Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SUPERVISI PENDIDIKAN

KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PEMBINAAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SEKOLAH UMUM

Dosen Mata Kuliah:


Hairullah, M.Pd

Oleh:
Kelompok 8

Ahmad Barkatullaoh Amin : NPM.17.12.4134


Abdul Kadir Ajjailani : NPM.19.12.4696
M. Rohib Aditiya Fahrul Rajab : NPM.19.12.4782
Muh Ardan Dullah : NPM.19.12.4797
Muhammad Fauzi : NPM.19.12.4813
Muhammad Taufiqurrahman : NPM.19.12.5007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM
MARTAPURA
2021
Kata Pengantar

Alahamdulillah, Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami


kemudahan sehingga dapat menyelesaikan makalah ini. Shalawat dan salam
semoga terlimpah kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas berstruktur mata kuliah Supervisi
Pendidikan sebagai salah satu komponen penilaian yang dibebankan kepada para
mahasiswa oleh dosen pembimbing Hairullah, M.Pd

Makalah ini berisi materi mengenai Kebijakan Pemerintah dalam


Pembinaan Pendidikan Agama Islam pada Sekkolah Umum. Data yang
penyusun sajikan dalam makalah ini berasal dari beberapa referensi yang relevan
dengan topik pembahasan, baik dari buku pelajaran atau internet.

Dalam kesempatan ini pula, penyusun mengucapkan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini, baik berupa materil
maupun nonmaterial.

Penyusun menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Maka dari itu
penyususn sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sehingga ada perbaikan pada kesempatan selanjutnya. Di sisi lain,
penyusun berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua pada
umumnya dan bagi penyusun khususnya. Terima kasih atas perhatiannya.

Martapura, Mei 2021


Penyusun

Kelompok 8

i
Daftar Isi

Kata Pengantar ................................................................................................. i


Daftar Isi........................................................................................................... ii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 2
BAB II : PEMABAHASAN
A. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Kemerdekaan ............... 3
B. Kebijakan Pemerintah Orde Lama Di Bidang Pendidikan Islam....... 4
C. Kebijakan Pemerintah Orde Baru Di Bidang Pendidikan Islam .......... 6
D. Kebijakan Pendidikan Islam Pada Era Reformasi ............................... 8
BAB III : PENUTUP
Kesimpulan ......................................................................................... 11
Daftar Pustaka .................................................................................................. 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan upaya merancang masa
depan umat manusia yang dalam konsep dan implementasinya harus
memperhitungkan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Konsep
pendidikan dapat diibaratkan pakaian yang tak dapat diimpor dan
diekspor. Ia harus diciptakan sesuai keinginan ukuran dan model dari
orang yang memakainya sehingga tampak pas dan serasi. Demikian pula
halnya konsep pendidikan yang diterapkan di Indonesia amat dipengaruhi
oleh berbagai kebijakan politik pemerintah, perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, perkembangan dan perubahan masyarakat,
adat istiadat, kebudayaan dan lain-lain.
Secara historis, pendidikan Islam sudah dikenal sejak kedatangan
Islam ke Indonesia. Pendidikan ini memakai sistem perorangan dan
berlangsung secara sederhana serta tidak mengenal tingkatan seperti
pendidikan pesantren, kemudian berkembang dengan sistem kelas seperti
dalam pendidikan modern. Berbagai kelemahan di atas merupakan
persoalan yang harus dijawab oleh sistem dan kebijakan pendidikan di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena pendidikan merupakan unsur penting
sekaligus merupakan amanat tertinggi bangsa ini sebagai sarana untuk
membina dan membangun manusia seutuhnya sebagaimana termaktub
dalam UUD 1945” Untuk Memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan pendidikan islam pada masa kemerdekaan?
2. Bagaimana kebijakan pemerintah orde lama di bidang pendidikan
islam?
3. Bagaimana kebijakan pemerintah orde baru di bidang pendidikan
islam?
4. Bagaimana kebijakan pendidikan islam pada era reformasi?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui perkembangan pendidikan islam pada masa
kemerdekaan
2. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah orde lama di bidang
pendidikan islam
3. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah orde baru di bidang
pendidikan islam
4. Untuk mengetahui kebijakan pendidikan islam pada era reformasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Pendidikan Islam Pada Masa Kemerdekaan


