”Yang bersangkutan ditangkap Tim Resmob Polda Bali pada Jumat (4/9) di
TKP PT Trimitra Anugrah Segara Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Kemudian yang bersangkutan dibawa ke Kantor Kanwil Denpasar untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” kata Direskrimum Polda Bali
Kombespl Dodi Rahmawan seperti dilansir dari Antara di Denpasar.
Dia menjelaskan, Michael Tirta diduga kuat telah melakukan tindak pidana
di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 ayat (1) huruf
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. Michael merupakan DPO
Mabes Polri, dengan Nomor DPO/01/VIII/2020/Bareskrim tanggal 14
Agustus 2020.
”Lalu Ricky Dwicahyono menghubungi Michael Tirta (DPO) dan Michael ini
menyatakan bahwa dia sanggup menyediakan faktur pajak dengan
tarif sekitar 23 persen sampai 25 persen dari jumlah PPN yang tercantum
dalam masing-masing faktur pajak. Untuk pembelian minyak kelapa dari
Eng Ho tidak disertai faktur pajak sejak SPT Masa PPN pada 2009, 2010,
dan 2011. Namun itu malah dibuat Michael Tirta,” jelas Dodi.
Awalnya, Tim Resmob Polda Bali telah mengumpulkan baket dan profiling
target DPO Michael Tirta. Kemudian mendapatkan informasi kalau
aktivitasnya berada di sekitar Perumahan Gatsu Permai Blok 16 Denpasar,
Bali. Selanjutnya, pada 3 September telah dilakukan penyelidikan. Namun,
pukul 16.43 Wita, Michael Tirta diketahui bergeser ke arah Gerokgak,
Kabupaten Buleleng. Pada Jumat (4/9) pukul 01.30 wita Michael Tirta
ditangkap di PT Trimitra Anugrah Segara miliknya.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada persidangan secara online yang
diketuai oleh Majelis Hakim Yosdi, pada Rabu tanggal 5 Agustus 2020 telah
menjatuhkan vonis 5 tahun 6 bulan penjara kepada RW, Direktur Operasional PT DC.
Hakim juga memnghukum RW dengan denda Rp 20.5 miliar, yaitu dua kali jumlah
kerugian negara, subsider kurungan 6 bulan penjara. Majelis hakim menjerat terdakwa
RW, Direktur Operasional PT DC dalam perkara tindak pidana di bidang perpajakan dan
tindak pidana pencucian uang.
Perbuatan pidana perpajakan dilakukan terdakwa pada kurun waktu 2010 sampai
dengan 2012 adalah dengan cara menggunakan faktur pajak tidak sah, untuk
mengecilkan jumlah pajak pertambahan nilai (PPN) terutang yang harus disetorkan oleh
PT DC ke kas negara dan dilaporkan ke kantor pelayanan pajak.
Beberapa pelaku terkait kasus tersebut telah dijatuhi hukuman di Pengadilan Negeri
Jakarta Utara a.n YN, HW dan HW.
Sedangkan mantan Direktur Utama PT DC dengan inisial MS, akan segera menjalani
persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dengan pasal yang disangkakan
“menyampaikan SPT yang isinya tidak benar”.
Dengan penegakan hukum yang dilakukan DJP terhadap para pelaku tindak pidana
perpajakan dan pencucian uang, diharapkan dapat memulihkan kerugian pada
pendapatan negara dan memberikan efek gentar (deterrent effect) agar tidak ada wajib
pajak lainnya yang akan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan.