Anda di halaman 1dari 22

TEMA : PEMERINTAHAN DAERAH

“KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH DALAM PENDIDIKAN DI


PAPUA“

DI SUSUN OLEH:

WAHIDA ARIYANTI NASUTION

(218400060)

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MEDAN AREA

MEDAN

2022/2023
Abstrak

Provinsi Papua merupakan provinsi yang terletak di wilayah paling timur


Negara Republik Indonesia dan merupakan daerah yang penuh harapan.
Harapan yang dimiliki Provinsi Papua adalah harapan untuk bisa
mengembangkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia oleh
masyarakat Papua sendiri. Salah satu daerah di Provinsi Papua yang
masih membutuhkan perhatian pemerintah tentang pembangunan sarana
dan prasarana pendidikan adalah Kabupaten Jayawijaya. Di sisi lain
dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan ditemui berbagai
kendala yang sulit dikendalikan, sehingga menyebabkan berbagai upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah untuk membentuk sumber daya manusia
Indonesia yang berkualitas, belum terwujud secara optimal. Banyak anak
pedalaman Papua yang masih belum dapat merasakan bangku
pendidikan karena keterbatasan ekonomi dan kurangnya pemahaman
tentang pentingnya pendidikan. Banyak program-program bagus
pemerintah papua khususnya untuk pedalaman Papua , tapi nyatanya
banyak anak-anak Papua yang tertinggal atau tidak merata tapi ada juga
yang sudah maju.

Abstract

Papua Province is a province located in the easternmost region of the


Republic of Indonesia and is an area full of hope. The hope that the Papua
Province has is the hope of being able to develop natural resources and
human resources by the Papuan people themselves. One area in Papua
Province that still needs government attention regarding the development
of educational facilities and infrastructure is Jayawijaya Regency. On the
other hand, in the implementation of education, various obstacles were
encountered which were difficult to control, thus causing various efforts
made by the Government to form quality Indonesian human resources,
which had not been realized optimally. Many children from the interior of
Papua are still unable to get an education because of economic limitations
and a lack of understanding of the importance of education. There are
many good programs by the Papuan government, especially for the
interior of Papua, but in fact many Papuan children are left behind or not
evenly distributed but some are already advanced.
Daftar Isi

Abstract .................................................................................................... 2
Daftar Isi ................................................................................................... 3
A.Latar Belakang...................................................................................... 4
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 9
C. Pembahasan ...................................................................................... 10
1. Kebijakan pemerintah daerah dalam pendidikan di papua ............... 10
2. Masalah Pendidkan di Papua ........................................................... 12
D. Penutup .............................................................................................. 19
1. Kesimpulan ....................................................................................... 19
2. Saran ................................................................................................ 20
Daftar Pustaka ........................................................................................ 21
A.Latar Belakang

Kebijakan pemerintah pada hakikatnya merupakan kebijakan yang


ditujukan untuk publik dalam pengertian yang seluas-luasnya (negara,
masyarakat dalam berbagai status serta untuk kepentingan umum), baik
itu dilakukan secara langsung maupun tidak secara langsung yang
tercermin pada berbagai dimensi kehidupan publik. Oleh karena itu,
kebijakan publik sering disebut sebagai kebijakan publik.

Kebijakan dalam pengertian pilihan untuk melakukan atau untuk tidak


melakukan mengandung makna adanya kehendak untuk melakukan atau
tidak melakukan, kehendak mana dinyatakan berdasarkan otoritas yang
dimiliki untuk melakukan pengaturan dan jika perlu dilakukan pemaksaan.
Pernyataan kehendak oleh otoritas dikaitkan dengan konsep pemerintah
yang memberikan pengertian atas kebijakan yang dialkukan oleh
pemerintah yang disebut sebagai kebijakan pemerintah. Kebijakan
pemerintah dapat berkonotasi sebagai kebijakan negara ketika
pemerintah yang melakukan adalah diarahkan pada pemerintah negara.
Kalau kebijakan pemerintah dipahami dari saran yang akan dicapai
(diatur) di mana sasarannya adalah publik tidak saja dalam pengertian
negara akan tetapi dalam pengertian masyarakat dan kepentingan umum
maka kebijakan pemerintah dapat dikategorikan sebagai kebijakan publik.

Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang


Pemerintah Daerah menjelaskan bahwa yang dimaksud pemerintahan
daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah
daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara
Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Dasar NegaraRepublik Negara Tahun 1945. Sesuai dengan
Undang-Undang Dasar Negara Repubik Indonesia Tahun 1945 dalam
penjelasannya di Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004,1 pemerintah

1
Faried Ali,Andi Syamsu Alam, Studi Kebijakan Pemerintah (Bandung : Refika Aditama., 2012)
Hal 1
daerah berwenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan. Pemerintah
daerah meliputi Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah
sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Berkaitan dengan hal
itu peran pemerintah daerah adalah segala sesuatu yang dilakukan dalam
bentuk cara tindak baik dalam rangka melaksanakan otonomi daerah
sebagai suatu hak, wewenang, dan kewajiban pemerintah daerah untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Salah satu kewenangan pemerintah daerah, provinsi dan kabupaten/kota


di era otonomi daerah adalah mengurus sektor pendidikan. Dimana
pendidikan merupakan salah satu urusan pemerintah daerah yang amat
penting, menyangkut hajat hidup orang banyak, menentukan masa depan
anak bangsa ini, dan juga akan ikut menentukan majumundurnya daerah
itu sendiri dalam jangka panjang, jika diukur dari kualitas sumber daya
manusia yang dimiliki daerah tersebut sebagai hasil dari proses
pendidikan yang diurusnya. Hal ini dipertegas dalam UUD 1945 Pasal 31
ayat (4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan belanja
negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja daerah untuk
memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional dan dalam
UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 11 ayat (2) Pemerintah dan Pemerintah
Daerah wajib menjamin tersedianya dana guna terselanggaranya
pendidikan bagi setiap warga negarayang berusia tujuh sampai dengan
lima belas tahun. Juga dalam pasal 49 ayat (1) Dana pendidikan selain
gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20%
dari Anggaran pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor
pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD).
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapat perhatian
sangat besar dari pemerintah, khususnya dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan di daerah tidak terlepas dari
pembangunan di bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan
mencakup tiga hal penting, yakni pembangunan sarana dan prasarana
pendidikan, peningkatan kualitas mutu dan kualifikasi guru, peningkatan
kualitas tenaga pendidik dan peserta didik (Nasution,1994). Bila kita
melihat 2dengan seksama, dari ketiga hal penting di atas yang masih
membutuhkan peran serta pemerintah daerah dalam pembangunan
adalah tentang pembangunan sarana dan prasarana.3

Sarana dan prasarana pendidikan adalah semua benda yang bergerak


maupun tidak bergerak, yang diperlukan untuk menunjang
penyelenggaraan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun
tidak langsung. Dari pengertian tersebut sangat jelas pentingnya
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, sehingga jika
Pemerintah Daerah yang telah diamanatkan dan mempunyai
tanggungjawab tidak memperhatikan pemerataan pembangunan dalam
hal sarana dan prasarana pendidikan khususnya di daerah-daerah
terpencil, maka tujuan dari pendidikan itu tidak akan tercapai secara
merata. Daerah yang bisa menjadi contoh belum adanya pemerataan
pembangunan sarana dan prasarana pendidikan adalah daerah-daerah
yang berada di Provinsi Papua.

Provinsi Papua merupakan provinsi yang terletak di wilayah paling


timur Negara Republik Indonesia dan merupakan daerah yang penuh
harapan. Harapan yang dimiliki Provinsi Papua adalah harapan untuk bisa
mengembangkan sumberdaya alam dan sumberdaya manusia oleh
masyarakat Papua sendiri. Hal ini hanya akan dicapai dengan adanya
pendidikan yang bermutu. Meskipun telah dikatakan dalam Peraturan
Daerah Provinsi Papua Nomor 2 Tahun 2013 tentang Penyelenggaraan

2
Abdurrozzaq Hasibuan, KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENINGKATAN
KUALITAS PENDIDIKAN DI PROSU,2017 hal 2
Pendidikan pada Bab III tentang Kewenangan dan Tanggungjawab Pasal
4 ayat (1) huruf c bahwa pemerintah daerah bertanggungjawab
menyediakan sarana dan prasarana penunjang penyelenggaraan
pendidikan, namun pendidikan yang bermutu tidak akan bisa tercapai jika
daerah-daerah di Provinsi Papua belum mendapat pemerataan
pembangunan dalam hal sarana dan prasarana pendidikan. Salah satu
daerah di Provinsi Papua yang masih membutuhkan perhatian pemerintah
tentang pembangunan sarana dan prasarana pendidikan adalah
Kabupaten Jayawijaya. Kabupaten Jayawijaya adalah salah satu
kabupaten di Provinsi Papua dengan ibu kota kabupaten Wamena yang
berada di Lembah Baliem. Luas wilayah Kabupaten Jayawijaya sekitar
8.495 km2 dengan luas wilayah ini Kabupaten Jayawijaya memiliki 40
distrik dengan 328 wilayah kampung dan 4 kota, dari beberapa distrik
tersebut telah didirikan 62 sekolah yang terdiri dari 1 SMA Negeri, 1 SMA
Swasta, 2 SMP Negeri, 10 SMP Swasta, 21 SD Negeri, 9 SD Swasta, 18
TK dan PAUD. Sekolah-sekolah ini telah mendapat pembangunan secara
bertahap, meskipun telah dilakukan pembangunan yang bertahap di
daerah Kabupaten Jayawijaya, namun masih bisa kita lihat ada sebagian
wilayah di daerah Kabupaten Jayawijaya yang belum mendapatkan
pemerataan dalam hal pembangunan sarana dan prasarana pendidikan.4

