Anda di halaman 1dari 14

PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA

Disusun oleh:
Kholid Mu’min
TAR/2 KI 1
1123303030

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

PURWOKERTO

2012
PERSEMBAHAN

Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
Bacalah, dan Tuhan-mu lah Yang Maha Pemurah.
Yang mengajar manusia dengan perantaraan kalam.
Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(Q.S. Al ‘Alaq :1-5)
Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih
hati, padahal kamulah orang yang paling tinggi (derajatnya)
jika kamu orang-orang yang beriman.
(Q.S Ali Imran :139)

Kami persembahkan karya sederhana ini,


sebagai bakti pada ibu dan bapak,
terimakasih untuk semua cinta, kasih sayang
dan perhatian.

dan untuk cintaku pada almamater, bangsa dan agama..


KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur tercurahkan pada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan
rahmat-Nya pada seluruh alam. Shalawat penulis panjatkan kepada Rasulullah SAW. sang suri
tauladan dan semoga keselamatan selalu menyertai para pengikutnya hingga akhir zaman. amin
Alhamdulillah, Karya Ilmiah yang berjudul “Pendidikan Islam di Indonesia” ini dapat
terselesaikan dengan baik tanpa mengesampingkan bantuan material dan spiritual dari berbagai
pihak. Penyusunan karya ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan dan motivasi dari
berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini, dengan rendah hati dan penuh rasa hormat,
penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :
1. Orang tua kami yang senantiasa mendoakan kami
2. Dosen pengampu mata kuliah Bahasa Indonesia
3. Semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan karya Ilmiah ini yang tidak dapat
disebutkan satu per satu, terimakasih atas semua bantuan yang telah diberikan baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penyusunan karya Ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Harapan penulis, semoga penulisan ini bermanfaat bagi penulis lain, Prodi S1 KI STAIN
Purwokerto serta para pembaca pada umumnya.

Purwokerto, Juni 2012

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk yang termulia diantara makhluk-makhluk yang lain dan ia dijadikan
oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk/kejadian, baik fisik maupun psikisnya serta dilengkapi
dengan berbagai alat potensial dan potensi-potensi dasar (fitrah) yang dapat dikembangkan dan
diaktualisasikan seoptimal mungkin melalui proses pendidikan.

Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi manusia karena pendidikan menjadi pembeda
manusia dengan makhluk lain. Dengan pendidikan manusia diarahkan bisa mengidentifikasi
sesuatu atau benda, membaca dan mempertajam cakrawala, mempertahankan hidup, berkreasi,
mengembangkan kebudayaan serta memajukan kesejahteraan hidupnya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Pada kabinet


pertama, K.H. Dewantara duduk sebagai menteri Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PPK).
Dalam rapatnya tanggal 27 Desember 1945 Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat
(BP-KNIP) mengusulkan kepada Kementerian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan (PPK)
supaya mengusahakan pembaruan pendidikan dan pengajaran di Indonesia. Saran Badan dan
Pekerja itu adalah sebagai berikut : “ pengajaran agama hendaklah mendapat tempat yang teratur
dan seksama, hingga cukup mendapat perhatian yang semestinya dengan tidak mengurangi
kemerdekaan golongan-golongan yang berkehendak mengikuti kepercayaan yang dipeluknya”.

Tentang cara melakukan hal ini kemudian Kementerian mengadakan perundingan dengan
Badan Pekerja, madrasah dan pesantren-pesantren yang pada hakikatnya adalah satu alat dan
sumber pendidikan dan pencerdasan rakyat jelata yang sudah berurat berakar dalam masyarakat
Indonesia umumnya, hendaklah pula mendapat perhatian dan bantuan yang nyata berupa
tuntunan dan bantuan material dari pemerintah dengan membentuk Panitia Penyelidik
Pengajaran di bawah pimpinan K.H. Dewantara. Hasil kerja Panitia Penyelidik Pengajaran itu
yang menyangkut pendidikan agama antara lain :
1) Hendaknya pelajaran agama diberikan pada semua sekolah dalam jam pelajaran dan di
S. R. (Sekolah Rakyat) diajarkan mulai kelas kelas IV

2) Guru Agama disediakan oleh Kementerian Agama dan dibayar oleh pemerintah.

