Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SISTEM KELEMBAGAAN DAN PENGELOLAAN PENDIDIKAN NASIONAL

Disusun untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah dasar-dasar pendidikan

DOSEN PENGAMPU:

AHMAD BUSTOMI, M.Pd

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 4

BILQIS FAUZIAH 2301010024


EIS NOVIA SARI 2301011023
KELAS E

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO

TAHUN AJARAN AKADEMIK 2023


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Dengan segala rahmat dan
hidayahnya yang senantiasa dilimpahkan kepada kita semua. Sholawat serta salam tak lupa kita
sanjung agungkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya
kedalam yang berpengatahuan ini.

Penulis merasa bersyukur dan bahagia dapat menyelesaikan makalah ini, yaitu makalah yang
berisi tentang “Sistem Kelembagaan Dan Pengelolaan Pendidikan Nasional”, adapun tujuan dari
penyusunan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Dasar-dasar
Pendidikan. Penulis mengucapkan terimakasih kepada anggota kelompok yang sudah berusaha
bekerja sama dalam pembuatan makalah ini, dan penulis juga mengucapkan terimakasih kepada
Bapak Ahmad Bustomi, M.Pd, yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini. Penulis
menyadari adanya kekurangan dalam makalah ini, maka dari itu penulis mengharakan saran dan
juga kritik yang bermanfaat bagi makalah ini, dan semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua aamiin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Metro, 07 September 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan
B. Jenis dan Bentuk Kelembagaan Pendidikan Nasional
C. Pengelolaan Kelembagaan Pendidikan Nasional
D. Permasalahan Pengelolan Madrasah Sebagai Subsistem Pendidikan Nasional

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, yang
mempunyai tujuan lebih tinggi dari sekedar untuk hidup, sehingga manusia lebih terhormat dan
mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada yang tidak berpendidikan. Pendidikan juga
merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari diri manusia. Mulai dari kandungan
sampai beranjak dewasa kemudian tua manusia mengalami proses pendidikan yang didapatkan
dari orang tua, masyarakat, maupun lingkungannya. Pendidikan bagaikan cahaya penerang yang
berusaha menuntun manusia dalam menentukan arah, tujuan dan makna kehidupan ini. Manusia
sangat membutuhkan pendidikan melalui proses penyadaran yang berusaha menggali dan
mengembangkan potensi dirinya lewat metode pengajaran atau dengan cara lain yang telah
diakui oleh masyarakat.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan Nasional menjelaskan bahwa:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkaan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pendidikan nasional?
2. Apa saja jenis dan bentuk kelembagaan pendidikan nasional? Jelaskan!
3. Bagaimana pengelolaan kelembagaan pendidikan nasional?
4. Permasalahan apa yang terdapat dalam madrasah subsistem pendidikan nasional?

1
BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara


kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik,yang menyiapi subjek pendidik
untuk menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang begitu pesat, sehingga
dapat mencapai kualitas pribadi dan masyarakat yang berkualitas dan berkelas, yang
dapat berlangsung untuk seumur hidup.

Pola hubungan manajemen pendidikan nasional,tidak terlepas dari kehendak pasal 2


ayat (7) UU.No.32/2004, bahwa hal-hal yang menyangkut kewenangan, keuangan,
pelayanan umum, pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya menimbulkan
hubungan admistrasi dan kewilayahan antar susunan organisasi.

Hubungan administrasi adalah hubungan yang terjadi sebagai konsekuensi kebijakan


penyelenggaraan pemerintahan daerah yang merupakan satu kesatuan dalam
penyelenggaraan system admininistrasi Negara. Dalam hal ini, maka Departement
Pendidikan Nasional (Depdiknas) sebagai pengelola system pendidikan nasional, dalam
melakukan hubungan baik dalam berhubungan dengan organisasi pendidikan tingkat
provinsi,yaitu Dinas Pendidikan Provinsi.

Ada beberapa factor-faktor pendidikan antaranya adalah:

1. Adanya tujuan yang hendak dicapai


2. Adanya subjek manusia yang melakukan pendidikan
3. Yang hidup bersama dalam lingkungan hidup tertentu
4. Yang menggunakan alat-alat tertrntu untuk mencapai tujuan

2
B. JENIS DAN BENTUK KELEMBAGAAN PENDIDIKAN NASIONAL
1. Jalur pendidikan

Dalam UUSPN No.2 Tahun 1989 disebutkan bahwa terdapat dua jalur pendidikan yaitu:
Jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah.

