Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TELAAH KEBIJAKAN SUPERVISI PENDIDIKAN DI INDONESIA


(UU NO. 14 TAHUN 2005, PP NO. 19 TAHUN 2005 DAN
PENGGANTINYA)

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Supervisi Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Fatah Syukur, M.Ag.

Disusun oleh:
Indah Siti Romadhonah
(2203038007)

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2022

i
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang ...............................................................................................1

B. Rumusan Masalah .........................................................................................3

C. Tujuan ...........................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................4

A. Latar Belakang Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang Berkaitan


Dengan Supervisi Pendidikan ............................................................................. 4
B. Landasan Hukum dalam Supervisi Pendidikan .............................................. 10

BAB III PENUTUP .............................................................................................18

Kesimpulan ...........................................................................................................18

Daftar Pustaka .......................................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hak untuk semua orang, tanpa memandang
kelas sosial, ras, keyakinan, pilihan politik, maupun perbedaan fisik dan
mental. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31
ayat (1) yang menyatakan bahwa “Setiap warga negara berhak untuk
memperoleh kesempatan pendidikan yang sama”.1 Pedidikan adalah suatu hal
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Upaya peningkatan mutu
pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah. Diantaranya dengan memberikan
pelatihan kepada pendidik dan tenaga kependidikan, pengembangan dan
perbaikan kurikulum, pengadaan sumber-sumber belajar, perbaikan sarana dan
prasarana pendidikan sampai pada pelaksaan supervisi pendidikan.2 Undang-
undang tentang sistem pendidikan nasional nomor 20 tahun 2003 terdiri dari
22 Bab dan 77 pasal, perubahan dasar yang dibawa adalah demokratisasi dan
desentralisasi pendidikan, peran serta masyarakat, tantangan globalisasi
kesetaraan dan keseimbangan, jalur pendidikan dan peserta didik.3
Pentingnya supervisi pendidikan dikarenakan: (1) Perkembangan
menuju modernisasi yang tidak mungkin untuk diabaikan dan telah menjadi
keniscayaan. Sebuah perkembangan condong kepada kemajuan, yang
mengakibatkan persaingan bahkan juga perebutan. Kemajuan ini mendorong
agar meningkatkan mutu pendidikan untuk memasuki persaingan/kompetisi
global. Guna meningkatkan pendidikan yang bermutu membutuhkan sebuah
penjamin mutu. Sumber mutu pendidikan adalah proses pembelajaran, oleh
karena itu dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang bermutu. Pelaksanaan

1
Ajat Rukajat, Manajemen Pembelajaran, (Sleman: Deepublish, 2018), 1.
2
Ibnu Chudzaifah, “Supervisi Pendidikan Islam: Telaah Model Pengawasan Madrasah di
Kota Sorong”, Alfikr: Jurnal Pendidikan Islam 5(2019): 18.
3
Sijar, Profesi Pendidikan: Tinjauan Teoritik Manajemen Pengembangan Profesionalisme
Guru, (Bekasi: PT Kimshafi Alung Cipta dan Penulis, 2022), 11.

1
pembelajaran yang bermutu dibutuhkan suatu pengendalian dan pengawasan,
hal tersebut dilakukan dengan aktivitas supervisi pendidikan. (2) Perubahan
kurikulum. Pasca supervisi pendidikan masuk pada kurikulum pendidikan di
sekolah-sekolah dan perguruan tinggi, ternyata kurikulum itu senantiasa
berkembang/berubah. Hal ini menjadi suatu tantangan/hambatan bagi
peningkatan mutu pendidikan itu sendiri, terlebih lagi tidak terprogram dengan
saksama perubahan kurikulum tersebut. Dengan ini memperlihatkan akan
pentingnya supervisi pendidikan.4
Landasan hukum pendidikan adalah seperangkat perundang-undangan
dan peraturan yang menjadi pedoman pokok dalam melaksanakan sistem
pendidikan di Indonesia. Peraturan satu dan lainnya semestinya saling
melengkapi.5 Pelaku yang terlibat dalam proses pendidikan adalah guru atau
pengajar dengan murid sebagai yang menerima pembelajaran, ilmu atau materi
yang diajarkan sebagai pokok pada pembahasan kemudian metode
pembelajaran sebagai media dalam menyampaikan kepada murid. Guru atau
pengajar merupakan motor penggerak keberhasilan dalam dunia pendidikan.6
Guru dan dosen sebagai salah satu bagian dari sebuah pendidikan yang sangat
penting dikarenakan mereka adalah sumberdaya aktif, sedangkan bagian lain
seperti kurikulum, dana, sarana dan prasarana bersifat pasif. Tanpa keterlibatan
jasa guru dan dosen (pikiran, sikap, integritas, dan sebagainya) bagian lainnya
tidak ada artinya. Akan tetapi, dalam pandangan masyarakat khususnya
perkotaan, atau wilayah yang sudah mengalami kemajuan ekonomi pekerjaan
guru yang dilihat dari suduh pandang ekonomi dianggap tidak menjanjikan
masa depan. Sedangkan di pedesaan yang tingkat kecerdasan rata-rata
masyarakat masih rendah guru dihormati, akan tetapi hal ini juga bisa dianggap