Dengan penetapan pemerintah nomor 1/SD tanggal 3 Januari 1946, didirikan Kementerian
Agama dan Menteri Agama kemudian dengan putusannya nomor 1185/K.J. tanggal 20
November 1946 menetapkan bahwa bagian C (pada Kementerian Agama) melaksanakan
kewajiban-kewajiban antara lain :

a) Urusan pelajaran dan pendidikan agama Islam dan Kristen;

b) Urusan pengangkatan guru-guru agama;

c) Urusan pengawasan pelajaran agama.

Setelah itu dikeluarkan Peraturan Bersama Menteri PPK dan Menteri Agama :

NO. 1142/Bhg. A (Pengajaran) tanggal 2-12-1946 yang menentukan

NO. 1285/K.J. (Agama) tanggal 12-12-1946

Adanya pengajaran agama di sekolah-sekolah rendah sejak kelas IV dan berlaku mulai
tanggal 1 Januari 1947. Peraturan bersama inilah yang dapat dianggap sebagai landasan hukum
pertama mengenai adanya penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah-sekolah negeri oleh
instansi negara. Kita mengetahui secara resmi bahwa pendidikan agama di sekolah-sekolah
negeri di Indonesia telah ada sejak tanggal 1 Januari 1947 tetapi hanya diberikan pada sekolah
tingkat rendah, yang sekarang disebut sekolah dasar dan belum berlaku bagi sekolah-sekolah
partikelir (swasta).

Untuk menyempurnakan Peraturan Bersama tahun 1946, Menteri PPK dan Menteri Agama
mengeluarkan Peraturan Bersama tahun 1951 yaitu No. 17678/Kab. Tanggal 16 Juli 1951
(Pendidikan) yang mengatur No. K.J./9180 tanggal 16 Juli 1951 (Agama) yang mengenai
penyelenggaraan pendidikan agama di sekolah lanjutan, mengenai diberikannya pendidikan
agama sejak kelas I Sekolah Rendah pada lingkungan-lingkungan istimewa, dan pendidikan
agama perlu diberikan juga pada Sekolah partikelir dengan pembiayaan dari pemerintah bila
syarat-syaratnya telah dipenuhi.

Langkah penyempurnaan selanjutnya tertuang dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan


Rakyat Sementara (MPRS) Nomor II tahun 1960 Bab II pasal 2 ayat (3) yang menyatakan bahwa
pendidikan agama menjadi pelajaran di sekolah-sekolah mulai dari Sekolah Dasar sampai
Perguruan Tinggi negeri, dengan pengertian bahwa murid-murid berhak tidak ikut serta apabila
wali murid/murid dewasa menyatakan keberatannya. Tetapi Ketetapan MPRS Nomor II tahun
1960 dicabut oleh Ketetapan MPRS Nomor XXVIII tahun 1968.

Perkembangan dasar hukum adanya pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia


terdapat di dalam Ketetapan MPR Nomor IV tahun 1973 yaitu tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) bidang Agama dan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa, termasuk
pendidikan agama yang dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah-sekolah mulai dari Sekolah
Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi Negeri, maka dengan sendirinya pengajaran agama di
sekolah-sekolah partikelir (swasta) harus juga mengikutinya. Dengan demikian dasar ketetapan
MPR inilah yang menjadi landasan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia sampai
saat ini.1

B. Rumusan Masalah

Pada bab selanjutnya akan membahas mengenai :

1. Bagaimanakah konsep pendidikan islam yang diterapkan di sekolah-sekolah ataupun di


Perguruan Tinggi?

2. apa tujuan dari pendidikan agama Islam yang diterapkan di sekolah-sekolah atau Perguruan
Tinggi?