Jalur pendidikan sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah


melalui kegiatan belajar mengajar secara berjenjang dan berkesinambungan (pendidikan
dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi).

Jalur pendidikan luar sekolah adalah pendidikan yang bersifat kemasyarakatan yang
diselenggarakan diluar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak berjenjang
dan tidak berkesinambungan.

Pasal 12 (1) Jenjang pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. (2)Selain jenjang
pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat diselenggarakan pendidikan
prasekolah. (3)Syarat-syarat dan tata cara pendirian serta bentuk satuan, lama pendidikan,
dan penyelenggaraan pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.

Ciri-ciri jalur pendidikan formal adalah:

a.) Sifatnya formal


b.) Diatur berdasarkan ketentuan-ketentuan pemerintah
c.) Mempunyai keseragaman pola yang bersifat nasional

Ciri-ciri pendidikan luar sekolah yaitu:

a.) Sifatnya tidak formal, artinya tidak ada keseragaman pola yang bersifat nasional
b.) Modelnya sangat beragam.

3
2. Jenjang Pendidikan

Jenjang pendidikan dalah suatu tahap dalam pendidikan berkelanjutan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangan pesrta didik serta keluasan dan kedalamandalam pengajaran.

Terdapat 3 tingkatan dalam jenjang pendidikan yakni:

a.) Jenjang pendidikan dasar

Merupakan jenjang untuk memberikan bekal besar yang diperlukan untuk hidup dalam
masyarakat, berupa pengembangan sikap, pengetahuan dan keterampilan dasar. Yang berfungsi
untuk mempersiapkan peserta didik yang memenuhi persyaratan untuk mengikuti pendidikan
menengah.

b.) Jenjang pendidikan menengah

Pendidikan menengah dalam hubungan ke bawah berfungsi sebagai lanjutan dan


perluasan pendidikan dasar. Adapun dalam hubungan ke atas mempersiapkan peserta didik
untuk mengikuti pendidikan tinggi atau memasuki lapangan kerja.

Pendidikan menengah terdiri dari: Pendidikan Menengah Umum, pendidikan menengah


kejuruan, pendidikan menengah luar biasa, pendidikan menengah kedinasan, dan
pendidikan menengah keagamaan.

c.) Jenjang pendidikan tinggi

Pendidikan merupakan kelanjutan dari pendidikan menengah, yang diselenggarakan


untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik atau professional. Yang bertujuan unutk melaksanakan misi
“TRIDARMA” pendidikan tinggi yang meliputi: pendidikan dan pengajaran, penelitian,
dan pengabdian kepada masyarakat yang berfungsi sebagai jembatan antara
pengembangan bangsa dan kebudayaan nasional dengan perkembangan internasional.

4
3. Jenis dan bentuk pendidikan nasional

Program pendidikan yang termasuk jalur pendidikan sekolah terdiri atas:

1.) Pendidikan umum

Pendidikan umum adalah pendidikan yang mengutamakan perluasan pengetahuan dan


keterampilan peserta didik dengan perkhususan yang diwujudkan pada tingkat-tingkat akhir
masa pendidikan. Pendidikan umum berfungsi sebagai acuan umum bagi jenis pendidikan
lainnya. Yang mencakup eksistensi diri, potensi diri, berpikir kritis dan kreatif.

2.) Pendidikan kejuruan

Pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik untuk dapat bekerja
pada bidang pekerjaan tertentu, seperti bidang teknik, tata boga, akuntansi, dan perhotelan.
Bentuk lembaga kejuruan yaitu: STM/SMK, SMTK, SMIP, SMIK.

3.) Pendidikan Luar Biasa

Pendidikan luar biasa adalah pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk peserta didik yang
menyandang kelainan fisik/mental. Bentuk lembaga pendidikan berupa Sekolah Dasar Luar
Biasa (SDLB). Pendidikan ini ampu oleh guru yang setara dengan Diploma III.

4. Pendidikan Kedinasan

Pendidikan kedinasan adalah pendidikan khusus yang diselenggarakan untuk


meningkatkan kemampuan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai atau calon
pegawai suatu departemen pemerintahan atau lembaga pendidikan non departemen.

Pendidikan kedinasan dapat terdiri dari pendidikan tingkat menengah (seperti SPK) dan
pendidikan tingkat tinggi (seperti IPDN).

5
5. Pendidikan Keagamaan

Pendidikan keagamaan merupakan pendidikan khusus yang mempersiapkan peserta didik


untuk dapat melaksanakan peranan yang menurut penguasaan pengetahuan khusus
tentang ajaran agama. Adapun tingkatannya yakni:

Madrasah Tsanawiyah/ Aliyah, IAIN/UIN

Menurut UU Sisdiknas Tahun 2003 pasal 30 menyebutkan bahwa:

a. Pendidikan keagagamaan diselenggarakan oleh pemerintah atau kelompok masyarakat


dari pemeluk agama, sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
b. Pendidikan agama berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat
yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya atau menjadi ahli agama.
c. Pendidikan agama dapat diselenggarakan pada jalur pendidikan formal, nonformal,
informal.
d. Pendidikan keagamaan berbentuk ajaran diniyah pesantren, pasraman, pabhaja samanera,
dan bentuk lain yang sejenis.
e. Ketentuan mengenai pendidikan keagamaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ayat
(2), ayat (3) dan ayat (4).

C. PENGELOLAAN KELEMBAGAAN PENDIDIKAN NASIONAL

Permasalahan-permasalahan mulai substansi pendidikan hingga ke praksis pendidikan tidak


pernah secara tuntas diselesaikan. Banyak sudah permasalahan yang tidak dapat tersolusi,
dengan adanya masalah ini maka pengelolaan kelembagaan masuk kedalam ketidakjelasan.

Pengelolaan kelembagaan pendidikan nasional mulai menyebar dalam berbagai aspek atau
bidang berikut.

a. Manajemen kelembagaan (institut) pendidikan tidak sistemik, tidak total, dan tidak
mendasar

6
Pendidikan nasional yang telah dirumuskan dan yang seharusnya menjadi acuan
pengelolaan lembaga pendidikan, tidak mendapatkan perhatian yang serius (abaikan).

Akibatnya lembaga pendidikan tidak memiliki visi yang jelas dank arena itu selalu
menghasilkan lulusan yang “gamang” yang menghadapi hidup yang membutuhkan daya
saing tinggi ini. Maka dari, perlu adanya upaya agar pendidikan nasional ini mulai
dimajukan dan diutamakan oleh pemerintah atau lembaga lainnya. Agar anak bangsa
mulai bisa mengembangkan keinginannya lewat sebuah pendidikan. Adapun upaya
untuk merubah pengelolaan kelembagaan ini salah satunya adalah harus melaksanakan
inovasi manajemen kelembagaan (institusi) pendidikan secara sistemik, menyeluruh,
dan mendasar, dengan sasaran utamanya dalah perubahan orientasi, pandangan (visi),
cara berpikir, dan pola perilaku nyata (action) sebagai manifestasi adanya perubahan
orientasi dan pandangan cara berpikir tersebut.

b. Tidak ada budaya mutu ( Quality Culture)

Dengan tidak adanya budaya mutu yang berkualitas maka lembaga pendidikan akan
terus seperti ini tidak memiliki kemajuan.

Memiliki kualitas proses pembelajaran, kualitas penelitian (research), dan kualitas


pengabdian masyarakat kurang mendapat perhatian serius. Akibat dari kondisi ini, mutu
pendidikan tidak lagi menjadi target dari penyelenggaraan pendidikan.

c. Kurang adanya kesesuaian dan kesepadanan (Relevansi)

Kurang adanya hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat maka akan menyebabkan
kebutuhan dan tuntunan kurang relevan, baik dari system persekolahan maupun dari dunia bisnis
dan industry yang ada dan berkembang di masyarakat.

d. Minimnya akses informasi

Untuk meminimalisir minimnya akses informasi maka perlu adanya kerja sama antara lembaga
pendidikan luar negeri dengan lembaga-lembaga, badan-badan, atau organisasi internasional
yang termasuk governmental dan non-governmental agencies perlu ditingkatkan. Apabila badan
atau organisasi internasional tidak berjalan, makan peluang bagi pendidikan nasional sangat dikit

7
dan kecil. Maka dari itu perlu adanya pertukaran informasi, pengalaman, riset, karya, maupun
ketenagaan serta penyegaran pandangan (visi) keilmuan yang selama ini sangat diharapkan dan
dicita-citakan oleh pendidikan nasional.

D. PERMASALAHAN PENGELOLAAN MADRASAH SEBAGAI SUBSISTEM


PENDIDIKAN NASIONAL

a. Madrasah dalam sisdiknas

Pendidikan madrasah belum dicakup oleh undang-undang karena dianggap sebagai pendidikan
luar sekolah dan karena itu harus dibuatkan undang-undang tersendiri. Karena sebab inilah
madrasah tidak masuk kedalam sisdiknas. Mulai dari tahun 1989 barulah madrasah berhasil
tercakup didalam UU sisdiknas sebagai subsistem pendidikan nasional yang kala itu disebut
pendidikan islam sebagai subsistem pendidikan agama di Indonesia

Menurut Furchan, 2004: 14, beliau memaparkan bahwa pendidikan islam tampil dalam berbagai
macam wujudnya antara lain:

• Pendidikan agama islam yang merupakan subsistem dari system pendidikan agama dalam
kurikulum nasional

• Pendidikan di madrasah dan sekolah umum islam yang merupakan subsistem dari system
pendidikan umum (formal)

• pendidikan pesantren sebagai subsistem dalam pendidikan nonformal.

Adapun tujuan pendidikan nasional sebagai subsistem adalah sebagai penunjang pencapaian
tujuan pendidikan nasional secara keseluruhan yang menjadi suprasistemnya.

b. Eksistensi system kelembagaan madrasah di Indonesia

8
Kini eksistensi kelemebagaan madrasah di Indonesia sudah di akui oleh sejarah, lembaga
pendidikan sudah dikenal oleh penduduk kepulauan Nusantara. Eksistensi lembaga pendidikan
islam ini semakin diperkuat dengan di undangkannya.UUSPN pada tahun 1989 itu.

● Pesantren sebagai eksistensi pendidikan madrasah di Indonesia

Kata “madrasah” adalah isim makan dari “darasa” yang berarti “tempat duduk untuk belajar”.
Istilah madrasah ini sekarang telah menyatu dengan istilah sekolah atau perguruan
(terutama perguruan Islam).

Pada era modern madrasah masih tetap hidup. Namun demikian, eksistensinya menjadi
dipertayakan ketika kurikulumnya masih dimonopoli oleh ulum al-naqliyah
(Islamicsciences). Karena posisi madrasah yang menaruh jarak dengan sains modern
itulah maka. madrasah sering disebut lembaga tradisonal. Kurikulum madrasah yang
membatasi diri pada ilmu-ilmu agama agaknya mengancam eksistensinya sendiri. Meskipun
demikian, jika dilakukan penyesuian dengan kecenderungan pendidikan modern, madrasah
masih tetap dituntut untuk menampilkan cirinya sendiri yang memperhatikan ilmu-ilmu
agama secara lebih proporsional.

Tiga hal yang menjadi PR bagi pendidik madrasah yaitu: (1) bagaimana menjadikan
madrasah sebagai wahana untuk membina ruh atau peraktik hidup keIslaman, (2)
bagaimana memperkokoh keberadaan madrasah sehingga sederajat dengan sistem sekolah
(3) bagaimana madrasah mampu merespon tuntutan masa depan guna mengatisipasi
perkembangan ipteks dan era globalisasi.

9
10
BAB III KESIMPULAN

Pendidikan merupakan proses interaksi manusiawi yang ditandai keseimbangan antara


kedaulatan subjek didik dengan kewibawaan pendidik,yang menyiapi subjek pendidik
untuk menghadapi lingkungan yang mengalami perubahan yang begitu pesat, sehingga
dapat mencapai kualitas pribadi dan masyarakat yang berkualitas dan berkelas, yang
dapat berlangsung untuk seumur hidup.

Pendidikan merupakan suatu wadah yang utama untuk merubah fisik dan pikiran
manusia agar lebih jauh lebih baik dalam berfikir secara kritis. Maka Dari Diharapkan
Program Pendidikan Semakin Ditingkatkan Kualitasnya Agar Masyarakat Mengetahui
Pendidikan Yang Ada Diluar Juga Tidak Hanya Tahu Pendidikan Yang Ada Diindonesia
Saja

11
DAFTAR PUSTAKA

Kodir, A., Yulianto, E., Kurnianto, R., Fauzi , A., Baehaqi, Romiati, et al. (2012). Dasar-dasar
pendidikan. Jakarta: Prenada Media Group

Hasbullah. (1999). Dasar-dasar ilmu pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Kodir, A., Yulianto, E., Kurnianto, R., Fauzi , A., Baehaqi, Romiati, et al. (1999). Dasar-dasar
pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sultan, & Damayanti, I. (2022). Pendidikan nasional. Journal of shania economics and Islamic
educations, Vol.01 no.22.

UU Jenjang pendidikan. (2022). Bab v jenjang pendidikan Pasal 12. Journal UUR Indonesia
Jakarta, Jakarta.

12

Anda mungkin juga menyukai