Setelah proklamasi dikumandangkan, perubahan-perubahan di
berbagai aspek telah terjadi, tidak halya dalam bidang pemerintahan, tetapi
juga dalam bidang pendidikan. Perubahan yang terjadi dalam bidang
pendidikan merupakan perubahan yang bersifat mendasar, yaitu perubahan
yang menyangkut penyesuaian kebijakan pendidikan dengan dasar dan
cita-cita bangsa Indonesia.
Hal ini dapat dilihat adanya bantuan pemerintah baik bantuan dalam
bentuk material maupun non material, sebagaimana yang dianjurkan oleh
Badan Pekerja Komite Nasioanal Pusat ( BKNP), 27 Desember 1947
menyebutkan bahwa: “Madrasah dan Pesantren yang pada hakikatnya
adalah satu alat dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar
dalam masyarakat Indonesia pada umumnya, hendaklah pula mendapat
perhatian dan bantuan nyata tuntutan dan bantuan material dari
pemerintah.1
Selanjutnya pendidikan agama diatur secara khusus dalam UU Nomor
4 tahun1950 pada Bab XII pasal 20, yaitu:
1. Dalam sekolah-sekkolah negeri diadakan pelajaran agama, orang tua
murid menetapkan apakah anak-anaknya akan mengikuti pelajaran
tersebut
2. Cara penyelenggaraan agama di sekolah-sekolah negeri diatur dalam
peraturan yang ditetapkan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
bersama-sama dengan Menteri Agama

Sementara itu pada peraturan bersama Menteri P & K dan Menteri


Agama Nomor : 1432/Kab, 20 Januari 1951 (P&K), Nomor K

1
H.A.Timur Jailani, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan Agama, Jakarta:
CV.Darmaga, 1999, h.16

3
1.1652/Tanggal 20 Januari 1951 (Agama) diatur tentang penndidikan
agama di sekolah-sekolah, yaitu:
1. Pasal 1: Di tiap-tiap sekolah rendah dan sekolah lanjutan (umum dan
kejuruan) diberikan pendidikan agama.
2. Pasal 2: (a) Di sekolah-sekolah rendah pendidikan agama dimulai dari
kelas IV, banyaknya 2 jam dalam satu minggu, (b) Di lingkungan
yang istimewa pendidikan agama dapat dimulai dari kelas 1 dan
jamnya dapat ditambah menurut kebutuhan. Tetapi tidak melebihi 4
jam seminggu, dengan ketentuan bahwa mutu pengetahuan umum
bagi sekolah-sekolah rendah di lain lingkungan.
3. Pasal 3: Di sekolah-sekolah SLTP dan SLTA, baik sekolah umum
maupun sekolah-sekolah kejuruan diberi pendidikan agama 2 jam
dalam tiap-tiap minggu.
4. Pasal 4: (a) Pendidikan agama diberikan menurut agama murid
masing-masing, (b) Pendidikan agama baru diberikan pada suatu kelas
mempunyai murid sejurang-kurangnya 10 orang yang menganut suatu
macam agama, (c) Murid dalam suatu kelas yang memeluk agama lain
daripada agama yang sedang diajarkan pada suatu waktu, boleh
meninggalkan kelasnya selama pelajaran itu.

B. Kebijakan Pemerintah Orde Lama Di Bidang Pendidikan Islam


Sejak awal kemerdekaan, Pemerintah RI telah melakukan pembinaan
pendidikan Islam pada khususnya.Pembinaan pendidikan agama secara
formal institusional dipercayakan kepada departemen agama dan
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. “Pendidikan Agama di sekolah
umum mulai diatur secara resmi oleh pemerintah pada bulan Desember
1946, sebelum pendidikan agama sebagai pengganti pendidikan budi
pekerti yang sudah ada sejak zaman Jepang berjalan sendiri-sendiri
dimasing-masing daerah”.2