3. Serta apa yang menjadi tuntutan masyarakat terkait dengan pendidikan agama yang
diajarkan?

1
DR.Ahmad Tafsir.Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam,(Bandung,PT Remaja Rosdakarya,1992)hlm.2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Islam

Sebagai sebuah proses, pendidikan lebih dari sekedar pengajaran. Pendidikan adalah proses
dimana suatu bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara
individu-individu.

Secara sederhana, istilah “pendidikan Islam” yakni pendidikan yang dipahami dan
dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung dalam sumber dasarnya,
yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Dalam pengertian ini, pendidikan Islam dapat berwujud
pemikiran dan teori pendidikan yang mendasarkan diri atau dibangun dan dikembangkan dari
sumber-sumber dasar tersebut.

Dalam istilah lain, Ke-Islam-an atau Pendidikan Agama Islam adalah upaya mendidikkan
agama Islam atau ajaran Islam dan nilai-nilainya, agar menjadi way of life (pandangan dan sikap
hidup) seseorang. Kemudian dilihat dari segi proses dan praktik penyelenggaraan, pendidikan
Islam dapat diartikan sebagai kegiatan pendidikan yang berlangsung dan berkembang dalam
sejarah umat Islam.2

B. Konsep Pendidikan Islam

Islam mempunyai konsep mengenai pendidikan agama, akan tetapi sebagian orang
beranggapan bahwa ajaran Islam tidak mempunyai konsep tersendiri mengenai pendidikan. Hal
ini berdasarkan kenyataan sejarah bahwa Islam selalu menerima dan berasimilasi serta
beradaptasi bahkan mengadopsi sistem dan lembaga kependidikan dari lingkungan sosial budaya

2
DRS. Muhaimin, M.A.Paradigma Pendidikan Islam,(Bandung,PT Remaja Rosdakarya,2008)hlm.29-30
yang dijumpainya. Disamping itu, ternyata sampai saat ini belum ada kesepakatan pendapat
dikalangan para ahli mengenai istilah yang dianggap baku untuk menyatakan secara tepat konsep
dan wawasan kependidikan Islam tersebut.

Pendidikan merupakan upaya yang langsung dalam menumbuhkan potensi yang dimiliki
untuk mencapai perwujudan (aktualisasi) sebagai manusia yang utuh dan berkualitas, yang
tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan pertumbuhan dan perkembangan masyarakat,
bahkan merupakan media transmisi dan transformasi sistem dan nilai-nilai kehidupan sosial
budaya dan peradaban masyarakatnya. Demikian pula halnya dengan pendidikan Islam, telah
tumbuh dan berkembang bersama-sama dengan pertumbuhan dan perkembangan sistem dan
nilai-nilai kehidupan sosial budaya dan peradaban Islam sepanjang sejarahnya, dan telah
berfungsi sebagai media transmisi dan transformasinya secara efektif. Dapat dikatakan bahwa
hakikat pendidikan Islam tersebut termuat dalam dua konsep :

1) Konsep Dasar

konsep dasarnya dapat dipahami dan dianalisis serta dikembangkan dari Al-Qur’an dan
As-Sunnah.3 Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadis) dijadikan bidang-bidang pelajaran di
sekolah-sekolah Islam di Indonesia. Pendidikan masyarakat di Indonesia dikelola oleh
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu sekolah-sekolah umum negeri dan swasta
yang menggunakan kurikulum yang sama. Di sekolah-sekolah tersebut, pelajaran agama
disajikan pada setiap kelas, satu bidang pelajaran per tahun. Materi dalam bidang studi
tersebut terdiri dari masalah-masalah keimanan dan praktik-praktik peribadatan yang pokok.