4
Gufron Abdullah, & A.Y. Soegeng, Supervisi Pendidikan, (Bantul: Magnun Pustaka
Utama, 2020), 2-3.
5
Rahmat Hidayat, & Abdillah, Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan Aplikasinya”,
(Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia, 2019), 41.
6
Zulqarnain dkk., Psikologi Pendidikan, (Sleman: Deepublish, 2022), 7.

2
biasa ketika ada masyarakat yang menjadi pejabat atau memiliki penghasilan
yang lebih tinggi.7
Proses usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional,
pemerintah khususnya melalui Kemendikbud yang sekarang dikenal dengan
nama Kemendikbudristek terus menerus berupaya melakukan berbagai
pembaharuan dan perubahan sistem pendidikan nasional. Salah satu upaya
yang sudah dan sedang dilakukan yakni yang berhubungan dengan faktor guru.
Lahirnya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen dan PP No. 19 tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, pada dasarnya sebagai kebijakan
pemerintah yang memuat usaha untuk menata dan memperbaiki mutu guru di
Indonesia.8 Berdasarkan pemaparan di atas, perlu kiranya untuk mengetahui
dan menelaah peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan seputar
pendidikan nasional dengan judul makalah “Telaah Kebijakan Supervisi
Pendidikan di Indonesia (UU No.14 Tahun 2005, PP No. 19 Tahun 2005 dan
penggantinya)”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang dan isi pokok undang-undang dan peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan supervisi pendidikan?
2. Bagaimana landasan hukum dalam supervisi pendidikan?

C. Tujuan
1. Mengetahui latar belakang dan isi pokok undang-undang dan peraturan
pemerintah yang berkaitan dengan supervisi pendidikan.
2. Mengetahui dan menelaah landasan hukum dalam supervisi pendidikan.

7
Mintarsih Danumiharja, Profesi Tenaga Kependidikan, (Yogyakarta: Deepublish, 2014),
15.
8
Daryano, & Tutik Rachmawati, pengantar penulis, Supervisi Pembelajaran Inspeksi
Meliputi: Controlling, Correcting, Judging, Directing, Demonstration, (Yogyakarta: Gava Media,
2015), v.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dan Isi Pokok Undang-Undang dan Peraturan


Pemerintah yang Berkaitan Dengan Supervisi Pendidikan
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
Kesungguhan pemerintah dalam melahirkan kebijakan dengan
tujuan peningkatan kualitas pendidikan di negara ini sudah terealisasi,
dapat dilihat dari dilegalkannya Undang-undang No. 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen. Dalam Undang-undang tersebut berisi tentang
fungsi, peran dan kedudukan strategis Guru dan Dosen dalam
pembangunan nasional. Sehingga guru dan dosen memiliki nilai profesi
yang bermartabat. Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Dasar 1945 Pasal 31 ayat (3) yang berbunyi: "Pemerintah mengusahakan
dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa”. Undang-Undang Guru dan Dosen lahir
dengan tujuan untuk memperbaiki pendidikan nasional, secara kualitas dan
kuantitas, kemudian supaya sumber daya manusia Indonesia dapat lebih
kreatif, produktif, inovatif, beriman, serta mempunyai ilmu pengetahuan
yang luas demi memajukan kesejahteraan seluruh bangsa. Perbaikan mutu
pendidikan nasional yang dimaksud melingkupi Sistem Pendidikan
Nasional, Kualifikasi serta Kompetensi Guru dan Dosen, Standar
Kurikulum yang digunakan, serta hal lainnya.9
Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen
10
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Kompetensi guru
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik,

9
Sholikah, “Analisis Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
(Sebuah Kajian Kritis)”, Akademika 1(2017): 1-2.
10
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Pasal 1, Ayat (10).

