Anda di halaman 1dari 15

KAPITA SELEKTA PENDIDIKAN ISLAM

(Pendidikan Islam sebagai Sub Sistem Pendidikan Nasional)

Makalah

Dibuat dengan Tujuan Memenuhi Tugas Kapita Selekta Pendidikan Islam


Program Studi Pendidikan Agama Islam
pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Institut Agama Islam As’adiyah

Disusun Oleh

Kelompok 10/ PAI 7-A:

DWI NISHA AQILLAH 18310034

DOSEN PENGAMPU:

Dr. H. Muh. Harta, M.Ag

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM (IAI) AS’ADIYAH SENGKANG

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah Swt. yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat diselesaikan
dengan tepat waktu. Shalawat dan taslim tak lupa kita kirimkan kepada panutan
kita Muhammad saw. Nabi yang telah menjadi rahmatan lil ‘alamin diseluruh
alam semesta ini.

Terima kasih kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Psikologi


Perkembangan yang telah memberikan tugas ini dalam hal ini Gurutta Dr. H. Muh
Harta, M.Ag Sehingga pengetahuan kami tentang Pendidikan Islam sebaga Sub
Sistem Pendidikan Nasional bisa semakin bertambah. Ucapan terimakasih pula
kepada semua pihak yang berperan dalam penyelesaian makalah ini.

Di dalam makalah ini, kami menyadari bahwa sangat jauh dari


kesempurnaan, olehnya itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang bersifat
membangun kami sangat harapkan demi pengembangan penulisan makalah kami.

Sengkang, 17 Desember 2021

Kelompok 10

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ................................................................................................. i


Kata Pengantar .................................................................................................... ii
Daftar Isi .............................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 1
C. Tujuan ........................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................... 3
A. Pendidikan Agama Islam dalam Lingkup Pendidikan Nasional ................... 3
B. SKB 3 Menteri 1975 dan Kebijakan Pemerintah dalam Pembinaan
Madrasah dan Pesantren ............................................................................. 6
C. Perumusan Tujuan dan Pembinaan Pondok Pesantren dalam Masa
Pembangunan ............................................................................................. 7
D. Sistem dan Metode Pendidikan di Pondok Pesantren .................................. 9
BAB III PENUTUP .............................................................................................. 11
A. Kesimpulan ................................................................................................ 11
B. Saran ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada hakikatnya segala pengetahuan bersumber dari Tuhan Yang Maha
Esa. Dan Tuhan telah menurunkan pengetahuan baik melalui utusan-Nya berupa
wahyu, maupun berbagai hal yang ada di alam semesta. Kebenaran pengethauan
bersifat mutlak seperti dalam pengetahuan keagamaan karena bersumber langsung
dari Tuhan.
Dilihat dari kemajemukan agama yang ada di Indonesia agam Islam
mendominasi ragam agama yang ada, maka mayoritas penduduk di Indonesia
menganut agama Islam. Dari alasan diatas dalam usaha mencerdaskan kehidupan
bangsa, Negara Indonesia memasukkan Sistem Pendidikan Agama Islam kedalam
sistem pendidikan Nasional, karena pendidikan agama dapat memainkan peran
yang lebih kuat dalam memperbaiki akhlaq masyarakat.
Pendidikan agama juga sangat dianjurkan sekalipun di Negara yang
maju,karena sifat religiusitas harus ditanamkan. Dengan adanya itu, orang akan
mempunyai pegangan dan mempunyai rasa Ketuhanan dan Keimanan. Maka, dari
alasan tersebut dalam makalah kami akan membahas beberapa hal yang kami
rangkum pada rumusan masalah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pendidikan agama Islam dalam lingkup pendidikan nasional?
2. Bagaimana SKB 3 Menteri 1975 dan kebijakan pemerintah dalam
pembinaan madrasah dan pesantren?
3. Bagaimana perumusan tujuan dan pembinaan pondok pesantren dalam
masa pembangunan?
4. Bagaimana sistem dan metode pendidikan di pondok pesantren?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pendidikan agama Islam dan lingkup pendidikan
nasional.
2. Untuk mengetahui SKB 3 Menteri 1975 dan kebijakan pemerintah dalam
pembinaan madrasah dan pesantren.

