Disusun Oleh :
RINA KARTIKA
(2106103040072)
PRODI KIMIA
T.A 2021/2022
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat, hidayah dan ridho-nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Dalam proses pengumpulan materi
dan juga proses pembuatan makalah ini, tidak terlepas dari kerja keras kami. Makalah
yang kami buat ini membahas tentang Pengaruh Anggaran Pemerintah Terhadap
Pendidikan.
Selain daripada itu, kami juga menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini
masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi susunan, kalimat maupun tata bahasa
atau bahkan sumber yang kami masukkan kurang akurat. Oleh karena itu dengan tangan
dan hati terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
Akhir kata, semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman kita mengenai materi yang telah di paparkan di dalam
makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR PUSTAKA
BABIPENDAHULUAN ........................................................................................ 1
C. TujuanPenulisan ................................................................................... 3
BABIIPEMBAHASAN.......................................................................................... 4
BABIIIPENUTUP................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ............................................................................................. 11
B. Saran ....................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan dalam konteks upaya merekonstruksi suatu peradaban merupakan salah
satu kebutuhan asasi yang dibutuhkan oleh setiap manusia dan kewajiban yang harus
diemban oleh negara agar dapat membentuk masyarakat yang memiliki pemahaman dan
kemampuan untuk menjalankan fungsi fungsi kehidupan selaras dengan fitrahnya serta
mampu mengembangkan kehidupannya menjadi lebih baik dari masa ke masa Para
founding fathers sadar sepenuhnya bahwa untuk membebaskan bangsa Indonesia dari
kungkungan kebodohan dan kemiskinan, jalan satu-satunya adalah dengan pendidikan
Kesadaran tersebut dituangkan dalam rumusan Pembukaan UUD 1945 yang menegaskan
bahwa salah satu tujuan pembangunan nasional adalah "mencerdaskan kehidupan bangsa
Selanjutnya, pada batang tubuh, pasal 31 UUD 1945 lebih tegas lagi menyatakan" (1)
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan, dan (2) setiap warga negara wajib
mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya" Pada masa reformass,
dengan memperhatikan kondisi global, percepatan akselerasi pembangunan pendidikan
menjadi prioritas utama pembangunan.
Suatu pendidikan dipandang bermutu diukur dari kedudukannya untuk ikut
mencerdaskan kehidupan bangsa dan memajukan kebudayaan nasional adalah
pendidikan yang berhasil membentuk generasi muda yang cerdas, berkarakter bermoral
dan berkepribadian Untuk itu perlu dirancang suatu sistem pendidikan yang mampu
menciptakan suasana dan proses pembelajaran yang menyenangkan, merangsang dan
menantang peserta didik untuk mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan bakat
dan kemampuannya Memberikan kesempatan kepada setiap peserta didik berkembang
secara optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya adalah salah satu prinsip
pendidikan demokratis. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
Ini dibuktikan antara lam dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks
Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu komposisi dari peringkat
pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan,
bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin menurun Di antara 174 negara di
dunia, Indonesia menempati urutan ke 102 (1996), ke 99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-
109 (1999).
1
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan
di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di
bawah Vietnam Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000).
Indonesia memiliki daya saing yang rendah, yastu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57
negara yang disurvei di dunia. Dan masih menurut survas dari jembaga yang sama.
Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53
negara di dunia.
Memasuki abad ke 21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh Kehebohan
tersebut bukan disebabkan oleh kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak
disebabkan karena kesadaran akan bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia.
Perasan ini disebabkan karena beberapa hal yang mendasar Salah satunya adalah
memasuki abad ke 21 gelombang globalisasi dirasakan kuat dan terbuka Kemajuan
teknologi dan perubahan yang terjadi memberikan kesadaran baru bahwa Indonesia tidak
lagi berdin sendiri Indonesia berada di tengah-tengah dunia yang baru, dunia terbuka
sehingga orang bebas membandingkan kehidupan dengan negara lain Yang kita rasakan
sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan Baik pendidikan formal
maupun informal. Dan hasil itu diperoleh setelah kita membandingkannya dengan negara
lam Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya
manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat
meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber
daya manusia di negara-negara lain Setelah kita amani, nampak jelas bahwa masalah
yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahinya mutu
pendidikan di berbagai jenjang pendidikan baik pendidikan formal maupun informal Dan
hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan
sumber daya manusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi
pembangunan bangsa di berbagai bidang Mengenai masalah pendidikan, pemerintah
sebenarnya sudah sangat memberikan perhatian dalam rangka peningkatan kualitas
pendidikan, hal ini terlihat dari anggaran pendidikan yang dialokasikan 20% dan
anggaran pendapatan dan belanja negara setiap tahunnya (dalam UU RI No. 20 Tahun
2003 Tentang SISDIKNAS) Dengan anggaran 20% tersebut, setidaknya permasalahan
permasalahan seperti mahalnya biaya pendidikan, banyak siswa yang putus sekolah, dan
otonomi pendidikan dapat diminimalisir, namun ternyata yang menjadi pusat
permasalahan sekarang adalah 20% dan anggaran pendidikan tersebut belum dapat
terserap secara keseluruhan.
2
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Anggaran Pendidikan ?
2. Bagaimana Daya Serap Anggaran Pendidikan ?
3. Bagaimana Dampak Kurangnya Daya Serap Anggaran Pendidikan ?
4. Apa Saja Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anggaran Pendidikan ?
5. Bagaimana Upaya Untuk Menyelesaikan Masalah Anggaran Pendidikan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian anggaran pendidikan
2. Untuk mengetahui daya serap anggaran pendidikan
3. Untuk mengetahui dampak kurangnya daya serap anggaran pendidikan
4. Untuk mengetahui apa saja factor yang mempengaruhi anggaran pendidikan
5. Untuk mengetahui upaya menyelesaikan masalah anggaran pendidikan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anggaran Pendidikan
Ketentuan anggaran pendidikan tertuang dalam UU No.20/2003 tentang Sisdiknas
dalam pasal 49 tentang Pengalokasian Dana Pendidikan yang menyatakan bahwa Dana
pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan dialokasikan minimal
20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) (dalam UU RI No.
20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS Pasal 49 Ayat 1). Realisasi anggaran pendidikan
sebesar 20% dari APBN/APBD temyata masih sangat sulit untuk dilakukan pemerintah,
bahkan skenario yang diterapkan pun masih mengalokasikan dana pendidikan dari
APBN/APBD dalam jumlah yang terbatas yaitu Total Belanja Pemerintah Pusat menurut
APBN 2006 adalah sebesar Rp 427,6 triliun. Dari jumlah tersebut, jumlah yang
dianggarkan untuk pendidikan adalah sebesar Rp36,7 triliun. Sedangkan asumsi
kebutuhan budget anggaran pendidikan adalah 20% dari Rp. 427,6 triliun atau sebesar
Rp. 85,5 triliun, maka masih terdapat defisit atau kekurangan kebutuhan dana pendidikan
sebesar Rp 47,9 triliun. Skenario progresif pemenuhan anggaran pendidikan yang
disepakati bersama oleh DPR dan Pemerintah pada tanggal 4 Juli 2005 yang lalu hanya
menetapkan kenaikan bertahap 2.7 persen per tahun hingga 2009, dengan rincian
kenaikan 6,6 % (2004), 9,29% (2005), 12.01 % (2006), 14,68 % (2007), 17,40 % (2008),
dan 20,10 % (2009). Bandingkan dengan anggaran yang ternyata hanya dialokasikan
sebesar 8,1 % pada tahun 2005 dan 9,1% pada tahun 2006 Untuk tahun 2007 saja alokasi
APBN untuk anggaran sektor pendidikan hanya mencapai 11,8 persen. Nilai ini setara
dengan Rp 90,10 triliun dari total nilai anggaran Rp 763,6 triliun. Permasalahan lainnya
yang timbul, bukan karena pemerintah tidak mempunyai kemampuan untuk
mengeluarkan sejumlah dana yang telah dianggarkan. Namun, lebih dikarenakan
anggaran pendidikan belum terserap secara keseluruhan. Hal ini disebabkan waktu
pemakaian yang terbatas, dan karena program dinas pendidikan provinsi tidak jelas, serta
kurangnya efektivitas birokrasi,.
4
B. Daya Serap Anggaran Pendidikan
Kompleksitas persoalan pendidikan secara nyata tidaklah selesai dengan penambahan
jumlah anggaran. Faktanya, efektivitas mesin birokrasi bidang pendidikan juga amat
menentukan capaian keberhasilan penyediaan akses pendidikan publik. Di tengah
menganggurnya sejumlah anggaran (yang belum diserap) Kementerian Pendidikan
Nasional, dan mencuatnya fakta keterbatasan infrastruktur pendidikan, menyebabkan
ribuan hinggan jutaan anak didik tak bisa menikmati pendidikan adalah hal yang patut
kita sesali. Semestinya anggaran pendidikan harus bisa digunakan secara efisien dan
efektif. Penggunaan anggaran disebut efektif jika anggaran yang digunakan sesuai atau
lebih kecil daripada yang telah direncanakan dan menghasilkan layanan serta produksi
pendidikan yang sama atau melebihirencana semula, sedangkan penggunaan anggaran
disebut efektif bila dengan anggaran tersebut tujuan pendidikan yang telah direncanakan
semula bisa dicapai dengan kuantitas dan kualitas yang sama atau melebihi dari yang
direncanakan (dalam Pidarta, 2007:272) Andai 81.1 persen sisa anggaran pendidikan
(dari Rp 55,6 triliun) bisa digunakan secara efektif dan efisien, maka persoalan-persoalan
yang dihadapi masyarakat selama ini bisa diminimalisir, bahkan mungkin tidak akan
terjadi
9
E. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Anggaran Pendidikan
Faktor-faktor yang mempengaruhi biaya dan pembiayaan pendidikan sekolah hal ini
dipengaruhi oleh:
1. Kenaikan harga (rising prices)
2. Perubahan relatif dalam gaji guru (teacher's sallaries)
3. Perubahan dalam populasi dan kenaikannya prosentasi anak disekolah negen
4. Meningkatnya standard pendidikan (educational standards)
5. Meningkatnya usia anak yang meninggalkan sekolah
6. Meningkatnya tuntutan terhadap pendidikan lebih tinggi (higher education)
10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perkembangan dunia di era globalisasi im memang banyak menuntut
perubahan ke sistem pendidikan nasional yang lebih baik serta mampu bersaing
secara sehai dalam segala bidang Salah satu cara yang harus di lakukan bangsa
Indonesia agar tidak semakin ketinggalan dengan negara-negara lain adalah dengan
meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu.
Pemerintah sebagai pihak yang paling hertanggung jawab dalam hal ini
sebenarnya sudah ikat memikirkan dan memberikan solusi dari setiap problematika
pendidikan, hal ini terlihat dari anggaran pendidikan dalam Anggaran dan
Pendapatan Belanja Negara sudah terjadi kenaikan anggaran dan tahun ke tahun,
namun diharapkan pemerintah dan burokrasi pendidikan benar benar optimal dalam
menyalurkan dana yang sudah dianggarkan dan dana yang sudah dibenkan
pemerintah hisa benar-benar sampai pada masyarakat yang membutuhkan secara
sepenuhnya, sembari kita senti berharap 20 persen anggaran pendidikan terus
mengalami kenaikan masyarakat juga menanti agar hamkran pendidikan segera
membenahi diri Kementerian Pendidikan Nasional harus secepatnya mengevaluasi
kinerja dius manajemen anggarannya.
Hal ini kita butuhkan segera demi peningkatkan efektivitas kinerja birokrasi
pendidikan. untuk menyerap anggaran, demi tersedianya akses pendidikan publik
yang merata dan bermutu. Cukuplah kelalaian pengelolaan seperti ini, sebab sudah
terlalu lama bak masyarakat atas pendidikan itu dikorbankan. Dengan meningkatnya
kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir akan semakin hak
mutunya dan akan mampu membawa bangsa im bersaing secara sehat dalam segala
bidang di dunia internasional
B. Saran
Demikianlah makalah ini kami buat, semoga apa yang telah disajikan akan
memberikan ilmu dan informasi. Selanjutnya demi kesempurnaan makalah ini kami
memohon saran dan kritik guna memperbaiki dikemudian hari.
11
DAFTAR PUSTAKA
Dedi Supriadi 2004, Satuan Biaya Pendidikan Dasar dan Menengah, Bandung :
Remaja Rosdakarya.
Tim Pengelola BOS. 2009. Buku Panduan Bantuan Operasional Sekolah, Depdiknas
: Dirjen Dikdasmen.
Anwar, M1 1991. Biaya Pendidikan dan Metode Penetapan Biaya Pendidikan
Mimbar Pendidikan,No I Tahun x, 1991 : 28-33.
Fattah, N 2000. Ekonomi dan Pembiayaan Pendidikan. Remaja Rosdakarya :
Bandung.
Horngren, P 1993. Pengantar Akutansi Manajemen Edisi 6 Jakarta : Erlangga.
12