4
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional
yang diperoleh melalui pendidikan profesi. 11 Kompetensi pedagodik
adalah ilmu untuk membimbing anak dengan dasaran kasih sayang dan
dikembangkan dengan ilmu yang sesuai dengan perkembangan menuju
kedewasaan anak. 12 Kompetensi kepribadian adalah kapasitas individu
yang stabil, mantap, dewasa, berwibawa, arif, berakhlak mulia yang
menjadi panutan bagi muridnya. Kompetensi sosial adalah kapabilitas guru
untuk berinteraksi dan berkomunikasi secara efektif dan efisien dengan
murid, sesama guru, orang tua/wali murid, dan masyarakat sekitar.
Kompetensi profesional merupakan kemampuan mendalami materi
pembelajaran secara luas dan mendalam.13
2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005, tentang Standar
Nasional Pendidikan adalah pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 20
tahun 2003, tentang sistem Pendidikan Nasional. Penetapan PP No. 19
tahun 2005 ini memberikan isyarat bahwa pentingnya standar pada masalah
pendidikan yang bisa digunakan sebagai rujukan bagi siapapun yang
memiliki kepentingan terhadap pendidikan di Indonesia. Selain itu PP ini
mengatur dan menentukan berbagai standar dalam pendidikan yang bisa
dijadikan pedoman ataupun pelaksanaan pendidikan di Indonesia. Standar
Nasional Pendidikan ini diatur supaya bisa digunakan sebagai kriteria
minimal berkaitan dengan sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Fungsi dari standar nasional
pendidikan adalah dasar dari perencaan, pelaksanaan, dan pengawasan
pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Tujuan dari standar nasional pendidikan adalah untuk menjamin mutu dari
pendidikan nasional dalam rangka untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

11
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Pasal 10, Ayat (1).
12
Aan Komariah, & Dedy Achmad Kurniady, Kepemimpinan Abad ke-21, (Depok: PT
Rajagrafindo Persada, 2022), 49.
13
Hasan Baharun, “Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala
Madrasah”, At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah 6(2017): 12.

5
dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam
Pasal 1 ayat (17) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005 dinyatakan
bahwa lingkup dari Standar Pendidikan Nasional meliputi 8 standar, yaitu:
standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik
dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar
pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.14
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Perubahan ini berdasarkan pertimbangan bahwa
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan perlu untuk disesuaikan dengan dinamika perkembangan
masyarakat, lokal, nasional, dan global untuk melahirkan fungsi dan tujuan
pendidikan nasional, serta perlunya komitmen nasional untuk peningkatan
mutu dan daya saing bangsa. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
ini memandang perubahan-perubahan yang dilakukan berhubungan dengan
kurikulum dan key area pembelajaran (standar kompetensi lulusan, standar
isi, standar proses, dan standar penilaian). Standar pendidik dan tenaga
kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan
standar pembiayaan secara esensinya tidak banyak perubahan signifikan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 ini bahwa Standar
Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah barometer mengenai
pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan
dalam jabatan. Pemaparan ringkasnya adalah pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat
jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.15

14
Nana, Evaluasi Pembelajaran Fisika, (Klaten: Lakeisha, 2021), 14-15.
15
Luh De Liska, “Analisis Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar Nasional Pendidikan di Tinjau Dari
Cipp (Contexs, Input, Process, Product)”, Stilistetika III(2014): 36-37.

6
Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Standar Nasional Pendidikan bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdasakan kehidupan bangsa dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Dalam peraturan ini telah
diatur bagaimana kriteria minimum dalam penyelenggaraan pendidikan.16
4. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015
Diambil dari bagian penjelasan umum di Peraturan Pemerintah
Nomoe 13 Tahun 2005 bahwa: Ketentuan Standar Nasional Pendidikan
yang diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, telah
diubah pertama kali terkait penyempuranaan kurikulum, yaitu dengan
terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan. Perubahan kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 perlu dilakukan karena ketentuan yang terkait dengan Ujian
Nasional, kurikulum pendidikan anak usia dini, dan akreditasi memerlukan
penyesuaian atas berbagai tantangan baru.
Perubahan kebijakan mengenai Ujian nasional, Pemerintah
memandang perlu untuk melakukan evaluasi berskala nasional yang dapat
memantau dan memetakan tingkat pencapaian kompetensi peserta didik
sebagaimana ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan yang
berfungsi sebagai salah satu sarana penjaminan dan penignkatan mutu
penyelenggaraan pendidikan. Dalam upaya menyempurnakan kualitas
pelaksanaannya perlu memperhatikan data hasil belajar siswa yang
dihimpun yang mencerminkan kondisi pendidikan dari waktu ke waktu
sehingga lebih membantu menentukan langkah-langkah perbaikan mutu
sebagaimana mestinya. Peraturan Pemerintah ini mengubah ketentuan hasil
Ujian nasional yang semula sebagai salah satu syarat kelulusan menjadi
bukan salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan.

16
Abdul Hafit, “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang
Standar Nasional Pendidikan di SMA Negeri 1 Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara”, eJournal
Ilmu Pemerintahan 3(2015): 286.

