Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

MENGANALISIS SISTEM PENDIDIKAN INDONESIA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Dasar Pendidikan

Dosen Pengampun : Azharotunnafi,M.Pd

Oleh :

1. Tiko Setiawan [ 230102110096 ]

2. Annisa Rizqy C.O [ 230102110089]

3. Eliza Qorhrunnada A [ 230102110083]

4. Elsa Sandy [230102110078]

PENDIDIKAN ILMU SOSIAL


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG 2023

2
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warohmatullohi wabarokatuh


Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan anugerah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu. Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah pada nabi
Muhammad SAW, keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga
akhir zaman.

Adapun penulisan makalah yang berjudul,"menganalisis sistem pendidikan


indonesia" yang disusun untuk mampu menganalisis dan mengkeritisi sistem
pendidikan nasional di Indonesia

Terima kasih kami ucapkan kepada Ibu Dosen Azharotunnafi,M.Pd yang


telah membantu kami baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga kami
ucapkan kepada teman-teman seperjuangan yang telah mendukung kamisehingga
kami bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata
sempurna baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu,
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca
agar menjadi acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.
Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan. Amin.

Malang, 14 September 2023

Penyusun

i
Daftar Isi

Contents
KATA PENGANTAR ............................................................................................ i
Daftar Isi ................................................................................................................ ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan .................................................................................................... 2
BAB II .................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN .................................................................................................... 3
A. Pengertian dari Sistem Pendidikan Nasional ..................................................... 3
B. Kritik Terhadap Sistem Pendidikan ......................................................... 4
1. Pemerataan Pendidikan Versus Peningkatan Kualitas Pendidikan ........................ 4
2. Sistem Pendidikan Yang Mendorong Urbanisasi .................................................. 5
3. Penyeragaman Pendidikan ...................................................................................... 5
4. Pembakuan Kurikulum ........................................................................................... 5
C. Pemerataan Pendidikan di Indonesia .......................................................... 6
BAB III ................................................................................................................... 8
PENUTUP .............................................................................................................. 8

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahwa manusia adalah makhluk yang tumbuh dan berkembang. Ia ingin
mencapai suatu kehidupan yang optimal. Selama manusia barusaha untuk meningkatkan
kehidupannya, baik dalam meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan,
kepribadian, maupun keterampilannya, secara sadar atau tidak sadar, maka selama itulah
pendidikan masih berjalan terus.1

Pendidikan di Indonesia adalah seluruh pendidikan yang diselenggarakan di


Indonesia, baik itu secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Secara terstruktur,
pendidikan di Indonesia menjadi tanggung jawab Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia (Kemdikbud), dahulu bernama Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia (Depdiknas). Di Indonesia, semua penduduk
wajib mengikuti program wajib belajar pendidikan dasar selama sembilan tahun, enam
tahun di sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah dan tiga tahun di sekolah menengah
pertama/madrasah tsanawiyah. Saat ini, Pendidikan di Indonesia diatur melalui Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.2

Telah menjadi amanat pembukaan UUD 1945, bahwa pemerintah wajib


menyediakan pendidikan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam rangka
mewujudkan tujuan tersebut maka dibutuhkan sebuah sistem pendidikan yang mampu
meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sistem tersebut adalah sistem pendidikan
nasional.3

1 Marzuki, I., & Hakim, L. (2019). Evaluasi Pendidikan Islam. Tadarus Tarbawy: Jurnal Kajian Islam dan
Pendidikan, 1(1).
2 NDONESIA, P. R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional.
3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

1
B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian dari Sistem Pendidikan Nasional?

2. Bagaimana Kritik Terhadap Sistem Pendidikan?

3. Peran Pemerintah di Bidang Pendidikan?

C. Tujuan Pembahasan

1. Untuk Mengetahui Sistem Pendidikan Nasional.

2. Untuk Mengetahui Kritik Terhadap Sistem Pendidikan.

3. Untuk Mengetahui Pemerintah di Bidang Pendidikan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dari Sistem Pendidikan Nasional

Pendidikan Nasional adalah sistem pendidikan yang berdiri berdasarkan landasan-


landasan yang dijiwai oleh falsafah kehidupan bangsa yang tujuannya bersifat mengabdi
terhadap keinginan serta cita-cita nasional suatu bangsa. Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengemukakan bahwa: “Pendidikan Nasional adalah suatu usaha yang
membimbing para warga Negara Indonesia menjadi Pancasila, yang berkepribadian
berdasarkan ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam
sekitar4.

