Anda di halaman 1dari 18

Mata Kuliah Dosen Pembimbing

Islam dan Budaya Lokal Emilya Ulfah, M. Pd

KERAJAAN PRA ISLAM DI NUSANTARA

Disusun oleh :

NAMA NPM
Ahmad Rahliansyah 19.12.4707
Muhammad Akbar 19.12.4802
Nurliana 19.12.4882

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM DARUSSALAM MARTAPURA
2022
KATA PENGANTAR
‫ﺑﺴﻢ ﷲ اﻟﺮﺣﻤﻦ اﻟﺮﺣﯿﻢ‬
‫ رب اﻟﻌﺎﻟﻤﯿﻦ واﻟﺼﻼة واﻟﺴﻼم ﻋﻠﻰ اﺷﺮف اﻷﻧﺒﯿﺎء واﻟﻤﺮﺳﻠﯿﻦ ﺳﯿﺪﻧﺎ وﻣﻮﻻﻧﺎ ﻣﺤﻤﺪ وﻋﻠﻰ اﻟﮫ وﺻﺤﺒﮫ‬F ‫اﻟﺤﻤﺪ‬
:‫ اﻣﺎ ﺑﻌﺪ‬. ‫اﺟﻤﻌﯿﻦ‬
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya
kepada penyusun makalah sehingga berhasil menyelesaikan makalah Islam dan Budaya
Lokal yang berjudul Kerajaan Pra Islam Di Nusantara.

Shalawat dan salam tak lupa kami panjatkan kepada junjungan kita Nabi Besar
Muhammad saw beserta keluarga, sahabat dan para pengikut beliau dari dulu dan sekarang
hingga akhir zaman.

Kami selaku penyusun makalah menyampaikan ucapan terimakasih kepada dosen


pembimbing kami Ibu Emilya Ulfah, M. Pd. yang telah memberikan arahan dan bimbingan
dalam pembuatan makalah ini, serta semua yang telibat dalam penyelesaian tugas makalah
ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu penyusun harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi para pembaca dalam belajar dan hasilnya dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.

Martapura, 2 November 2022

Penyusun Makalah,
Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………... i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 4


A... Latar Belakang........................................................................................ 4
B... Rumusan Masalah .................................................................................. 4
C...... Tujuan Penulisan ..................................................................................... 4

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 5


A...Sejarah Nusanatara Pra-Islam.................................................................. 5
B...Kondisi Nusantara Pra-Islam ................................................................... 6
C...Kerajaan-Kerajaan di Nusantara Pra-Islam ............................................ 11
BAB III KESIMPULAN .................................................................................. 17
A...Kesimpulan………………………………………………………... 17
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….. 18

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia meupakan negara kepulauan di asia tenggara yang banyak
disinggahi oleh pedagang-pedagang asing sehingga dari sinilah kebudayaan-
kebudayaan islam mulai memasuki kepulauan Indonesia. Adapaun sebelum ,asukmya
Islam di Indonesia peadaban yang ada di Indonesia adalah Hinduisme dab Budhaisme
yang peninggalannya masih bisa dibuktikan sampai sekarang seperti bangunan candi,
relief dan sebagainya.
Dibidang seni bangunan, candi merupakan pengaruh hindu dan budha yang
lebih menonjol lagi, bahkan bangunan-bangunan candi yang ada di Indonesia adalah
berasal dai seni bangunan prasejarah. Bahkan pada bangunan ini banyak pula gambar-
gambar relief pada dinding candi yang melukiskan flora dan fauna Indonesia asli,
buka dari Hindia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Sejarah Pra-Islam di Nusantara ?
2. Bagaimana keadaan Indonesia sebelum masuknya Islam di Indonesia yang
meliputi keadaan geografi, pemerintahan, agama dan kebudayaan ?
3. Bagaimana macam-macam kerajaan yang pernah berdiri di Indonesia sebelum
masuknya Islam ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui Sejarah Pra-Islam di Nusantara.
2. Mengetahui keadaan Indonesia sebelum masuknya Islam di Indonesia yang
meliputi keadaan geografi, pemerintahan, agama dan kebudayaan.
3. Mengetahui macam-macam kerajaan yang pernah berdiri di Indonesia sebelum
masuknya Islam.

4
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Nusantara Pra-Islam
Wilayah nusantara memiliki keunikan tersendiri dalam hal etnografi,
sebagaimana dijelaskan Walles, bahwa wilayah ini terbagi dari tiga bagian. Sebagian
termasuk dipengaruhi oleh Benua Asia, sebagian lagi dipengaruhi wilayah Australia
dan lainnya dipengaruhi Benua Amerika.1
Dijelaskan Jarir dan Khairiah, dosen Sejarah Peradaban Islam, bahwa tiga
wilayah ini dibagi berdasarkan pengamatan Walles terhadap binatang dan tumbuh-
tumbuhan yang ada di nusantara. Walles mengemati lebih 100 ribu benda yang ada di
wilayah ini. Adanya kesamaan ikan air tawar di wilayah Kalimantan, Jawa dan
Sumatera, menunjukkan bahwa wilayah ini dulunya disatukan oleh satu sungai besar,
yang bermuara ke Laut Cina Selatan.2
Menurut Para Ahli Masyarakat orang Melayu datang ke wilayah Asia
Tenggara dapat digolongkan kepada
1. Proto melayu (melayu pertama atau melayu tua) datang lebih awal sekitar 3000 –
2500 SM. Mereka umumnya generasi yang masih mempertahankan paham
animisme dan dinamisme.
2. Deutro melayu (melayu gelombang kedua atau melayu muda), mereka datang dari
dataran Asia menuju ke berbagai penjuru Asia Tenggara dimulai kira-kira 300 -
250 SM. Sehingga ketika datang dan berbaur dengan suku-suku lain di wilayah
yang baru dihuni suku terakhir ini mudah menyesuaikan diri dengan kebudayaan
baru yang berkembang saat itu, termasuk ketika kedatangan penyebar agama
Hindu, Buddha, dan Islam.