Beberapa contoh diantaranya: SD Inpres Megapura, buku pelajaran yang


harusnya digunakan oleh satu siswa bisa digunakan oleh lima siswa.SD
Wesaput karena minimnya sarana dan prasarana pendidikan sekolah
membuat siswa SD Inpres Wesaput bersekolah tanpa alas kaki dan
pakaian seadanya. SD Inpres Mulele, Wamena, Kabupaten Jayawijaya
juga adalah salah satu contoh kurangnya pemerataan pembangunan,
sehingga membutuhkan perhatian dari pemerintah daerah, dalam hal ini
instansi terkait mengenai tidak meratanya pembangunan sarana dan
prasarana pendidikan karena di sekolah ini kursi dan meja belajar yang
harusnya digunakan oleh dua orang bisa digunakan untuk tiga orang.

4
http://e-journal.uajy.ac.id/
5
Kemudian contoh lainnya adalah SMP Negeri 2 Wamena, perpustakaan
di sekolah ini masih di penuhi dengan buku-buku pelajaran yang kurang
diperbaharui, begitu pula dengan SMA Negeri 1 Wamena yang
merupakan SMA yang letaknya di ibu kota kabupaten Wamena, SMA ini
yang seharusnya mempunyai peralatan praktik yang lengkap dalam ruang
laboratoriumnya untuk menunjang proses belajar siswa/i, malah masih
bisa di dapatkan kekurangan dalam hal sarana laboratorium.

Majelis Rakyat Papua menyebut dua bidang utama yang menjadi


indikator penilaian belum berhasilnya Otonomi Khusus (Otsus) yaitu belum
berubahnya kondisi riil penduduk asli Papua dari ketertinggalan di bidang
pendidikan dan kesehatan. Di bidang pendidikan misalnya hadirnya
gedung-gedung sekolah belum mampu mengentaskan buta huruf di
Tanah Papua. Dana pendidikan tidak dialokasikan sebanyak 30 persen
dan pendidikan bagi penduduk asli Papua belum menjadi prioritas
(Khatarina, 2018). Kondisi tersebut menyebabkan pelayanan pendidikan
bagi OAP tidak berjalan optimal dan pada akhirnya merugikan anak-anak.
Dari temuan dan pada akhirnya merugikan anak-anak.

Dari temuan lapangan, di Kabupaten Tambrauw misalnya, sangat


mudah ditemukan anak-anak di berbagai jenjang pendidikan (SD, SMP,
SMA) yang belum mampu menulis, membaca, dan berhitung dengan baik.
Ketidakmampuan anak dalam menguasai berbagai hal mendasar
(membaca, menulis, dan berhitung) akan berakibat fatal bagi
perkembangan mereka di masa depan. Kondisi tersebut disebabkan
karena tingkat ketidakhadiran guru masih tinggi. Efeknya adalah
pembelajaran tidak dapat berjalan secara efektif. Anak-anak tidak
mendapatkan haknya untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu dan
pada akhirnya semakin tertinggal.

Ketidakmampuan penguasaan keterampilan dasar akan membuat


anak-anak Papua jauh tertinggal dan semakin memarjinalkan mereka.