Dari sistem pendidikan yang di sebutkan di atas pengertian yang serupa juga
disebutkan bahwa pengertian sistem pendidikan menurut Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia No.2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 2 berbunyi:
“Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar dari pada kebudayaan bangsa
Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.

Dasar ini dapat dilihat pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea 4
batang tubuh Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII Pasal 31 bahwa tiap-tiap warga Negara
berhak mendapat pengajaran dan Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu
sistem pengajaran nasional, yang diatur dengan undang undang Pendidikan Nasional
adalah bentuk usaha pendidikan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dan berakar atas nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia serta tanggapan
atas tuntutan perubahan zaman. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa pendidikan
nasional mewujudkan semua warga Negara Indonesia meningkat sebagai manusia yang
bermutu tinggi sehingga dapat menghadapi tantangan zaman yang kian berubah

4
Semadi, Yoga Putra. "Filsafat Pancasila dalam pendidikan di Indonesia menuju bangsa
berkarakter." Jurnal Filsafat Indonesia 2, no. 2 (2019): 82-89.

3
B. Kritik Terhadap Sistem Pendidikan
1. Pemerataan Pendidikan Versus Peningkatan Kualitas Pendidikan
Pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar 9 tahun yang mewajibkan
seluruh rakyat Indonesia utnuk bersekolah serendah-rendahnya lulus SMP. Pemerintah
telah memberikan Dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ), AUSKM, dan berbagai
bantuan dalam rangka pemerataan pendidikan bagi rakyat Indonesia. Ketika kita melihat
kenyataan bahwa pemerataan pendidikan belum menjangkau seluruh rakyat Indonesia
masih dan banyak kasus anak-anak usia sekolah yang tidak bersekolah karena berbagai
macam alasan, khususnya yang menyangkut masalah ekonomi keluarga yang sangat
rendah. Pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mewajibkan mereka untuk
bersekolah. Pemerataan pendidikan selalu tidak sejalan dengan peningkatan kualitas
pendidikan, maka pemerintah selalu akan mengalami kesulitan apabila ingin mencapai
keduanya sekaligus. Jika pemerataan yang ditekankan maka akan terjadi kesenjangan
dalam kualitas pendidikan demikian pula sebaliknya. 5
Dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan pemerintah berusaha dengan
membentuk sekolah-sekolah unggulan yang dinamakan Sekolah Standar Nasional(
SSN) dan Sekolah Bertaraf Internasional ( SBI ). Namun usaha pemerintah ini sarat
dengan kritikan. Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) dianggap menggiring pendidikan
Indonesia bersifat kapitalistis. Hal ini dibuktikan dengan adanya biaya operasional yang
membutuhkan biaya sangat besar sehingga sekolah masih harus memungut biaya
pendidikan yang relative mahal dari orangtua siswa. Di sisi lain SBI dituding
menimbulkan ketidak adilan bagi anak-anak bangsa yang seharusnya memiliki hak dan
kesempatan yang sama. Anak-anak dari keluaraga yang secara ekonomi kurang, akan
kehilangan akses masuk ke sekolah SBI meskipun memilki prestasi yang baik.

SBI yang menerapkan manajemen ISO dituding sebagai orientasi ke


kapitalisme pendidikan. Sebagaimana yang terdapat dalam Rencana Strategis
Pembangunan Pendidikan 2005-2009, RSBI bisa dicapai melalui sertifikasi ISO. Jadi,
sekolahsekolah yang mencapai taraf internasional tersebut harus memperoleh sertifikat
ISO. Ketentuan tersebut jelas akan mengantarkan manjemen pendidikan sebagai
layaknya sebuah perusahaan (korporasi). Hal itu terjadi karena ISO pada dasarnya

5
Safarah, Azizah Arifinna, and Udik Budi Wibowo. "Program zonasi di sekolah dasar
sebagai upaya pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia." Lentera Pendidikan: Jurnal
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 21, no. 2 (2018): 206-213.

4
adalah standar kinerja dunia industri neoliberalisme, yang ketika digunakan sebagai
acuan standar untuk menilai sebuah institusi pendidikan dianggap belum tentu tepat.

2. Sistem Pendidikan Yang Mendorong Urbanisasi


Hal ini jelas terlihat, rata-rata di tingkat desa hanya ada jenjang SekolahDasar
dan sejenisnya dan tidak ada jenjang pendidikan untuk SekolahMenegah Pertama yang
dapat menampung anak-anak yang inginmelanjutkan sekolah di desanya. Begitupun di
tingkat kecamatan atau kota kabupaten barulah ada SMP atau SMA dan SMK,
Perguruan Tinggi adakota provinsi . Jadi, memang ada sistem yang mengarahkan orang
ke kota dan jarang yang kembali lagi ke desa nya setelah sampai sekolah di kota.
Impilikasi dari sistem tersebut adalah tergerusnya nilai-nilai budaya lokal (kearifan
lokal). 6

3. Penyeragaman Pendidikan
Kecenderungan pemerintah untuk selalu melakukan penyeragaman tentu tidak
sesuai dengan prinsip demokrasi dan keberagaman di dunia pendidikan. Pada sistem
pendidikan formal dari Taman Kanak-Kanak sampai pada Pendidikan Tinggi maka akan
ditemukan kejanggalan-kejanggalan, mulai dari adanya penyeragaman bentuk
“kurikulum”. bentuk penyeragaman yang lain seperti seragam sekolah dan buku
pelajaran .
Rakyat Indonesia memang sengaja diseragamkan agar outputnya sama yakni
agar menjadi yakni menjadi buruh dari para kaum pemodal/pengusaha. Inilah kemudian
yang kita kenal dengan istilah link and match di mana pemerintah dalam hal ini sebagai
penyedia tenaga kerja dan kaum pemodal sebagai pembuat lapangan kerja 7

4. Pembakuan Kurikulum
Sejak awal kemerdekaan, kurikulum pendidikan berubah hampir setiap dekade,
seperti kurikulum 1968, 1975, 1984, dan terakhir 1994. Tetapi, pasca reformasi 1998,
muncul wacana baru Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yang menurut rencana
mau diterapkan mulai tahun 2004, tetapi sampai pada awal Februari 2006 ketika muncul

6
Safarah, Azizah Arifinna, and Udik Budi Wibowo. "Program zonasi di sekolah dasar
sebagai upaya pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia." Lentera Pendidikan: Jurnal
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 21, no. 2 (2018): 206-213.

7
Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 21, no. 2 (2018): 206-213.

5
lagi kebijakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, status KBK masih bersifat uji
coba. Semua serba uji coba dan uji coba. Ketidak konsistenan dan ketidak jelasan visi
merupakan masalah yang sering terjadi di Indonesia. Kurikulum yang diterapkan yang
berubah-ubah tergantung Menteri Pendidikan yang sedang menjabat, jika ada
pergantian jabatan Menteri Pendidikan biasanya kurikulum pendidikanpun
kemungkinan besar akan berubah (sebagai contoh, kurikulum berbasis kompetensi-
KBK, kurikulum tingkat satuan pendidikan-KTSP. Selain berbagai persoalan tersebut,
masih ada problem yang tak kalah penting, yaitu gonta-ganti kurikulum. Jadi, belum ada
kurikulum baku. Rembuk nasional pendidikan dan kebudayaan yang melibatkan
instansi-instansi yang terkait belum mampu menetapkan kurikulum pendidikan yang
baku.
Dari sisi simbolis dan jargon, kurikulum pendidikan nasional memang berbeda
dan sudah menjadi tradisi tersendiri jika setiap ganti menteri muncul program baru.
Padahal, jika ditelisik lebih jauh, sebenarnya substansi kurikulum baru tersebut telah
ada dalam konsep pendidikan nasional sebelumnya. Dengan desain tersebut, kompetensi
yang ingin dicapai peserta didik dijadikan alasan. Padahal, sistem pendidikan kita
hanyalah diarahkan untuk melayani pasar yang sangat jauh dari kepentingan kualitas
dan kebutuhan masyarakat.

C. Pemerataan Pendidikan di Indonesia

Pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar 9 tahun yang mewajibkan seluruh


rakyat Indonesia utnuk bersekolah serendah-rendahnya lulus SMP. Pemerintah telah
memberikan Dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ), AUSKM, dan berbagai bantuan
dalam rangka pemerataan pendidikan bagi rakyat Indonesia. Ketika kita melihat
kenyataan bahwa pemerataan pendidikan belum menjangkau seluruh rakyat Indonesia
masih dan banyak kasus anak-anak usia sekolah yang tidak bersekolah karena berbagai
macam alasan, khususnya yang menyangkut masalah ekonomi keluarga yang sangat
rendah. Pemerintah tidak memiliki kemampuan untuk mewajibkan mereka untuk
bersekolah.
8
Pemerataan pendidikan selalu tidak sejalan dengan peningkatan kualitas

8
Kadi, T. and Awwaliyah, R., 2017. Inovasi pendidikan: Upaya penyelesaian
problematika pendidikan di Indonesia. Jurnal Islam Nusantara, 1(2).

6
pendidikan, maka pemerintah selalu akan mengalami kesulitan apabila ingin mencapai
keduanya sekaligus. Jika pemerataan yang ditekankan maka akan terjadi kesenjangan
dalam kualitas pendidikan demikian pula sebaliknya. Dalam rangka meningkatkan
kualitas pendidikan pemerintah berusaha dengan membentuk sekolah-sekolah unggulan
yang dinamakan Sekolah Standar Nasional( SSN) dan Sekolah Bertaraf Internasional (
SBI ). Namun usaha pemerintah ini sarat dengan kritikan. Sekolah Bertaraf Internasional
(SBI) dianggap menggiring pendidikan Indonesia bersifat kapitalistis. Hal ini dibuktikan
dengan adanya biaya operasional yang membutuhkan biaya sangat besar sehingga
sekolah masih harus memungut biaya pendidikan yang relative mahal dari orangtua
siswa.

Di sisi lain SBI dituding menimbulkan ketidak adilan bagi anak-anak bangsa yang
seharusnya memiliki hak dan kesempatan yang sama. Anak-anak dari keluaraga yang
secara ekonomi kurang, akan kehilangan akses masuk ke sekolah SBI meskipun memilki
prestasi yang baik. Jadi, sekolah-sekolah yang mencapai taraf internasional tersebut harus
memperoleh sertifikat ISO. Ketentuan tersebut jelas akan mengantarkan manjemen
pendidikan sebagai layaknya sebuah perusahaan (korporasi). Hal itu terjadi karena ISO
pada dasarnya adalah standar kinerja dunia industri neoliberalisme, yang ketika
digunakan sebagai acuan standar untuk menilai sebuah institusi pendidikan dianggap
belum tentu tepat.
9

9
Inovasi pendidikan: Upaya penyelesaian problematika pendidikan di Indonesia. Jurnal
Islam Nusantara, 1(2).

7
BAB III
PENUTUP

Pendidikan Nasional adalah sistem pendidikan yang berdiri berdasarkan landasan-


landasan yang dijiwai oleh falsafah kehidupan bangsa yang tujuannya bersifat mengabdi
terhadap keinginan serta cita-cita nasional suatu bangsa. Dari sistem pendidikan yang di
sebutkan di atas pengertian yang serupa juga disebutkan bahwa pengertian sistem
pendidikan menurut Undang-Undang Dasar Republik Indonesia No.2 Tahun 1989 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat 2 berbunyi: “Pendidikan Nasional adalah
pendidikan yang berakar dari pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan
Pancasila dan Undang-undang
Dasar 1945.
Kritik terhadap sistem pendidikan di Indonesia, yang meliputi pemerataan
pendidikan, peningkatan kualitas pendidikan, penyeragaman pendidikan, kurikulum dan
ujian nasional sampai sekarang masih banyak disampaikan oleh para intelektual maupun
masyarakat yang peduli kepada pendidikan Indonesia. Namun masih ada kritik –kritik yang
lain seperti sertifikasi guru, pemerataan guru yang perlu disampaikan kepada pemerintah
sebagai penentu kebijakan pendidikan agar ditanggapi secara arif sehingga sistem
pendidikan di Indonesia semakin hari semakin maju dan dapat mencapai tujuan pendidikan
nasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah.
Pemerataan pendidikan selalu tidak sejalan dengan peningkatan kualitas
pendidikan, maka pemerintah selalu akan mengalami kesulitan apabila ingin mencapai
keduanya sekaligus. Jika pemerataan yang ditekankan maka akan terjadi kesenjangan
dalam kualitas pendidikan demikian pula sebaliknya. Dalam rangka meningkatkan kualitas
pendidikan pemerintah berusaha dengan membentuk sekolah-sekolah unggulan yang
dinamakan Sekolah Standar Nasional( SSN) dan Sekolah Bertaraf Internasional ( SBI

8
DAFTAR PUSTAKA

Marzuki, I., & Hakim, L. (2019). Evaluasi Pendidikan Islam. Tadarus Tarbawy: Jurnal
Kajian Islam dan Pendidikan, 1(1).

NDONESIA, P. R. (2003). Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003


tentang sistem pendidikan nasional.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Safarah, Azizah Arifinna, and Udik Budi Wibowo. "Program zonasi di sekolah
dasar sebagai upaya pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia." Lentera Pendidikan:
Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 21, no. 2 (2018): 206-213.

Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan 21, no. 2 (2018): 206-213.

Kadi, T. and Awwaliyah, R., 2017. Inovasi pendidikan: Upaya penyelesaian


problematika pendidikan di Indonesia. Jurnal Islam Nusantara, 1(2).