7
Perubahan mengenai kurikulum pendidikan anak usia dini dilakukan
melalui penyelenggaraan pendidikan anak usia dini yang dibangun melalui
kesatuan substansi kurikulum antara pendidikan anak usia dini di jalur
formal, nonformal, dan informal karena memiliki tujuan yang sama.
Perubahan terkait dengan akreditasi yang dilaksanakan oleh BAN
PAUD dan PNF perlu memperhatikan penyelenggaraan pendidikan anak
usia dini. Badan Akreditasi Nasional perlu melibatkan peran pemerintah
daerah dalam pelaksanaan akreditasi untuk pendidikan anak usia dini,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu untuk
diadakan penyempurnaan dalam Peraturan Pemerintah tentang Perubahan
Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.17
5. Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 tahun 2021
tentang Standar Pendidikan Nasional merupakan aturan pelaksana atas
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional. Regulasi tentang Standar Nasional Pendidikan pada mulanya
diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 kemudian
mengalami perubahan dan terakhir adalah Peraturan Pemerintah Nomor 13
Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Berdasarkan
peraturan sebelumnya dirasa belum mampu memenuhi kebutuhan sistem
pendidikan pada saat sekarang, sehingga adanya pergantian dengan
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 tentang
Standar Pendidikan Nasional.18

17
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015, Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Sandar Nasional Pendidikan, Penjelasan Bagian
Umum.
18
Muhammad Zainuddin dkk, “Rekonstruksi Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
Tentang Standar Pendidikan Nasional”, J-PeHI: Jurnal Penelitian Hukum Indonesia 02(2021): 69-
70.

8
6. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022
Dalam penjelasan umum Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
2022 menyatakan bahwa: Dalam penyelenggaraan Pendidikan, Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
menyebutkan bahwa: huruf a Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila,
Undang-Undang Dasar negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara
Kesatuan republik Indonesia, dan Bhinneka Tunggal Ika;
Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional tersebut memandatkan bahwa Pancasila tidak
hanya menjadi salah satu landasan dalam penyelenggaraan Pendidikan,
tetapi secara konkrit juga perlu terintegrasi dalam komponen
penyelenggaraan Pendidikan yaitu kurikulum. Selain itu, secara khusus:
huruf a muatan kurikulum dan standar Pendidikan bagi Jenjang Pendidikan
tinggi sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun
2021 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dan
dilaksanakan sesuai dengan undang-undang yang mengatur mengenai
pendidikan tinggi; dan huruf b agar tercapai cita-cita pendidikan nasional
secara berkesinambungan serta menjamin kepastian hukum, perlu upaya
pengembangan, pemantauan, dan pelaporan pencapaian standar nasional
pendidikan secara nasional, yang dilaksanakan oleh suatu badan
standardisasi, pemjaminan, dan pengendalian mutu pendidikan, serta
keselarasan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan lain terkait
dengan bidang pendidikan.
Mempertimbangkan hal tersebut maka Peraturan Pemerintah Nomor
57 tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan dirasakan penting
untuk disempurnakan dalam Peraturan Pemerintah tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional
Pendidikan.19

19
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022, Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Penjelasan Bagian
Umum.

9
B. Landasan Hukum Dalam Supervisi Pendidikan
1. Tugas Keprofesionalan Guru dan Dosen
Kualitas sumber daya manusia dalam melaksanakan proses
pendidikan merupakan “roh” dari sekolah. Adanya SDM ini yang
menggerakkan sistem kurikulum dan sarana prasarana lainnya (hord
property) sehingga terselengganya layanan pendidikan. Dalam proses
pembelajaran guru sebagai motivator dan fasilitator untuk siswa dalam
mengembangkan potensi siswa secara optimal dengan memanfaatkan
semua sarana yang ada dan proses pembelajaran yang kondusif. Oleh
karena itu upgrade atau peningkatan kemampuan profesional guru menjadi
hal yang tidak boleh diabaikan. 20 Membangun proses belajar mengajar
yang efektif dan menyenangkan perlu untuk terus dikembangkan oleh
setiap guru, dengan menyesuaikan perkembangan yang ada, sehingga
minat untuk belajar siswa juga meningkat.
Sebagaimana yang tercantum dalam UU Nomor 14 tahun 2005
tentang Guru dan Dosen, pada ketentuan umum yang menjelaskan guru dan
dosen ini sudah dapat menggambarkan akan tugas guru dan dosen sebagai
pendidik. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 1 bahwa “Guru adalah
pendidik profesional dengan tugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah”. Selanjutnya ayat 2 bahwa “Dosen adalah pendidik
profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan,
mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat”.21
Pada Bab IV Guru Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Pasal 20
“Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berkewajiban” huruf a
“Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang

20
David Wijaya, Manajemen Pendidikan, (Yogyakarta: Media Pengetahuan, 2017), 1-2.
21
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Pasal 1, Ayat (1-2).