2
Zuairini, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, , 1992, h. 195

4
Kemudian penyelenggaraan pembinaan pendidikan agama pada
sekolah umum dan perguruan agama (Pesantren dan Madrasah), landasan
yuridisnya bukan semata-mata UU.NO 4/1950 pasal 20 jo No.12/1954
akan tetapi dimulai sejak dibentuknya Departemen Agama berdasarkan PP
nomor I/ SD tanggal 3 januari 1946 atas dasar pertimbangan usulan
BPKNIP 22 desember 1945 agar Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan mengusahakan pembaharuan Pendidikan dan Pengajaran baru
meliputi 10 persoalan termasuk di dalamnya masalah pengajaran agama,
madrasah dan pondok pesantren.
Selanjutnya sekitar tahun 1950, kedaulatan Indonesia mulai pulih,
maka rencana pendidikan agama untuk seluruh wilayah Indonesia makin
disempurnakan dengan dibentuknya panitia bersama yang dipimpin oleh
Prof.Mahmud Yunus dari Departemen Agama dan Mr. Hadi dari
departemen P&K. Hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada
bulan januari 1951 (Pendidikan), NO.K.1/652 dan tanggal 20 januari 1951
(Agama) yang berisi:
1. Pendidikan Agama yang diberikan mulai kelas IV SR( Sekolah
Rakyat)
2. Daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat seperti Sumatera,
Kalimantan dll. Maka pendidikan agama diberikan mulai kelas 1 SR,
dengan catatan bahwa pengetahuan umum yang tidak boleh berkurang
dibandingkan dengan sekolah yang pendidikan agamanya di berikan
mulai kelas IV
3. Di sekolah lanjutan pertama dan tingkat atas ( umum dan kejuruan)
diberikan pendidikan agama sebanyak 2 jam perminggu
4. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang
dalam satu kelas dan mendapat izin dari orang tua/ walinya
5. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama dan materi
pendidikan agama ditanggung oleh Departemen Agama.3

3
Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam,Kapita Selekta Pendidikan Islam, Jakarta: Grameda
Widiasarana,2001 ,h.25

5
Mencermati berbagai kebijakan pemerintah tersebut baik dari segi
pengelolaan, pelaksanaan, maupun dari segi pendanaan menunjukan
bahwa pemerintah sejak Indonesia merdeka menaruh perhatian yang
sangat besar terhadap pengembangan pemdidikan Islam.

C. Kebijakan Pemerintah Orde Baru Di Bidang Pendidikan Islam


Era Orde Baru ditandai dengan penumpasan PKI dan antekanteknya
setelah mereka gagal melakukan pemberontakan tahun 1965. Ketika
memasuki era orde baru tahun 1966 MPRS mengeluarkan ketetapan
nomor XXVII/MPRS/1966 Bab I pasal I, mengatakan bahwa “ pendidikan
agama menjadi mata pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari sekolah
dasar sampai dengan universitas negeri”. Demikian pula halnya dengan
TAP MPR Nomor IV /MPR/1978yang memuat GBHN mempertegas
kembali pelaksanaan pendidikan agama mulai dari sekolah dasar sampai
perguruan tinggi, bahkan lebih rinci lagi dijelaskan pada keputusan
pemerintah nomor 08/c/u/1975bahwa, pendidikan agama di sekolah dasar
sampai sekolah menengah merupakan salah satu bidang studi. Bidang
studi pendidikan agama diajarkan dalam tiap minggu 2 jam untuk kelas
1,II, III SD 3 jam untuk kelas IV,V,VI serta 2 jam untuk SMP dan SMA,
bahkan menjadi penentu kenaikan kelas jika nilai PAI tidak mencapai
sekurang-kurangnya enam”.4
Berbagai kebijakan pemerintah dalam rangka memperkuat kedudukan
pendidikan agama, Hal ini dapat dilihat setelah ditetapkannya undang-
undang nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pada
bab IX Pasal 39 ayat I ditegaskan bahwa, isi kurikulum tiap jenis, jalur dan
jenjang pendidikan wajib memuat pendidikan pancasila, pendidikan
agama dan pendidikan kewarganegaraan”.5

4
Karel A. Stenbrink, Pesantren, Madrasah, dan Sekolah Jakarta: PT. Pustaka, LP3 ES, 1994,
h.93-94
5
St. Hasniyati Gani Ali, KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PEMBINAAN PENDIDIKAN
ISLAM, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 8 No. 2, Juli-Desember, 2015, h.104