Inovasi pendidikan: Upaya penyelesaian problematika pendidikan di


Indonesia. Jurnal Islam Nusantara, 1(2).

9
MENGANALISIS SISTEM
PENDIDIKAN INDONESIA
KELOMPOK 5

1. Tiko Setiawan 2. Annisa Rizqy C.O


230102110096 230102110089

3. Eliza
Qorhrunnada A 4. Elisa Sandy
230102110083 230102110078
PENGERTIAN SISTEM
PENDIDIKAN NASIONAL

Pendidikan Nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdasarkan pada


landasan yang dijiwai oleh falsafah hidup nasional, mengabdi pada cita-cita nasional
dan cita-cita bangsa. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan:
Pendidikan nasional merupakan upaya pembinaan warga negara Indonesia agar
menjadi Pancasila, berkepribadian berdasarkan Ketuhanan, berwawasan sosial, dan
mampu membudayakan lingkungan hidup.Dari sistem pendidikan tersebut di atas
juga diberikan pengertian yang serupa bahwa pengertian sistem pendidikan menurut
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 2 dipahami sebagai berikut Pendidikan
nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan Pancasila dan hukum.Didirikan pada tahun 1945. Landasan tersebut
dapat dilihat pada pembukaan UUD 1945 ayat 4 UUD 1945, bab ini merupakan bentuk
upaya pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 serta bersumber dari
nilai-nilai agama dan budaya nasional Indonesia serta memenuhi perubahan
kebutuhan zaman. Oleh karena itu, dapat ditegaskan bahwa pendidikan nasional
membantu seluruh warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia berkualitas
yang mampu menghadapi tantangan zaman yang semakin berubah.
KERITIK TERHADAP
SISTEM PENDIDIKAN
1. Pemerataan Pendidikan 3. Penyeragaman
Versus Peningkatan Pendidikan
Kualitas Pendidikan

2.Sistem Pendidikan
4. Pembakuan
Yang Mendorong
Kurikulum
Urbanisasi
PAMERATAAN
PENDIDIKAN INDONESIA

Pemerintah memperkenalkan program wajib belajar sembilan tahun, yang mewajibkan semua warga negara
Indonesia untuk bersekolah setelah memperoleh setidaknya ijazah sekolah menengah atas. Pemerintah telah
memberikan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), AUSKM dan masih banyak dukungan lainnya untuk
pemerataan pendidikan bagi masyarakat Indonesia. Mengingat pemerataan pendidikan belum menjangkau
seluruh masyarakat Indonesia dan masih banyak kasus anak usia sekolah tidak bersekolah karena berbagai
alasan, termasuk terkait dengan permasalahan ekonomi keluarga yang sangat lemah. Pemerintah tidak bisa
memaksa mereka untuk bersekolah. Pemerataan pendidikan selalu tidak sejalan dengan peningkatan kualitas
pendidikan, sehingga akan selalu sulit agi pemerintah untuk mencapai keduanya pada saat yang bersamaan. Jika
kesetaraan dihargai maka akan terjadi kesenjangan kualitas pendidikan dan sebaliknya. Untuk meningkatkan mutu
pendidikan, pemerintah berupaya mendirikan sekolah menengah yang diberi nama Sekolah Standar Nasional
(SSN) dan Sekolah Bertaraf Internasional (SBI). Namun, upaya pemerintah ini mendapat kritik. Sekolah Berstandar
Internasional (SBI) dinilai mengarah pada pendidikan kapitalis di Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan biaya
operasional yang sangat tinggi sehingga sekolah masih harus memungut biaya pendidikan dari orang tua yang
relatif tinggi. Di sisi lain, SBI dituding menimbulkan ketidakadilan terhadap anak-anak negara yang seharusnya
mendapat persamaan hak dan kesempatan. Anak-anak dari keluarga kurang mampu secara ekonomi tidak akan
diterima di sekolah SBI meskipun mereka memiliki prestasi yang baik. Oleh karena itu, sekolah yang memenuhi
standar internasional harus memiliki sertifikat ISO. Peraturan ini jelas akan menjamin pendidikan dijalankan
layaknya sebuah bisnis. Hal ini terjadi karena ISO pada hakikatnya adalah standar yang diterapkan dalam dunia
industri neo-liberalisme dan jika dijadikan standar untuk menilai suatu lembaga pendidikan belum tentu dianggap
Fit.
PROFIL PELAJAR
RAHMATAL LILALAMIN
Pelajar Rahmatan lilAlamin Merupakan pelajar yang bertakwa,
berakhlak mulia, serta beragam secara moderat
DISKUSI
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai