Anda di halaman 1dari 17

MATERI KELOMPOK 10 PENGANTAR

PENDIDIKAN TENTANG
ISU – ISU KRITIS PENDIIDKAN DI
INDONESIA

Disusun Oleh :
1. AKHMAD MUTOHAR (202221500026)
2. NABILA FAIRUZ KURNIA (202221500043)
3. ALYA DIVA RAMADHAN (202221500001)

1
DAFTAR ISI
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
A. Latar Belakang............................................................................................3
B. Rumusan Masalah.......................................................................................4
C. Tujuan Penulisan........................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
KAJIAN TEORI ISU – ISU KRITIS PENDIDIKAN DI INDONESIA...........5
A. Pemerataan Dana Pendidikan...................................................................5
B. Pemarataan Kesempatan Memeroleh Pendidikan..................................7
C. Pemerataan Perluasan Kompetisi Guru...................................................8
D. Pemarataan Perluasan Mutu Pendidikan………………………………
10
E. Program
Pemerintah…………………………………………………….12
BAB III .................................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................................13
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................14

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Isu-isu yang berkaitan dengan pendidikan di indonesia mendorong


kita untuk melakukan identifikasi dan mencari titik simetris sehingga kita
bisa mempertemukan dua hal yang tampak paradoksial, yaitu pendidikan
nasional yang berimplikasi nasional dan global. Dampak globalisasi
memaksa negara meninjau kembali wawasan dan pemahaman terhadap
konsep bangsa, tidak saja karena batas teretorial geografis, tetapi juga
pilar-pilar utama lainnya yang menopang eksistensi di dunia pendidikan.
Menurut Rosenberg (2001) globalisasi mendorong perubahan
teknologi orientasi pendidikan. Peran serta teknologi seperti komputer dan
internet membawa perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia
pendidikan yang tradisional. Disamping membantu akselerasi pendidikan
jarak jauh, internet juga menunjang pemberian informasi yang dapat kita
akses dengan cepat. Melalui internet, kita dapat mengakses berbagai
informasi dengan cepat dan mudah tanpa harus mengeluarkan biaya yang
mahal. Perkembangan kemajuan teknologi internet yang ada saat ini,
dimanfaatkan untuk menunjang mutu pembelajaran atau
pendidikan.Kemajuan atau perkembangan teknologi komputer dan internet
merupakan salah satu faktor yang mendorong Depdiknas melakukan
pengadaan lab komputer untuk SLTA secara bertahap dari tahun ke
tahun. Di samping Depdiknas, sekolah.
Guru tak kalah menentukan terhadap keberhasilan pemanfaatan
internet di sekolah. Dari berbagai pengalaman menunjukan bahwa inisiatif
pemanfaatan internet justru banyak yang datang dari guru-guru yang
memiliki kesadaran lebih awal tentang potensi internet guna menunjang
proses belajar mengajar. Guru terkadang memberikan tugas-tugas suatu
mata pelajaran tertentu, yang peserta didik harus akses dari internet,
terkadang hal itu merupakan tuntutan atau kewajiban yang mau atau tidak
mau harus dilaksanakan, akan tetapi secara tidak sadar akan melatih
peserta didik meningkatkan kemampuannya dalam mengoperasikan
komputer dan menambah wawasaan, pengetahuan dan informasi peserta
didik (Surya, 2006).
Selain institusi pendidikan dan guru, kesadaran siswa akan
pentingnya penggunaan internet sebagai media informasi yang menunjang
suatu mata pelajaran tertentu di sekolah juga merupakan hal yang sangat
penting. Informasi yang siswa peroleh dari internet mampu menunjang

3
aktualisasi diri dalam mengembangkan kompetensi peserta didik secara
positif di sekolah.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di uraikan rumusan masalah yang dapat
dirumuskan adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara mengetahui isu – isu kritis pendidikan di indonesia?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi isu – isu kritis pendidikan
di indonesia?
3. Bagaiamana upaya penanganan isu – isu kritis pendidikan di
indonesia?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui apa saja macam- macam jenis isu – isu kritis
pendidikan di indonesia
2. Untuk mengetahui apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan
belajar siswa.
3. Untuk mengetahui bagaiamana upaya penanganan isu- isu kritis
pendidikan di indonesia.