10
bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil dari pembelajaran”. 22
Kemudian Bab V Dosen Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Pasal 60
“Dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, dosen berkewajiban” huruf
b “Merencanakan, melaksanakan proses pembelajaran, serta menilai dan
mengevaluasi hasil dari pembelajaran”.23 Sebagai sumber daya yang secara
langsung berinteraksi dengan peserta didik, guru dan dosen dalam
menjalankan tugas keprofesionalannya berkewajiban untuk membuat
perencanaan proses pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan yang telah direncanakan, memberikan nilai dan
mengevaluasi hasil dari pembelajaran.
2. Pengertian Pengawas dan Pokjawas
Pegawas pendidikan selaku yang bertanggungjawab untuk
memantau berjalannya kegiatan pembelajaran pada lembaga pendidikan.
Menurut Peraturan Menteri Agama No. 2 Tahun 2012 tentang pengawas
madrasah dan pengawas pendidikan agama Islam Pasal 1 ayat 3 di
Indonesia ada dua jenis pengawas, yaitu pengawas madrasah dan pengawas
pendidikan agama Islam. dengan batasan sebagai berikut:
a) Pengawas pendidikan guru agama adalah guru yang statusnya pegawai
negeri sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas yang
memiliki tugas dan tanggung jawab serta wewenang untuk
melaksanakan pengawasan dalam penyelenggaraan pendidikan agama
Islam pada sekolah.
b) Pengawas madrasah yaitu guru yang memiliki status pegawai negeri
sipil yang diangkat dalam jabatan fungsional pengawas dalam satuan
pendidikan agama Islam yang memiliki tugas dan tanggung jawab serta
wewenang melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial.
c) Kelompok kerja pengawas yang disingkat Pokjawas adalah suatu
wadah aktivitas pembinaan profesi untuk meningkatkan kerja sama dan

22
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Pasal 20, Point (a).
23
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, Pasal 60, Point (b).

11
koordinasi antar pengawas dan koordinasi fungsional antar pengawas
di lingkungan kementerian agama.24
3. Kriteria Pengawas Pendidikan
Proses untuk meningkatkan mutu pendidikan diperlukan adanya
standar yang dijadikan pedoman oleh lembaga pendidikan. Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
Bab IV Standar Proses Pasal 19 Ayat (3) “Setiap satuan pendidikan
melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses
pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.25
Dalam meningkatkan mutu pendidikan, peran pengawas pendidikan
sebagai sumber daya yang memantau berjalannya proses pendidikan tidak
dapat diabaikan, pendidikan formal pengawas pendidikan dilakukan oleh
pengawas satuan pendidikan, kemudian untuk pendidikan nonformal
dilakukan oleh penilik satuan pendidikan. Adapun kriteria pengawas
pendidikan formal tercantum dalam Bab VI Standar Pendidikan dan
Tenaga Kependidikan Bagian Kedua Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat
(2) “Kriteria minimal untuk menjadi pengawas satuan pendidikan meliputi:
a. Berstatus sebagai guru sekurang-kurangnya 8 (delapan) tahun atau
kepala sekolah sekurang-kurangnya 4 (empat) tahun pada jenjang
pendidikan yang sesuai dengan satuan pendidikan yang diawasi; b.
memiliki sertifikat pendidikan fungsional sebagai pengawas satuan
pendidikan; c. lulus seleksi sebagai pengawas satuan pendidikan”.26
Dilanjutkan dengan kriteria pengawas pada pendidikan nonformal
yang dilakukan oleh penilik tercantum pada bab dan bagian yang sama,
Pasal 40 Ayat (2) “Kriteria minimal untuk menjadi penilik adalah: a.

24
Mustaqim, Supervisi Pendidikan Suatu Model Peningkatan Kinerja Pengawas
Pendidikan Agama Islam, (Bandung: PT Refika Aditama, 2020), 16.
25
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Pendidikan Nasional,
Pasal 19, Ayat (3).
26
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Pendidikan Nasional,
Pasal 39, Ayat (2).

