Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

PENDIDIKAN KEPULAUAN

(PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM HUBUNGAN

DENGAN WILAYAH KEPULAUAN)

Disusun oleh

KELOMPOK 4

Harvey Fendjalang

Kalsum latukau

Zeth Akolo

Jesicha Temartenan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PATTIMURA AMBON

2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang masa Esa atas rahmatNya sehingga makalah ini
yang berjudul “KEBIJAKAN PENDIDIKAN DI INDONESIA DALAM HUBUNGAN DENGAN WILAYAH
KEPULAUAN” tersusun sehingga selesai

Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas kelompok dalam mata kuliah
“PENDIDIKAN KEPULAUAN” Selain itu pembuataan makalah ini juga bertujuan agar menambah
pengetahuan dan wawasan bagi para pembicara

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak
kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat mengahrapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI.......................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH...............................................................................................


B. RUMUSAN MASALAH..........................................................................................................
C. TUJUAN...............................................................................................................................
D. MANFAAT...........................................................................................................................

BAB II PEMBAHSAN

A. KESIMPULAN...........................................................................................................................
B. SARAN....................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Pendidikan merupakan faktor penentu dalam kemajuan sebuah bangsa, oleh sebab itu dapat
dikatakan bahwa negara maju sangat memperhatikan dan menomer satukan pendidikan di
negaranya. Menurut undang-undang RI No 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada
pasal 1 ayat 1, yaitu pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengedalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak
mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan
berbasis kepulauan sejatinya adalah pendidikan berdaskan sistem yang mampu mendekatkan akses
kepada peserta didik secara adil dan merata sesuai dengan karakteristik wilayah kepulauan.
Kebijakan pendidikan nasional diharapakan juga dapat mengakohdomir pengembangan pendidikan
diwilayah kepulauan.

A.LATAR BELAKANG MASALAH

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil
mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi karakteristik dan keunikan bangsa
indonesia, antara lain: geografis, potensi sumber daya, ketersediaan sarana dan prasarana,
kondisi sosial masyarakat dan keragaman budaya disetiap daerah. Karakteristik budaya antara
daerah harus dipelihara dan dikembangkan untuk menjaga kelestatian budaya bangsa,.

Perkembangan kemajuan teknologi informasi komunikasi (TIK), menandai adanya arus


globalisasi. Keterbukaan pemanfaatan kemajuan TIK dapat meningkatkan kegiatan pembelajaran
disekolah. Potensi sekolah dapat berkembang sesuai ciri khas dari satuan pendidikan tersebut.
Kemajuan teknologi mampu mengangkat budaya lokal sebagai potensi sekolah menjadi
unggulan lokal. Implikasinya dunia pendidikan dapat menjaga dan melestarikan budaya bangsa.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai amanat pembukaan undang-


undang dasar 1945 alinea ke-4, dunia pendidikan mempunyai peran yang sangat penting.
Pendidikan diselenggarakan sampai masyarakat di daerah-daerah. Penyelenggaraan pendidikan
berbasis pada potensi peserta didik dan potensi daerah dengan senantiasa tetap menjaga
kualitas/mutu pendidikan.

B.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latarbelakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan adalah bagaimana
kebijakan pendidikan di indonesia dalam hubungan dengan wilayah kepulauan

C.TUJUAN

Menganalisis relevannya dengan pendidikan di wiliyah kepulauan

D.MANFAAT

Menjadi pedoman dalam bertindak sebagai guru Mengarahkan kegiatan dalam pendidikan atau
organisasi atau sekolah dengan masyarakat dan pemerintahan untuk mencapai tujuan yang
ditetapka
BAB II