5
MENASER GASPER WORABAY,BURHANUDDIN. KIYAI,HELLY F. KOLONDAM, KEBIJAKAN
PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN SARANA DAN PRASARANA PENDIDIKAN DI
KABUPATEN JAYAWIJAYA PROPINSI PAPUA, 2018, hal 2-3
Surakhmad (2009) menyebut bahwa kondisi pendidikan yang terbelakang
erat kaitannya dengan kemelaratan, kemiskinan, kebodohan, kesehatan
yang buruk, serta marginalisasi sosial dan politik. Menurutnya, pendidikan
yang terbelakang dapat menjadi penyebab rendahnya tingkat
kesejahteraan bangsa. Kondisi tersebut menjadi sebab terjadinya
marginalisasi masyarakat miskin. Dalam situasi tersebut, marginalisasi
masyarakat miskin. Dalam situasi tersebut, tanpa pemberdayaan,
kelompok masyarakat miskin akan semakin sulit keluar dari lingkar
keterbelakangan. Oleh karena itu, pendidikan berperan sangat penting
untuk memerangi dampak negatif dari lingkaran keterbelakangan.

Dalam situasi Papua dan Papua Barat, merujuk pada pendapat


Surakhmad (2009) menjadi penting untuk membangun kurikulum yang
berbasis pada kondisi kehidupan yang ada di masyarakat. Ia
menggunakan istilah program kehidupan, di mana kurikulum yang sesuai
dengan kehidupan masyarakat. Poin pentingnya adalah pendidikan yang
diberikan harus menawarkan alternatif, membangun cita-cita,
memberdayakan masyarakat, dan memperkuat komitmen. Pendidikan
pada posisi ini tertuju ke masa depan yang harus direncanakan dengan
sistematis.6

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kebijakan pemerintah daerah dalam pendidikan di papua?

2. Apa penyebab masalah pendidikan di papua?

6
Anggi Afriansyah,Dini Dwi Kusumaningrum, Andhika Ajie Baskoro, Ari P.S. Prasojo Pendidikan
sebagai Jalan Terang: Membangun Pendidikan yang Responsif terhadap Kondisi Geografis,
Demografi, Sosial dan Budaya Orang Asli Papua, (Jakarta, yayasan pustaka obor Indonesia,2019)
hal 5-6
C. Pembahasan

1. Kebijakan pemerintah daerah dalam pendidikan di papua

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

I. UMUM

Undang-Undang Dasar 1945 menjamin kesempatan untuk memperoleh


pendidikan bagi setiap warga Negara Indonesia serta mengamanatkan
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta
akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Di sisi lain
dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan ditemui berbagai
kendala yang sulit dikendalikan, sehingga menyebabkan berbagai upaya
yang dilakukan oleh Pemerintah untuk membentuk sumber daya manusia
Indonesia yang berkualitas, belum terwujud secara optimal.

Provinsi Papua yang merupakan bagian integral dari Negara Kesatuan


Republik Indonesia dengan wilayah, topografi, iklim dan kondisi alam serta
demografi, sosial ekonomi, budaya yang heterogen mengakibatkan
permasalahan yang dihadapi dalam pembangunan di bidang pendidikan
menjadi semakin kompleks. Untuk mengatasi permasalahan yang
dihadapi dalam bidang pendidikan tersebut, Undang-Undang Nomor 21
Tahun 2001 dalam Pasal 56 memberikan tanggungjawab kepada
Pemerintah Provinsi Papua dalam hal penyelenggaraan pendidikan pada
semua jalur, jenjang dan jenis pendidikan.Undang-Undang tersebut juga
menjamin dan memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi setiap
penduduk Provinsi Papua untuk memperoleh pendidikan yang bermutu,
maka dalam pengembangan dan penyelenggaraan pendidikan yang
bermutu menyadari bahwa pendidikan adalah usaha bersama dari
manusia untuk mengembangkan potensi dirinya wajar dan
bertanggungjawab, maka kepada lembaga keagamaan, lembaga swadaya
masyarakat, dan dunia usaha yang memenuhi syarat sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan diberikan pula kesempatan yang seluas-
luasnya untuk berperan serta dalam upaya pengembangan dan
penyelenggaraan pendidikan yang bermutu tersebut. Oleh karena
penyelenggaraan pendidikan di Provinsi Papua dilaksanakan sebagai
upaya nasional dalam membangun dan membentuk manusia Indonesia
berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945,
penyelenggaraan pendidikan di Provinsi Papua selain berdasarkan pada
dasar dan filosofi Negara juga bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman berakhlak mulia,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratif dan bertanggungjawab. Sesuai dengan kondisi ekonomi social
dan budaya serta lingkungan alam, penyelenggaraan pendidikan di
Provinsi Papua memiliki karakteristik yang khas, selain berdasarkan pada
prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional,juga berdasarkan pada
prinsip-prinsip khusus sebagai berikut :

1. memberikan prioritas kepada orang-orang asli Papua;

2. memeratakan dan meningkatkan mutu di setiap jalur, jenjang dan jenis


pendidikan, dengan memberikn prioritas kepada perbaikan mutu
pendidikan dasar;

3. memberdayakan masyarakat adat dan perempuan;

4. meringankan biaya pendidikan masyarakat serendah-rendahnya


sampai denga jenjang sekolah menengah;

5. merupakan tanggungjawab keluarga, masyarakat, lembaga keagamaan


dan Pemerintah/Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
sertadilaksanakan secara sistematik dan terbuka.

