DIPLOMA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2010
BAB I

PENDAHULUAN

Ditinjau dari aspek moral, Manusia merupakan subjek terpenting dalam


perkembangan dunia. Manusia berfungsi untuk mengontrol perkembangan moral dengan
berpedoman pada etika-etika yang telah ada . Etika ini menjadi nilai dan norma yang
dapat mengikat manusia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan adanya etika
ini maka secara tidak langsung manusia dituntut untuk menjaga nilai-nilai dan norma-
norma yang berlaku di masyarakat. Macam-macam etika bermacam-macam antara lain
etika berbicara , etika berpakaian dan lain sebagainya.

Etika sangat penting dalam sosialisasi dan komunikasi dalam hubungan


bermasyarakat. Sosialisasi ini dapat dikatakan baik apabila etika-etika yang berlaku di
masyarakat diterapkan dan tujuannya tercapai. Begitu pula dengan komunikasi, yang
dapat dikatakan baik apabila menggunakan etika berkomunikasi .Misalnya komunikasi
secara lisan, maka harus mematuhi dan menerapkan etika berbicara.

Etika yang berlaku dalam hubungan antar manusia cenderung tidak diperhatikan
lagi sejalan dengan perkembangan zaman. Di era modern ini contohnya, banyak anak
muda yang berpacaran tanpa berpedoman pada etika. Mereka berpacaran sesuai
keinginan mereka masing-masing. Bahkan ,banyak dari mereka telah melampaui batas
dalam berpacaran. Batas –batas berpacaran tidak dihiraukan lagi. Hal inilah yang
menjadi permasalahan dalam kehidupan social masyarakat terutama aspek moral dari
para penerus generasi bangsa.
BAB II
ISI

2.1 Pengertian Manusia dalam ilmu Budaya


Manusia pada dasarnya adalah makhluk budaya yang harus membudayakan
dirinya. Manusia sebagai makhluk budaya mampu melepaskan diri dari ikatan dorongan
nalurinya serta mampu menguasai alam sekitarnya dengan alat pengetahuan yang
dimilikinya. Hal ini berbeda dengan binatang sebagai makhluk hidup yang sama-sama
makhluk alamiah dengan manusia dia tidak dapat melepaskan dari ikatan dorongan
nalurinya dan terikat erat oleh alam sekitarnya.

2.2 Pengertian Etika

Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat


internasional diperlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia
bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi salingmenghormati dan dikenal
dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain.
Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-
masing yang terlibat agar mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa
merugikankepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan
sesuaidengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak
asasiumumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di
masyarakat kita.
Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat
kebiasaanmanusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang
benardan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal darikata
Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah danukuran-ukuran
bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskanoleh beberapa ahli berikut
ini :
• Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
• Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang
dapat ditentukan oleh akal.
• Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia
dalamhidupnya.
Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika
memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian
tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan
bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita
untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kitalakukan dan yang perlu
kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkandalam segala aspek atau sisi
kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapatdibagi menjadi beberapa bagian sesuai
dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya.
Pengertian Etika(Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang
berarti watak kesusilaan atau adat kebiasaan(custom). Etika biasanya berkaitan erat
dengan perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam
bentuk jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang
dengan melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan
yang buruk.Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi dalam kegiatan
sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas untuk penilaian perbuatan
yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.
Istilah lain yang identik dengan etika, yaitu:
• Susila (Sanskerta), lebih menunjukkan kepada dasar-dasar, prinsip, aturan
hidup(sila) yang lebih baik (su).
• Akhlak (Arab), berarti moral, dan etika berarti ilmu akhlak. Filsuf Aristoteles,
dalam bukunya Etika Nikomacheia, menjelaskan tentang pembahasan Etika.
• Terminius Techicus, Pengertian etika dalam hal ini adalah, etika dipelajari untuk
ilmu pengetahuan yang mempelajari masalah perbuatan atau tindakan manusia.
• Manner dan Custom, Membahas etika yang berkaitan dengan tata cara dan
kebiasaan (adat) yang melekat dalam kodrat manusia (In herent in human
nature) yang terikat dengan pengertian “baik dan buruk” suatu tingkah laku atau
perbuatan manusia.

Pengertian dan definisi Etika dari para filsuf atau ahli berbeda dalam pokok
perhatiannya; antara lain:
1. Merupakan prinsip-prinsip moral yang termasuk ilmu tentang kebaikan dan sifat
dari hak (The principles of morality, including the science of good and the nature of
the right).
2. Pedoman perilaku, yang diakui berkaitan dengan memperhatikan bagian utama
dari kegiatan manusia. (The rules of conduct, recognize in respect to a particular
class of human actions)
3. Ilmu watak manusia yang ideal, dan prinsip-prinsip moral sebagai
individual. (The science of human character in its ideal state, and moral principles as
of an individual)
4. Merupakan ilmu mengenai suatu kewajiban (The science of duty)

2.3 Macam-macam Etika


Dalam membahas Etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis, yaitu sama halnya dengan berbicara moral(mores). Manusia disebut etis,
ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu memenuhi hajathidupnya dalam rangka
asas keseimbangan antara kepentingan pribadi denganpihakyang lainnya, antara rohani
dengan jasmaninya, dan antara sebagai makhlukberdiri sendiri dengan penciptanya.
Termasuk di dalamnya membahas nilai-nilaiatau norma-norma yang dikaitkan dengan etika,
terdapat dua macam etika (Keraf:1991: 23), sebagai berikut:
 Etika Deskriptif
Etika yang menelaah secara kritis dan rasional tentang sikap dan perilaku
manusia, serta apa yang dikejar oleh setiap orang dalam hidupnya sebagai
sesuatu yang bernilai. Artinya Etika deskriptif tersebut berbicara mengenai fakta
secara apa adanya, yakni mengenai nilai dan perilaku manusia sebagai suatu
fakta yang terkait dengan situasi dan realitas yang membudaya. Da-pat
disimpulkan bahwa tentang kenyataan dalam penghayatan nilai atau tanpa nilai
dalam suatu masyarakat yang dikaitkan dengan kondisi tertentu memungkinkan
manusia dapat bertindak secara etis.
 Etika Normatif
Etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh
manusia dan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Jadi Etika Normatif
merupakan norma- norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara
baik dan meng hindarkan hal-hal yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma
yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

2.4 Studi Kasus

Tanggal : 15 Jun 2009


Sumber : vhrmedia.com

Prakarsa Rakyat,
12 Juni 2009 - 12:56 WIB

Yovinus Guntur Wicaksono


Satpol PP Pemerintah Kota Surabaya menggusur pedagang dengan brutal. Anak tukang
bakso meninggal tersiram kuah panas.

KOTA Surabaya Senin pagi pertengahan Mei 2009 demikian cerah. Para pedagang yang
biasa mangkal di Jalan Boulevard bersemangat memulai hari. Tidak terkecuali Bunali.
Pedagang bakso ini berangkat sekitar pukul 10.00 dari rumah kontrakannya, bersama
Sumariyah, dan anak balita mereka, Siti Khoiyaroh. Segera suami-istri ini cekatan
melayani pembeli, mangkok demi mangkok.

Dua jam kemudian senyum Bunali dan Sumariyah sirna. Juga para pedagang lainnya.
Satuan Polisi Pamong Praja Pemerintah Kota Surabaya datang “menertibkan” para
pedagang kaki lima di Jalan Boulevard.
Bunali dan Sumariyah bergegas mengemasi dagangan. Siti Khoiyaroh pun dinaikkan di
atas gerobak bakso. Nahas bagi keluarga Bunali. Belum lagi menyelamatkan diri,
mereka diburu sekitar 10 anggota Satpol PP.

Agar buruan tak lepas, dengan segala cara, para petugas Satpol PP mengejar Bunali dan
Sumariyah. Bahkan, truk Satpol PP menabrak gerobak bakso Bunali. Gerobak bakso
terguling. Kuah bakso panas tumpah, menyiram tubuh Siti Khoiyaroh yang juga
terguling. Seketika tubuh bocah empat setengah tahun ini melepuh. Belum sempat
menolong Khoiyaroh, rambut Sumariyah dijambak petugas Satpol PP.

Tubuh Khoiyaroh yang mengalami luka bakar serius, hingga 67 persen. Sumariyah luka
ringan. Keduanya dilarikan ke Rumah Sakit dr Soetomo. Untuk menetralkan
keseimbangan cairan tubuhnya, Siti Khoiyaroh mendapatkan bantuan cairan elektrolit.

Tim dokter terus berjuang memulihkan luka bakar Siti Khoiyaroh. Sayang sekali, setelah
menjalani perawatan 10 hari, bocah balita ini meninggal. (bersambung)

BAB III
PEMBAHASAN

Budaya berpacaran di Indonesia memang sudah tidak memperhatikan etika yang


ada. Para pemuda dan pemudi bebas memilih tempat yang mereka sukai untuk
berpacaran tanpa memperhatikan asal usul adanya tempat itu, seperti tempat yang
bersejarah. Salah satunya area Tugu Muda yang sering di jadikan tempat berpacaran
yang sudah kelewat batas (tidak memperhatikan etika yang ada) sering mereka lakukan
ketika malam hari. Pemandangan orang- orang berpacaran ini sangat mengganggu warga
lain yang ingin berkunjung untuk mengetahui sejarah adanya Tugu Muda tersebut.
Selain itu kepadatan pengunjung tersebut membuat macet di jalan dekat Tugu Muda. Hal
ini juga menjadi masalah bagi para pengendara kendaraan yang melewati area di sekitar
Tugu Muda.
Seharusnya Tugu Muda di jadikan tempat untuk menimba ilmu, untuk mengetahui
asal mula adanya monument tersebut. Bukan dijadikan sebagai area berpacaran. Selain
itu orang yang berpacaran pun harus mengetahui etika berpacaran yang baik tidak
melakukan nya di tempat yang bersejarah ini seperti Tugu Muda. Walaupaun sebagian
orang berpendapat tempat ini sangat cocok untuk mereka berpacaran dengan dihisasi
lampu- lampu yang rendup dan pemandangan kota yang indah, namun sebaiknya mereka
tetap memperhatikan etika yang ada, yaitu untuk tidak melakukan pacaran di tempat
yang memiliki sejarah bagi bangsa Indonesia. Para pemuda dan pemudi harus bisa
memilih tempat seperti taman- taman rekreasi yang telah disediakan oleh Pemda
Semarang yang bisa juga meraka gunakan untuk berpacaran. Karena bagaimanapun
tempat bersejarah seperti Tugu Muda ini tidak boleh dikotori oleh perbuatan yang tidak
baik. Seharusnya digunakan sebagai tempat untuk mengenang para pahlawan. Kita
sebagai generasi penerus seharusnya menghargai jasa para pahlawan yang telah berjuang
mati- matian untuk memerdekaan Negara kita seperti saat ini.

BAB IV

KESIMPULAN

4.1 Solusi

Supaya Area Tugu Muda tidak dijadikan sebagai tempat berpacaran


khusunya oleh para pemuda dan pemudi sebaiknya Pemda kota Semarang
membangun area atau tempat rekreasi seperti taman yang memiliki suasana
seperti di Tugu Muda. Namun area ini harus tetap dilakukan pengawasan, supaya
orang – orang yang berpacaran tetap memperhatikan etika berpacaran yang baik
dan sopan. Sehingga area ini tidak hanya dapat di nikmati oleh para pemuda
pemudi saja namun dari semua umur dan semua kalangan.
4.2 Saran

Orang – orang yang melakukan pacaran sebaiknya tetap memperhatikan


etika yang ada. Seperti memilih tempat berpacaran yang selayaknya serta
melakukan cara berpacaran yang baik.

DAFTAR PUSTAKA

http://etikaprofesidanprotokoler.blogspot.com/2008/03/pengertian-etika.html
http://asyilla.wordpress.com/2007/06/30/pengertian-etika/

Anda mungkin juga menyukai