PEMBAHASAN

A.WAJIB BELAJAR

Pendidikan berbasis kepulauan sejatinya adalah pendidikan berdasarkan sistem yang mampu
mendekatkan akses kepada peserta didik secara adil dan merata sesuai dengan karakteristik
wilayah kepulauan. Menurut Soedijarto (2008:295) pengertian wajib belajar sebagai terjemahan
dari “compulsary esucation” merunjuk pada suatu kebijakan yang mengharuskan warga negara
dalam usia sekolah untuk mengikuti penddikan sekolah sampai jenjang tertentu, dan pemerintah
memberikan dukungan sepenuhnya agar peserta wajib belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono
belajar merupakan suatu proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal
tersebut, Djamarah dan Zain belajar dalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan
latihan. Seecara umum. Tujuan pendidikan telah termaksud dalam undang-undang dasar 1945
Bab XII pasal 31, yaitu (a) masing-masing penduduk negeri berhak menndapat pengajaran; (b)
pemerintah mengusahakan serta menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yanng
diatur dengann undang-undang (Hudaidah,2022). Wajib belajar adalah program pemeriintah
pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara indonesia atas tanggungg jawab baik
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, seperti yang diatur pemerintah RI No. 47 tahun
2008 tentang wajib belajar.

Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dann pemeratan kesempatan memperoleh


pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara indonesia dan bertujuan untuk memberikan
pendidikan minimal bagi warga negara indonesia untuk dapat mengembangkan potensi dirinya
agar dapat hidup mendiri. Pembiayaan pelaksanaan yang diselenggarakan oleh pemerintah
(sekolah dasar atau sederajat), merupakan tanggung jawab pemerintah, sehingga pesrta didik
tidak dikenakan kewajiban untuk ikut menaggung biaya penyelenggaraan pendidikan.

1.Wajib Belajar Enam Tahun

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa awal mula dasar hukum bagi wajib belajar
enam tahun adalah undang-undang No. 4 tahun 1950 tentang pokok pengajaran di sekolah yang
menjadi cikal bakal undang-undang pendidikan pada tahun 1984. Selanjutnya Ir soeharto
mengeluarkannya instruksi presiden No. 10 tahun 1973 tentang program bantuan pembangunan
gedung SD untuk mendukung terlaksakannya program wajib belajar.pada tahap awal,
pemerintah telah mencenangkan program wajib belajar enam tahun yang ada pada dasarnya
merupakan prasyarat umum bahwa setiap anak usia sekolah dasar (7-12 tahun) harus dapat
membaca, menulis, dan berhitung.

2.Wajib Belajar Sembilan Tahun

Beberapa dasar hukum berkaitan dengan wajib belajar sembilan tahun adalah (1)
undang-undang No 2 tahuan 1989 tentang sistem pendidikan nasional; (2) peraturan
pemerintah No 28 tahun 1990 tentang pendidikan; (3) instruksi pendidikan No 1 tahun 1994
tentang pelaksanaan wajib belajar pendidikan dasar; (4) keputusan menteri pendidikan dan
kebudayaan Republik Indonesia No. 0306/U/1995 tentang pelaksaan wajib belajar pendidikan
dasar (sembilan tahun); dan (5) undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan
nasional.
3.Program Pendidikan Menengah Universal (PMU)

Pada perkembangannya, untuk menjaga kesinambungan program wajib belajar


pendidikan dasar sembilan tahun dan berkaca pada keberhasilan yang telah dicapai dalam
pelaksanaan ini, serta relatif banyaknya lulusan SMP/ sederajat yang tidak melanjutkan sekolah
(putus sekolah) yang masih belum layak bekerja, sehingga bila melanjutkan sekolah akan
memiliki dampak sosial kurang baik.

Program pendidikan menengah universal (PMU) implementasinya menggunakan strategi (


Marliyah, 2015) sebagai berikut.

a.Penyediaan tenaga pendidikan menengah berkompeten yang merata di seluruh provinsi,


kabupaten, dan kota

b.Penyediaan manajemen satuan pendidikan menengah berkompeten yang merata di seluruh


provinsi, kabupaten, dan kota

c.Penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana untuk penerapan sistem pembelajaran
SMA/Paket C Bermutu yang merata diseluruh provinsi, kabupate, dan kota

B.ASESMEN NASIONAL

Munculnya kebijakan asesmen nasional di latarbelakangi oleh kenyataan permasalahan


hasil belajar pendidikan hasil dasar dan menengah, dimana indonesia masih saja konsisten
sebagai salah satu negara dengan peringatan hasil PISA terendah dengan skor PISA yang stagnan
dalam 10-15 tahun terakhir. Di samping itu, adanya laporan bahwa 41% siswa indonesia tengah
mengalami perundangan berapa kali dalam sebulan. Siswa yang sering mengalami perundangan
tersebut memiliki skor 21 poin lebih rendah dalam membaca, merasa sedih, ketakutan, dan
kurang puas dengan hidupnya. Mereka juga memiliki kecenderungan membolos sekolah.
Padahal idealnya, siswa dengan pola pikir berkembang memiliki skor 32 poin lebih tinggi dalam
membaca, mengekspresikan ketukan terhadap kegagalan yang lebih rendah, lebih termotivasi
dan ambisius, serta menjadi pendidikan sebagai hal yang penting.

Asesmen Nasional merupakan upaya untuk memotret secara komprehensif mengenai


mutu, proses dan hasil belajar pada tiap satuan pendidikan, baik pendidikan dasar maupun
pendidikan menengah di seluruh wilayah indonesia. Adapun beberapa hal yang perlu di
perhatikan terkait dengan kebijakan asesmen nasional adalah sebagai berikut.

1.Asesmen Nasional dilaksanakan di semua sekolah/madrasah dan program pendidikan


kesetaraan

2.Asesmen Nasional dilaksanakan di setiap tahun dan di laporkan pada setiap sekolah/madrasah
dan pemerintah daerah
Manfaat utama yang dapat diambil dari terlaksanakanya Asesmen Nasional adalah

1.Memberikan potret kualitas pembelajaran di sekolah/madrasah dan daerah

2.Menjadi umpan balik peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah/madrasah dan daerah

3.Sebagai dasar penyusun program peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah/madrasah dan


daerah

C.BANTUAN OPERASIONAL SEKOLAH

Pencetusan program pengalokasian dana bantuan operasional sekolah di fungsikan untuk


meningkatkan akses dan mutu pendidikan sebagai salah satu prioritas pembangunan nasional,
perlu mendorong pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pendidikan bagi masyarakat.
Bantuan operasional sekolah yang selanjutnya di singkat dana BOS adalah program pemerintah
pusat untuk penyediaan perdanaan biaya operasi Non personalia bagi satuan pendidikan dasar
dan menengah. Dana Bos Alokasikan untuk penyelenggaraan pendidikan pada SD, SDLB, SMP,
SMPLB,SMA,SMALB, DAN SMK. Dana bos ini untuk kemudian diistilahkan dengan Dana Bos
reguler sesuai permendikbudn nomor 6 tahun 2021 tentang petunjuk teknis pengelolaan Dana
Bos reguler 2021.

D.DESEENTRALISASIKAN PENDIDIKAN

Sejalan dengan tuntutan pada Era reformasi pelaksanaan kebijakan desentralisasi dan
otonomi daerah di atur dalam UU nomor 22 tahun 1999 yang di perbaharui dengan UU nomor
32 tahun 2004 tentang otonomi pemerintahan daerah (pasal 12 dan pasal 14), dan UU No. 23
tahun 2014 tentang pemerintahan daerah. Desentralisasi pendidikan dapat diartikan sebagai
upaya memberikan kewenangan yang lebih luas(pendegelasian wewenang) kepada pemerintah
daerah dan tingkatkan pelaksanaan pendidikan dibawahnya (pihak sekolah) untuk pelaksanaan
proses pendidikan secara umum, terdapat dua jenis desentralisasi pendidikan, yaitu sebagai
berikut: pertama desentralisasi kewenangan di sektor pendidikan dalam hal kebijakan
pendidikan dan aspek perdananya dari pemeritah pusat ke ppemerintah daerah (provinsi dan
distrik).desentralisasi ini berkaitan dengan otonomi daerah dan desentralisasi penyelenggaraan
pemerintah dari pusat ke daerah. Kedua, desentralisasi pendidikan dengan fokus pada
pemberian kewenangan yang lebih besar di tingkat ssekolah yang di lakukan dengan motivasi
untuk meningkatkan kualitas hasil pendidikan. Tiga hal yang berkaitan dengan desentralisasi
pendidikan, yaitu (1) pembangunan masyarakat demokrasi; (2) pengembangan kapital sosial;
dan (3) peningkatan daya saing bangsa.

Pada awal 2001 digulirkan program mengenai pengelolaan sekolah menggunakan sistem
MBS (manajemen berbasis sekolah). Dalam penerapannya, konsep MBS masyarakat sekolah
untuk membentuk komite sekolah yang keanggotaannya bukan hanya terdiri dari orangtua siswa
yang belajar di sekolah tersebut, namun juga mengikut sertakan guru,, siswa, tokoh masyarakat,
pemerintahan, dan bahkan penguasa di sekitar sekolah.
E.PENGEMBANGAN GURU DAERAH 3T

Telah dideskripsikan diatas, bahwa pada wilayah kepulauan yang umunya merupakan
wilayah 3T. Terdapat banyak problematika serius di bidang pendidikan. Masalah yang umum
terjadi anttara lain keterbatasan guru, distribusi guru yyang merata, kesejahteraan, kualifikasi
akademik, dan kompetensi guru. Permasalahan semacam ini tentunya akan berdampak pada
proses pembelajaran yang tidak dapat berlangsung dengan baik. Untuk mengatasi permasalahan
ini, pengembangan guru wilayah 3T menjadi salah satu agenda penting dalam pengembangan
pendidika. Terdapat beberapa program yang selama ini telah diambil, baik oleh pemerintah
pusat maupun pemerntah daerah ( provinsi dan kabupaten/kota) dalam upaya untuk mengatasi
permasalahan ini.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian mengenai implementasi kebijakan pendidikan dasar sumber


daya atau jumlah tenaga pendidik sekolah dasar yang ada tidak seimbang dan jumlah kelas yang
ada, kondisi ini membuat tenaga pendidikan yang mengajar mata pelajaran tidak sesuai dengan
kemampuan dan keahlian yang mereka dapat karena harus merangkap dalam mengajar

Interprestasi : komunikasi yang tercipta antara pembuat kebijakan dan pelaksanaan sendiri
masih kurang efektif, dikarenakan kondisi geografis yang mengakibatkan pembuat harus turun
langsung dalam memantau.

Aplikasi : kemudian dari segi prosedur pelaksanaan atau standar operasional prosedur meliputi
pelaksanaan/penyediaan barang dan jasa, dalam semua jenis bantuan dari pemerintah untuk
menunjang suatu kebijakan dibidang pendidikan, pemenuhan sarana dan prasarana namun pada
kenyataannya saran prasarana yang ada disekolah dasar masih kurang dan terdapat ruang kelas
rusak, maka dapat diartikan bahwa pengelolaan, penyediaan sarana dan prasarana tidak
terlaksanakan berdasarkan program kerja dikarenakan kurangnya tenaga pengelolaan.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian diatas maka dapat di perlu dikemukakan sarana
sebagai berikut:

Diharapkan penambahan jumlah guru dengan jumlah kelas disesuaikan

Dalam menempatkan tenaga pendidik diharapkan harus sesuai dan tepat sesuai dengan
kemampuan dan keahlian pada bidang yang tempuh

Pengelolaan biaya opersiaonal pada setiap sekolah dasar harus dilaksanakan dan dikelolah
berdasarkan standar produser

DAFTRA PUSTAKA

Arif Rohma. 2009. Memahami pendidikan dan ilmu pendidikan. Yogyakart:

Laksbang mediatana.

Freire, paulo. 2002. Politik pendidikan : kebudayaan, kekuasaan dan pembahasan. Yogyakarta :

Pustaka belajar. Mudyahardjo, redja. 2001. Pengantar pendidikan sebuah studi awal tentang
dasar-dasar pendidikan pada umunya dan pendidikan diindonesia

Jakarta : Raja Grafindo Persada. Sudarjo, M. 2009. Landasan pendidikan. Jakarta : Rajawali
Perrs. Sugiyono. 2014. Metode penelitian kuantittatif kualitatif dan R & D. Bandung

Alfabeta. Tachjan. 2006. Imlementasi kebijakan publik. Bandung : AIPI Sumber-sumber lain
undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun2003 tentang sisitem pendidikan Nasional

Anda mungkin juga menyukai