Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

PROFIL KURIKULUM SEKOLAH DASAR


DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH DASAR
DOSEN PENGAMPU
Prof. Dr. Hj. Aslamiah, M. Pd., Ph.D.
Nazaruddin, M. Pd

DISUSUN OLEH
KELAS : 4 A
KELOMPOK 4

Rindang Widya Puji Lestari 1910125220001


Ervina Febriyanti 1910125220041
Misdayanti 1910125220051
Muhammad Fajrin Maulana 1910125310038
Meida Nurmini 1910125320041

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kepada Allah SWT pemilik semesta alam atas
karunia dan rahmat-Nya, sehingga makalah ini dapat di selesaikan tepat waktu.
Sebelumnya kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Prof. Dr. Hj. Aslamiah,
M. Pd., Ph.D. dan bapak Nazaruddin, M. Pd selaku dosen pembimbing mata
kuliah Pengembangan Kurikulum di Sekolah Dasar yang sudah membimbing
kami dalam tugas makalah ini.
Dalam makalah ini kami akan memaparkan tentang materi Profil
Kurikulum Sekolah Dasar semoga makalah yang kami susun mudah di pahami
oleh pembaca, dan dapat di terapkan nantinya dalam kegiatan mengajar. Kami
harap makalah ini dapat berguna bagi pembaca maupun kami selaku penulis
makalah.
Di dalam makalah ini mungkin terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kata sempurna di dalamnya, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran pembaca dalam tujuan penyempurnaan makalah yang kami susun. Akhir
kata kami memohon maaf jika dalam penulisan makalah ini terdapat kata-kata
yang kurang berkenan, kami mohon maaf.

Banjarmasin, 24 Februari 2021

Penyusun

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................2

C. Tujuan...........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. KURIKULUM 1968.....................................................................................3

B. KURIKULUM 1975.....................................................................................5

C. KURIKULUM 1984...................................................................................11

D. KURIKULUM 1994...................................................................................13

E. KURIKULUM 2004...................................................................................18

BAB III PENUTUP...............................................................................................22

A. Kesimpulan.................................................................................................22

B. Saran............................................................................................................23

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................24

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kurikuum merupakan acuan pembelajaran dan pelatihan dalam
pendidikan atau pelatihan, oleh karenanya pengembangan kurikulum
melibatkan pemikiran-pemikiran secara filsafat, psikologi, ilmu
pengetahuan teknologi dan budaya. Landasan filsafat pendidikan akan
menelaah fungsi sebuah kurikulum secara mendalam sehingga dapat
menemukan substansi dari sebuah kurikulum pendidikan.
Kurikulum merupakan unsur penting dalam setiap bentuk dan
model pendidikan. Sejalan dengan perkembangan pendidikan yang terus
meningkat pada semua jenis dan jenjang pendidikan di Indonesia. Secara
formal, kurikulum sejak zaman Belanda sudah ditetapkan di sekolah,
artinya kurikulum juga sudah ada.
Setelah Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945, pendidikan di tanah Air terus berkembang,
termasuk perhatian pemerintah dalam hal perkembangan kurikulum.
Sehubungan dengan itu, perkembangan kurikulum di Indonesia ada dua
periode, yaitu sebelum kemerdekaan/penjajahan dan periode sesudah
kemerdekaan.
Dalam perjalanan sejarah sejak tahun 1945, kurikulum pendidikan
nasional telah mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964,
1968, 1975, 1984, 1994, 2004, dan 2006. Perubahan tersebut merupakan
konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara. Sebab,
kurikulum sebagai seperangkat rencana pendidikan perlu dikembangkan
secara dinamis sesuai dengan tuntutan dan perubahan yang terjadi di
masyarakat. Semua kurikulum dirancang berdasarkan landasan yang sama,
yaitu Pancasila dan UUD 1945. Perbedaannya pada penekanan pokok dari
tujuan pendidikan serta pendekatan dalam merealisasikannya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan kurikulum 1968?
2. Bagaimana perkembangan kurikulum 1975?
3. Bagaimana perkembangan kurikulum 1984?
4. Bagaimana perkembangan kurikulum 1994?
5. Bagaimana perkembangan kurikulum 2004?

C. Tujuan
1. Mengetahui perkembangan kurikulum 1968.
2. Mengetahui perkembangan kurikulum 1975.
3. Mengetahui perkembangan kurikulum 1984.
4. Mengetahui perkembangan kurikulum 1994.
5. Mengetahui perkembangan kurikulum 2004.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. KURIKULUM 1968
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi
pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum
1968 bertujuan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curriculum, artinya
materi pelajaran pada tingkat bawah mempunyai korelasi dengan
kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada kurikulum ini
dikelompokkan pada tiga kelompok besar: pembinaan pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah mata pelajarannya 9,
Muatan materi pelajarannya hanya teoritis.
Kurikulum 1968 merupakan pembaharuan dari kurikulum 1964,
yaitu dilakukannya perubahan struktur kurikulum dari pendidikan
pancawardhana menjadi pembina jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, karena
mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama, dengan suatu pertimbangan untuk tujuan pada pembentukan
manusia Pancasila sejati. Dasar kurikulum 1968 adalah TAP MPRS No.
XXVII/MPRS/1996 tentang agama, pendidikan, dan kebudayaan.
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi pada
pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Dari segi tujuan
pendidikan, kurikulum 1968 bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada
upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati, kuat, sehat jasmani,
mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani ,moral, budi pekerti,
dan keyakinan beragama. Isi pendidikan diarahkan pada kegiatan