12
Berstatus sebagai pamong belajar/pamong atau jabatan sejenis di
lingkungan pendidikan luar sekolah dan pemuda sekurang-kurangnya 5
(lima) tahun, atau pernah menjadi pengawas satuan pendidikan formal; b.
memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran
sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku; c. memiliki sertifikat
pendidikan fungsional sebagai penilik; dan d. lulus seleksi sebagai
penilik”.27
Selain kriteria yang tertera dalam Peraturan Pemerintah ini, menurut
Sudrajat (2018) terdapat kriteria penting yang menjadi sandaran pengawas
dalam menjalankan tugasnya, yang meliputi: (1) Suport. Memperlihatkan
kemampuan supervisor dalam membangun kepercayaan trust pada
stakeholder pendidikan ketika melangsungkan kegiatan pengawasan
dengan memberikan gambaran profil dinamika sekolah di masa depan yang
lebih baik dan lebih menjanjikan; (2) Trust. Membina kepercayaan
stakeholder pendidikan harus dilakukan pada kegiatan pengawasan oleh
supervisor dengan memberikan gambaran profil sekolah masa depan yang
lebih baik dan berkualitas; (3) Chalenge. Langkah ini tertuju pada kegiatan
pengawasan dimana supervisor diharuskan memberikan tantangan
(challenge) untuk mengembangkan sekolah kepada stakeholder pendidikan
di sekolah. Tantangan ini harus realistis supaya sesuai dengan rencana dan
mampu dicapai oleh sekolah dan disesuaikan dengan kondisinya. Sehingga
stakeholder merasa tertantang untuk sama-sama berkerja guna
meningkatkan pengembangan kualitas sekolah; (4) Networking and
collaboration. Kriteria ini memperlihatkan hakikat dari kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh supervisor yang diharuskan untuk dapat
mengembangkan hubungan komunikasi antar sesama stakeholder
pendidikan untuk meningkatkan efektivitas, efisiensi, dan produktifitas
pendidikan di sekolah.28 Kriteria pengawas pendidikan baik secara undang-

27
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Pendidikan Nasional,
Pasal 40, Ayat (1-3).
28
Syarifah Rahmah, “Pengawas Sekolah Penentu Kualitas Pendidikan”, Jurnal Tarbiyah
25(2018) : 178-179, diakses 21 September 2022, DOI :10.30829/tar.v25i2.378.

13
undang ataupun teori ini dapat digunakan sesuai dengan kondisinya,
dikarenakan dalam menjalankan tugas seorang supervisi, pengawas
pendidikan perlu untuk mengetahui secara mendalam bagaimana kondisi
lembaga pendidikan yang diawasi.
4. Jabatan Fungsional Pengawas
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi Nomor: 21 Tahun 2010 Tentang Jabatan Fungsional
Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, Bab I Ketentuan Umum Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Reformasi Birokrasi ini yang dimaksud dengan: 1) Jabatan fungsional
Pengawas Sekolah adalah jabatan wewenang untuk melaksanakan kegiatan
pengawas akademik dan manajerial pada satuan pendidikan; 2) Pengawas
Sekolah adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung
jawab dan wewenang secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk
melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial pada satuan
pendidikan.29
5. Tugas Pengawas Pendidikan
Pengawas di lembaga pendidikan mempunyai kewajiban atau tugas
yang harus dilaksanakannya, sebagaimana yang tercantum dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional,
Bab IV Standar Proses Pasal 23 “Pengawas proses pembelajaran
sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (3) meliputi pemantauan,
supervisi, evaluasi, pelaporan, dan pengambilan langkah tindak lanjut yang
diperlukan. 30 Bab VIII Standar Pengelolaan Bagian Kesatu Standar
Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan Pasal 55 “Pengawasan satuan
pendidikan meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak
lanjut hasil pengawasan”. Pasal 56 “Pemantauan dilakukan oleh pimpinan
satuan pendidikan dan komite sekolah/madrasah atau bentuk lain dari

29
M. Edi Suharsongko, “Perkembangan Supervisi Pendidikan,” Alasma | Jurnal Media
Informasi dan Komunikasi Ilmiah 1(2019): 211.
30
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Pendidikan Nasional,
Pasal 23.

14
lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara terartur dan
berkesinambungan untuk menilai efisiensi, efektifitas, dan akuntabilitas
satuan pendidikan”. Pasal 57 “Supervisi yang meliputi supervisi manajerial
dan akademik dilakukan secara teratur dan berkesinambungan oleh
pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan”. 31
Sebagai pengawas dalam proses pembelajaran pada satuan pendidikan
pengawas berkewajiban untuk melakukan pemantauan, mensupervisi,
mengevaluasi, melaporkan dan mengambil tindakan sesuai dengan
kebutuhan dari satuan pendidikan.
Proses pelaporan diterangkan dalam Bab VIII Standar Pengelolaan
Bagian Kesatu Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan Pasal 58
(1) Pelaporan dilakukan oleh pendidik, tenaga kependidikan, pimpinan
satuan pendidikan, dan pengawas atau penilik satuan pendidikan.
(2) Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, laporan oleh pendidik
ditujukan kepada pimpinan satuan pendidikan dan orang tua/wali
peserta didik, berisi hasil evaluasi dan penilaian sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap akhir semester.
(3) Laporan oleh tenaga kependidikan ditujukan kepada pimpinan satuan
pendidikan, berisi pelaksanaan teknis dari tugas masing-masing dan
dilakukan sekruang-kurangnya setiap akhir semester.
(4) Untuk pendidikan dasar dan menengah, laporan oleh pimpinan satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada
komite sekolah/madrasah dan pihak-pihak lain yang berkepentingan,
yang berisi hasil evaluasi dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap
akhir semester.
(5) Untuk pendidikan dasar, menengah, dan non formal laporan oleh
pengawas atau penilik satuan pendidikan ditujukan kepada
Bupati/Walikota melalui Dinas Kabupaten/Kota yang

31
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Pendidikan Nasional,
Pasal 55-58.