Perkembangan agama Buddha pesat ketika dimotori oleh lahirnya kerajaan


Melayu terbesar yaitu Sriwijaya di Sumatra sekitar abad ke-7 – 11M. Pengaruh
kebudayaan Hindu-Buddha lewat bahasa Sansekerta ke dalam bahasa dan budaya
masyarakat melayu begitu banyak, karena berlangsung selama 500 tahun. Kerajaan
Majapahit yang berpusat di Jawa juga punya andil besar dalam mengembangkan dua
agama tersebut (lebih khusus Hindu), sehingga mampu menyatukan wilayah Nusantra

1
Jarir Amrun, Khairiah, Sejarah Nusantara: Perpsektif Geologis, Zoologis dan Etnografis, Nusantara:
Journal for Southeast Islamic Studies, Volume I4. Hlm.128.
2
Jarir Amrun, Khairiah, Sejarah Nusantara: Perpsektif Geologis, Zoologis dan Etnografis, Nusantara:
Journal for Southeast Islamic Studies, Volume I4, hal. 129.

5
dalam satu kekuasaan. Tidak heran bila agama Hindu-Buddha berkembang ke
sebahagian besar penjuru Nusantara.

Memasuki abad ke-12 M, kerajaan Sriwijaya mulai surut, bila dilihat dari
sudut ekonomi dan politik. Hal ini diperburuk dengan lahirnya Kerajaan Singosari (di
Jawa) melakukan ekspedisi Pamalayu (1275 M). Keadaan ini mendorong daerah-
daerah di bawah kekuasaan Sriwijaya melepaskan diri dari pusat kekuasaan, sehingga
pusat perdagangan berpindah, yaitu semakin berkembang di perairan Malaka.Van
Leur menegaskan, berdasarkan hasil perjalanan Sulaiman dan Marcopolo,
diperkirakan sejak tahun 674 M ada koloni Aran yang sudah berdagang ke Barat Laut
Sumatera. Meskipun jalinan dagang sudah terjadi jauh setelah Islam lahir, namun
menurut Taufik Abdullah belum ada bukti bahwa penduduk pribumi yang disinggahi
pedagang muslim itu telah memeluk agama Islam, dan kelompok yang beragama
Islam masih dari pedagang muslim pendatang yang menunggu musim pelayaran tiba.

B. Kondisi Nusantara Pra Islam


1. Kondisi Geografis Nusantara Pra Islam
Kepulauan Indonesia yang terletak antara benua Asia dan Australia sering
diumpamakan sebagai sebuah jembatan antara kedua benua tersebut. Hasil
penelitian prasejarah menunjukkan bahwa di masa lampau berbagai suku bangsa
telah memasuki kepulauan ini dari daratan Asia Tenggara. Mereka menyeberangi
lautan yang memisahkan kepulauan Indonesia di daratan Asia.
Kepulauan Indonesia terletak antara 6’ Lintang Utara dan 11’ Lintang Selatan,
serta 95’ sampai 141’ Bujur Timur. Oleh karena itu ia termasuk daerah khatulistiwa
dan daerah hembusan angin musim Indo-Australia. Ciri-ciri iklimnya ialah
berhawa tropis dan curah hujan yang tinggi.
Indonesia mempunyai iklim tropis yang sangat dipengaruhi oleh pegunungan
dan laut. Temperatur berkisar 20 C/30 C. Curah hujan lebih dari 102 cm setahun.
Beberapa daerah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi Tengah, dan
Malukulebih banyak turun hujan dengan curah 200-250 cm setahun. Kepulauan
Indoensia dipengaruhi oleh dua musim: musim kemarau dan musim penghujan.
Musim kemarau berlangsung antara bulan Mei sampai dengan September, dan
musim penghujan Oktober sampai denngan April.
Keadaan geografis dan wilayah yang dimiliki bangsa ini, telah membentuk
keragaman dan perbedaan struktur masyarakatnya. Secara sederhana, keragaman

6
ini ditunjukkan setidaknya oleh tiga jenis kelompok masyarakat yang berkembang
di seluruh wilayah nusantara. Kelompok I, adalah masyarakat yang hidup di
daerah-daerah pedalaman dan kawasan-kawasan yang terpencil. Masyarakat ini
biasanya memiliki kepercayaan animisme dan komitmen kesukuannya sangat kuat.
Kelompok II, adalah masyarakat yang hidup di sepanjanggaris pesisir, dimana
jalur-jalur pedagangan laut telah memudahkan mereka untuk dapat mengenal dan
bertukar kebudayaaan dengan dunia luar. Sedangkan kelompok III, adalah
masyarakat yang dipengaruhi oleh struktur budaya keraton. Pada umumnya,
kelompok masyarakat ini hidup dalam sebuah kota di sekitar kawasan istana yang
mudah dijangkau. Sehingga memungkinkan mereka disebut sebagai kelompok elit
yang memiliki kebudayaan tinggi.
Dari tiga jenis masyarakat itu, islam datang pertama kali ke bumi Nusantara
melalui masyaraakat kedua, yakni masyarakat yang hidup di sekitar daerah pesisir.
Sebab, pola perdagangan yang terdapat di jalur-jalur pantai itu, telah berkembang
menjadi pola hubungan timbal balik dan pertukaran budaya antara masyarakat
pesisir dengan para pedagang asing. Oleh karena itu, adalah sbuah kenyataan
sejarah yang tidak dipungkiri bahwa pola hubungan perdagangan di sekitar daerah-
daerah pantai itu, telah mengenalkan islam sebagai agama kultural yang disebarkan
dengan jalan damai, tanpa ada tendensi kekuasaan ataupun politik tertentu.
Agaknya, pola penyebaran ini yang menyebabkan Islam dengan mudah dapat
diterima oleh masyarakat Indonesia. Sebab dengan proses penyebaran yang
kultural ini, Islam mampu berkembang dengan pesat dan bahkan, bagi masyarakat
pesisir, Islam adalah bagian dari kehdupan mereka yang tidak terpisahkan. Inilah
sebabnya mengapa masyarakat pesisir dikenal sebagai masyarakat yang
berkomitmen kuat terhadap agama Islam. Namun demikian, sepertinya
perkembangan wajah islam di negeri ini sama sekali berbeda dengan
perkembangan Islam di wilayah-wilayah lain. Perbedaan ini menyangkut
karakteristik dan ciri khas wajah Islam Indonesia yang tidak dijumpai pada wajah
Islam manapun, termasuk Timur Tengah.
Kepulauan Indonesia juga terletak dalam jalur perdagangan antara dua pusat
perdagangan jaman kuno, yaitu India dan Cina. Letaknya dalam jalur perdagangan
internasional ini bsar pengaruhnya pada perkembangan sejarah bangsa.karena itu
sejak jaman prasejarah, penduduk Indonesia adalah pelayar-pelayar yang sanggup
mengarungi lautan lepas. Lautan di sekitar dan diantara pulau-pulau Indonesia

7
tidak pernah menjdai penghalang, bahkan menjadi faktor nomor satu. Pada awal
sejarah kuno Indonesia, kita melihat tumbuhnya pusat-pusat perdagangan
dibeberapa tempat di pesisir Sumatera, Jawa, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, dan
sebagainya. Pada pusat-pusat perdagangan inilah agama Islam memulai
aktivitasnya di Indonesia.
Bukti penyebaran agama Islam di wilayah kepulauan nusantara, khususnya di
wilayah Melayu Serantau ada di beberapa pulau. Misalnya penelitian Jarir terhadap
Pulau Bengkalis, bahwa wilayah ini sudah lama dipengaruhi Islam, terbukti
banyaknya koin-koin yang bertuliskan arab. Yakni raja-raja di Aceh.3
Perjalanan Ibnu Batutah ke Aceh pada abad XV menunjukkan bahwa wilayah
ini dulunya sudah dipengaruhi Islam. Bahkan agama Islam bukan hanya dianut
oleh raja/ sulthan, tetapi sampai ke lapisan masyarakat bawah.4
2. Situasi Pemerintahan di Indonesia Pra-Islam
Kedatangan Islam diberbagai daerah di Indonesia tidaklah bersamaan. Dan
demikian pula kerajaan-kerajaan dan daerah-daerah didatanginya mempunyai
situasi pemerintahan dan sosial budaya yang berlainan. Pada waktu kerajaan
Sriwijaya mengembangkan kekuasannya sekitar abad ke-7 dan 8, Selat Malaka
sudah mulai dilalui oleh pedagang-pedagang Muslim dalam pelayarannya ke
negeri-negeri di Asia Tenggaradan Asia Timur. Berdasarkan berita Cina Zaman
Tang, pada abad-abad tersebut diduga masyarakat Muslim telah ada, baik di kanfu
(kanton) maupun di daerah Sumatera sendiri. Perkembangan pelayaran dan
perdagangan yang bersifat internasinonal antara neger-negeri di Asia bagian barat
dan timur mungkin disebabkan oleh kegiatan kerajaan Islam dibawah bani
Umaiyyah dibagian barat maupun kerajaan Cina jaman Dinasti tang di Asia Timur
serta kerajaan Sriwijaya di Asia Tenggara.
Dari abad ke-7 sampai abad ke-12 kerajaan Sriwijaya masih menunjukkan
kemajuannya dibidang ekonomi dan politik sejak akhir abad ke -12 mulai
menunjukkan tanda-tanda kemunduran dibidang perdagangan. Kemunduran politik
dan ekonomi Sriwijaya dipercepatoleh usaha-usaha kerajaan Singasari yang sedang
bangkit di Jawa. Kerajaan jawa ini melakukan ekspedisi pamalayu tahun 1275 M
dan berhasil mengalahkan kerajaan melayu di Sumatera. Keadaan itu mendorong

3
Jarir, Khairiah, Meneliti Situs-Situs Awal Peradaban di Pulau Bengkalis, Akademia, Vol 14, Hlm. 86.
4
Ross E Dunn, Petualangan Ibnu Battuta, Seorang Musafir Muslim Abad ke-14, Jakarta, Yayasan Obor,
1995. Hlm. 342.

8
daerah-daerah di selat Malaka yang dikuasai kerajaan Sriwijaya melepaskan diri
dari kekuasan kerajaan tersebut.
Kelemahan Sriwijaya dimanfaatkan pula oleh pedagang-pedagang Muslim
untuk mendapatkan keuntungan-keuntungan politik dan perdagangan. Mereka
mendukung daerah-daerah yang menyatakan diri sebagai kerajaan bercorak Islam,
yaitu Samudera Pasai di pesisir timur laut Aceh. Daerah ini sudah di singgahi
pedagang-pedagang muslim sejak abad ke-7 dan ke-8 M. Proses Islamisasi tentu
berjalan disana sejak abad tersebut. Kerajaan Samudera Pasai segera berkembang
baik dalam bidang politik maupun perdagangan.
Karena kekecewaan-kekecewaan dalam negeri sendiri akibat perebutan
kekuasaan di istana, kerajaan Singasari, juga pelanjutnya, Majapahit, tidak mampu
mengontrol daerah melayu dengan selat Malaka dengan baik, sehingga kerajaan
Samudera Pasai dan Malaka dapat berkembang mencapai puncak kekuasaaanya
hingga abad ke-16 M.
Dikerajaan Majapahit, ketika Hayam Wuruk dengan patih Gajah Mada masih
berkuasa, situasi politik pusat kerajaan memang tenang, sehingga banyak daerah di
kepulauan Nusantara mengakui berada perlindungannya. Tetapi sejak Gajah Mada
meninggal dunia (1364 M) dan disusul Hayam Wuruk (1389), situasi Majapahit
kembali mengalami keguncangan. Perebutan kekuasaan antara Wikramawhardana
dan Bhere Wirabumi meninggal, perebutan kekuasaan dikalangan istana kembali
muncul dan berlarut-larut. Pada tahun 1468 M Majapahit diserang
Girindrawardhana dari Kediri. Sejak itu,kebesaran Majapahit dapat dikatakan
sudah habis.
Kedatangan dan penyebaran Islam di pulau Jawa mempunyai apek-aspek
ekonomi, politik dan sosial budaya. Situasi dan kondisi politik di Majapahit yang
lemah karena perpecahan dan perang dikalangan keluarga raja-raja dan perbutan
kekuasaan, maka kedatangan dan penyebaran Islam makin dipercepat. Bupati-
bupati pesisir merasa bebas dari pengaruh kekuasaan raja-raja majapahit. Mereka
makin lama makin yakin akan kekuasaannya sendiri dibidang ekonomi dan daerah-
daerahnya. Daerah pesisir merasa semakin lamamakin merdeka, justru oleh karena
kelemahan-kelemahan pendukung-pendukung kerajaan yang sedang mengalami
keruntuhan. Perjuangan antara kota-kota perdagangan di pesisir dengan dareah-
daerah agraris di pedalaman sedang dimulai perkembangan ekonomi dan politik

9
mempunyai tujuan sendiri, dan melalui bupati-bupati pesisir yang memeluk agama
Islam maka agama menjadi kekuatan baru dalam proses perkembangan masyarakat.
3. Agama dan Kebudayaan di Indonesia Pra-Islam
Bila ditinjau dari sudut arkeologi setelah zaman prasejarah berakhir di
Indonesia lahirlah kebudayaan baru. Kebudayaan tersebut ditandai dengan
datangnya orang-orang India sebagai pembawa kebudayaan Hindu, yaitu pengaruh
alam pikiran dan tingkah laku orang-orang India yang datang ke Indonesia.
Pengaruh ini menyebabkan perubahan cara hidup manusia Indonesia baik dalam
tata cara hidup kemasyarakatan, perekonomian dan keagamaan.
Sudah sejak zaman prasejarah telah terdapat hubungan maritime antara India
dan Indonesia. Diantara kedua bangsa tersebut terdapat kesamaan kebudayaan
sehingga kedatangan mereka tidak dirasakan sebagai bangsa yang akan menguasai
Indonesia.
Sekitar abad pertama dan kedua masehi, agama Hindu mulai di perkenalkan
oleh para pedagang India melalui interaksi di jalur-jalur pantai Indonesia. Pada
gilirannya, kontak perdagangan yang dilakukan oleh kedua belah pihak ini
mengakibatkan penetrasi agama Hindu ke dalam kultural masayarakat Indonesia.
Pengaruh besar agama Hindu ini didukung pula oleh keinginan para pedagang
untuk menetap dan melakukan perkawinan campur dengan penduduk Indonesia.
Dengan demikian, secara tidak langsung mereka kemudian mengalirkan
kebudayaan Hindu kepada masyarakat sekitarnya.
Bangunan candi-candi yang terdapat di Indonesia merupakan bukti adanya
pengaruh Hindu. Fungsi candi-candi Indonesia-Hindu adalah sebagai tempat
penguburan abu jenazah raja-raja. Raja-raja yang meninggal dibuatkan patung dan
perwujudannya melambangkan dewa-dewa yang mereka puja semasa hidupnya.
Masyarakat Indonesia-Hindu menganggap rajanya sebagai dewa yang
memerintah di dunia. Gelar-gelar kedewaan diberikan kepada raja-raja terutama
setelah mereka meninggal dunia. Kepercayaan demikian menunjukkan adanya
hubungan dengan tradisi kepercayaan pada masa pra Hindu, ketika mereka memuja
ruh-ruh nenek moyang yang biasanya diwujudkan dalam patung-patung dan
menhir-menhir di atas punden-punden berundak.
Berbeda dengan agama Hindu, agama budha datang ke negeri ini dengan misi
yang lebih populer, para pendta budha dari India sekitar abad ke 6 Masehi,
melakukan kunjungan resmi ke istana raja-raja Indonesia dengan mengenalkan

10
ajaran Shidarta Gautama beserta hukum-hukumnya. Setelah mendapatkan
kepercayaan raja, dan dapat mengukuhkan pengaruhnya kepada keluarga keraton,
mereka pun selanjutnya menyebarkan ajaran budha ke daerah-daerah lain.
Menurut para sejarahwan, kedatangan para pendeta budha ke Indonesia ini
berbarengan dengan migrasi besar-besaran para pendeta dan oemeluk budha ke
wilayah-wilayah lain. Diperkirakan migrasi ini disebabkan oleh tekanan agama
hindu yang sangat kuat terhadap para pemeluk Budha di negeri asalnya, India.
Dalam kurun yang tidak bertahan lama, pengaruh hindu dan budha telah berhasil
memberikan corak terhadap kerajaan-kerajaan besar di Indonesia. Dua agama ini
pada masa selanjutnya tentu saja saling mempengaruhi kekuasaan para raja di
kerajaan-kerajaan awal Indonesia. Sekitar tahun 600-an masehi, muncul kerajaan
Hindu besar pertama, yakni kerajaan Sriwijaya di Palembang, Sumatera Selatan.
Pada tahun 670 masehi, kerajaan ini telah menjadi pusat pendidikan agama Budha
Mahayana yang cukup disegani, kekuasaan nya mencakupi sebagian besar pulau
Sumatera, Jawa Barat , dan beberapa kepulauan Malaka dan Borneo. Kerajaan ini
mampu bertahan hingga tahun 1377 masehi.
Sejak abad-abad pertama hingga akhir abad ke-15 indonesia terdapat beberapa
kerajaan yang menerima pengaruh Hindu-Buddha, namun pengaruh tersebut
hanyalah merupakan lapisan tipis dan penghalus semata-mata. Karena itulah dari
sudut kebudayaan, istilah indonesia Hindu mungkin lebih tepat untuk menyebut
masyarakat kerajaan-kerajaan yang mendapat pengaruh Hindu Buddha yang
muncul dan berkembang di beberapa bagian Indonesia sejak abad-abad pertama
sampai lebih kurang akhir abad ke-15 itu. Kerajaan-Kerajaan di Indonesia pra
Islam
C. Kerajaan-Kerajaan Islam Pra-Islam
1. Kerajaan Kutai
Kerajaan Kutai terletak di Kalimantan Timur, daerah Muara Kaman di tepi
Sungai Mahakam. Berdasarkan informasi yang ditemukan pada tujuh prasasti
berupa yupa yang ditulis dengan huruf Pallawa, dengan bahasa Sanskerta,
diketahui bahwa Kutai merupakan kerajaan Hindu tertua di Indonesia. Kerajaan
yang dikenal juga dengan sebutan Negeri Tujuh Yupa diperkirakan berdiri pada
tahun 400 M. Dalam prasasti tersebut terdapat informasi yang menyangkut
kehidupan politik, pemerintahan, sosial, budaya, dan ekonomi Kerajaan Kutai