3
mempertinggi kecerdasan dan ketrampilan, serta mengembangkan fisik
yang sehat dan kuat.
Kurikulum 1968 ditandai dengan pendekatan pengorganisasian materi
pelajaran dengan pengelompokan suatu pelajaran yang berbeda yang
dilakukan secara korelasional (correlated subject curriculum), yaitu mata
pelajaran yang satu dikorelasikan dengan mata pelajaran yang lain
walaupun batas demokrasi antar mata pelajaran masih terlihat jelas. Mata
pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Muatan materi masing-masing
mata pelajaran masih bersifat teoritis dan belum terikat erat dengan
keadaan nyata dalam lingkungan sekitar. Titik beratnya pada materi apa
saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
Pengorganisasian mata pelajaran secara korelasional itu berangsur-angsur
mengarah kepada pendekatan pelajaran yang sudah terpisah-pisah
berdasarkan disiplin ilmu pada sekolah-sekolah yang lebih tinggi.
a. Pembinaan Jiwa Pancasila
- Pendidikan Agama
- Pendidikan Kewarganegaraan
- Bahasa Indonesia
- Bahasa Daerah
- Pendidikan olahraga
b. Pengembangan pengetahuna dasar
- Berhitung
- IPA
- Pendidikan kesenian
- Pendidikan kesejahretaan keluarga
c. Pembinaan kecakapan khusus
- Pendidikan kejuruan
1. Ciri-ciri kurikulum 1968
a. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan adalah Mashuri, SH (1968-
1973).
b. Sifat kurikulum correlated subject.

4
c. Jumlah mata pelajaran SD 10 bidang studi, SMP 18 bidang studi
(Bahasa Indonesia dibedakan atas Bahasa Indonesia I dan II), SMA
jurusan A 18 bidang studi.
d. Penjurusan di SMA dilakukan di kelas 11 dan disederhanakan
menjadi dua jurusan, yaitu Sastra Sosial Budaya Indonesia dan
Ilmu Pasti Pengetahuan Alam (PASPAL).
2. Kelebihan kurikulum 1968
Pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan
keterampilan, serta mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
3. Kekurangan kurikulum 1968
a. Hanya memuat mata pelajaran pokok saja.
b. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis dan belum terikat erat
dengan keadaan nyata dalam lingkungan sekitar.

B. KURIKULUM 1975
Setelah munculnya keputusan MPR No. II/MPR/1973 maka
muncullah kurikulum baru yang disusun oleh pemerintah, yaitu kurikulum
1975 menggantikan kurikulum sebelumnya. Dalam kurikulum ini, konsep
pendidikan ditentukan dari pusat, sehingga para guru tidak perlu berfikir
untuk membuat konsep pembelajaran yang akan dilaksanakan [CITATION
MAs17 \p 197 \l 1057 ]

Di dalam kurikulum 1975, pada setiap bidang studi dicantumkan


tujuan kurikulum, sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan
instruksional umum yang dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan
bahasan yang memiliki tujuan instruksional khusus. Dalam proses
pembelajaran, guru harus berusaha agar tujuan instruksional khusus dapat
dicapai olleh siswa, setelah mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu
disampaikan oleh guru. [CITATION Dic14 \p 141 \l 1057 ]

1. Latar Belakang Diberlakukannya Kurikulum 1975


Menteri Pendidikan Republik Indonesia Sjarif Thajeb,
menjelaskan tentang latar belakang ditetapkannya kurikulum 1975

5
sebagai pedoman pelaksanaan pengajaran di sekolah. Penjelasan
tersebut sebagai berikut :
a. Sejak tahun 1969 di Negara Indonesia telah banyak perubahan
yang terjadi sebagai akibat lajunya pembangunan nasional, yang
mempunayi dampak baru terhadap program pendidikan nasional.
Hal-hal yang mempengaruhi program maupun kebijaksanaaan
pemerintah yang menyebabkan pembaharuan itu adalah : (1)
Selama Pelita I, yang dimulai pada tahun 1969, telah banyak
timbul gagasan baru tentang pelaksanaan sistem pendidikan
nasional. (2) Adanya kebijaksanaan pemerintah di bidang
pendidikan nasional yang digariskan dalam GBHN yang antara lain
berbunyi : “Mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mempercepat lajunya pembangunan”. (3) Adanya
hasil analisis dan penilaian pendidikan nasional oleh Departemen
Pendidikan dan Kebudayaaan mendorong pemerintah untuk
meninjau kebijaksanaan pendidikan nasional. (4) Adanya inovasi
dalam system belajar-mengajar yang dianggap lebih efisien dan
efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia. (5)
Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk
meninjau sistem yang kini sedang berlaku.
b. Pada kurikulum 1968, hal-hal yang merupakan faktor
kebijaksanaan pemerintah yang berkembang dalm rangka
pembangunan nasional tersebut belum diperhitungkan, sehingga
diperlukan peninjauan terhadap kurikulum 1968 tersebut agar
sesuai dengan tuntutan masyarakat yang sedang membangun.
Atas dasar pertimbangan diatas, maka dibentuklah kurikulum
tahun 1975 sebagai upaya untuk mewujudkan strategi pembangunan di
bawah pemerintahan orde baru dengan program Pelita dan Repelita.
[ CITATION Mut18 \l 1057 ]
2. Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 1975
a. Berorientasi pada tujuan, maksudnya pemerintah merumuskan
tujuan-tujuan yang harus dikuasai oleh para siswa atau yang lebih