15
bertanggungjawab di bidang pendidikan dan satuan pendidikan yang
bersangkutan.
(6) Untuk pendidikan dasar dan menengah keagamaan, laporan oleh
pengawas satuan pendidikan ditujukan kepada Kantor Departemen
Agama Kabupaten/Kota dan satuan pendidikan yang bersangkutan.
(7) Untuk jenjang pendidikan tinggi, laporan oleh kepala satuan
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditujukan kepada
Menteri, berisi hasil evaluasi dan dilakukan sekurang-kurangnya setiap
akhir semester. 32
6. Urgensi Pengawas Pendidikan
Pengawasan pendidikan bertujuan untuk memastikan kegiatan
pembelajaran berada sesuai dengan standar yang telah ditentukan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 Tentang
Standar Nasional Pendidikan, Bab II Lingkup Standar Nasional Pendidikan
Bagian Kedelapan Standar Pengelolaan Pasal 27 menyatakan bahwa:
(1) Standar pengelolaan merupakan kriteria minimal mengenai
perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan yang
dilaksanakan oleh Satuan Pendidikan agar penyelenggaraan Pendidikan
efisien dan efektif.
(2) Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan Pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada pendidikan anak usia dini
dan Jenjang Pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen
berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan,
partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.
(3) Perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan Pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pada Jenjang Pendidikan tinggi
menerapkan otonomi perguruan tinggi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. 33

32
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Pendidikan Nasional,
Pasal 58, Ayat (1-7).
33
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021, Tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 27, Ayat (1-3).

16
Selanjutnya lebih dijelaskan pentingnya pengawas pendidikan
dalam Pasal 30:
(1) Pengawasan kegiatan Pendidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 merupakan kegiatan pemantauan, supervisi, serta evaluasi secara
berkala dan berkesinambungan.
(2) Pengawasan kegiatan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
bertujuan untuk memastikan pelaksanaan Pendidikan yang transparan
dan akuntabel serta peningkatan kualitas proses dan hasil belajar secara
berkelanjutan.
(3) Pengawasan kegiatan Pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaksanakan oleh:
a. Kepala Satuan Pendidikan;
b. pemimpin perguruan tinggi;
c. komite sekolah/madrasah;
d. Pemerintah Pusat; dan/atau
e. Pemerintah Daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.34

34
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021, Tentang Standar Nasional Pendidikan,
Pasal 30, Ayat (1-3).

17
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yang berisi
tentang fungsi, peran dan kedudukan strategis Guru dan Dosen dalam pembangunan
nasional. Sehingga guru dan dosen memiliki nilai profesi yang bermartabat.
Kemudian penetapan PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan digunakan sebagai pedoman dalam menentukan berbagai standar dalam
pendidikan di Indonesia. Dalam Peraturan Pemerintah ini Standar Nasional
Pendidikan diatur supaya bisa digunakan sebagai standar minimal yang berkaitan
dengan sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional
Pendidikan. Perubahan yang dilakukan berhubungan dengan kurikulum dan key
area pembelajaran (standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, dan
standar penilaian). Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 Perubahan kedua
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 perlu dilakukan karena ketentuan
yang terkait dengan Ujian Nasional, kurikulum pendidikan anak usia dini, dan
akreditasi memerlukan penyesuaian atas berbagai tantangan baru. Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 sebagai peraturan pengganti dari Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dikarenakan menyesuaikan dengan kebutuhan
zaman saat ini. Selanjutnya untuk menyempurnakan dengan adanya Peraturan
Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022.