1
2

3. Untuk mengetahui perumusan tujuan dan pembinaan pondok pesantren


dalam masa pembangunan.
4. Untuk mengetahui sistem dan metode pendidikan di pondok pesantren.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Agama Islam dalam Lingkup Pendidikan Nasional
Hasil rumusan seminar Pendidikan Islam se-Indonesia tahun 1960,
memberikan pengertian bahwa pendidikan Islam ditujukan sebagai bimbingan
terhadap pertumbuhan rohani dan jasmani menurut ajaran Islam dan hikmah
mengarahkan, mengajarkan, melatih, mengasuh dan mengawasi berlakunya semua
ajaran Islam.
Sedangkan di dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UU.
RI. No. 2 Th. 1989) pasal 4 disebutkan: “Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan
jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Dengan rumusan demikian jelas sekali bahwa pendidikan agama
merupakan bagian pendidikan yang amat penting karena berkenaan dengan aspek-
aspek dan nilai, keimanan dan ketaqwaan.
Hal ini berarti pula bahwa keberhasilan pendidikan Islam akan membantu
terhadap keberhasilan pendidikan nasional. Juga sebaliknya keberhasilan
pendidikan nasional secara makro turut membantu pencapaian tujuan pendidikan
Islam. Sebab itu keberadaan lembaga pendidikan Islam oleh pemerintah dijadikan
mitra untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.
Secara historis diketahui bahwa sejak pemerintahan Kolonial Belanda
memperkenalkan sistem pendidikannya yang bersifat sekuler, keadaan pendidikan
di Indonesia berjalan secara dualistis. Pendidikan kolonial yang tidak
memperhatikan nilai-nilai agama dengan pola Baratnya berjalan sendiri,
sementara pendidikan Islam yang diwakili pesantren dengan tidak memperhatikan
pengetahuan umum juga berjalan sendiri. Hal ini berjalan sampai Indonesia
memproklamasikan kemerdekaannya.

3
4

Undang-undang Nomor 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan


Nasional, merupakan undang-undang yang mengatur penyelenggaraan suatu
sistem pendidikan nasional sebagaimana dikehendaki oleh UUD 1945. Melalui
proses penyusunannya sejak tahun 1945, ketika Indonesia memproklamirkan
kemerdekaannya sampai tahun 1989, tampaknya undang-undang tersebut juga
merupakan puncak dari usaha mengintegrasikan pendidikan Islam ke dalam
sistem pendidikan nasional, sebagai usaha untuk menghilangkan dualisme sistem
pendidikan yang selama ini masih berjalan. Karenanya, masalah-masalah
pendidikan terutama yang menyangkut kurikulum pendidikan, maka semuanya di
bawah koordinasi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Dengan demikian berarti UU No. 2 Tahun 1989 tersebut merupakan
wadah formal terintegrasinya pendidikan Islam dalan sistem pendidikan nasional
dan dengan adanya wadah tersebut, pendidikan Islam mendapatkan peluang serta
kesempatan untuk terus berkembang.
Adanya peluang dan kesempatan untuk berkembangnya pendidikan Islam
secara terintegrasi dalam sistem pendidikan nasional tersebut dapat kita lihat pada
pasal-pasal, diantaranya sebagai berikut:
1. Di dalam pasal 1 ayat 2, disebutkan bahwa pendidikan nasional adalah
pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Kenyataannya tidak bisa
dipungkiri, bahwa pendidikan Islam baik sebagai sistem maupun
kelembagaannya, merupakan warisan budaya bangsa, yang berurat akar
pada masyarakat bangsa Indonesia. Dengan demikian jelaslah bahwa
pendidikan Islam akan merupakan bagian integral dari sistem pendidikan
nasional.
2. Pada pasal 4 diungkapkan tentang tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk
mencerdasakan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap
Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan
dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
5