11
Raja pertama yang memerintah Kutai bernama Kudungga. Raja Kudungga
memiliki putra bernama Aswawarman. Aswawarman memiliki putra Mulawarman.
Dilihat dari nama, Kudungga bukanlah nama Hindu, tetapi nama Indonesia asli.
Nama Aswawarman dan Mulawarman adalah nama-nama berbau Hindu. warman
berarti pakaian perang. Penambahan nama itu diberikan dalam upacara penobatan
raja secara agama Hindu. Keluarga Kudungga pernah melakukan upacara
Vratyastoma, yaitu upacara Hindu untuk penyucian diri sebagai syarat masuk pada
kasta Ksatria. Berdasarkan nama dan gelar yang disandangnya, Kerajaan Kutai
yang bercorak Hindu berawal dari pemerintahan Aswawarman. Setelah Raja
Aswawarman, Kutai diperintah oleh Mulawarman, putranya pada abad ke-4. Raja
Mulawarman disebutkan sebagai seorang raja besar yang sangat mulia dan baik
budinya. Pada masa pemerintahan Mulawarman, Kutai merupakan kerajaan yang
kaya dan makmur. Sang Raja memberikan 20.000 ekor sapi kepada para
Brahmana.5
2. Kerajaan Tarumanegara
Pada pertengahan abad ke-5 M, di daerah lembah Sungai Citarum, Jawa Barat
terdapat kerajaan bernama Tarumanegara (Kerajaan Taruma). Tarumanegara
merupakan kerajaan tertua di Jawa. Jika berita tentang Kutai kita peroleh dari yupa,
berita tentang Tarumanegara kita peroleh dari prasasti dan berita Cina.
Dari catatan seorang musafir Cina, Fa-Hien, diperoleh keterangan bahwa pada
tahun 414, terdapat kerajaan bernama To-lo-mo. Fa-Hien yang sedang melakukan
perjalanan menuju India dan singgah di Ye-po-ti (Jawa) di To-lo-mo banyak
terdapat orang Hindu, ada juga orang Buddha. Dikatakan juga bahwa raja
mempunyai kekuasaan sangat besar karena raja dianggap sebagai keturunan dewa.
3. Kerajaan Ho-ling
Keberadaan kerajaan ini diketahui dari kitab sejarah Dinasti Tang (618-906).
Diperkirakan Kerajaan Ho-ling atau Kaling terletak diJawa Tengah. Nama ini
diperkirakan berasal dari nama sebuah kerajaan di India, Kalingga. Tidak
ditemukan peninggalan yang berupa prasasti dari kerajaan ini. Menurut Berita Cina,
kotanya dikelilingi dengan pagar kayu, rajanya beristana di rumah yang bertingkat,
yang ditutup dengan atap; tempat duduk sang raja ialah peterana gading. Orang
orangnya sudah pandai tulis menulis dan mengenalilmu perbintangan. Dalam

5
Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Jilid I, II, III, IV,
Cetakan ke-8, Jakarta, Balai Pustaka, 1993. Hlm. 57.

12
Berita Cina disebut adanya Ratu His-mo atau Sima, yang memerintah pada tahun
674. Beliau terkenal sebagai raja yang tegas, jujur, dan bijaksana. Hukum
dilaksanakan dengan tegas. Pada masa ini, agama Buddha berkembang bersama
agama Hindu. Hal ini dapat terlihat dengan datangnya pendeta Cina Hwi Ning di
Kaling dan tinggal selama tiga tahun. Dengan bantuan seorang pendeta setempat
yang bernama Jnanabhadra, Hwi Ning menterjemahkan kitab Hinayana dari bahasa
Sanskerta ke bahasa Cina.
4. Kerajaan Sriwijaya
Kata sriwijaya berasal dari kata sri = mulia dan kata wijaya = kemenangan.
Kemenangan yang dimaksud di sini ialah kemenangan Dapunta Hyang dalam
melakukan perjalanan suci (manalp siddhayatra). Kerajaan ini berdiri pada abad
ke-7 M. Pusat Kerajaan Sriwijaya berada di Palembang. Seperti halnya Kutai dan
Tarumanegara, keberadaan Sriwijaya juga diketahui dari prasasti dan Berita Cina.
Dari tempat ditemukannya prasasti yang menyebutkan tentang Sriwijaya, dapat
diketahui bahwa Sriwijaya merupakan kerajaan besar. Ada sembilan prasasti yang
menceritakan tentang keberadaan Sriwijaya. Tiga di antaranya ditemukan di luar
negeri.
Sriwijaya mencapai kemajuan di segala aspek kehidupan masyarakat ketika
diperintah Raja Balaputradewa. Balaputradewa bahkan sudah menjalin hubungan
dengan Kerajaan Benggala dan Kerajaan Chola di India. Pada masa Balaputradewa,
Kerajaan Sriwijaya merupakan pusat perdagangan dunia di Asia Tenggara dan
menjadi pusat perkembangan agama Buddha. Ia mendirikan Universitas Nalanda
untuk mendidik para biksu dan bikhuni dengan murid berasal dari Jawa, Cina,
Campa, Tanah Genting Kra, bahkan India. Selain prasasti, informasi tentang
Sriwijaya banyak diperoleh dari catatan Dinasti Tang di Cina dan dari catatan I
Tsing, seorang musafir Cina yang belajar paramasastra Sanskerta di Sriwijaya.
Dinasti Tang mencatat bahwa utusan Sriwijaya pernah datang ke Cina, yaitu tahun
971, 972, 975, 980, dan tahun 983. Itulah sebabnya ditemukan catatan tentang
Sriwijaya dalam Prasasti Kanton.
Menurut catatan I Tsing, Sriwijaya berperan sebagai pusat pengembangan
ilmu pengetahuan dan agama Buddha di Asia Tenggara. ITsing belajar tata bahasa
Sanskerta dan teologi Buddha di Sriwijaya. I Tsing menerjemahkan kitab kitab
suci agama Buddha ke dalam bahasa Cina. Sriwijaya juga terkenal sebagai
kerajaan maritim dan memiliki armada laut. Perhatikanlah Peta Kerajaan Sriwijaya.

13
Sebagai kerajaan maritim, Sriwijaya merupakan pusat perdagangan di Asia
Tenggara karena menguasai dua selat besar yang penting dalam perdagangan, Selat
Malaka dan Selat Sunda.
Sriwijaya mulai mengalami kemunduran setelah mendapat serangan dari
Dharmawangsa (992), Rajendra Coladewa dari Kerajaan Colamandala (1023, 1030,
dan tahun 1060), Kertanegara (1275), dan Gajah Mada (1377). Sriwijaya akhirnya
hancur ketika Majapahit mulai berkembang di Jawa.
5. Kerajaan Kediri dan Singosari
Setelah Airlangga membagi kerajaannya menjadi dua, sejarah selanjutnya dari
kerajaan-kerajaan ditandai oleh perebutan kekuasaan. Pada waktu terjadi
pembagian kerajaan Airlangga, Samarawijaya sebagai raja Panjalu dengan ibu kota
Daha dan Panji Garasakan sebagai raja Jenggala dengan ibu kota Kahuripan.
Terjadi perang saudara di antara keduanya (1044-1052). Kemenangan Kediri atas
Jenggala membuat Kediri menjadi satu-satunya kerajaan di Jawa Timur dengan
kekuasaan meliputi hampir seluruh Indonesia timur. Semua itu terjadi pada masa
pemerintahan Raja Jayeswara.
Raja Kediri yang terkenal ialah Jayabaya (1130-1160) yang terkenal dengan
Ramalan Jayabaya. Raja terakhir Kediri ialah Kertajaya. Pada masa
pemerintahannya, Kertajaya ingin dihormati dan disembah seperti dewa. Hal ini
membuat para Brahmana tidak senang dan mereka minta perlindungan kepada Ken
Angrok (sering disebut Arok) dari Tumapel.
Ken Arok akhirnya dapat mengalahkan Kertajaya pada tahun 1222. Dengan
demikian, berakhirlah Kerajaan Kediri. Ken Arok kemudian mendirikan Kerajaan
Singosari. Perebutan kekuasaan menjadi ciri khas kerajaan yang didirikan oleh Ken
Arok (1222-1227). Keberadaan Kerajaan Singosari diketahui dari kitab Pararaton
dan kitab Negarakertagama yang ditulis oleh Prapanca. Sejarah Singosari dimulai
dengan tindakan Ken Arok membunuh Tunggul Ametung, akuwu di Tumapel. Ken
Arok yang beristrikan Ken Umang kemudian menikahi istri Tunggul Ametung,
Ken Dedes. Ken Dedes diramalkan akan menurunkan raja-raja besar. Ken Arok
kemudian dibunuh oleh Anusapati (anak tirinya). Anusapati memerintah selama 21
tahun, 1227-1248. Kemudian, Tohjaya, anak Ken Arok dan Ken Umang,
membunuh Anusapati pada tahun 1248. Wisnuwardhana, anak dari Anusapati,
membunuh Tohjaya dan memerintah sampai tahun 1268. Wisnuwardhana
kemudian digantikan oleh Kertanegara.

14
Kertanegara adalah raja Singosari yang sangat terkenal. Dia memerintah
sampai tahun 1292. Kertanegara bercita-cita menyatukan Nusantara di bawah
Singosari. Pada masa Kertanegara, datang seorang utusan dari negeri Cina, yaitu
Kubilai Khan. Raja Kertanegara juga mengadakan ekspedisi Pamalayu tahun 1275,
menguasai Kerajaan Melayu dengan tujuan menghadang serangan tentara Cina
agar peperangan tidak terjadi di wilayah Kerajaan Singasari. Dia banyak
mengirimkan armadanya ke luar Singosari. Namun, hal itulah yang kemudian
menyebabkan kejatuhannya. Ketika sebagian besar armadanya keluar Singosari,
dia diserang oleh Jayakatwang dariKediri. Kertanegara tewas, tetapi menantunya,
Raden Wijaya lolos karena sedang tidak berada di istana. Raden Wijaya kemudian
mendirikan Kerajaan Majapahit.
Dari catatan saudagar Cina, Kho Ku Fei pada tahun 1200, diketahui bahwa
pada masa pemerintahan Jayabaya, Kediri telah memilikimata uang emas dan
aturan pajak yang teratur. Pada masa Jayabaya pula dihasilkan cerita
Gatutkacasraya dan Hariwangsa yang ditulis oleh Mpu Panuluh dan kitab
Baratayudha yang ditulis oleh Mpu Sedah. Ku Fei juga mencatat bahwa pada masa
ini telah dihasilkan sejumlah candi, antara lain Candi Panataran dan Candi Tuban.
Pada masa Singosari, Ken Arok telah mengembangkan perekonomian rakyatnya.
Kehidupan masyarakatnya aman dan sejahtera. Ken Arok membuat patung Ken
Dedes dan beberapa candi.
6. Kerajaan Majapahit
Tidak seperti kerajaan-kerajaan sebelumnya, sumber-sumber tentang
keberadaan Majapahit banyak ditemukan, antara lain melaluiprasasti, kitab-kitab,
dan beritaberita Cina. Majapahit didirikan oleh Raden Wijaya, menantu Raja
Kertanegara dari Singosari. Raden Wijaya dinobatkan menjadi raja pada tahun
1293. Raden Wijaya bergelar Kertarajasa Jaya Wardana (1293 1309 M). Beliau
menikah dengan keempat puteri Kertanegara, yaitu: Dyah Dewi Tribuwaneswari
(permaisuri), Dyah Dewi Narendraduhita, Dyah DewiPrajnaparamita, Dyah Dewi
Gayatri. Langkah Raden Wijaya mengawini putri Kertanegara diduga berlatar
belakang politik, agar tidak terjadi perebutan kekuasaan dan seluruh warisan jatuh
ke tangannya.
Raden Wijaya adalah raja yang bijaksana. Semua pengikut Raden Wijaya
diberi jabatan sesuai jasanya. Nambi diangkat menjadi patih. Ronggolawe diangkat
menjadi Bupati Tuban. Sora diangkat sebagai Tumenggung. Kepala desa Kudadu