Landasan hukum supervisi pendidikan pada pembahasan makalah ini


dimulai dengan, yaitu: Pertama, pentingnya tugas dan keprofesionalan Guru dan
Dosen. Sebagai sumber daya aktif dalam dunia pendidikan Guru dan Dosen
mempunyai tugas keprofesionalan sebagaimana yang tercantum dalam Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Bab 1 Ketentuan Umum
Pasal 1 Ayat 1 dan 2. Bab IV tentang Guru Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Pasal

18
20 huruf a. Bab V Dosen Bagian Kedua Hak dan Kewajiban Pasal 60 huruf b.
Kedua, Pengertian Pengawas dan Pokjawas, dari Peraturan Menteri Agama No. 2
Tahun 2012 tentang pengawas madrasah dan pengawas pendidikan agama Islam
Pasal 1 ayat 3. Ketiga, Kriteria Pengawas Pendidikan, dari Peraturan Pemerintah
Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab IV Standar
Proses Pasal 19 Ayat (3), Bab VI Standar Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
Bagian Kedua Tenaga Kependidikan Pasal 39 ayat (1) sampai (3), Pasal 40 ayat (1)
sampai (3). Keempat, Jabatan Fungsional Pengawas, dari Peraturan Menteri Negara
Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor: 21 Tahun 2010
Tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya, Bab I
Ketentuan Umum Pasal 1. Kelima, Tugas Pengawas Pendidikan, dari Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, Bab IV
Standar Proses Pasal 23, Bab VIII Standar Pengelolaan Bagian Kesatu Standar
Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan Pasal 55, Pasal 56, Pasal 57, Bab VIII Standar
Pengelolaan Bagian Kesatu Standar Pengelolaan Oleh Satuan Pendidikan Pasal 58
Ayat (1) sampai (8). Keenam, Urgensi Pengawas Pendidikan, dari Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional
Pendidikan, Bab II Lingkup Standar Nasional Pendidikan Bagian Kedelapan
Standar Pengelolaan Pasal 27 Ayat (1) sampai ayat (3), Pasal 30 Ayat (1) sampai
ayat (3).

19
Daftar Pustaka

Abdullah, Gufron, & A.Y. Soegeng. 2020. Supervisi Pendidikan. Bantul: Magnun
Pustaka Utama.
Baharun, Hasan. 2017. “Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem
Kepemimpinan Kepala Madrasah”. At-Tajdid: Jurnal Ilmu Tarbiyah 6: 1-26.
Chudzaifah, Ibnu. 2019. “Supervisi Pendidikan Islam: Telaah Model Pengawasan
Madrasah di Kota Sorong”. Alfikr: Jurnal Pendidikan Islam 5: 18-30.
Danumiharja, Mintarsih. 2014. Profesi Tenaga Kependidikan. Yogyakarta:
Deepublish.
Daryano, & Tutik Rachmawati. Pengantar Penulis. 2015. Supervisi Pembelajaran
Inspeksi Meliputi: Controlling, Correcting, Judging, Directing,
Demonstration. Yogyakarta: Gava Media.
Hafit, Abdul. 2015. “Implementasi Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
Tentang Standar Nasional Pendidikan di SMA Negeri 1 Anggana Kabupaten
Kutai Kartanegara”. eJournal Ilmu Pemerintahan 3: 279-290.
Hidayat, Rahmat, & Abdillah. 2019. Ilmu Pendidikan “Konsep, Teori dan
Aplikasinya”. Medan: Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan
Indonesia.
Liska, Luh De. 2014. “Analisis Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 Tentang Standar
Nasional Pendidikan di Tinjau Dari Cipp (Contexs, Input, Process,
Product)”. Stilistetika III: 32-47.
Nana. 2021. Evaluasi Pembelajaran Fisika. Klaten: Lakeisha.
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015, Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Sandar Nasional
Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Tentang Standar Pendidikan
Nasional.
Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022, Tentang Perubahan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021 Tentang Standar Nasional Pendidikan,
Penjelasan Bagian Umum.
Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021, Tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Rahmah, Syarifah. 2018. “Pengawas Sekolah Penentu Kualitas Pendidikan”. Jurnal
Tarbiyah 25: 174-193. Diakses 21 September 2022. DOI
:10.30829/tar.v25i2.378.
Rukajat, Ajat. 2018. Manajemen Pembelajaran. Sleman: Deepublish.

20
Sholikah. 2017. “Analisis Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan
Dosen (Sebuah Kajian Kritis)”. Akademika 1: 1-9.
Sijar. 2022. Profesi Pendidikan: Tinjauan Teoritik Manajemen Pengembangan
Profesionalisme Guru. Bekasi: PT Kimshafi Alung Cipta dan Penulis.
Suharsongko, M. Edi. 2019. “Perkembangan Supervisi Pendidikan.” Alasma |
Jurnal Media Informasi dan Komunikasi Ilmiah 1: 209-224.
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen.
Wijaya, David. 2017. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta: Media Pengetahuan
Zainuddin dkk., 2021. “Rekonstruksi Peraturan Pemerintah Nomor 57 Tahun 2021
Tentang Standar Pendidikan Nasional”. J-PeHI: Jurnal Penelitian Hukum
Indonesia 02: 68-78.
Zulqarnain dkk., 2022. Psikologi Pendidikan. Sleman: Deepublish.

21

Anda mungkin juga menyukai