Apa yang dinyatakan dalam tujuan pendidikan nasional tersebut terutama


yang menyangkut nilai-nilai dan aspek-aspeknya, sepenuhnya adalah nilai-
nilai dasar ajaran Islam, tidak ada yang bertentangan dengan tujuan
pendidikan Islam. Oleh karena itu, perkembangan pendidikan Islam akan
mempunyai peran strategis dan menentukan dalam keberhasilan
pencapaian tujuan pendidikan nasional tersebut.
3. Selanjutnya pada pasal 10 dinyatakan bahwa pendidikan keluarga
merupakan bagian dari jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan
dalam keluarga dan yang memberikan keyakinan agama, nilai budaya,
nilai moral dan keterampilan.
Menurut ajaran Islam, keluarga merupakan lembaga pendidikan yang
pertama dan utama, yang berperan besar dalam upaya pembentukan
kepribadian anak.
Dengan masuknya lembaga pendidikan keluarga menjadi bagian dasar
sistem pendidikan nasional, maka pendidikan keluarga muslim pun
menjadi bagian yang tak terpisahkan dari sistem pendidikan nasional yang
berlaku.
4. Pada pasal 11 ayat 1 disebutkan bahwa jenis pendidikan yang termasuk
jalur pendidikan sekolah terdiri atas pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan
keagamaan, pendidikan akademik dan pendidikan profesional.
Yang dimaksud dengan pendidikan agama sebagaimana yang dijelaskan
pada ayat tersebut adalah pendidikan yang mempersiapkan peserta didik
untuk dapat menjalankan peranan yang menuntut penguasaan pengetahuan
khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan.
Kita mengetahui bahwa setiap orang Islam berkepentingan dengan
pengetahuan tentang ajaran-ajaran Islam, terutama yang berhubungan
dengan nilai-nilai keagamaan, moral dan sosial budayanya. Oleh
karenanya, pendidikan Islam dengan lembaga-lembaganya, tidak bisa
dipisahkan dari sisten pendidikan nasional.
6

Demikianlah bagaimana posisi pendidikan Islam dalam kerangka Sistem


Pendidikan Nasional. Dalam konteks ini yang mungkin jadi pertanyaan adalah
mengapa sistem pendidikan Islam diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan
nasional. Secara konsepsional, sistem pendidikan nasional sebagaimana
dikehendaki oleh UUD 1945, adalah sejalan atau paling tidak, tidak ada
pertentangannya dengan konsep dasar pendidikan Islam.
B. SKB 3 Menteri dan Kebijakan Pemerintah dalam Pembinaan Madrasah
dan Pesantren
Sejalan dengan upaya meningkatkan mutu pendidikan madrasah inilah,
pada tanggal 24 Maret 1975 dikeluarkan kebijakan berupa Surat Keputusan
Bersama (SKB) 3 Menteri yang ditandatangani oleh Menteri Agama (Prof. Dr.
Mukti Ali), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Letjen. TNI Dr. Teuku Syarif
Thayeb) dan Menteri Dalam Negeri (Jend. TNI Purn. Amir Machmud).
SKB ini dapat dipandang sebagai model solusi yang di satu sisi
memberikan pengakuan eksistensi madrasah, dan di sisi lain memberikan
kepastian akan berlanjutnya usaha yang mengarah pada pembentukan sistem
pendidikan nasional yang integratif. Sejumlah diktum dari SKB 3 Menteri ini
memang memperkuat posisi madrasah, yaitu:
1. Madrasah meliputi 3 tingkatan: MI setingkat dengan SD, MTs
setingkat dengan SMP, dan MA setingkat dengan SMA.
2. Ijazah madrasah dinilai sama dengan ijazah sekolah umum yang
sederajat.
3. Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum yang setingkat
lebih atas.
4. Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.
Dengan diterbitkannya SKB 3 Menteri tahun 1975 yang bertujuan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan madrasah, dan diterapkannya
kurikulum baru pada tahun 1976 sebagai realisasi SKB 3 Menteri tersebut; SKB 3
Menteri itu memberikan nilai positif dengan menjadikan status madrasah yang
sejajar dengan sekolah-sekolah umum. Sisi positif lain dari SKB 3 Menteri telah
mengakhiri reaksi keras umat Islam yang menilai pemerintah terlalu jauh
7

mengintervensi kependidikan Islam yang telah lama dipraktikkan umat Islam.