15
diberi Cima di Kudadu. Raden Wijaya kemudian digantikan oleh Jayanegara atau
Kala Gemet pada tahun 1309, beliau merupakan raja yang lemah. Pada masa
pemerintahan Jayanegara, terjadi serangkaian pemberontakan: Ranggalawe (1231),
Lembu Sora (1311), Jurudemung (1313), Nambi(1316), dan Kuti (1319).
Pemberontakan-pemberontakan tersebut dapat dipadamkan karena jasa Gajah
Mada. Jayanegara akhirnya dibunuh oleh Tanca, tabib istananya, pada tahun 1328.
Gajah Mada kemudian membunuh Tanca. Seharusnya Gayatri, putri bungsu Raden
Wijaya, berhak menjadi raja. Tetapi karena Gayatri memilih bertapa,
Tribuwanatunggadewi, putrinya diangkat menjadi raja ketiga bergelar
Tribuwanatunggadewi Jayawisnuwardani.
Pada masa ini, terjadi pemberontakan Sadeng dan Kesa, tapi semuanya dapat
diatasi oleh Gajah Mada. Pada tahun 1350, Gayatriwafat. Tribuwanatunggadewi
segera turun tahta dan digantikan oleh putranya, yaitu Hayam Wuruk (artinya
ayam jantan muda) yang masih berusia 16 tahun. Hayam Wuruk merupakan raja
yang membawa Majapahit mencapai puncak kejayaan. Dengan
didampingiMahapatih Gajah Mada, Hayam Wuruk menjadikan Majapahit sebagai
kerajaan yang sangat besar. Wilayah kekuasaannya meliputiJawa, Nusa Tenggara,
Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Maluku, Malaka, dan Tumasik (Singapura) serta
Papua Barat.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Agama Islam yang kini menjadi agama mayoritas masyarakat Indonesia,
merupakan hasil dari proses panjang pengalaman inkulturasi budaya mulai dari
kepercayaan animisme masyarakat indonesia terhadap benda-benda lalu
berkembang pesatnya ajaran Hindu-Budha sampai menyebarnya Islam di
kalangan masyarakat Indonesia. Hal ini tentu saja mengilustrasikan adanya sebuah
dialek intensif antara ajaran-ajaran inti islam dengan teradisi dan tata nilai
masyarakat Indonesia. Sejak Islam tampak sebagaimana tradisi asli yang sulit
untuk dihilangkan begitu saja.
Maka, wajah Islam yang mengalami inkulturasi dengan sebuah tradisi
tertentu akan mengandaikan dua alat yang menujukkan intensitas islam sebagai
agama yang universal. Pertama intrepretasi terhadap ajaran islam akan dipahami
sesuai dengan konteks zaman dan tempat dimana ia berkembang. Kedua, ajaran
Islam akan tampak lebih dinamis dan progressif dalam merespon tantangan yang
dihadapi oleh masyarakatnya. Dan, dengan demikian, Islam dapat menjadi
inspirator dalam setiap perubahan sosial sebuh masyarakat.

17
DAFTAR PUSTAKA

Jarir Amrun, Khairiah, Sejarah Nusantara: Perpsektif Geologis, Zoologis dan


Etnografis, Nusantara: Journal for Southeast Islamic Studies, Volume I4.

Jarir, Menelusuri Jejak Akar Sekolah Islam Terpadu di Indonesia, Akademika, Vol.12.

Ross E Dunn, Petualangan Ibnu Battuta, Seorang Musafir Muslim Abad ke-14,
Jakarta, Yayasan Obor, 1995.

Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto, Sejarah Nasional Jilid I,


II, III, IV, Cetakan ke-8, Jakarta, Balai Pustaka, 1993.

18

Anda mungkin juga menyukai