Pendidikan di Provinsi Papua dilaksanakan dengan kurikulum sekolah


dasar untuk menghasilkan peserta didik yang :
a. gemar dan terampil rnembaca, menulis dan berhitung;

b. gemar mempelajari bahasa, matematika, dan ilmu pengetahuan alam,


dan ilmu pengetahuan sosial;

c. memliki budi pekerti; dan

d. menghargai lingkungan.

Sebagai tindak lanjut amanat pendidikan sebagaimana dalam Pasal 56


UndangUndang 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi
Papua, diperlukan perangkat hukum yang mengatur tatacara
penyelenggaraan pendidikan, menjamin pendidikan yang berkualitas dan
mengakomodir berbagai kebutuhan dan keanekaragaman yang ada,
sehingga memungkinkan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan bagi penduduk Provinsi Papua.7

2. Masalah Pendidkan di Papua

Ilustrasi pendidikan dipapua

7
PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN
PENDIDIKAN
Ilustrasi pendidikan dipapua

Kondisi pendidikan anak sekolah di daerah pedalaman cukup


memprihatinkan , karena tingkat partisipasi warga pedalaman untuk
sekolah masih sangat rendah. Apalagi daerah pedalaman Papua
merupakan daerah konflik atau rawan , maka dari itu banyak dari anggota
TNI dan Polri yang dikirimkan ke pedalaman untuk menjaga wilayah
pedalama Papua agar aman dan masyarakat menjadi tenang. Banyak
anak pedalaman Papua yang masih belum dapat merasakan bangku
pendidikan karena keterbatasan ekonomi dan kurangnya pemahaman
tentang pentingnya pendidikan , banyak dari anak papua yang tidak
sekolah karena mereka dan orang tuanya tidak memahami tentang
sekolah jadi mereka lebih memilih untuk membantu orang tua mereka
bekerja.

Penyebab paling utama anak-anak pedalaman tidak sekolah adalah


tuntutan untuk membantu orang tua bekerja kebun. Hal itu memperburuk
dengan orang tua yang tidak mengetahui betapa pentingnya pendidikan
anaknya untuk memperbaiki masa depan anaknya. Banyak program-
program bagus pemerintah papua khususnya untuk pedalaman Papua ,
tapi nyatanya banyak anak-anak Papua yang tertinggal atau tidak merata
tapi ada juga yang sudah maju.

Penyebab utamanya adalah mereka tinggal di daerah konflik seperti Intan


Jaya. Anak-anak pedalaman Intan Jaya banyak yang ikut orang tuanya
bekerja kemudia mereka meninggalkan sekolah. Sementara penyebab
dari segi kultural adalah siswa siswi pedalaman Papua tersebut tak biasa
duduk berjam jam di atas bangku sekolah mendengarkan ceramah guru
yang mengajarkan materi pelajaran.

Anak-anak pedalaman Papua lebih fasih/paham mengenai menulis dan


mengenal jenis-jenis tumbuhan pakis dan katak yang hidup di sekitar
tempat tinggal mereka. Ketimbang mereka mempelajari materi yang
sesuai dengan kurikulum nasional. Persoalan pendidikan di pedalaman
Papua ini bukanlah persoalan kurikulum nasional yang kurang cocok
dengan kultur pendidikan di Tanah Papua. Banyak anak Papua yang
masih buta aksara yang di alami anak pedalaman Papua, umtuk
mengatasi hal tersebut harus di berikan pemahaman agar warga
pedalaman Papua dapat mengenyam pendidikan yang setara dengan
daerah lain yang sudah maju.

Kedatangan personel TNI POLRI di pedalaman Intan Jaya Papua di


sambut antusias oleh warga kampung Sugapa Intan Jaya para anggota
TNI POLRI memberikan pelajaran kepada anak-anak Papua yang kurang
dalam menempuh bangku pendidikan, anggota TNI POLRI memberikan
materi membaca huruf alphabet, menulis huruf hingga menghafal dan
mengeja kata-kata. Kegiatan tersebut mendapat apresiasi oleh
masyarakat kampung Sugapa dan diharapkan dengan adanya kegiatan ini
warga Papua dapat menerima pendidikan yang layak.

