Anda di halaman 1dari 15

WAJIB BELAJAR DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

Di susun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan
Dosen Pengampu: Hj. Ela Komala, S. Ag, M. Pd

Oleh :

Abdul Husaini G. Laba 19.03.2355


Akmal Fakhruddin 19.03.2359
Fadli Ahmad Shobari 19.03.2386
Iqramullah 21.03.2985
M. Fajar Ash-Shidiq 19.03.2330

BANDUNG
1444 H/2023 M
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih lagi Maha penyayang yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya. Tak lupa Allah swt. telah memberikan kita setetes dari luasnya lautan
ilmu sehingga dengan ridho dan rahmat-Nya kami selaku penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Wajib Belajar Dalam Sistem Pendidikan Nasional”.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari ibu Dosen
Hj. Ela Komala, S. Ag, M. Pd selaku dosen pengampu mata kuliah Kapita Selekta Pendidikan.
Kami mengharapkan atas segala usaha yang dilakukan dalam mewujudkan makalah ini
merupakan sebagian dari ibadah kepada Allah SWT. Dengan kuasa-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas ini.
Dalam pembuatan makalah ini, kami menyadari akan banyaknya kesalahan dan
kekurangan yang ada pada diri kami, hal tersebut dikarenakan kemampuan, pengalaman dan
pengetahuan penulis yang masih sangat terbatas. Namun tidak mustahil apabila terdapat
kekurangan maupun kesalahan karena kesempurnaan hanya dimiliki oleh Allah SWT semata.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangatlah kami
harapkan, guna terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Bandung, 08 Mei 2023

Tim Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan
Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk itu
setiap warga negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
minat dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, ras, etnis, agama, dan gender.
Pemerataan dan mutu pendidikan akan membuat warga negara Indonesia memiliki keterampilan
hidup sehingga memiliki kemampuan untuk mengenal dan mengatasi masalah diri dan
lingkungannya, mendorong tegaknya masyarakat madani dan modern yang dijiwai nilai-nilai
Pancasila.
UUD 1945 Pasal 31 menyatakan bahwa : (1) setiap warga negara berhak mendapat
pendidikan (2) menegaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan
pemerintah wajib membiayai (3) menetapkan bahwa pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan
undang-undang.(4) menugaskan negara untuk memprioritaskan anggaran pendidikan sekurang-
kurangnya 20 persen dari anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) serta dari anggaran
pendapatan daerah (APBD) untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional1, maka pemerintah membuat peraturan
perundang-undangan yaitu Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional.
Pelaksanaan Wajib Belajar pada hakekatnya merupakan upaya sistematis Pemerintah
untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam

1
Tujuan pendidikan nasional dalam penjabaran UUD 1945 tentang pendidikan dituangkan dalam
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003. Pasal 3 menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi
mengemangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalamrangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agarmenjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat,berilmu, cakap kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggungjawab”
keseluruhan pembangunan nasional serta adaptif dalam penyerapan informasi ilmu pengetahuan
dan teknologi.
Dalam Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat 1 yang mengatakan bahwa, setiap
warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Untuk mewujudkan fungsi dan tujuan tersebut,
Pemerintah pusat dan Pemerintah Daerah berhak mengarahkan, membimbing, membantu, dan
mengawasi penyelenggaraan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, sesuai dengan prinsip-prinsip dalam penyelenggaraan pendidikan nasional.
Usaha pemerintah dalam pemerataan akses pendidikan melalui berbagai kebijakan seperti
wajib belajar pada dasarnya berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia,
dimana pendidikan (tingkat partisipasi sekolah) merupakan sesuatu yang urgen, pada masa Orde
baru upaya untuk peningkatan partisipasi masyarakat dalam pendidikan terus dilakukan.
Wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara
Indonesia atas tanggung jawab pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Kebijakan pendidikan
yang dibuat oleh pemerintah pusat adalah kebijakan yang berlaku secara nasional2. Padahal
kondisi daerah pada umumnya sangat beragam. Sebagai pelaksanaan otonomi daerah, maka
pendidikan tidak hanya menjadi urusan pemerintah pusat, akan tetapi pemerintah daerah juga
turut membantu dalam menyelenggarakan pendidikan.
Meskipun demikian, kebijakan pemerintah belum cukup berarti dalam meningkatkan
kualitas pendidikan. Salah satu indikator kurang berhasilnya hal tersebut ditunjukkan antara lain
oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan sebagai upaya peningkatan
sumber daya manusia, terutama di pedesaan, kecuali di kota-kota besar kendati jumlahnya
relative kecil.
Fenomena yang tampak di pedesaan, di antaranya menyangkut mahalnya biaya
pendidikan, jauhnya jarak antara rumah siswa dengan lokasi sekolah, bahkan menyangkut pula
persoalan kapasitas serta kompetensi para pihak yang semestinya bertanggungjawab terhadap
sistem pendidikan dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Artinya, sistem
dan para pengelola sistem pendidikan yang belum berkualitas akan sulit melahirkan peserta didik
(siswa) yang berkualitas.

2
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Persoalan implementasi kebijakan wajib belajar pendidikan dasar mayoritas terjadi di
daerah pedesaan antara lain adalah, kondisi sarana dan prasarana sekolah. Sampai tahun 2017,
terdapat banyak ruang kelas yang kondisinya parah dan statusnya harus segera direnovasi.

Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan wajib belajar dalam sistem pendidikan nasional?

2. Mengapa pemerintah mewajibkan untuk belajar 9 tahun?

B. Tujuan Masalah

1. Untuk mengetahui apa itu wajib belajar dalam sistem pendidikan nasional.

2. Untuk mengetahui pemerintah mewajibkan untuk belajar 9 tahun


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Wajib Belajar dalam Sistem Pendidikan Nasional

Pengertian wajib belajar sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 47


Tahun 2008 tentang Wajib Belajar pada Bab I Pasal 1 Ayat (1) berbunyi : “wajib belajar adalah
program pendidikan minimal yang harus diikuti oleh warga negara Indonesia atas tanggung
jawab pemerintah dan pemerintah daerah”. Dan pada ayat (2) disebutkan: “pendidikan dasar
adalah jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah
Dsar (SD), dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah
Menengah Pertama (SMP) dan madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.”

Program pendidikan wajib belajarmerupakan perwujudan pendidikan dasar untuk semua


anak usia 6-15 Tahun. Pelaksanaan program wajib belajar dicanangkan oleh Presiden Republik
Indonesia pada tanggal 2 Mei 1994, dan dimulai pelaksanaannya pada tahun 1994/1995. Program
wajib belajar di Indonesia bukanlah wajib belajar dalam arti compulsory education yang
dilaksanakan di negara-negara maju melainkan lebih kepada pemaksaan sehingga ketika sang
anak tidak mengikuti wajib belajar maka orang tua akan mendapatkan sanksi.namun wajib
belajar di Indonesia lebih kepada universal education yaitu berusaha membuka lesempatan
belajar dengan menumbuhkan aspirasi pendidikan orang tua agar anak yang telah cukup umur
mengikuti pendidikan.3

Fungsi wajib belajar sebagaimana di jelaskan dalam Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia No. 47 tahun 2008 tentang wajib belajar pada Bab II pasal
2 Ayat (1) berbunyi: “Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara Indonesia.” Jika
perluasan dan mutu pendidikan dilakukan dalam kerangka keterkaitan maka wajib belajar
langsung berfungsi sebagai strategi dasar dalam upaya:
a. Mencerdaskan kehidupan bangsa karena diperuntukkan bagi semua warga negara tanpa
membedakan golongan, agama, suku bangsa dan status sosial
ekonomi.
3
Soedijarto, Dadang Supardan, Solehuddin Dkk, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan, PT. Imperial
Bhakti Utama, Bandung, 2007, Hal. 121
b. Menyiapkan tenaga kerja industri masa depan melalui pengembangan kemampuan dan
keterampilan dasar belajar, serta dapat menunjang terciptanya pemerataan kesempatan
pendidikan kejuruan dan professional lebih lanjut.
c. Membina penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena melalui wajib belajar ini
memungkinkan untuk dapat memperluas mekanisme seleksi bagi seluruh siswa yang memiliki
kemampuan luar biasa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.4
Sedangkan tujuan wajib belajar sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 47 tahun 2008 tentang wajib belajar pada Bab II pasal 2 ayat 2 berbunyi:
“Wajib belajar bertujuan memberikan pendidikan minimal bagi warga negara Indonesia untuk
dapat mengembangkan potensi dirinya agar dapat hidup mandiri di dalam masyarakat atau
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.” Dalam sebuah makalah yang ditulis oleh
Soegimin Gitoasmoro yang berjudul: “Peran Pendidikan Non Formal dalam Realisasi Wajib
Belajar Pendidikan Dasar” tahun 2005 menyatakan bahwa tujuan wajib belajar adalah:10
a. Tujuan jangka pendek: secara bertahap melakukan pendataan, pemetaan, penentuan pola wajib
belajar, perencanaan ketentuan fasilitas dan perintisan implementasi menuju persiapan wajib
belajar pendidikan menengah.

b. Tujuan jangka menengah: menciptakan kondisi nasional melalui wajib belajar pendidikan
dasar untuk dapat ditingkatkan ke wajib belajar yang lebih tinggi.

c. Tujuan jangka panjang: menciptakan kondisi nasional agar seluruh warga negara Indonesia
yang berusia 13-15 tahun dan telah tamat SD atau yang sederajat berkesempatan mengikuti
pendidikan SLTP atau sederajat sampai tamat.

B. Pemerintah Mewajibkan Untuk Belajar Dalam 9 Tahun

Sejak awal kemerdekaan para pendiri negara (the founding fathers) telah memiliki
komitmen untuk memenuhi hak asasi rakyatnya untuk memperoleh pendidikan, seperti yang

4
Muhammad Ilyas Ismail, Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun dan Peningkatan Kualitas Sumber
Daya Manusia, Balai Pustaka, Jakarta, 2009. Hal.12
termaksud dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan tujuan
nasional;mencerdaskan kehidupan bangsa yang secara konstitusional menjelma ke dalam pasal
31 UUD 1945, ayat (1) yang menyatakan bahwa tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran, sedang ayat (2) menegaskan kepada pemerintah untuk mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional.

Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan 2, maka
berdasarkan Undang-Undang RI Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, maka
tujuan pendidikan nasional ditetapkan untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam, rangka meencerdaskan kehidupan
bangsa, untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri
dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab (Arifin, 2003:29).

Pendidikan nasional berfungsi sebagi alat utama untuk mengembangkan kemampuan


serta meningkatkan mute kehidupan dan martabat bangsa. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan indirect investmentbagi proses produksi dan direct investmentbagi peningkatan
kualitas sumber daya manusia (human quality). Pendidikan akan meningkatkan dan
mempertinggi kualitas tenaga kerja, sehingga memungkinkan tersediinya angkatan kerja yang
lebih terampil, handal dan sesuai dengan tuntutan pembangunan serta meningkatkan
produktivitas nasional. (A. Daliinan, 1995:138, Adiwikata, 1988).

Berbagai penelitian di sejumlah negara maju telah membuktikan bahwa pendidikan rnen-
iililci kontribusi yang sangat tinggi terhadap produktivitas nasional, dan dapat meningkatkan
pendapatan nasional (national income).Sedangkan menurut Muhibbin Syah yang merujuk kepada
pernikiran jean Piaget dan L. Kohlberg mengemukakan bahwa pendidikan dilihat dan' sudut
psikososial merupakan upaya penumbuh kembangan sumber daya manusia melalui proses
hubungan interpersonal yang berlangsung dalam lingkungan masyarakat yang terorganisir dalam
hal ini masyarakat pendidikan dan keluarga. (Muhibbin Syah, 1995).

Pandangan yang harnpir senada dikemukakan oleh Lawrence E. Shapiro (199), Daniel
Goleman (1997), bahwa pendidikan berperan untak mengembangkan kecerdasan kognitif dan
kecerdasan emosional, lalu la menambahkan bahwa kedua kederdasan ini harus di capai secara
bersama-sama, sebab betapa banyak orang yang rneniffiki kederadasan kognitif yang tinggi,
tetapi kecerdasan emosionalnya rendah sehingga la gagal dalam menjalangkan tugas yang
diembangnya. Adapun Kecerdasan Ernosional yang dimaksudkan oleh Daniel Goleman adalah
mencakup kesadaran diri, kendali dorongan hati, ketekunan, semangat dan motivasi diri,
berempati, serta kecepatan sosial.

Dengan merujuk pada paparan di atas, maka untuk mencapai keberhasilan atau
kesuksesan harus melalui pendidikan, oleh karma itu pemerintah Indonesia telah bertekad,
sebagaimana yang dirumuskan dalam GBHN 1988. Untuk mendukung dunia bare dituntut
kualitas manusia Indonesia yang mernadat. Karma itu, pendidikan dasar 6 tahun yang
dicanangkan 1984 dipandang tidak mencukupi dan perlu ditingkatkan menjadi pendidikan dasar
9 tahun yang mulai dipermaklumkan oleh Presiders Soeharto pada tanggal 2 Mei 1994, yang
bertepatan pada hari Pendidikan nasional.

Pendidikan dasar 9 tahun diharapkan bahwa setup warga negara akan memiliki
kemampuan untuk memahami dunianya, mampu menyesuaikan diri bersosiahsasi dengan
perubahan masyarakat dan jaman, mampu meningkatkan mutu kehidupan baik secara ekonomi,
sosial budaya, politik dan biologis, serta mampu meningkatkan martabatnya sebagai manusia
warga negara dari masyarakat yang maju. Dalam dunia baru ini setiap orang harus memiliki
potensi untuk bekerja di berbagai bidang dimanapun )uga. (Soedijarto. 1985:5, Vembrirto, 1987)

Jika perluasan dan mutu pendidikan dilakukan di dalam kerangka keterkaitan, maka
pendidikan dasar 9 tahun secara langsung berfungsi sebagai strategi dasar dalam upaya: (1)
mencerdaskan kehidupan bangsa karena diperuntukkan bagi semua warga negara tanpa
membedakan golongan, agama, suku bangsa, dan status sosial ekonomi; (2) menyiapkan tenaga
kerja industri masa depan melalui pengernbangan kemampuan dan keterampilan dasar belajar,
serta dapat menunjang terciptanya pemerataan kesempatan pendidikan kejuruan dan profesional
lebih lanjut; dan (3) membina penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, karena melalui wajib
belajar pendidikan dasar 9 tahun ini memungkinkan untuk dapat memperluas mekanisme seleksi
bagi seluruh siswa yang memiliki kemampuan luar biasa untuk melanjutkan kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi. (Sir Hardjoko Wirjomartono:995:49-50).

Pendidikan wajib belajar 9 tahun secara hukum merupakan kaidah yang bermaksud
mengintegrasikan SD dan SLTP secara konsepsional, dalam and tanpa pemisah dan merupakan
satu satuan pendidikan, pada jenjang yang terendah. Pengintegrasian secara konsepsional yang
menempatkan SD dan SLTP sebagai kesatuan program, dinyatakan melalui kurikulumnya yang
berkelanjutan atau secara berkesinambungan. Kedua bentuknya tidak diintegrasikan secara fisik
dengan tetap berbentuk dua lembaga yang terpisah, masmg-masingy dengan kelompok belajar
kelas I sampai dengan Kelas VI untuk SD dan Kelas I sampai Kelas III untuk SLTP. (Hadari
Nawawi, 1994:351).

Peran dan fungsi serta tanggung jawab pendidikan semakin besar bahkan menentukan,
khususnya dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan yang
bermutu ini ditentukan dukungan dari berbagai faktor, yaitu pendidikan di lingkungan keluarga,
pendidikan luar sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah serta pendidikan tinggi.

Sejarah menunjukkan bahwa faktor terpendng yang menentukan keberhasilan suatu


bangsa bukanlah melimpahnya kekayaan alam melainkan sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas.

Dalam era kedua kebangkitan nasional, SDM yang berkualitas yaitu:


1. Memihki kemampuan dan menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan
Ipt.
2. Mampu bekerja secara profesional dengan orgientasi mutu dan keunggulan;
3. Dapat menghasilkan karya-karya unggul dan mampu bersaing cara global sebagai hash
dari keahhan dan profesionalismenya. avidiman Suryohadiprodjo. 1987, Faisal, 246-252).

Dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas sebuah bangsa akan sanggup
belajar dari kenyataan yang serba dinamis, sanggup mencari jalan alternatif pemecahan masalah,
serta sanggup mengembangkan pola-pola pemikiran yang pada akhirnya akan dapat melahirkan
strategis persaingan unggul di era global.

Program pendidikan wajib belajar 9 tahun pada hakekatnya berfungsi memberikan


pendidikan dasar bagi, setiap warganegara agar masing-masing memperoleh sekurang-kurangnya
pengetahuan clan kemampuan dasar yang diperlukan untuk dapat berperan serta dalam
kehiclapan bermasyarakat, berbangsa clan bernegara. Dalam konteks pembangunan nasional
wajib belajar 9 tahun adalah suatu usaha yang Harus dilakukan, untuk meningkatkan kualitas
cumber daya manusia Indonesia agar memiliki kemampuan untuk memahami dunianya, mampu
menyesuaikan diri dengan perubahan, mampun merninngkatkan kualitas hidup dan martabatnya,

Gerakan Pendidikan wajib belajar 9 tahun merupakan perwujudan konstitusi serta tekat
pernerintah dan seluruh rakyat Indonesia dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.

Wajib belajar pada hakekatnya untuk memenuhi hak asasi setiap warganegara untuk
memperoleh pendidikan sesuai dengan prinsip pendidikan untuk semua (education for all).
Tujuan adalah agar setiap warganegara memperoleh pengetahuan dan kemampuan dasar yang
diperlukan untuk berperan serta dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kebutuhan dan tantangan zaman. Berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Nasional No.


2/1989 pemerintah berupaya meningkatkan taraf kehidupan rakyat. Peningkatan taraf kehidupan
rakyat tersebut dengan mewajibkan semua warga negara Indonesia menamatkan pendidikan 9
tahun secara merata. Tidak relevan jika pada zaman modern ini masih ada anak-anak Indonesia
yang tidak bersekolah dan masih ada yang buta huruf. Oleh karena itu, pemerintah berusaha
meningkatkan kualitas manusia melalui jenjang pendidikan dasar.

Untuk merealisasikan tujuan wajib belajar 9 tahun, diperlukan kerja sama yang kooperatif
antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga. Masih banyak kendala dalam mempersiapkan
Walib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun. Kendala tersebut antara lain dana Yang terbatas untuk
menyelenggarakan pendidikan secara merata; motivasi keluarga untuk wajib menyekolahkan
anaknya masih kurang; pengaruh lingkungan sosial dan perkembangan iptek; dan di daerah
pedalaman. Berdasarkan alasan tersebut, Wajib Belajar pendidikan Dasar 9 Tahun sebagai salah
satu upaya pemerataan pendidikan dasar diusahakan pemerintah dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun sebagai upaya peningkatan kualitas manusia
Indonesia harus dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia. Sasaran Wajib Belajar
Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan dasar bagi siswa
untuk mengem bangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat, warga negara, dan
anggota umat manusia. Upaya pemerataan pendidikan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun
diharapkan dapat berdampak positif terhadap peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.
Dengan demikian, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkualitas dalam menegakkan
pembangunan di segala bidang.

Jadi maksudnya, mengapa pemerintah itu mewajibkan kita belajar 9 tahun, yaitu:

1. Eksplanatif, karena dari keseluruhan artikel, sang pengarang menjelaskan tentang Wajib
Belajar. (Ingat Eksplanatif adalah artikel yang menjelaskan atau menerangkan sesuatu untuk
dimengerti pembaca).

2. Fakta:

- Berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Nasional No. 2/1989

pemerintah berupaya meningkatkan taraf kehidupan rakyat.

- Berdasarkan alasan tersebut, Wajib Belajar pendidikan Dasar 9 Tahun sebagai salah  satu upaya
pemerataan pendidikan dasar diusahakan pemerintah dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa.

- Peningkatan taraf kehidupan rakyat tersebut dengan mewajibkan semua warga negara
Indonesia menamatkan pendidikan 9 tahun secara merata.

Opini:

- Tidak relevan jika pada zaman modern ini masih ada anak-anak Indonesia yang  tidak
bersekolah dan masih ada yang buta huruf.

- Untuk merealisasikan tujuan wajib belajar 9 tahun, diperlukan kerja sama yang kooperatif
antara pemerintah, masyarakat, dan keluarga.

- Masih banyak kendala dalam mempersiapkan  Walib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun.

- Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun sebagai upaya peningkatan kualitas manusia
Indonesia harus dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

-  Upaya pemerataan pendidikan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan dapat
berdampak positif terhadap peningkatan kualitas kehidupan masyarakat.

- Dengan demikian, bangsa Indonesia menjadi bangsa yang berkualitas dalam menegakkan
pembangunan di segala bidang.
- Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun merupakan program pemerintah untuk menjawab
kebutuhan dan tantangan zaman.

- Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun diharapkan dapat memberikan bekal kemampuan
dasar bagi siswa untuk mengem bangkan kehidupannya sebagai pribadi, anggota masyarakat,
warga negara, dan anggota umat manusia.

- Oleh karena itu, pemerintah berusaha meningkatkan kualitas manusia melalui jenjang
pendidikan dasar.

-  Kendala tersebut antara lain dana Yang terbatas untuk  menyelenggarakan pendidikan secara
merata; motivasi keluarga untuk wajib menyekolahkan  anaknya masih kurang; pengaruh
lingkungan sosial dan perkembangan iptek; dan di daerah pedalaman.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar pada Bab I Pasal 1
Ayat (1) berbunyi : “wajib belajar adalah program pendidikan minimal yang harus diikuti
oleh warga negara Indonesia atas tanggung jawab pemerintah dan pemerintah daerah”.
Dan pada ayat (2) disebutkan: “pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan yang
melandasi jenjang pendidikan menengah, berbentuk Sekolah Dsar (SD), dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.”
2. Program pendidikan wajib belajarmerupakan perwujudan pendidikan dasar untuk semua
anak usia 6-15 Tahun.
3. Fungsi wajib belajar sebagaimana di jelaskan dalam Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 47 tahun 2008 tentang wajib belajar pada Bab II pasal
2 Ayat (1) berbunyi: “Wajib belajar berfungsi mengupayakan perluasan dan pemerataan
kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu bagi setiap warga Negara Indonesia.”
4. Pendidikan nasional berfungsi sebagi alat utama untuk mengembangkan kemampuan
serta meningkatkan mute kehidupan dan martabat bangsa. Pendidikan pada hakekatnya
merupakan indirect investmentbagi proses produksi dan direct investmentbagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia (human quality).
5. Pendidikan berperan untak mengembangkan kecerdasan kognitif dan kecerdasan
emosional, lalu la menambahkan bahwa kedua kederdasan ini harus di capai secara
bersama-sama, sebab betapa banyak orang yang rneniffiki kederadasan kognitif yang
tinggi, tetapi kecerdasan emosionalnya rendah sehingga la gagal dalam menjalangkan
tugas yang diembangnya.
6. Wajib belajar pada hakekatnya untuk memenuhi hak asasi setiap warganegara untuk
memperoleh pendidikan sesuai dengan prinsip pendidikan untuk semua (education for
all).
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad Ilyas Ismail, Pendidikan Wajib Belajar 9 Tahun dan Peningkatan Kualitas Sumber

Daya Manusia, Balai Pustaka, Jakarta, 2009.

https://www.kompasiana.com/rokyalaini/5966acd2986bdb45ea1dca42/pendidikan-wajib-belajar-9-tahun-

dan-peningkatan-kualitas-sdm?page=all#section1

http://repository.unissula.ac.id/11815/4/BAB%20I.pdf

http://e-journal.uajy.ac.id/9090/2/1HK10225.pdf

https://www.anekamakalah.com/2014/04/makalah-wajib-belajar.html

Anda mungkin juga menyukai