4
BAB II
KAJIAN TEORI
ISU – ISU KRITIS PENDIDIKAN DI INDONESIA

A. Pemerataan Dana Pendidikan


Salah satu tujuan didirikannya negara Indonesia yang merdeka
adalah untuk mencerdaskan bangsa (sebagaimana yang tercantum dalam
pembukaan UUD 1945). Pasal 31
ayat 1 UUD 1945 juga menyebutkan, “Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan.” Pasal ini kemudian dijabarkan lagi dalam UU
No 20 tahun 2003 pasal 5 ayat 2,
“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh
pendidikan yang bermutu.” Selain itu, masih dalam Undang-undang yang
sama, pasal 6 ayat 1 menyatakan, “Pemerintah dan pemerintah daerah
wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin
terselenggaranya pendidikan bermutu bagi setiap warga negara tanpa
diskriminasi.” Dari berbagai peraturan perundang- undangan diatas, sangat
jelas sekali seberapa besar tanggung jawab pemerintah terhadap mutu
pendidikan bagi semua warga negara. Dalam menjalankan tuntutan
tersebut negara berkewajiban menyusun kebijakan yang menjamin
pendidikan yang bermutu dan tanpa diskriminasi (merata).
Amandemen pasal 31 UUD 1945 merupakan kebijakan pendidikan
yang kemudian muncul setelah berkali-kali terjadi kompromi politik.
Amandemen pasal ini dilakukan dengan tujuan untuk mempertegas
komitment pemerintah dan DPR pada pendidikan. Setelah mengalami
berkali-kali amandemen pasal 31 telah memberikan jaminan kepada setiap
warga untuk mendapatkan pendidikan yang bermutu. Hal tersebut dapat
dilihat dalam pasal 31 ayat 4 yang menegaskan bahwa negara
mendapatkan amanat untuk memprioritaskan dana pendidikan sekurang-
kurangnya 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
dan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Namun walaupun begitu
dalam petunjuk pelaksanaannya sebagaimana yang tertulis dalam UU
SIDIKNAS No 49 ayat 1 dinyatakan bahwa pemenuhan pendanaan dapat
dilakukan secara bertahap. Pemerintah telah memproyeksikan pemenuhan
anggaran pendidikan 20% dari APBN diluar gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan akan tercapai pada tahun 2009. Namun pada tahun
2008, kemudian keluar Putusan MK Nomor 24/PUU-V/2007 yang
menyatakan bahwa alokasi dana pendidikan 20% dari APBN dan APBD
tersebut termasuk gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan.

5
Hal tersebut mengakibatkan rendahnya pendanaan pendidikan di
Indonesia tentu merupakan sebuah keprihatinan tersendiri bagi warga
masyarakat. Pendidikan yang didanai secara murah ini menyebabkan mutu
penyelenggaraan dan layanannya rendah. Hal ini kemudian berimbas pada
mutu lulusan dan mutu pendidikan yang rendah. Padahal bila kita
bercermin pada negara-negara maju, mereka cenderung mem- belanjakan
dana yang cukup besar untuk pendidikan mereka. Tingginya alokasi
pendidikan di negara-negara maju tersebut terjadi karena meningkatnya
political will pengambil keputusan terhadap pentingnya pendidikan.
Berbeda dengan beberapa negara-negara maju tersebut. Di
Indonesa justru masih stagnan bahkan terkesan mengalami kemunduran
dalam mengalokasikan anggaran pendidikan. Hal tersebut karena alokasi
pendanaan untuk pendidikan masih belum menjadi prioritas. Untuk itu
pengkajian lebih lanjut tentangpendanaan pendidikan sebagaimana yang
telah diatur dalam konstitusi merupakan suatu keharusan untuk
merealisasikan konsep pendidikan yang bermutu bagi seluruh warga
negara Indonesia.

Strategi konseptual tentang pendidikan di Indonesia antara lain :


Kebijakan
Solichin Abdul wahab (Yoyon Bahtiar Irianto, 2011: 34) menyatakan
bahwa Kebijakan adalahtindakan politik atau serangkaian prinsip,
tindakan yang dilakukan untuk mempengaruhi perilaku orang lain.
Menurut kamus oxford (Nanang Fatah, 2012: 131) kebijakan berarti
rencana kegiatan atau pernyataan tujuan-tujuan ideal. Sedangkan menurut
Yoyon Bahtiar Irianto (2011: 34) kebijakan adalah serangkaian tindakan
sebagai suatu arahan untuk mencapai tujuan.