6
dikenal dengan hirarki tujuan pendidikan yang meliputi tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
b. Menganut pendekatan integratif dalam arti bahwa setiap pelajaran
meiliki arti dan peranan yang menunjnag kepada tercapainya
tujuan-tujuan yang lebih integratif.
c. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan
waktu.
d. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Sistem yang
senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,
dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
e. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan stimulus
respon (rangsang-jawab) dan latihan (Drill). Pembelajaran lebih
banyak menggunakan teori behaviorisme, yakni memandang
keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh lingkungan dengan
stimulus dari luar, dalam hal ini sekolah dan guru.
3. Komponen Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang
meliputi unsur-unsur :
a. Tujuan institusional
Berlaku mulai SD, SMP, maupun SMA. Tujuan institusional
adalah tujuan yang hendak dicapai lembaga dalam melaksanakan
program pendidikannya.
b. Struktur program kurikulum
Struktur program adalah kerangka umum program pengajaran
yang akan diberikan pada tiap sekolah.
c. Garis-garis besar program pengajaran
1) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan yang harus dicapai setelah
mengikuti program pengajaran yang bersangkutan selama masa
pendidikan.

7
2) Tujuan instruksional umum, yaitu tujuan yang hendak dicapai
dalam setiap satuan pelajaran baik dalam satu semester maupun
satu tahun.
3) Pokok bahasan yang harus dikembangkan untuk dijadikan
bahan pelajaran bagi para siswa agar mencapai tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan.
4) Urutan penyampaian bahan pelajaran dari tahun pelajaran satu
ke tahun pelajaran berikutnya dan dari semester satu ke
semester berikutnya.
d. Sistem penyajian dengan pendekatan PPSI (Prosedur
Pengembangan Sistem Instruksional)
Sistem PPSI ini berpandangan bahwa proses belajar-mengajar
sebagai suatu system yang senantiasa diarahkan pada pencapaian
tujuan. Sistem pembelajaran dengan pendekatan sistem
instruksional inilah yang merupakan pembaharuan dalam system
pengajaran di Indonesia.
PPSI adalah sistem yang saling berkaitan dari satu instruksi
yang terdiri atas urutan, desain tugas yang progresif bagi individu
dalam belajar (Hamzah B.Uno, 2007) dalam [ CITATION Mut18 \l
1057 ]. Oemar Hamalik dalam [ CITATION Mut18 \l 1057 ]
mendefinisikan PPSI sebagai pedoman yang disusun oleh guru dan
berguna untuk menyusun satuan pelajaran. Komponen PPSI
meliputi :
1) Pedoman perumusan tujuan. Pedoman perumusan tujuan
memberikan petunjuk bagi guru dalam merumuskan tujuan-
tujuan khusus. Perumusan tujuan khusus itu berdasarkan pada
pendalaman dan analisis terhadap pokok-pokok bahasan/
subpokok bahasan yang telah digariskan untuk mencapai tujuan
instruksional dan tujuan kurikuler dalam GBPP.
2) Pedoman prosedur pengembangan alat penilaian. Pedoman
prosedur pengembangan alat penilaian memberikan petunjuk
tentang prosedur penilaian yang akan ditempuh, tentang tes

8
awal (pre test) dan tes akhir (post test), tentang jenis tes yang
akan digunakan dan tentang rumusan soal-soal tes sebagai
bagian dari satuan pelajaran. Tes yang digunakan dalam PPSI
disebut criterion referenced test yaitu tes yang digunakan unuk
mengukur efektifitas program/ pelaksanaan pengajaran.
3) Pedoman proses kegiatan belajar siswa. Pedoman proses
kegiatan belajar siswa merupakan petunjuk bagi guru untuk
menetapkan langkah-langkah kegiatan belajar siswa sesuai
dengan bahan pelajaran yang harus dikuasai dan tujuan khusus
instruksional yang harus dicapai oleh para siswa.
4) Pedoman program kegiatan guru. Pedoman program kegiatan
guru merupakan petunjuk-petunjuk bagi guru untuk
merencanakan program kegiatan bimbingan sehingga para
siswa melakukan kegiatan sesuai dengan rumusan TIK.
5) Pedoman pelaksanaan program. Pedoman pelaksanaan program
merupakan petunjuk-petunjuk dari program yang telah disusun.
Petunjuk-petunjuk itu berkenaan dengan dimulainya
pelaksanaan tes awal dilanjutkan dengan penyampaian materi
pelajaran sampai pada dilaksanakannya penilaian hasil belajar.
6) Pedoman perbaikan atau revisi. Pedoman perbaikan atau revisi
yang merupakan pengembangan program setelah selesai
dilaksanakan. Perbaikan dilakukan berdasarkan umpan balik
yang diperoleh berdasarkan hasil penilaian akhir.
e. Sistem penilaian
Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap
akhir pelajaran atau pada akhir satuan pelajaran tertentu. Inilah
yang membedakan dengan kurikulum sebelumnya yang
memberikan penilaian pada akhir semester atau akhir tahun saja.
f. Sistem bimbingan dan penyuluhan
Setiap siswa memiliki tingkat kecepatan belajar yang tidak
sama. Di samping itu mereka mereka memerlukan pengarahan
yang akan mengembangkan mereka menjadi manusia yang mampu

9
meraih masa depan yang lebih baik. Dalam kaitan ini maka perlu
adanya bimbingan dan penyuluhan bagi para siswa dalam meniti
hidupnya meraih masa depan yang diharapkanya.
g. Supervisi dan administrasi
Sebagai suat lembaga pendidikan memerlukan pengelolaan
yang terarah, baik yang digunakan oleh para guru, administrator
sekolah, maupun para pengamat sekolah. Bagaimana teknik
supervisi dan administrasi sekolah ini dapat dipelajari pada
Pedoman pelaksanaan kurikulum tentang supervise dan
administrasi.Ketujuh unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang
mewarnai Kurikulum 1975 sebagai suatu sistem pengajaran.
4. Kelebihan Kurikulum 1975
a. Memiliki orientasi pada tujuan.
b. Mengarah pada pembentukan perilaku siswa.
c. Sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
d. Menggunakan pendekatan psikolog.
e. Menekankan efektivitas dan efisiensi.
f. Menekankan fleksibilitas yaitu mempertimbangkan faktor-faktor
ekosistem dan kemampuan penyediaan fasilitas yang menunjang
terlaksananya program.
g. Memiliki prinsip yang berkesinambungan.
5. Kelemahan Kurikulum 1975
a. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang
studi dengan kemampuan peserta didik.
b. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dengan
pelaksanaannya di sekolah.
c. Isi kurikulum terlalu padat.
d. Kurang berkembangnya potensi daerah karena tujuan kurikulum
ini bertujuan sentralistik.
e. Kurikulum ini berorientasi pada guru yang menjadi pusat
pembelajaran.

10
f. Kreativitas murid yang sulit berkembang karen guru sebagai
subjek.
6. Mata pelajaran dalam kurikulum tahun 1975
a. Pendidikan Agama
b. Pendidikan Moral Pancasila
c. Bahasa Indonesia
d. IPS
e. Matematika
f. IPA
g. Olah raga dan kesehatan
h. Kesenian
i. Keterampilan khusus

C. KURIKULUM 1984
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang
memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari
sendiri, menjelajah dan meneliti lingkungannya. Pada kurikulum ini posisi
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Model ini disebut Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL). Tokoh penting
dibalik lahirnya kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor
IKIP Jakarta (Universitas Negeri Jakarta). Konsep CBSA yang elok secara
teoritis dan bagus hasilnya disekolah-sekolah yang di uji cobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional.
Pendekatan CBSA menitik beratkan pada keaktifan siswa yang
merupakan inti dari kegiatan belajar yang diwujudkan dalam berbagai
bentuk kegiatan seperti mendengarkan, berdiskusi dan sebagainya.
Pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran sesuai dengan tingkat dan jenjang pendidikan. Menanamkan
pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan. Materi disajikan
berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan siswa. melalui pendekatan
konkret, semikonkret, semiabstrak, dan abstrak dengan menggunakan
pendekatan induktif. Kurikulum 1984 menggunakan pendekatan proses,

11
disamping tetap menggunakan orientasi pada tujuan. Kurikulum 1984
mengusung process skill approach.
Metode pembelajaran menggunakan konsep CBSA atau dengan kata
lain siswa menjadi subjek dalam pembelajaran karena siswa diberikan
kesempatan untuk aktif secara fisik, mental, intelektual dan emosional.
1. Kebijakan dalam Penyusunan Kurikulum 1984
a. Kurikulum 1984 terdapat enam belas mata pelajaran inti. Mata
pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah: Agama,
Pendidikan Moral Pancasila, Pendidikan Sejarah Perjuangan
Bangsa, Bahasa dan Kesusasteraan Indonesia, Geografi Indonesia,
Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika, Biologi, Matematika,
Bahasa Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan
Olahraga, Sejarah Dunia dan Nasional.
b. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan
masing-masing.
c. Perubahan program jurusan. Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan
dalam program A dan B. Program A terdiri dari :
1) A1, penekanan pada mata pelajaran Fisika
2) A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi
3) A3, penekanan pada mata pelajaran Ekonomi
4) A4, penekanan pada mata pelajaran Bahasa dan Budaya.
Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada
keterampilan kejuruan yang akan dapat menerjunkan siswa
langsung berkecimpung di masyarakat. Tetapi mengngat program
B memerlukan 93 sarana sekolah yang cukup maka program ini
untuk sementara ditiadakan.
2. Kelebihan Kurikulum 1984
a. Kurikulum ini memuat materi dan metode yang disebut secara
rinci, sehingga guru dan siswa mudah untuk melaksanakannya.
b. Prakarsa siswa dapat lebih dalam kegiatan belajar yang
ditunjukkan melalui keberanian memberikan pendapat.