Maka dari itu pemerintah perlu mensurvei langsung bagaimana kondisi


pedalaman Papua dan pemerintah harus memfasilitasi apa yang
dibutuhkan warga pedalaman, banyak juga anak-anak pedalaman Papua
yang kondisinya memprihatikan. Banyak dari anak-anak papua yang kurus
bahkan ada juga bayi yang harus di ajak orang tuanya bekerja di kebun
karena tidak ada yang mengurus dirumah.8

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pembangunan


Manusia (IPM) Tahun 2021 untuk Provinsi Papua 60,62 dan Papua Barat
65,26. Meski capaian kedua provinsi naik secara gradual, kedua skor
tersebut masih merupakan yang terburuk di seluruh Indonesia.

Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan salah satu komponen


untuk mengukur derajat kualitas hidup manusia, baik secara fisik maupun
non fisik. Salah satu parameter peningkatan IPM di suatu daerah adalah
dilihat dari sektor pendidikan.Dari sektor pendidikan, Papua memiliki
permasalahan yang sangat kompleks. Wajah pendidikan di Papua masih
sangat suram. Meskipun kini banyak orang Papua sudah bersekolah
tinggi, bahkan hingga menjadi doktor dan profesor, namun realitas itu
belum menggambarkan kondisi nyata wajah pendidikan di
Papua.Pendidikan bagi masyarakat Papua sangat tertinggal dari daerah-
daerah lain di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS)
Provinsi Papua pada 2021, persentase buta aksara di sana mencapai
21.9 persen.Situasi ini menempatkan Papua pada urutan teratas provinsi
dengan persentase buta aksara tertinggi pada tahun lalu, untuk penduduk
usia 15 tahun ke atas.

Permasalahan pendidikan di Papua sangat kompleks. Dimulai dari


kendala kesejahteraan dan jaminan kehidupan bagi para guru. Belum lagi
konflik yang ditimbulkan OPM, memberikan dampak besar terhadap
keamanan dan jalannya pendidikan. Sehingga akhirnya banyak guru yang
tidak mau ditempakan di daerah pedalaman.

Kegiatan belajar mengajar di daerah kampung atau distrik masih


mengalami kekurangan guru. Padahal keberadaan Orang Asli Papua
(OAP) kebanyakan terkonsentrasi pada kampung atau distrik di daerah

8
Kabarpendidikan. id
pegunungan, yang sebagian besar daerah ini diklasifikasikan sebagai
daerah perdesaan dan sangat tertinggal.Bagi guru yang hadir pun,
proporsinya lebih banyak guru honorer, ketimbang guru Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang biasanya kualitasnya lebih baik. Ironinya, proporsi guru
PNS sebenarnya lebih besar daripada guru honorer di segala jenjang
pendidikan.Studi dari Kementerian Pendidikan (Kemendikbudristek)
menunjukkan beragam alasan yang diberikan para guru PNS atas
ketidakhadiran mereka. Mulai dari menghadiri rapat atau seminar, hingga
menjalankan aktivitas yang tidak berkaitan langsung dengan kegiatan
akademik.

Selama beberapa tahun terakhir, Pemerintah Daerah (Pemda) di Papua


gencar membuat program beasiswa pendidikan bagi OAP di segala
jenjang. Namun, ada kesalahan manajemen dalam implementasi
kebijakan pemberian beasiswa di Papua.

Berbagai program beasiswa ini pelaksanaannya tidak termonitor dengan


baik. Pemda hanya terlibat dalam proses penganggaran dan pencairan
dana beasiswa, namun abai dalam tahapan monitoring dan evaluasi para
pemegang beasiswa.

Akibatnya, para penerima beasiswa tidak mendapat arahan, atau dapat


bertindak sesuka hati dalam menjalani beasiswa. Hasilnya mudah ditebak.
Banyak yang ketika lulus sekolah dan kuliah berujung tidak memiliki
keahlian, atau bahkan harus putus di tengah jalan.Minimnya sarana dan
prasarana sekolah juga berdampak pada proses belajar mengajar,
terutama di daerah pelosok dan pedesaan. Dari mulai bangunan sekolah
yang sudah tua, minimnya ruang kelas, peralatan sekolah yang tidak
memadai, hingga tidak tersedianya fasilitas MCK.9

Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 Ayat 1 bahwa “Setiap warga negara


berhak mendapatkan pendidikan”. Pemerintah juga mengeluarkan
kebijakan dalam program wajib belajar 12 tahun, namun kenyataannya,

9
Tutus riyanti
kurangnya prasarana dan pendukung di bidang pendidikan membuat
program pemerintah ini tidak sesuai pada masyarakat di daerah
pedalaman seperti di Papua.