Dengan berlakunya SKB 3 Menteri, maka kedudukan madrasah memang telah
sejajar dengan sekolah-sekolah umum. Dari segi organisasi, madrasah sama
dengan sekolah umum; dari segi jenjang pendidikan, MI, MTs dan MA sederajat
dengan SD, SMP dan SMA.
C. Perumusan Tujuan dan Pembinaan Pondok Pesantren dalam Masa
Pembangunan
Tujuan pendidikan pesantren secara umum adalah menciptakan dan
menyiapkan para kader yang berkepribadian muslim yang selalu menjadikan Al-
Quran sebagai pedoman hidup sehari-hari namun tidak meninggalkan peran ilmu
pengetahuan. Selain itu pesantren memiliki itikad untuk tidak hanya memberikan
penjelasan-penjelasan dalam rangka memperkaya pengetahuan para santri, namun
untuk meninggikan moral kehidupan bermasyarakat, menghargai harkat dan
martabat sesama manusia, mengajarkan bagaimana cara berperilaku dan memiliki
akhlak yang baik dan yang paling utama adalah mengajarkan pada santri untuk
tetap hidup sederhana.
Sebagaimana kita ketahui bahwa pondok pesantren adalah suatu lembaga
pendidikan swasta yang didirikan oleh perseorangan (Kiai) sebagai figur sentral
yang berdaulat menetapkan tujuan pendidikan pondoknya adalah mempunyai
tujuan tidak tertulis yang berbeda-beda.
Tujuan tersebut dapat kita asumsikan sebagai berikut:
1. Tujuan khusus: "mempersiapkan para santri untuk menjadi orang yang
alim dalam ilmu agama yang diajarkan oleh Kiai yang bersangkutan serta
mengamalkannya dalam masyarakat".
2. Tujuan umum: "membimbing anak didik untuk menjadi manusia yang
berkepribadian Islam yang sanggup dengan ilmu agamanya menjadi
mubalig Islam dalam masyarakat sekitar melalui ilmu dan amalnya".
Akan tetapi, untuk menciptakan rumusan formal dari tujuan pondok
pesantren yang bersifat integral, komprehensif, atau total meliputi segala jenis
pondok dalam hubungannya dengan masa pembangunan, harus tidak terlepas dari
cita-cita/ tujuan bangsa kita sebagaimana yang telah ditetapkan dalam UUD 1945
8

serta diperkuat dengan Ketetapan MPRS Tahun 1966 serta Tap-Tap MPR
selanjutnya. Oleh karena bilamana suatu tujuan pendidikan dalam negara kita
tidak relevan dengan tujuan asasi bangsa, akan menimbulkan kecurigaan yang
merugikan kelangsungan hidup pondok pesantren itu sendiri.
Menurut penafsiran MPRS No. XXVII Tahun 1966 Pasal 2: "Dasar
Pendidikan adalah falsafah Pancasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta
dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia."
Sedang menurut Tap MPR No. IV Tahun 1973 dan Tahun 1978 serta Tap-
Tap MPR tentang GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) berikutnya, Dasar
Pendidikan Nasional adalah Pancasila. Sedangkan tujuan pendidikan menurut
ketetapan tersebut dalam Pasal 3, dinyatakan bahwa: "Tujuan pendidikan ialah
membentuk manusia Pancasilai sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan seperti
yang dikehendaki oleh Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945." Dan menurut
Tap MPR No. IV 1978: Pendidikan bertujuan untuk meningkat-kan ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan, keterampilan, cinta tanah air, berbudi
luhur, berjiwa pembangunan terhadap diri sendiri dan bertanggung jawab atas
pembangunan masyarakat.
Dalam GBHN 1988 tujuan Pendidikan Nasional lebih diperjelas lagi
aspek-aspeknya. Jadi, jelaslah bahwa negara kita menghendaki agar semua rakyat
Indonesia dididik menjadi manusia Pancasila yang sebenar-benarnya. Manusia
Pancasilais adalah insan yang di dalam dirinya berbentuk mental moral budi
pekerti serta keyakinan agama yang kuat yang diimbangi dengan kecerdasan dan
keterampilan yang tinggi dalam jasmani yang sehat.
Tujuan ini mengandung pengertian bahwa semua usaha pendidikan harus
dapat menghasilkan manusia yang harmonis antara lahir dan batin, jasmaniah dan
rohaniah yang tidak hanya mampu hidup secara self-standing melainkan juga
menjadi warga negara yang berbakti kepada masyarakat, negara, bangsa, dan
agama yang berjiwa sosial konstruktif.
9

Istilah manusia Pancasilai sejati sebenarnya masih belum jelas


perumusannya, karena Pancasila sendiri terbuka kepada penafsiran yang luas
sekali, yang relatif berbeda-beda menurut keyakinan masing-masing orang. Akan
tetapi, dengan mengabaikan masalah penafsiran Pancasila dapat diwarnai dengan
jiwa Islam dan memang prinsipnya tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip
ajaran Islam. Dengan demikian, perlu adanya perumusan tujuan yang bersifat
integrated yang dapat menampung cita-cita negara dan ulama. Kalau demikian
tujuan tersebut dapat kita rumuskan sebagai berikut:
1. Tujuan Umum
"Membentuk mubalig-mubalig Indonesia berjiwa Islam yang Pancasilais
yang bertakwa, yang mampu baik rohaniah maupun jasmaniah mengamalkan
ajaran agama Islam bagi kepentingan kebahagiaan hidup diri sendiri, keluarga,
masyarakat dan bangsa, serta negara Indonesia."
2. Tujuan Khusus
a) Membina suasana hidup keagamaan dalam pondok pesantren sebaik mungkin
sehingga terkesan pada jiwa anak didiknya (santri).
b) Memberikan pengertian keagamaan melalui pengajaran ilmu agama Islam.
c) Mengembangkan sikap beragama melalui praktik-praktik ibadah.
d) Mewujudkan ukhuwah Islamiah dalam Pondok Pesantren dan di sekitarnya.
e) Mengusahakan terwujudnya segala fasilitas dalam pondok pesantren yang
memungkinkan pencapaian tujuan umum tersebut.
D. Sistem dan Metode Pendidikan di Pondok Pesantren
Sistem pondok pesantren selalu diselenggarakan dalam bentuk asrama atau
komplek asrama dimana santri mendapatkan pendidikan dalam suatu situasi
lingkungan sosial keagamaan yang kuat dalam ilmu pengetahuan yang dilengkapi
pula dengan atau tanpa ilmu pengetahuan umum. Dalam perkembangan
selanjutnya, pondok pesantren disamping memberikan pelajaran ilmu agama, juga
ilmu pengetahuan umum dengan system madrasah atau sekolah.
Adapun metode pengajaran di pesantren adalah bandhongan atau wetonan
dan sorogan. Dalam metode bandhongan ini dilakukan dengan cara kyai/guru
membacakan teks-teks kitab yang berbahasa Arab, menerjemahkannya kedalam
10

bahasa lokal, dan sekaligus menjelaskan maksud yang terkandung dalam kitab
tersebut. Sedangkan metode sorogan adalah dimana santri aktif memilih kitab
kuning, membacanya, kemudian menerjemahkannya di hadapan kyai, sementara
itu kyai mendengarkan bacaan santrinya dan mengoreksi bacaan atau
terjemahannya jika diperlukan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara konsepsional, sistem pendidikan nasional sebagaimana dikehendaki
oleh UUD 1945, adalah sejalan atau paling tidak, tidak ada pertentangannya
dengan konsep dasar pendidikan Islam.
SKB 3 Menteri itu memberikan nilai positif dengan menjadikan status
madrasah yang sejajar dengan sekolah-sekolah umum.
untuk menciptakan rumusan formal dari tujuan pondok pesantren yang
bersifat integral, komprehensif, atau total meliputi segala jenis pondok dalam
hubungannya dengan masa pembangunan, harus tidak terlepas dari cita-cita/
tujuan bangsa kita sebagaimana yang telah ditetapkan dalam UUD 1945 serta
diperkuat dengan Ketetapan MPRS Tahun 1966 serta Tap-Tap MPR selanjutnya.
Sistem pondok pesantren selalu diselenggarakan dalam bentuk asrama atau
komplek asrama dimana santri mendapatkan pendidikan dalam suatu situasi
lingkungan sosial keagamaan yang kuat dalam ilmu pengetahuan yang dilengkapi
pula dengan atau tanpa ilmu pengetahuan umum. Dalam perkembangan
selanjutnya, pondok pesantren disamping memberikan pelajaran ilmu agama, juga
ilmu pengetahuan umum dengan system madrasah atau sekolah.
B. Saran
Makalah ini setidaknya memberikan sedikit pengetahuan tentang Pendidikan
Islam sebaga Sub Sistem Pendidikan Nasional sehingga dapat menjadi bahan
pembelajaran. Dan dalam penulisan makalah ini penulis menyadari masih jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik, saran dan
masukan yang dapat membangun penulisan makalah ini.

11
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Chalidjah. 1995. Kajian Perbandingan Pendidikan. Surabaya : Al-Ikhlas.
Hasan, M. Ali dan Mukti Ali. 2003. Kapita Selekta Pendidikan (Jakarta :
Pedoman Ilmu Jaya,
Zaman, Muh. Kamilu. Makalah Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan
Nasional. Diakses dari
http://kamiluszaman.blogspot.com/2015/09/pendidikan-islam-dalam-
sistem.html pada tanggal 20 Desember 2021.

12

Anda mungkin juga menyukai