12
c. Keterlibatan siswa di dalam kegiatan-kegiatan belajar yang telah
berlangsung yang ditunjukkan dengan peningkatan diri dalam
melaksanakan tugas.
d. Anak dapat belajar dari pengalaman langsung.
e. Kualitas interaksi antara siswa sangat tinggi, baik intelektual
maupun sosial.
f. Memasyarakatkan keterampilan berdiskusi yang diperlukan dengan
berpartisipasi secara aktif.
3. Kekurangan Kurikulum 1984
a. Banyak sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat
adalah suasana gaduh di ruang kelas lantaran siswa berdiskusi, di
sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok.
b. Adanya ketergantungan pada guru dan siswa pada materi dalam
suatu buku teks dan metode yang disebut secara rinci, sehingga
membentuk guru dan siswa tidak kreatif untuk menentukan metode
yang tepat dan memiliki sumber belajar sangat terbatas.
c. Dapat didominasi oleh seorang atau sejumlah siswa sehingga dia
menolak pendapat peserta lain.
d. Siswa yang pandai akan bertambah pandai sedangkan yang bodoh
akan ketinggalan.
e. Peranan guru yang lebih banyak sebagai fasilitator, sehingga
prakarsa serta tanggung jawab siswa atau mahasiswa dalam
kegiatan belajar sangat kurang.
f. Diperlukan waktu yang banyak dalam pembelajaran menyebabkan
materi pelajaran tidak dapat tuntas dikuasai siswa.
g. Guru kurang berperan aktif.

D. KURIKULUM 1994
1. Sejarah Kurikulum 1994
Kurikulum diartikan sebagai: suatu dokumen atau rencana tertulis
mengenai kualitas pendidikan yang harus dimiliki oleh peserta didik
melalui suatu pengalaman belajar. Pengertian ini mengandung arti
bahwa kurikulum harus tertuang dalam satu atau beberapa dokumen

13
atau rencana tertulis. Dokumen atau rencana tertulis itu berisikan
pernyataan mengenai kualitas yang harus dimiliki seorang peserta
didik yang mengikuti kurikulum tersebut. Pengertian kualitas
pendidikan di sini mengandung makna bahwa kurikulum sebagai
dokumen merencanakan kualitas hasil belajar yang harus dimiliki
peserta didik, kualitas bahan/konten pendidikan yang harus dipelajari
peserta didik, kualitas proses pendidikan yang harus dialami peserta
didik. Kurikulum dalam bentuk fisik ini seringkali menjadi fokus
utama dalam setiap proses pengembangan kurikulum karena ia
menggambarkan ide atau pemikiran para pengambil keputusan yang
digunakan sebagai dasar bagi pengembangankurikulum sebagai suatu
pengalaman.
Kurikulum 1994 di buat sebagai penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya, yaitu kurikulum 1984. Terjadinya perubahan Kurikulum
1984 ke Kurikulum 1994 sesungguhnya juga dimaksudkan untuk lebih
memberikan bekal bagi siswa ke arah penguasaan ilmu pengetahuan
dan teknologi dalam upaya membentuk masyarakat yang maju dalam
era globalisasi sekarang ini. Dengan materi pelajaran yang dijabarkan
di dalam Kurikulum 1994 diharapkan lulusan sekolah kita dari segala
satuan pendidikan memiliki wawasan yang seiring dan seirama
dengantuntutan kemajuan zaman.
2. Konsep Dasar Kurikulum 1994
Kurikulum ini merupakan pengembangan dari kurikulum
sebelumnya dengan dasar kurikulum 1984 pada kurikulum 1994
muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif). Kegiatan belajar
cenderung didalam kelas, mengejar target berupa materi yang harus
dikuasai, berorientasi kognitif. Yang dilaksanakan sesuai dengan
Undang-Undang No. 2 Tahun 1989 tentang Sistem pendidikan
Nasional. Menurut UU tersebut, pendidikan nasional bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa berbudi luhur, memiliki keterampilan