6
Perubahan sangat signifikan terhadap posisi pendidikan agama di
sekolah terjadi sejak lahirnya Undang-Undang Nomor 2/1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Melalui undang-undang ini pendidikan
agama merupakan salah satu mata pelajaran wajib di setiap jenjang, jalur,
dan jenis pendidikan. Dan keberadaan pendidikan agama merupakan
bagian tak terpisahkan dari tujuan pendidikan nasional. Pasal-pasal berikut
akan menunjukkan pernyataan di atas:
1. Pasal 4: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya,
yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri serta rasa tanggungjawab kemasyarakatan dan
kebangsaan”.
2. Pasal 39 ayat 2: “Isi kurikulum setiap jenis, jalur dan jenjang
pendidikan wajib memuat (a) pendidikan Pancasila, (b) pendidikan
Agama, dan (c) pendidikan Kewarganegaraan.
3. Penjelasan pasal 39 ayat 2: “Pendidikan agama merupakan usaha
untuk memperkuat iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa ssuai dengan agama yang dianut oleh peserta didik yang
bersangkutan dengan memperhatikan tuntutan untuk menghormati
agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama dalam
masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional”.
4. Penjelasan pasal 28 (ayat 2): “Tenaga pengajar pendidikan agama
harus beragama sesuai dengan agama yang diajarkan dan agama
peserta didik yang bersangkutan”. Dalam perkembangan berikutnya,
upaya-upaya untuk menggalakkan pendidikan agama bagi siswa
sekolah terus dilakukan. Misalnya, pada tanggal 14 Juni 1996,

7
Presiden Soeharto mencanangkan pekan penyelenggaraan Pesantren
Kilat untuk mengisi hari-hari waktu libur panjang bagi siswa sekolah.6

Dengan demikian pendidikan agama menjadi komponen wajib dalam


kurikulum pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan ketentuan
tersebut menunjukan betapa penting dan strategisnya pendidikan agama di
Indonesia.

D. Kebijakan Pendidikan Islam Pada Era Reformasi


Masa Reformasi ditandai dengan “kejatuhan” Soeharto pada bulan
Mei 1998 setelah 32 tahun berkuasa (1966-1998). Di masa reformasi ini
keberadaan pendidikan agama di sekolah semakin tak tergoyahkan. Tap
MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN mengamanatkan agar
“Meningkatkan kualitas pendidikan agama melalui penyempurnaan sistem
pendidikan agama sehingga lebih terpadu dan integral dengan sistem
pendidikan nasional dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang
memadai”.7
Masa reformasi mulai tahun 1998 hingga kini berbagai kebijakan yang
telah ditetapkan pemerintah yaitu:
1. Undang-undang nomor 22 tahun 1999 Pemerintah Otonomi Daerah,
kebijakan tersebut mengisyaratkan kemungkinan perluasan wilayah,
termasuk pengelolaan dan Pengembangan pendidikan , pemberlakuan
undang-undang tersebut menuntut adanya perubahan pengelolaan
pendidikan dari yang bersifat sentralistik menjadi desenteralistik.
2. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang merupakan penyempurnaan dari Undang-Undang.
Nomor 2 tahun 1989.

6
Mohammad Kosim, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM, Jurnal Tadrîs. Vol.
1, No. 2, 2006, h.133
7
Undang-Undang Nomor 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000-2004
Jakarta : Sinar Grafika, 2003, hlm. 164

8
3. Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen yang
terdiri dari VIII Bab dan 84 pasal memuat berbagai kebijakan
menyangkut kedudukan, fungsi, tujuan,, kualifikasi, hak dan
kewajiban,pembinaan dan pengembangan, penghargaan perlindungan
sangsi, cuti dan lain-lain bagi guru dan dosen.
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan yang memuat 8 macam standar yaitu, standar isi,
standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan
tenaga kependidikan,standar pengelolaan standar sarana dan prasarana,
standar pembiayaan dan standar penilaian.
5. Peraturan Pemerintah nomor 55 tahun 2007 Tentang pendidikan agama
dan keagamaan. Kebijakan ini diharapkan dapat membawa perubahan
pada sisi manajerial dan proses pendidikan Islam. Peraturan
pemerintah tersebut secara eksplisit bagaimana seharusnya pendidikan
agama dan keagamaan di laksanakan.
6. Keputusan Menteri Agama RI nomor 2 tahu 2008 tentang kompetensi
lulusan Pendidikan Agama dan Bahasa Arab.

Dalam Undang-Undang Nomor 20/2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional, posisi pendidikan agama terus dimantapkan. Sejumlah pasal
yang terkait dengan pendidikan agama di sekolah adalah:
1. Pasal 3: “Pendidikan nasional Pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
dan menjadi warganegara yang demokratis serta bertanggungjawab”.
2. Pasal 12: “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak
mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya
dan diajarkan oleh pendidik seagama”.

9
3. Pasal 36 ayat (3): “Kurikulum disusun dengan jenjang pendidikan
dalam kerangka negara Kesatuan Republik Indonesia dengan
memperhatikan peningkatan iman dan takwa, peningkatan akhlak
mulia, …”.
4. Pasal 37 ayat (1): “Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib
memuat pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, …”; ayat
(2) “Kurikulum pendidikan tinggi wajib memuat pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, dan bahasa”. Penjelasan pasal 37 ayat
(1) berbunyi : “ Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk
peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia”.

Sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 20/2003,


pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19/2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan. Dalam peraturan ini, keberadaan pendidikan
agama semakin kuat, sebagaimana bunyi pasal-pasal berikut:
1. Pasal 6 ayat (1): “Kurikulum untuk jenis pendidikan umum, kejuruan,
dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas
(a) kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia; (b) kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian; (c) kelompok mata
pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi; (d) kelompok mata
pelajaran estetika; (e) kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan
kesehatan.
2. Pasal 7 ayat (1) : “Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulai
pada SD/MI/SDLB/Paket A, SMP/MTs/SMPLB/Paket B,
SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau bentuk lain yang
sederajat dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan agama,
kewarganegaraan, kepribadian, ilmu pengetahuan dan teknologi,
estetika, jasmani, olahraga, dan kesehatan”.8

8
Mohammad Kosim, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM, Jurnal Tadrîs. Vol.
1, No. 2, 2006, h.134-135

10
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Uraian yang telah dikemukakan menggambarkan pembinaan
pendidikan Islam di Indonesia, Jejak rekam pelaksanaan pendidikan
agama yang dipantau adalah pembinaan pendidikan Islam sejak awal
kemerdekaan hingga saat ini. Pendidikan agama Islam merupakan
perwujudan dari amanah UUD 1945 dan berbagai perundangan yang
berlaku seperti SKB 2 Menteri yang menangani pendidikan agama.baik di
lembaga pendidikan umum maupun di madrasah.Selanjutnya di era orde
lama pendidikan agama mulai diberikan sejak kelas IV SR, waktunya 2
jam perminggu, sedangkan pengangkatan guru, pendanaan maupun sarana
ditanggung oleh DepartemenAgama.
Kemudian pada masa Orde baru MPRS menetapkan pelaksanaan
PAI dimasukkan sebagai kurikulum yang wajib dilaksanakan mulai SD
sampai perguruan Tinggi Negeri. Pada era reformasi kedudukan
pendidikan Islam bertambah jelas karena ditunjang berbagai peraturan
perundang-undangan, namun realitasnya di lapangan menunjukkan bahwa
meskipun Pendidikan Islam sebagai sub system Pendidikan nasional,
tetapi dari segi kelembagaan maupun pendanaan masih dipandang sebelah
mata

11
DAFTAR PUSTAKA

Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam,Kapita Selekta Pendidikan Islam,


Jakarta: Grameda Widiasarana, 2001
H.A.Timur Jailani, Peningkatan Mutu Pendidikan dan Pembangunan Perguruan
Agama, Jakarta: CV.Darmaga, 1999
Karel A. Stenbrink, Pesantren, Madrasah, dan Sekolah Jakarta: PT. Pustaka, LP3
ES, 1994
Mohammad Kosim, PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH UMUM,
Jurnal Tadrîs. Vol. 1, No. 2, 2006
St. Hasniyati Gani Ali, KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP PEMBINAAN
PENDIDIKAN ISLAM, Jurnal Al-Ta’dib, Vol. 8 No. 2, Juli-Desember,
2015
Undang-Undang Nomor 25/2000 tentang Program Pembangunan Nasional
(Propenas) 2000-2004 Jakarta : Sinar Grafika, 2003
Zuairini, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara, 1992

12

Anda mungkin juga menyukai