Anda di halaman 1dari 6

KASUS HUKUM PAJAK

JAKARTA, KOMPAS.com - Direktorat Jenderal Pajak Kementerian


Keuangan (DJP Kemenkeu) memenangkan kasus pidana perpajakan
terhadap, RW, Direktur Operasional PT DC, wajib pajak yang curang
dalam membayar Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Melalui sidang secara
online pada 5 Agustus 2020, Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan yang diketuai Yosdi SH menjatuhkan vonis 5 tahun 6 bulan
penjara dan denda Rp 20,5 miliar, yaitu dua kali jumlah kerugian negara,
kepada RW atas perkara tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak
pidana pencucian uang. Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan
Masyarakat DJP Hestu Yoga Saksama menjelaskan, perbuatan pidana
perpajakan dilakukan terdakwa pada kurun waktu 2010-2012 dengan cara
menggunakan faktur pajak tidak sah.   Baca juga: Palsukan Faktur Pajak,
Perusahaan Ini Berpotensi Rugikan Negara Rp 9 Miliar Tujuannya untuk
mengecilkan jumlah pajak pertambahan nilai terutang yang harus
disetorkan ke kas negara dan dilaporkan ke kantor pelayanan pajak.
"Sebelum didakwa, RW pernah melakukan upaya hukum praperadilan
karena merasa diperlakukan diskriminatif atas penetapan tersangkanya,
tetapi praperadilan tersebut ditolak oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta," jelasnya dalam keterangan resmi, Jumat (7/8/2020). Selain itu,
terdakwa juga pernah mengajukan Nota Protes dengan
mempermasalahkan perlakuan aparat pajak saat terjadi tindakan
penyanderaan (gijzeling) pada tahun 2017. DJP pun menegaskan,
penyanderaan yang dilakukan terhadap terdakwa tidak terkait dengan
kasus tindak pidana di bidang perpajakan, maupun tindak pidana
pencucian uang yang disangkakan kepada yang bersangkutan. Baca juga:
Gara-gara Faktur Pajak Palsu, Negara Rugi Miliaran Rupiah Atas tindakan
penyanderaan tersebut terdakwa telah mengajukan gugatan perdata ke
Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, yang pada akhirnya Majelis Hakim
memberikan putusan bahwa atas gugatan tersebut ditolak. Kasus
penggunaan faktur pajak tidak sah oleh pengurus PT DC merupakan
rangkaian kasus lama yang sebelumnya telah ditangani oleh Direktorat
Penegakan Hukum DJP. Beberapa pelaku terkait kasus tersebut telah
dijatuhi hukuman di Pengadilan Negeri Jakarta Utara a.n YN, HW, dan
HW.   Sedangkan mantan Direktur Utama PT DC dengan inisial MS, akan
segera menjalani persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan,
dengan pasal yang disangkakan 'menyampaikan SPT yang isinya tidak
benar'. Hestu mengatakan, DJP akan terus meningkatkan pengawasan
baik melalui peningkatan sistem informasi internal, pengawasan eksternal,
serta berkoordinasi dengan berbagai pihak guna mencegah kejahatan
kejahatan perpajakan. Selain dari itu, DJP terus melakukan penegakan
hukum termasuk penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan yang
kemudian dikembangkan dengan penyidikan tindak pidana pencucian
uang. "Dengan penegakan hukum yang dilakukan DJP terhadap para
pelaku tindak pidana perpajakan dan pencucian uang, diharapkan dapat
memulihkan kerugian pada pendapatan negara dan memberikan efek
gentar (deterrent effect) agar tidak ada wajib pajak lainnya yang akan
melakukan tindak pidana di bidang perpajakan," kata Hestu.
JawaPos.com–Tim IT Resmob Ditreskrimum Polda Bali menangkap
seorang DPO kasus perpajakan bernama Ignatius Michael alias Michael
Tirta di Desa Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Michael Tirta ditangkap
karena telah merugikan negara sebesar Rp 14 miliar.

”Yang bersangkutan ditangkap Tim Resmob Polda Bali pada Jumat (4/9) di
TKP PT Trimitra Anugrah Segara Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Kemudian yang bersangkutan dibawa ke Kantor Kanwil Denpasar untuk
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut,” kata Direskrimum Polda Bali
Kombespl Dodi Rahmawan seperti dilansir dari Antara di Denpasar.

Dia menjelaskan, Michael Tirta diduga kuat telah melakukan tindak pidana
di bidang perpajakan sebagaimana dimaksud dalam pasal 39 ayat (1) huruf
i Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum Dan
Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009. Michael merupakan DPO
Mabes Polri, dengan Nomor DPO/01/VIII/2020/Bareskrim tanggal 14
Agustus 2020.

Menurut Dodi, seorang bernama Ricky Dwicahyono yang sebelumnya


sudah ditetapkan sebagai tersangka dihubungi Andri Widiastuti, karyawan
PT Mangga Dua. Maksudnya untuk membantu menyediakan faktur pajak
untuk PT Mangga Dua.

”Lalu Ricky Dwicahyono menghubungi Michael Tirta (DPO) dan Michael ini
menyatakan bahwa dia sanggup menyediakan faktur pajak dengan
tarif sekitar 23 persen sampai 25 persen dari jumlah PPN yang tercantum
dalam masing-masing faktur pajak. Untuk pembelian minyak kelapa dari
Eng Ho tidak disertai faktur pajak sejak SPT Masa PPN pada 2009, 2010,
dan 2011. Namun itu malah dibuat Michael Tirta,” jelas Dodi.

Berdasar hasil penyelidikan, jumlah kerugian negara akibat kejadian itu


mencapai Rp 14 miliar.

Awalnya, Tim Resmob Polda Bali telah mengumpulkan baket dan profiling
target DPO Michael Tirta. Kemudian mendapatkan informasi kalau
aktivitasnya berada di sekitar Perumahan Gatsu Permai Blok 16 Denpasar,
Bali. Selanjutnya, pada 3 September telah dilakukan penyelidikan. Namun,
pukul 16.43 Wita, Michael Tirta diketahui bergeser ke arah Gerokgak,
Kabupaten Buleleng. Pada Jumat (4/9) pukul 01.30 wita Michael Tirta
ditangkap di PT Trimitra Anugrah Segara miliknya.

Bisnis.com, JAKARTA - Kanwil Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa


Barat III mengambil tindakan hukum terhadap penerbit faktur pajak tidak
berdasarkan transaksi sebenarnya (TBTS) atau palsu senilai Rp45,09
miliar.

Atas perbuatannya, pelaku berinisial AP divonis hukuman penjara 3 tahun


6 bulan dan denda sebesar 2 kali lipat dari jumlah faktur yang dipalsukan.

Majelis Hakim juga memerintahkan penyitaan atas aset milik AP karena


AP selaku terpidana tidak memiliki dana yang mencukupi untuk melunasi
denda yang sebesar Rp90 miliar. Selain penyitaan aset, hukuman kurungan
juga ditambah selama 5 bulan.

Baca Juga : Kasus Penipuan Mengutip Nama Bea dan Cukai


Meningkat Tajam

Kepala Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelejen dan Penyidikan Kanwil


DJP Jawa Barat III Saefudin mengatakan bahwa AP telah menerbitkan
faktur pajak palsu melalui PT KCE.

"Tindakan terpidana tersebut telah mengakibatkan kerugian pada


pendapatan negara sebesar Rp 45 miliar dari tahun 2018 sampai dengan
2019, terpidana juga merupakan residivis atas kasus serupa," kata Saefudin
dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Rabu (4/2/2020).
Dia menghimbau kepada penerbit maupun pengguna fatur pajak palsu
untuk melakukan pembetulan SPT atau melakukan pengungkapan
ketidakbenaran sesuai dengan yang diatur dalam ketentuan perpajakan.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktorat Jenderal Pajak boleh lega hati karena


memenangkan kasus pidana perpajakan melawan wajib pajak nakal.

Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada persidangan secara online yang
diketuai oleh Majelis Hakim Yosdi, pada Rabu tanggal 5 Agustus 2020 telah
menjatuhkan vonis 5 tahun 6 bulan penjara kepada RW, Direktur Operasional PT DC. 

Hakim juga memnghukum RW dengan denda Rp 20.5 miliar, yaitu dua kali jumlah
kerugian negara, subsider kurungan 6 bulan penjara. Majelis hakim menjerat terdakwa
RW, Direktur Operasional PT DC dalam perkara tindak pidana di bidang perpajakan dan
tindak pidana pencucian uang.

Perbuatan pidana perpajakan dilakukan terdakwa pada kurun waktu 2010 sampai
dengan 2012 adalah dengan cara menggunakan faktur pajak tidak sah, untuk
mengecilkan jumlah pajak pertambahan nilai (PPN) terutang yang harus disetorkan oleh
PT DC ke kas negara dan dilaporkan ke kantor pelayanan pajak.

Sebelum didakwa, RW pernah melakukan upaya hukum praperadilan karena merasa


diperlakukan diskriminatif atas penetapan dirinya sebagai tersangka. Tetapi upaya
perlawanan dengan praperadilan tersebut ditolak oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Jakarta.

Terdakwa juga pernah mengajukan Nota Protes dengan mempermasalahkan perlakuan


aparat pajak saat terjadi tindakan penyanderaan (gijzeling) pada tahun 2017. 

Direktorat Jenderal Pajak telah menegaskan bahwa penyanderaan tersebut dilakukan


terhadap terdakwa tidak terkait dengan kasus tindak pidana di bidang perpajakan
maupun tindak pidana pencucian uang yang disangkakan kepada yang bersangkutan. 

Atas tindakan penyanderaan tersebut terdakwa telah mengajukan gugatan perdata ke


Pengadilan Negeri Jakarta Selatan dan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan memberikan putusan bahwa atas gugatan tersebut ditolak.
Kasus penggunaan faktur pajak tidak sah oleh pengurus PT DC merupakan rangkaian
kasus lama yang sebelumnya telah ditangani oleh Direktorat Penegakan Hukum DJP. 

Beberapa pelaku terkait kasus tersebut telah dijatuhi hukuman di Pengadilan Negeri
Jakarta Utara a.n YN, HW dan HW.

Sedangkan mantan Direktur Utama PT DC dengan inisial MS, akan segera menjalani
persidangan di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, dengan pasal yang disangkakan
“menyampaikan SPT yang isinya tidak benar”.

DJP terus meningkatkan pengawasan baik melalui peningkatan sistem informasi


internal, pengawasan eksternal, serta berkoordinasi dengan berbagai pihak guna
mencegah kejahatan kejahatan perpajakan. Selain dari itu, DJP terus melakukan
penegakan hukum termasuk penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan yang
kemudian dikembangkan dengan penyidikan tindak pidana pencucian uang Nomor: SP-
34/2020.

Dengan penegakan hukum yang dilakukan DJP terhadap para pelaku tindak pidana
perpajakan dan pencucian uang, diharapkan dapat memulihkan kerugian pada
pendapatan negara dan memberikan efek gentar (deterrent effect) agar tidak ada wajib
pajak lainnya yang akan melakukan tindak pidana di bidang perpajakan. 

Anda mungkin juga menyukai