Kebijakan Publik
Menurut Dye (Yoyon Bahtiar Irianto, 2011: 33) kebijakan publik adalah
”as projectes program of goals, values and practices.”Definisi kebijakan
publik secara sederhana juga diungkapkan oleh Nanang Fatah (2012:
134) kebijakan publik adalah apa pun yangpemerintah pilih untuk
dilakukan atau tidak. Kebijakan publik merujuk pada semua wilayah
tindakan pemerintah yang membentang dari kebijakan ekonomi hingga
kebijakan yang biasanya merujuk pada rubrik kebijakan sosial termasuk
pendidikan, kesehatan dan wilayah kesejahteraan lain. Sedangkan Pal
(Yoyon Bahtiar Irianto, 2011: 34) menyatakan bahwa kebijakan publik
adalah lebih kepada tindakan melakukan atau tidak melakukan sesuatu
yang dipilih oleh otoritaspublik dalam upaya mengatasi masalah.Menurut

6
H.A.R. Tilaar dan Riant Nugroho (2008: 245), proses kebijakan publik
terdiri dari rumusan, implementasi, kinerja dan lingkungan kebijakan.
Analisis Kebijakan
Stokey dan Zekhauser (Nanang Fattah, 2012: 3) menyatakan bahwa
analisis kebijakanadalah suatu proses rasional yan menggunakan metode
dan teknik rasional dalam menelusuri cara terbaik untuk mencapai sesuatu.
Sedangkan William Dun (2003:51), analisis kebijakan adalah aktivitas
menciptakan pengetahuan tentang dan dalam proses pembuatan
kebijakan.Patton (Ace Suryadi dan
H.A.R. Tilaar, 1994: 40) analisis kebijakan adalah rangkaian proses dalam
menghasilkan kebijakan.Menurut William Dun (2003: 96) analisis
kebijakan tidak diciptkan untuk membangun dan menguji teori-teori
deskriptif yang umum, namun analisis kebijakan.

B. Pemarataan Kesempatan Memeroleh Pendidikan


Pendidikan merupakan suatu kegiatan pembelajaran, keterampilan
serta kegiatan dalam suatu kelompok yang diturunkan pada generasi-
generasi selanjutnya melalui suatu pengajaran, penelitan, dan pelatihan.
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan, dimana terjadi pewarisan
ilmu untuk dapat dipahami dan diterapkan, bahkan dapat mengembangkan
dan menciptakan suatu ilmu untuk meningkatkan kualitas yang berguna
bagi kehidupan manusa. Tumbuhnya suatu kesadaran bahwa pendidikan
memiliki peran penting dalam pembangunan bangsa semakin dapat
dirasakan.Setiap warga negara diharapkan memiliki kesempatan yang
sama dan merata untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan
dapat menjalankan fungsinya secara optimal. Jika dalam penyelenggaraan
pendidikan mengalami suatu hambatan, maka akan menciptakan
permasalahan di bidang pendidikan, misalnya pemerataan kesempatan
pendidikan. Pemerataan pendidikan telah mendapat perhatian sejak lama
terutama di negara-negara berkembang, trmasuk Indonesia. Masalah
pemerataan pendidikan merupakan persoalan mengenai bagaimana sistem
pendidikan dapat menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
seluruh warga Negara untuk memperoleh pendidikan, sehingga pendidikan
dapat meningkatkan sumber daya manusia untuk meningkatkan
pembangunan. Masalah pemerataan pendidikan di Indonesia tinggi Karena
:
(1) masih banyak warga Negara khususnya anak usia sekolah yang
tidak dapat di tampung dalam sistem atau lembaga pendidikan,
(2) kurangnya tenaga pengajar,

7
(3) anak-anak usia sekolah yang putus sekolah , atau bahkan tidak
sekolah.
Brbagai upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah agar masalah
pemrataan kesmpatan pendidikan di Indonesia dapat tratasi dlam berbaga
program pemerintah, misalnya wajib belajar 9 tahun, SM3T dimana
program ini menyebar lulusan guru-guru ke daerah-daerah yang masih
minim tenaga pengajarnya, program kesetaraan, dan pendidikan jarak jauh
untuk tingkt unversitas, dan lain-lain. Perencanaan, pengorgansasian,
pelasanaan, tndak lanjut, serta evaluasi suatu program terkait maslah
pemerataan kesempatan pendidikan perlu dilaksanaan agar tujuan yang
ditetapkan dapat tercapai, sehingga masalah pemerataan kesempatan
pendidikan dapat diatasi dan Indonesia memiliki warna negara dengan
SDM berkualitas, berpotensidan berpendidikan agar dapat menghadapi
tantangan zaman.

C. Pemerataan Perluasan Kompetisi Guru


Kompetensi adalah kata serapan yang berasal dari bahasa Inggris
yakni competence artinya adalah kecakapan atau kemampuan. Adapun, istilah
kemampuan sendiri mempunyai banyak makna, Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2005: 584) kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk
menentukan (memutuskan sesuatu). Broke and Stone dalam (Wasliman, 2007:
113) menjelaskan bahwa kemampuan merupakan gambaran hakikat kualitatif
dari prilaku guru atau tenaga kependidikan yang nampak sangat berarti.
Sedangkan kata guru (dari bahasa Sansekerta guru yang juga berarti
guru, tetapi artinya harfiahnya adalah “berat”) adalah seorang pengajar suatu
ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional
dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Guru dalam Undang-Undang Nomor
14 tahun 2004, tentang Guru dan Dosen, pada Bab I Pasal 1 ayat 1
disebutkan: guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dengan demikian, kompetensi guru adalah kemampuan atau
kecakapan yang harus dimiliki seorang pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik dari pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar sampai pendidikan menengah.
Pendidik adalah manusia biasa dengan segala keterbatasannya.
Masalahnya ialah adakah keterbatasan pendidik yang dapat ditolerir dan
adakah yang tidak dapat ditolerir?

8
Yusuf (2007: 28) menjelaskan bahwa keterbatasan pendidik yang
tidak dapat ditolerir ialah apabila keterbatasan itu menyebabkan tidak
dapat terwujudnya interaksi antara pendidik dan peserta didik, seperti:
1. pendidik yang amat ditakuti oleh peserta didiknya sehingga tidak
mungkin peserta didik datang berhadapan dengannya.
2. pendidik sama sekali tidak tahu apa yang akan menjadi isi
interaksinya dengan peserta didik. Jika “pendidik” seperti ini
berinteraksi dengan peserta didik maka yang akan terjadi ialah
kekosongan dan mungkin suasana kebingunganlah yang akan
menguasai interaksi itu.

3. “Pendidik” yang tidak bermoral pada umumnya juga dianggap


memiliki keterbatasan yang tidak dapat ditolerir, sebab pada dasarnya
pendidikan adalah usaha yang dilandasi oleh moral.
Sedangkan, keterbatasan-keterbatasan yang sifatnya relatif pada
umumnya masih dapat ditolerir, dengan catatan bahwa pendidik yang
bersangkutan selalu berusaha mengurangi keterbatasan yang dialaminya,
misalnya:
1. Kekurangan pengetahuan dalam hal isi pelajaran yang akan
diajarkan. Kekurangan ini bersifat relatif dan akan segera dapat diatasi
bila pendidik yang bersangkutan mau berusaha menambah
pengetahuan.

2. Kekurangan dalam hal pemakaian peralatan juga sifatnya relatif


yang akan dapat ditanggulangi kalau pendidik yang bersangkutan
mau meningkatkan diri.
Dalam keadaan seperti ini salah satu hal yang amat penting dan harus
ada pada diri pendidik ialah kemauan untuk selalu meningkatkan diri demi
pengembangan usaha pendidikan. Jika kemauan ini tidak ada (sedangkan
pada diri pendidik itu terdapat berbagai kekurangan) maka hal itu dapat
dianggap sebagai keterbatasan yang tidak dapat ditolerir.
Bagaimanapun juga setiap keterbatasan pada diri pendidik dapat
memberikan pengaruh kepada proses dan hasil usaha pendidikan yang
dijalankannya. Proses kependidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik secara optimal, yang memungkinkan peserta didik dapat
mencapai tujuan yang diharapkan, dan bertanggung jawab sebagai anggota
masyarakat. Pendidik tidak boleh tenggelam di dalam keterbatasannya, namun
hendaknya berjuang mengatasi keterbatasannya dengan mengembangkan
pendidikan demi peserta didik.

9
1. Adapun kemampuan guru pendidikan dasar dalam proses kependidikan
dapat dirasakan dan dipantau oleh peserta didik dalam bentuk bentuk
antara lain:
2. Peserta didik dapat mengikuti penyajian guru.
3. Penyajian bahan tidak terlalu cepat.
4. Contoh-contoh dan soal-soal latihan diberikan, secara cukup.
5. Guru membantu peserta didik mengingat pelajaran pelajaran yang pernah
diperoleh, dan guru mengerti serta mengenal masalah bela-jar peserta
didik.
6. Guru berusaha menjawab pertanyaan peserta didik seandainya peserta
didik belum mengerti.
7. Guru membahas soal soal latihan/tes yang tidak dapat dipecahkan oleh
peserta didik (Wasliman, 2007: 124)
Dalam mewujudkan tuntutan kemampuan guru sebagaimana
dijelaskan di atas, seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan yang
dapat menghambat. Banyak temuan penelitian yang menyebutkan bahwa di
Indonesia masih banyak guru yang belum memiliki kualifikasi pendidikan
seperti yang disyaratkan. Rusyan (1993: 246-249) menjelaskan bahwa
rendahnya kompetensi dan kualitas guru sering disebabkan oleh:
1. Kurangnya respon terhadap upaya pembaharuan
Sikap ini muncul akibat guru sudah terbiasa melaksanakan tugas
sebagaimana yang dilaksanakan secara turun temurun. Cenderung
tradisional, konservatif dalam setiap tindakan pengajaran yang
dilaksanakan.
2. Lemahnya motivasi untuk meningkatkan kemampuan
Lemahnya motivasi untuk meningkatkan kemampuan ini berkait dengan
sejumlah aspek lain seperti kurangnya animo untuk berkembang,
lemahnya penghargaan yang diberikan, berada di wilayah yang sullit
dijangkau dan lain sebagainya.
3. Ketidakpedulian terhadap berbagai perkembangan
Sikap konservatif mempunyai kaitan dengan sikap tidak peduli terhadap
berbagai perkembangan dan kemajuan dalam dunia pendidikan.
4. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung
Sarana dan prasaran merupakan hal mutlak yang harus ada jika akan
melaksanakan sesuatu. Sarana dan prasarana pengajaran yang terbatas
juga akan berdampak pada lemah dan kurangnya kemauan guru untuk
melaksanakan sejumlah inovasi dalam pembelajaran. Kendati terdapat
guru yang cukup berkualitas tetapi tidak didukung oleh sarana dan
prasarana maka kualitas guru tersebut akan terpendam saja dan tidak
termanfaatkan.

10
D. Pemerataan Perluasan Mutu Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu proses transformasi pembangunan yang
mendasar yang berperan penting dalam pergerakan pembangunan
bangsa.Tulisan ini dimaksud untuk memberikan gambaran mengenai faktor-
faktor penyebab pendidikan di Indonesia tidak merata.Langkah yang di
tempuh untuk mengetahui faktor-faktornya menggunakan metode literatur
review.Padahal sudah jelas dalam pasal 31 UUD 1945 dan UU Nomor 39
Tahun 1999 telah memberikan dasar untuk menjamin,memberikan,dan
melindungi Hak-Hak warga Negara,khususnya dalam dunia pendidikan.
Idealisme pada pendidikan mengedepankan nilai-nilai humanisme
yang mendasar. Sehingga dengan nilai-nilai tersebut mampu membentuk
manusia-manusia berkualiatas. Perlu di ketahui banyaknya realita di
lapangan yang kualitas sumber daya manusia di Indonesia ini sangat jauh
dari harapan. Anies Baswedan pernah menyampaikan pada silaturahmi
dengan dinas jakarta pada tanggal 01 Desember 2014, menyatakan bahwa
pendidikan di Indonesia berada dalam posisi gawat darurat. Beberapa
kasus yang menggambarkan kondisi tersebut diantaranya ialah:
1. Rendahnya layanan pendidikan di indonesia
2. Rendahnya mutu pendidikan di indonesia
3. Rendahnya mutu pendidikan tinggi di indonesia
4. Rendahnya kemampuan literasi anak-anak indonesia
Secara praktis kenyataan ini menunjukan bahwa pendidikan di
Indonesia dewasa ini mengalami banyak tantangan dan masalah, sudah
seharusnya reformasi pendidikan harus dilakukan. Karena seiring langkah
dan tuntunan zaman, agar bangsa indonesia tidak terlindas akibat
ketidakberdayaannya. Oleh karena itu pemerintah harus menjamin
peningkatan kualitas pendidikan indonesia (Widodo, 2015).
Pendidikan di Indonesia saat ini dari segi kualitas sangatlah rendah
tidak sesuai apa yang kita harapkan. Adapun faktor-faktor dari pendidikan
tersebut yang mempengaruhi bisa kita lihat dari faktor internalnya,
meliputi staf-staf yang berperan di pemerintahan seperti departemen
pendidikan nasional, dinas pendidikan daerah serta sekolah-sekolah
yang sudah maju di bidang pendidikan. Selanjutnya dari faktor
eksternalnya, yaitu masyarakat pada umumnya yang mana masyarakat
sebagai ikon dan juga merupakan tujuan dari adanya pendidikan itu sendiri
(Indra, 2019). Oleh karena itu pendidikan di Indonesia harus bekerja sama
antara pemerintahan dengan masyarakat, supaya kualitas pendidikan tidak
rendah lagi. Disamping itu banyak guru yang mengajar tidak di bidang
ahlinya. Misalnya, guru yang bidangnya IPA di suruh ngajar IPS,
bidangnya agama disuruh pertanian. Sudah jelas bahwa guru tersebut tidak

11
kompetensi dalam mengajar mata pelajaran yang bukan di bidang ahlinya.
Sehingga mutu pelajaran tersebut bisa jadi menurun dan akan berdampak
ke siswa .Dengan demikian untuk meningkatkan kualitas guru bisa
dilakukan dengan pelatihan-pelatihan melalui program sertifikasi guru.
Dan juga disertai mensejahterakan guru-guru dengan memberikan insentif
agar guru termotivasi dan semakin semangat mengajar dan belajar dari apa-
apa yg tidak di ketahui sebelumnya serta semakin kuat dalam mengabdi
menjalankan.
Perkembangan teknologi di zaman ini mempunyai pengaruh kuat
terhadap kehidupan, tak terkecuali terhadap pendidikan. Pendidikan selalu
saja mengalami perubahan sesuai perkembangan zaman, sehingga
menuntutnya ada selalu perbaikan secara terus menenrus. Pendidikan di
Indonesia masih saja selalu dihadapkan pada masalah-masalah yang kompleks.
Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dari pemerintah, masyarakat,
orang tua, guru agar pendidikan berlangsung meningkat sesuai yang
diharapkan. Selain itu pula ada beberapa faktor yang menyebabkan
kualitas pendidikan di indonesia yang semakin memprihatinkan sehingga
terjadinya ketidak merataan pendidikan, yaitu:
Rendahnya sarana fisik
Misalnya banyak sekali gedung-gedung sekolah yg sudah tak layak pakai
di berbagai tingkat pendidikan, kepemilikan, dan pengguanaan fasilitas yg
tidak di manfaatkan serta media belajar rendah, buku perpustakaan yang tidak
lengkap sehingga tidak banyak yang minat literasi di pihak pelajar.
Rendahnya kualitas guru
kebanyakan guru yang belum maksimal atau profesionalisme dalam
menjalankan tugasnya.
Rendahnya kesejahteraan guru
Dengan pendapatan yang rendah,banyak guru-guru yang mengambil pekerjaan
sampingan untuk memenuhi kebutuhannya karena tidak cukup pendapatan
dari guru saja.
Rendahnya prestasi siswa
Dengan peristiwa yang di atas sangat berdampak kepada mahasiswa dengan
prestasi siswa menjadi rendah disebabkan seorang guru yang kurang
maksimal dalam menjalankan tugasnya.
Kurangnya dalam pemerataan pendidikan ke seluruh pelosok desa
Hal ini menjadi sangat wajar sekarang dikalangan dinas pendidikan,sehingga
masyarakat yang pedalaman kurang tersentuh,kurang di perhatikan dan
menjadi hal yang biasa.

12
E. Program Pemerintah

1. Sekolah Model
Program sekolah model merupakan sekolah yang di bina oleh LPMP untuk
menjadi sekolah acuan bagi sekolah lain dalam penerapan penjaminan
mutu pendidikan secara mandiri sebagaimana diamanatkan dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidkan Nasional, yang
bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan bertanggung jawab.
2. Sekolah Rujukan
Sekolah rujukan didefinisikan sebagai sekolah acuan bagi sekolah lain di
sekitarnya dalam penerapan penjaminan mutu pendidikan secara mandiri,
memenuhi Standar Nasional Pendidikan (SNP), memiliki atau mencapai
indikator-indikator pendidikan yang lebih dari SNP, dan memiliki prestasi atau
keunggulan baik dalam bidang akademik maupun non akademik

3. Sekolah Imbas
Sekolah imbas adalah sekolah yang berada dalam wilayah binaan yang
sama dengan sekolah model yang akan mendapatkan pengimbasan Best
Practice implementasi SPMI dari sekolah model . Yang dimaksud Best
Practice dalam SPMI adalah Kegiatan apa yang terbaik atau praktik terbaik
pada sekolah model bapak dan ibu. Dengan kata lain hanya salah satu
kegiatan terbaik yang dilaksanakan pada sekolah model .
4. Sekolah daerah 3T
Pemerintah Membuat sebuah klasifikasi sekolah daerah 3T
(Terdepan, Terluar Dan Tertinggal, untuk memberikan support system
demi pemerataan kualitas pemdidikan di Indonesia. eberapa
permasalahan penyelenggaraan pendidikan, utamanya di daerah 3T
antara lain adalah permasalahan pendidik, seperti kekurangan jumlah
(shortage), distribusi tidak seimbang (unbalanced distribution),
kualifikasi di bawah standar (under qualification), kurang kompeten (low
competencies), serta ketidaksesuaian antara kualifikasi pendidikan
dengan bidang yang diampu (mismatched).

Permasalahan lain dalam penyelenggaraan pendidikan adalah


angka putus sekolah juga masih relatif tinggi, sementara angka partisipasi
sekolah masih rendah. Sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik
Indonesia peningkatan mutu pendidikan di daerah 3T perlu dikelola
secara khusus dan sungguh-sungguh, utamanya dalam mengatasi
permasalahan-permasalahan tersebut, agar daerah 3T dapat segera maju
bersama sejajar dengan daerah lain. Hal ini menjadi perhatian khusus
Kementerian Pendidikan Nasional, mengingat daerah 3T memiliki peran

13
strategis dalam memperkokoh ketahanan nasional dan keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia.

Kebijakan Kementerian Pendidikan Nasional dalam rangka


percepatan pembangunan pendidikan di daerah 3T, adalah Program Maju
Bersama Mencerdaskan Indonesia. Program ini meliputi:

1. Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi dengan


Kewenangan Tambahan (PPGT)
2. Program Sarjana Mendidik di Daerah 3T (SM-3T)
3. Program Kuliah Kerja Nyata di Daerah 3T-dan PPGT
(KKN-3T PPGT)
4. Program Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi
Kolaboratif (PPGT Kolaboratif)
5. Program S-1 Kependidikan dengan Kewenangan Tambahan
(S-1 KKT)
Program-program tersebut merupakan jawaban untuk mengatasi
berbagai permasalahan pendidikan di daerah 3T. Program SM-3T sebagai
salah satu Program Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia ditujukan
kepada para Sarjana Pendidikan yang belum bertugas sebagai guru, untuk
ditugaskan selama satu tahun pada daerah 3T. Program SM-3T
dimaksudkan untuk membantu mengatasi kekurangan guru, sekaligus
mempersiapkan calon guru profesional yang tangguh, mandiri, dan
memiliki sikap peduli terhadap sesama, serta memiliki jiwa untuk
mencerdaskan anak bangsa, agar dapat maju bersama mencapai cita-cita
luhur seperti yang diamanahkan oleh para pendiri bangsa Indonesia.

Program SM-3T adalah Program Pengabdian Sarjana Pendidikan


untuk berpartisipasi dalam percepatan pembangunan pendidikan di
daerah 3T selama satu tahun sebagai penyiapan pendidik profesional
yang akan dilanjutkan dengan Program Pendidikan Profesi Guru.

Tujuan

1. Membantu daerah 3T dalam mengatasi permasalahan


pendidikan terutama kekurangan tenaga pendidik.
2. Memberikan pengalaman pengabdian kepada sarjana
pendidikan sehingga terbentuk sikap profesional, cinta tanah
air,
3. bela negara, peduli, empati, terampil memecahkan masalah
kependidikan, dan bertanggung jawab terhadap kemajuan
4. bangsa, serta memiliki jiwa ketahanmalangan dalam
mengembangkan pendidikan pada daerah-daerah tergolong
3T.
5. Menyiapkan calon pendidik yang memiliki jiwa
keterpanggilan untuk mengabdikan dirinya sebagai pendidik
profesional pada daerah 3T.

14
6. Mempersiapkan calon pendidik profesional sebelum
mengikuti Program Pendidikan Profesi Guru (PPG).
Ruang Lingkup

1. Melaksanakan tugas pembelajaran pada satuan pendidikan


sesuai dengan bidang keahlian dan tuntutan kondisi
setempat.
2. Mendorong kegiatan inovasi pembelajaran di sekolah.
3. Melakukan kegiatan ekstra kurikuler.
4. Membantu tugas-tugas yang terkait dengan manajemen
pendidikan di sekolah.
5. Melakukan pemberdayaan masyarakat untuk mendukung
program pembangunan pendidikan di daerah 3T.
6. Melaksanakan tugas sosial kemasyarakatan.

5. Sekolah Inklusi

Sekolah inklusi adalah sekolah dengan sistem layanan pendidikan


yang mempersyaratkan siswa berkebutuhan khusus dilayani sesuai
kemampuannya. Inklusi yang dimaksud merupakan proses timbal
balik atau dua arah guna meningkatkan partisipasi siswa dalam
belajar untuk mengidentifikasi dan mengurangi hambatan dalam
proses belajar.

Menurut Dr. Idayu Astuti dalam buku Kepemimpinan Pembelajaran


Sekolah Inklusi, hal ini merupakan proses penyesuaian dalam
layanan pendidikan bagi semua anak berkebutuhan khusus dan anak
normal. Dengan begitu, mereka dapat belajar bersama dan mencapai
tujuan pendidikan masing-masing.

Meski demikian, pendidikan yang diberikan dalam sekolah inklusi


bukanlah penintegrasian terhadap anak-anak dan para remaja yang
menyandang kecacatan di sekolah reguler. Pendidikan inklusif
diberikan kepada anak-anak yang memiliki hambatan dalam belajar
serta anak-anak istimewa, cerdas, dan berbakat.

Dalam kehidupan bermasyarakat, inklusif merupakan penyesuaian


atau perubahan sistem pada hal-hal yang biasa dilakukan menjadi
pertimbangan berdasarkan kebutuhan semua orang. Hal ini
dikarenakan setiap orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda.

6. Dana Bantuan : BOS, BOSDA, PIP, KJP

Program Pemerintah Terkait Dana bantuan seperti BOS, BOSDA, PIP Dan
KJP adalah salah satu Bukti kepedulian pemerintah dalam menstimulus
masyarakat dengan pemberian dana bantuan secara langsung kepada seluruh

15
perangkat Pendidikan dari tenaga pengajar,fasiltas Pendidikan sampai dengan
peserta Pendidikan ( Siswa) dalam wajib Sekolah 9 tahun.

BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Melihat realitas di lapangan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih jauh


dari yang diharapkan, selayaknya pemerintah bercermin dan belajar dari
pengalaman yang lalu dan berbenah untuk yang saat ini dan  saat yang akan
datang. Peraturan perundangan yang digulirkan seyogyanya digodok dengan
matang dengan melibatkan tokoh dan praktisi pendidikan di seluruh Indonesia.
Karena merekalah yang tahu  dan mengalami secara langsung, bukan bara wakil
rakyat di gedung parlemen. Pemerintah hendaknya konsisten dengan program
yang benar-benar telah dirancang secara inspiratif dari kehendak rakyat  tanpa
takut mengeluarkan atau menambah biaya dari APBN demi peningkatan mutu
pendidikan yang berimplikasi pada mutu manusia Indonesia sendiri. Jika tidak,
demo dan kritikan akan tiada hentinya bermunculan.

SARAN

SARAN Masyarakat Indonesia sampai saat ini adalah masyarakat yang berbudaya,
dan tidak kalah cerdas dengan bangsa lain. Namun ketinggalan dalam kompetisi
mencapai kemakmuran, yang bermula dari SDM-nya yang belum handal.  Karena
itu  adalah bijaksana jika segenap komponen pendidikan, rakyat, para stakeholders,
pemerintah,  maju dan berjuang bersama  pemerintah untuk meningkatkan kualitas
pendidikan agar terbebas dari belenggu kebodohan dan ketertinggalan karena tidak
adanya  kemerdekaan dalam mendapatkan pendidikan yang merata dan layak.

16
DAFTAR PUSTAKA

 https://bimawa.uad.ac.id › Pa...PDF
FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENDIDIKAN TIDAK MERATA
DI ...repository.upy.ac.id

 http://repository.upy.ac.id › ...PDF Analisis Kebijakan Pendanaan


Pendidikan Oleh Selly Rahmawati, M ...

 https://www.researchgate.net/publication/
324208454_Rendahnya_Pemerataan_Kesempatan_Pendidikan_di_In
donesia media.neliti.com

 https://media.neliti.com › 69...PDF pengembangan kompetensi guru


pendidikan dasar - Neliti

17

Anda mungkin juga menyukai