Tahun 2022 di momen peringatan Hari Pendidikan Nasional, dengan tema


yang diberikan dari pusat adalah Serentak, Bergerak Wujudkan Merdeka
Belajar.Artinya pendidikan adalah tugas kita bersama, dan dari evaluasi
selama 1 tahun ini, yakni dari 1 Mei 2021 hingga 1 Mei 2022,
permasalahan pendidikan di Papua masih menjadi masalah besar dan
masih menggumuli hal tersebut.

Diakui, permasalahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, setidaknya


harus ada guru, harus ada siswa, sarana prasarana harus ada, dan
lingkungannya ini merupakan masalah pertama terkait pendidikan di
Papua. Masalah kedua yang dihadapi dunia pendidikan di Papua yaitu
Sumber Daya Manusia (SDM), di mana kita punya masalah di guru, kita
punya masalah putus sekolah, ada 17 persen anak putus sekolah di
Papua, ada 27 persen buta huruf di Papua dan saya menyampaikan ini
kepada Gubernur Papua agar dapat menjadi PR bagi kabupaten/kota
yang ada di Papua.

Selain kedua masalah tersebut, lingkungan juga memiliki peran besar


mempengaruhi pendidikan di Papua hari ini, di mana khusus di Papua
hampir terdapat 30.000 perusahaan, tetapi hanya 14 persen yang memiliki
kontribusi bagi dunia pendidikan di Papua. Masih terdapat sekolah-sekolah
yang berada di lingkungan perusahaan besar Papua, namun tidak mendapat
perhatian khusus dari perusahaan-perusahaan tersebut. Artinya lingkungan tidak
memberikan dukungan.

Diakui, banyak PR untuk pendidikan di Papua yang tengah digumuli


bersama-sama, karena itu tema hari ini menyatakan bahwa siapapun dia
memiliki tanggung jawab bersama untuk membangun pendidikan di
Papua.
Penulis memberikan penghargaan kepada 8 nominasi yaitu, pegawai
berprestasi di masa covid-19, guru berprestasi di masa covid-19, guru
yang gugur dalam tugas di masa covid-19, lembaga keagamaan yang
memberikan kontribusi terhadap pendidikan di masa covid-19.

Pemerintah Daerah yang konsen terhadap pendidikan di masa covid-19,


LSM dan instansi yang mendudukung pendidikan di masa covid-19, media
cetak dan elektronik peduli pendidikan di masa covid-19, dan purna tugas
ASN Dinas Pendidikan di masa covid-19.

Sangat penting memperhatikan dan meningkatkan pelayanan pendidikan


dengan baik agar dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia
yang lebih baik.

Memperingati hari pendidikan nasional ditandai dengan, berbagai


perubahan yang terjadi dan memberi dampak yang sangat luas dan
mendalam pada seluruh dimensi kehidupan bangsa dan negara. Masa
covid-19 sangat berdampak pada proses belajar mengajar, yang
semulanya dilakukan dengan tatap muka, kini harus diganti dengan non
tatap muka.

Kita perlu belajar dari negara-negara maju, terutama dalam hal kemajuan
pembangunan pendidikan yang mereka peroleh saat ini dikarenakan
perjuangan yang panjang dan yang paling menarik dan yang menjadi
fokus kita adalah menempatkan pendidikan sebagai sektor yang amat
menetukan keberhasilan di masa depan.10

10
Kupasmerdeka
D. Penutup

1. Kesimpulan

Pendidikan merupakan salah satu aspek yang mendapat perhatian


sangat besar dari pemerintah, khususnya dalam peningkatan kualitas
pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan di daerah tidak terlepas dari
pembangunan di bidang pendidikan.

penyelenggaraan pendidikan di Provinsi Papua memiliki karakteristik


yang khas, selain berdasarkan pada prinsip penyelenggaraan pendidikan
nasional,juga berdasarkan pada prinsip-prinsip khusus sebagai berikut :

1. memberikan prioritas kepada orang-orang asli Papua;

2. memeratakan dan meningkatkan mutu di setiap jalur, jenjang dan jenis


pendidikan, dengan memberikn prioritas kepada perbaikan mutu
pendidikan dasar;

3. memberdayakan masyarakat adat dan perempuan;

4. meringankan biaya pendidikan masyarakat serendah-rendahnya


sampai denga jenjang sekolah menengah;

5. merupakan tanggungjawab keluarga, masyarakat, lembaga keagamaan


dan Pemerintah/Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota,
sertadilaksanakan secara sistematik dan terbuka

Anak-anak pedalaman Papua lebih fasih/paham mengenai menulis dan


mengenal jenis-jenis tumbuhan pakis dan katak yang hidup di sekitar
tempat tinggal mereka. Ketimbang mereka mempelajari materi yang
sesuai dengan kurikulum nasional. Persoalan pendidikan di pedalaman
Papua ini bukanlah persoalan kurikulum nasional yang kurang cocok
dengan kultur pendidikan di Tanah Papua. Banyak anak Papua yang
masih buta aksara yang di alami anak pedalaman Papua, umtuk
mengatasi hal tersebut harus di berikan pemahaman agar warga
pedalaman Papua dapat mengenyam pendidikan yang setara dengan
daerah lain yang sudah maju.

2. Saran

Dimaksud bahwa Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 dalam Pasal 56


memberikan tanggungjawab kepada Pemerintah Provinsi Papua dalam
hal penyelenggaraan pendidikan pada semua jalur, jenjang dan jenis
pendidikan

Kondisi pendidikan anak sekolah di daerah pedalaman cukup


memprihatinkan , karena tingkat partisipasi warga pedalaman untuk
sekolah masih sangat rendah. Apalagi daerah pedalaman Papua
merupakan daerah konflik atau rawan , maka dari itu banyak dari anggota
TNI dan Polri yang dikirimkan ke pedalaman untuk menjaga wilayah
pedalama Papua agar aman dan masyarakat menjadi tenang. Maka dari
itu pemerintah perlu mensurvei langsung bagaimana kondisi pedalaman
Papua dan pemerintah harus memfasilitasi apa yang dibutuhkan warga
pedalaman, banyak juga anak-anak pedalaman Papua yang kondisinya
memprihatikan.
Daftar Pustaka

Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan daerah di Indonesia


(Jakarta,Sinar Grafika 2006).

Ni’matul Huda, Hukum Tata Negara Indonesia Edisi Revisi (Depok,PT


Raja Grafindo 2019).

Hans Yans Hamadi,Upaya Peningkatan kualitas pendidikandi papua


(Bandung,Media sains Indonesia 2019).

Utama, Bakti and Widodo, Widodo and Pratiwi, Indah and Krismahardhika,
Bonifatius Galih and Adriyan US, Rahmat and Khalib, Fuad Setiawan (2018)
Peningkatan akses dan mutu pendidikan tingkat sekolah dasar di Provinsi Papua
dan Papua Barat. Badan Penelitian dan Pengembangan, Kemendikbud, Jakarta.
https://repositori.kemdikbud.go.id/16294/

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG


PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN.

Anggi Afriansyah,Dini Dwi Kusumaningrum, Andhika Ajie Baskoro, Ari P.S.


Prasojo Pendidikan sebagai Jalan Terang: Membangun Pendidikan yang
Responsif terhadap Kondisi Geografis, Demografi, Sosial dan Budaya Orang Asli
Papua, (Jakarta, yayasan pustaka obor Indonesia,2019) hal 5-6.

MENASER GASPER WORABAY,BURHANUDDIN. KIYAI,HELLY F. KOLONDAM,


KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PEMBANGUNAN SARANA DAN
PRASARANA PENDIDIKAN DI KABUPATEN JAYAWIJAYA PROPINSI PAPUA, 2018,
hal 2-3.

Faried Ali,Andi Syamsu Alam, Studi Kebijakan Pemerintah (Bandung : Refika Aditama.,
2012) Hal 1.

https://ejournal.unsrat.ac.id/v3/index.php/jbie/article/view/9695/9281
https://www.kabarpendidikan.id/2022/04/pendidikan-di-papua.html

https://www.radarsorong.id/masalah-pendidikan-di-papua-imbas-negara-
abai/

https://www.kupasmerdeka.com/2022/05/kupas-kolom-masalah-
pendidikan-di-papua-adalah-tugas-bersama/

https://bem.feb.ugm.ac.id/dampak-kebijakan-pembangunan-di-papua-
terhadap-kesejahteraan-masyarakat-papua-kajian-aspek-ekonomi-dan-
sosial/

https://www.radarsorong.id/masalah-pendidikan-di-papua-imbas-negara-
abai/

Anda mungkin juga menyukai