14
dan pengetahuan, sehat jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap
dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan
kebangsaan.Jika ditelaah dengan cermat, dapat dipahami bahwa
kurikulum 1994 yang menekankan aspek kebermaknaan merupakan
perbaikan atau penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yang
menggunakan model pembelajaran CBSA.
Inti pokok persamaan yang dapat dilihat adalah bahwa :
a. Siswa mendapat subjek yang berperan aktif dalam melakukan
tindak pembelajaran.
b. Tindak pembelajaran lebih menggunakan proses dari pada produk.
c. Kesalahan yang dilakukan siswa dalam memahami dan atau
melakukan proses pembelajaran tidak dianggap sebagai kegagalan
namun dianggap sebagai bagian dari proses pembelajaran.
Perbedaannya adalah kurikulum 1994 menekankan unsur atau asaz
kebermaknaan sedangkan CBSA menekankan keaktifan siswa. Pada
kurikulum 1994, pendidikan dasar diwajibkan menjadi 9 tahun (SD
dan SMP). Berdasarkan strukturnya, kurikulum 1994 berusaha
menyatukan kurikulum sebelumnya, yaitu kurikulum 1975 dengan
pendekatan tujuan dan kurikulum 1994 dengan tujuan pendekatan
proses.
3. Karakteristik Kurikulum 1994
Karakteristik kurikulum 1994 yang disebut juga kurikulum cara
belajar siswa aktif (CBSA) adalah sebagai berikut : 1. Keterlibatan
intelektual, emosional siswa dalam proses belajar mengajar. 2. Terjadi
asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian pengetahuan,
perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikan (feedback)
dalam pembentukan keterampilan. 3. Penghayatan serta internalisasi
nilai-nilai dalam bentuk sikap.
4. Ciri-ciri Menonjol Pemberlakuan Kurikulum 1994
a. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan.
b. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang
cukup padat (berorientasi kepada materi pelajaran/ isi).

15
c. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu
sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia.
Kurikulum ini bersifat kurikulum inti sehingga daerah yang khusus
dapat mengembangkan pengajaran sendiri disesuaikan dengan
lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa
permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada
pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai
berikut:
a. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran
dan banyaknya materi/ substansi setiap mata pelajaran.
b. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan
dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang
bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-
hari.
c. Permasalahan di atasterasa saat berlangsungnya pelaksanaan
kurikulum 1994. Hal ini mendorong para pembuat kebijakan untuk
menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya
penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1994.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap
mempertimbangan prinsip penyempurnaan kurikulum.
5. Rencana Pengajaran dalam Kurikulum 1994
Rencana pengajaran adalah rencana guru mengajar mata pelajaran
tertentu, pada jenjang dan kelas tertentu, untuk topik tertentu, dan
untuk satu pertemuan atau lebih. Dalam kurikulum 1994 kita
menggunakan prosedur kerja yang sama, dengan kewajiban guru
membuat Program Satuan Pelajaran (PSP) untuk setiap pokok bahasan
yang tidak mutlak disampaikan dalam satu kali pertemuan, tapi
mungkin 2,3,4 bahkan 5 kali pertemuan. Sedangkan untuk rencana
pembelajaran harian menggunakan Rencana pembelajaran (RP) yang
dibuat setiap akan mengajar. Sedangkan dalam kurikulum 2004 kita

16
mengenal istilah Silabus, yaitu garis besar, ringkasan, ikhtisar, atau
pokok-pokok materi pelajaran.
6. Kelemahan Kurikulum 1994
Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa
permasalahan, terutama sebagai akibat dari kecenderungan kepada
pendekatan penguasaan materi (content oriented), di antaranya sebagai
berikut :
a. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran
dan banyaknya materi/substansi setiap mata pelajaran.
b. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan
dengan tingkat perkembangan berpikir siswa, dan kurang
bermakna karena kurang terkait dengan aplikasi kehidupan sehari-
hari. Antara pendekatan proses perpaduan tujuan dan proses belum
berhasil. Perubahan dan penyempurnaan kurikulum dilakukan
setiap sepuluh tahun sekali. Penyempurnaan tersebut dilakukan
dengan tetap mempertimbangkan prinsip penyempurnaan
kurikulum, yaitu :
1) Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya
menyesuaikan kurikulum dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta tuntutankebutuhan
masyarakat.
2) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan
proporsi yang tepat antara tujuan yang ingin dicapai dengan
beban belajar, potensi siswa, dan keadaan lingkungan serta
sarana pendukungnya.
3) Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh
kebenaran substansi materi pelajaran dan kesesuaian dengan
tingkat perkembangan siswa.
7. Kelebihan Kurikulum 1994
Disamping banyaknya kelemahan dalam pemberlakuan kurikulum
1994 saat itu, bukan berarti bahwa kurikulum 1994 tidak memiliki

17
kelebihan. Kami menemukan beberapa kelebihan dalam pemberlakuan
kurikulum tersebut, antara lain :
a. Siswa lebih banyak mendapatkan informasi karena materi yang
diberikan lebih banyak.
b. Siswa memiliki keterempilan di bidang non akademis
melaluimuatan lokal. Namun sayangnya, protes yang terus
bermunculan untuk segera merevisi kurikulum 1994 membuat
pemerintah mengambil tindakan untuk memperbaharui kurikulum
1994 menjadi kurikulum berbasis kompetensi (KBK) pada tahun
2004.
8. Tujuan Kurikulum 1994
Secara umum tujuan diterapkannya kurikulum 1994 adalah
meningkatkan mutu pendidikan melalui siswa mampu menguasai
materi yang diberikan, bahan ajar berdasarkan TIU (Tujuan
Institusional Umum) dan TIK (Tujuan Institusional Khusus) dan
menyiapkan siswa melanjutkan ke jenjang pendidikan tinggi. Pada
kurikulum 1994 muncul istilah CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
Kegiatan belajar cenderung di dalam kelas, mengejar target berupa
materi yang harus dikuasai, berorientasi kognitif. Bahan ajar yang akan
disampaikan oleh guru harus berdasarkan pada TIU dan TIK (tujuan
pembelajaran). Selain itu, kurikulum 1994 bertujuan untuk membekali
siswa untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

E. KURIKULUM 2004
1. Karakteristik Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 yang lahir dari pangkal berbasis kompetensi
(KBK) pada dasarnya berisikan kompetensi atau kemampuan dasar
yang harus dicapai oleh peserta didik sebagai indicator pencapaian
hasil belajar yang telah ditetapkan. Kompetensi itu sendiri dapat
diartikan sebagai kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh,
melalui pendidikan dan latihan yang mencakup aspek pengetahuan,
keterampilan dan sikap. Kompetensi dikembangkan untuk memberikan
dasar keterampilan dan keahlian bertahan hidup dalam perubahan,

18
pertentangan, ketidakmenentuan, ketidakpastian dan kerumitan-
kerumitan dalam kehidupan.
Kompetensi dasar ini terdiri dari :
a. Kompetensi Akademik, yaitu pengetahuan dan keterampilan dalam
mengatasi tantangan dan persoalan hidup
b. Kompetensi Okupasional, yaitu kompetensi yang berkenan dengan
kesiapan untuk beradaptasi terhadap dunia kerja
c. Kompetensi Kultural, yaitu kemampuan menempatkan diri sebaik-
baiknya dalam sistem budaya dan tata nilai masyarakat yang
pluralistic
d. Kompetensi Temporal, yaitu kemampuan peserta didik dalam
menjalani kehidupannya, serta mampu memanfaatkan ketiga
kemampuan dasar yang telah dimiliki sesuai dengan perkembangan
jaman
Secara umum Kurikulum 2004 menitikberatkan pada (a)
pencapaian target kompetensi (attainment targets) daripada penguasaan
materi, (b) mengakomodasikan keragaman kebutuhan dan sumber daya
pendidikan yang tersedia, (c) memberikan kebebasan yang lebih luas
kepada pelaksana pendidikan di lapangan untuk mengembangkan dan
melaksanakan program-program pembelajaran sesuai dengan
kebutuhan. Kemajemukan sumber daya pendidikan di Indonesia sangat
memungkinkan munculnya keragaman pemahaman dan penafsiran
terhadap standar nasional yang dampaknya akan mempengaruhi
pencapaian standar nasional kompetensi dasar yang telah ditetapkan.
Dengan demikian Kurikulum 2004 memiliki kelebihan yaitu dapat
dijadikan acuan secara nasional dalam mengembangkan mata pelajaran
di masing-masing daerah, memudahkan daerah untuk mengembangkan
mata pelajaran sesuai dengan lingkungannya, memberi peluang kepada
sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensinya,
memudahkan guru dalam menentukan materi pembelajaran dan
meningkatkan kreativitas guru dalam proses belajar dan memudahkan
sistem evaluasi.

19
Perlu diingat bahwa Kurikulum 2004 pada dasarnya tidak lagi
menonjolkan isi atau materi pelajaran, akan tetapi menempatkan
pengalaman belajar untuk membentuk kemampuan sebagai arah
pengembangan kurikulum, maka dalam implementasinya kurikulum
lebih menekankan kepada proses belajar. Pengelolaan pembelajaran
tidak lagi didesain untuk memberikan sejumlah informasi kepada
siswa untuk dicatat dan dihapal, akan tetapi pengelolaan pembelajaran
didesain bagaimana siswa dapat menemukan informasi yang
dibutuhkan. Dalam konteks “menemukan” itulah pembelajaran dapat
membekali siswa sejumlah kemampuan atau kompetensi, misalnya
kompetensi berpikir, kompetensi bekerja keras, kompetensi mengakses
informasi, mencari data dan lain sebagainya. Jadi dengan demikian,
implementasi kurikulum berbasis kompetensi, benar-benar
menempatkan siswa sebagai subjek belajar atau yang kita kenal dengan
student oriented. (Lemlit UPI, 2004)
2. Kurikulum 2004 dan Keleluasaan Guru dalam Pengembangannya
Keleluasaan guru dalam pengembangan kurikulum 2004
bersumber dari pemberlakuan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah (MPMBS). Dalam buku panduannya, MPMBS diartikan
sebagai model manajemen yang memberikan otonomi lebih besar
kepada sekolah, memberikan keluwesan-keluwesan kepada sekolah
dan mendorong partisipasi secara langsung warga sekolah (guru,
siswa, kepala sekolah, karyawan) dan masyarakat (orang tua siswa,
tokoh masyarakat, ilmuwan, pengusaha dan lain-lain) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan
nasional serta peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam MPMBS, fungsi-fungsi yang didesentralisasikan ke sekolah
dalam manajemen berbasis sekolah ini meliputi Sembilan unsur
manajemen sekolah dengan batas-batas sebagai berikut:
a. Dalam pengelolaan proses belajar mengajar, sekolah diberi peluang
untuk memilih strategi, metode dan teknik-teknik pembelajaran
yang paling efektif sesuai kondisi sumbernya pendidikan yang ada

20
b. Dalam perencanaan dan evaluasi, sekolah diberi kewenangan
merencanakan kegiatannya sesuai kebutuhannya (school based
plan) dan mengevaluasinya sendiri
c. Dalam pengelolaan kurikulum, sekolah hanya diperbolehkan dalam
hal memperdalam, memperkaya dan memodifikasi tetapi tidak
mengurangi isi kurikulum yang berlaku secara nasional
d. Dalam pengelolaan ketenagaan, sekolah diberi keleluasaan mulai
dari analisis kebutuhan, prencanaan, rekrutmen guru pegawai
negeri
e. Dalam pengelolaan fasilitas seluruhnya menjadi kewenangan
sekolah mulai daru pengadaan, pemeliharaan dan perbaikan, serta
pengembangan
f. Dalam pengelolaan keuangan, terutama pengalokasian uang
sepenuhnya dilakukan sekolah. Sekolah juga diberi kebebasan
untuk melakukan kegiatan-kegiatan yang mendatangkan
penghasilan
g. Dalam pelayanan siswa, hubungan sekolah-masyarakat dan
pengelolaan iklim menjadi kewenangan sepenuhnya pihak sekolah
Berdasarkan tujuh fungsi yang didesentralisasikan, pengembangan
kurikulum 2004 telah menjadi “hak” guru untuk dapat dikembangkan
sesuai dengan kondisi dan kebijakan pada tingkat sekolah. Karena itu,
secara bertahap pemerintah pusat melalui kebebasan guru dalam
merumuskan silabus dan scenario pembelajaran. Kinerja guru tidak
lagi ditentukan oleh kepatuhan dalam mengajarkan materi pelajaran
sesuai dengan GBPP dan model-model belajar yang ditetapkan dari
pusat tetapi dalam silabus dan scenario pembelajaran guru dituntut
untuk lebih kreatif menyesuaikan diri dengan lingkungan sumber
belajar sekolah masing-masing.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kurikulum 1968 merupakan perwujudan dari perubahan orientasi
pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan konsekuen. Kurikulum
1968 bertujuan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila sejati,
kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
Di dalam kurikulum 1975, pada setiap bidang studi dicantumkan
tujuan kurikulum, sedangkan pada setiap pokok bahasan diberikan tujuan
instruksional umum yang dijabarkan lebih lanjut dalam berbagai satuan
bahasan yang memiliki tujuan instruksional khusus. Dalam proses
pembelajaran, guru harus berusaha agar tujuan instruksional khusus dapat
dicapai olleh siswa, setelah mata pelajaran atau pokok bahasan tertentu
disampaikan oleh guru.
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran Humanistik, yang
memandang anak didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari
sendiri, menjelajah dan meneliti lingkungannya. Pada kurikulum ini posisi
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Model ini disebut Cara Belajar
Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Learning (SAL).
Kurikulum 1994 di buat sebagai penyempurnaan dari kurikulum
sebelumnya, yaitu kurikulum 1984. Terjadinya perubahan Kurikulum
1984 ke Kurikulum 1994 sesungguhnya juga dimaksudkan untuk lebih
memberikan bekal bagi siswa ke arah penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam upaya membentuk masyarakat yang maju dalam era
globalisasi sekarang ini.
Kurikulum 2004 yang lahir dari pangkal berbasis kompetensi
(KBK) pada dasarnya berisikan kompetensi atau kemampuan dasar yang
harus dicapai oleh peserta didik sebagai indicator pencapaian hasil belajar

22
yang telah ditetapkan. Kompetensi itu sendiri dapat diartikan sebagai
kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh, melalui pendidikan dan
latihan yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan dan sikap.

B. Saran
Setelah mempelajari tentang perkembangan kurikulum maka kami
harapakan bagi setiap pembaca untuk dapat memahaminya dan dapat
mempelajarinya lebih detail dari berbagai literature lainnya. Penulis
menyadari kalau dalam makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, baik
dalam bentuk kata maupun penulisannya. Dan penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca khususnya dosen
pembimbing untuk perbaikan makalah selanjutnya.

23
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. (1986). Pengantar Diodaktik Metode Kurikulum Pbm. Jakarta: Rajawali.

Asri, M. (2017). Dinamika Kurikulum Di Indonesia. Jurnal Program Studi Pgmi,


197.

Christine, M. (2018). Kurikulum 1975. Kupdf.

Dakir. (2004). Perencanaan Dan Perkembangan Kurikulum. Yogyakarta: Rieneka


Cipta.

Wirianto, D. (2014). Perspektif Historis Transformasi Kurikulum Di Indonesia.


Islamic Studies Jornal, 141.

Gichi, Nia. 2015. “Kurikulum 1984 (Cbsa)”,


Http://Haryatikurniawati96.Blogspot.Com/2015/11/Kurikulum-1984-
Cbsa.Html, Diakses Pada 25 Februari 2021 Pukul 12.35
Wicaksono, J. A. (2018). Perkembangan Kurikulum Pendidikan Di Indonesia
Dalam Perspektif Kebijakan Publik. Jurnal Studi Islam Dan Sosial, 57-59.

Yani, Ahmad. “Implementasi Kurikulum 2004”,


Implementasi_Kurikulum_2004.Pdf, Diakses Pada 25 Februari 2021 Pukul
14.00

24

Anda mungkin juga menyukai