Sistem pendidikan yang kedua berada di bawah bimbingan Departemen Agama, yang
juga terdiri dari sekolah-sekolah negeri dan swasta, namun jumlah sekolah-sekolah
swastanya jauh lebih besar dibandingkan dengan sekolah negerinya. Sekolah-sekolah
tersebut menggunakan kurikulum yang sama yang mengembangkan ajaran-ajaran Islam
sunni, termasuk sumber-sumber berbahasa Arab. Al-Qur’an dan As-Sunnah dipelajari pada
madrasah tingkat teratas (Tsanawiyah dan Aliyah). Jenjang pendidikan berakhir pada
tingkat universitas yaitu Institut Agama Islam Negeri (IAIN) yang berada di Indonesia. 4

3
Ibid.hlm.30
4
Howard M. Federspiel.Kajian Al-Qur’an di Indonesia,(Bandung,Mizan,1996)hlm.216
2) Konsep Operasional

Konsep operasionalnya dapat dipahami, dianalisis dan dikembangkan dari proses


pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran agama, budaya dan peradaban Islam
dari generasi ke generasi. Secara praktis dapat dipahami, dianalisis dan dikembangkan dari
proses pembinaan dan pengembangan (pendidikan) pribadi muslim pada setiap generasi
dalam sejarah umat Islam.5

C. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Mengenai tujuan pendidikan dalam pembelajaran agama Islam di sekolah-sekolah maupun


di Perguruan Tinggi Islam adalah sebagai berikut :

1) Pendidikan Agama Islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan bimbingan,
pengajaran dan/atau latihan yang dilakukan secara berencana dan sadar atas tujuan yang
hendak dicapai.

2) Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam arti ada yang
dibimbing, diajari dan/atau dilatih dalam peningkatan keyakinan, pemahaman,
pengahayatan dan pengamalan terhadap ajaran Islam.

3) Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) yang melakukan kegiatan
bimbingan, pengajaran dan/atau latihan secara sadar terhadap peserta didiknya untuk
mencapai tujuan pendidikan agama islam.

4) Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama Islam diarahkan untuk meningkatkan


keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dari peserta
didik, yang disamping untuk membentuk kesalehan atau kualitas pribadi, juga sekaligus
untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau kesalehan pribadi itu
diharapkan mampu memancar ke luar dalam hubungan keseharian dengan manusia
lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama muslim) ataupun yang tidak
seagama (hubungan dengan nonmuslim), serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga

5
DRS. Muhaimin, M.A.Paradigma Pendidikan Islam,(Bandung,PT Remaja Rosdakarya,2008)hlm.30
dapat terwujud persatuan dan kesatuan nasional (ukhuwah wathaniyah) dan bahkan
persatuan dan kesatuan antarsesama manusia (ukhuwah insaniyah).6

D. Tuntutan Masyarakat Terhadap Pendidikan Agama

Konteks masyarakat Indonesia yang pluralistik baik dari segi agama, ras, etnis, tradisi,
budaya,yang disebabkan oleh struktur dan peranan masyarakat Islam sekarang yang modern dan
neofundamentalis7 adalah sangat rentan terhadap timbulnya perpecahan dan konflik-konflik
sosial. Dengan kata lain, agama dalam kehidupan masyarakat majemuk dapat berperan sebagai
faktor pemersatu (integratif), dan dapat pula berperan sebagai faktor pemecah (disintegratif).
Fenomena ini akan ditentukan setidak-tidaknya oleh Fenomena :

1) Teologi agama dan doktrin ajarannya.

2) Sikap dan perilaku pemeluknya dalam memahami dan menghayati agama tersebut.

3) Lingkungan sosio-kultural yang mengelilinginya.

4) Peranan dan pengaruh pemuka agama, termasuk guru agama dalam mengarahkan
anak didiknya.

Melihat beberapa problem atau konflik yang rentan timbul di masyarakat, maka pembelajaran
pendidikan agama Islam diharapkan mampu mewujudkan ukhuwah islamiyah dalam arti luas.
Sungguhpun masyarakat berbeda-beda dalam agama, ras, etnis, tradisi, maupun budaya, tetapi
bagaimana melalui keragaman ini dapat dibangun suatu tatanan hidup yang rukun, damai dan
tercipta kebersamaan hidup serta toleransi yang dinamis dalam membangun bangsa Indonesia.
Masyarakat yang plural membutuhkan ikatan keadaban (the bound of civility), yakni pergaulan
antara satu sama lain yang diikat dengan suatu “civility” (keadaban). Ikatan ini pada dasarnya
dapat dibangun dari nilai-nilai universal ajaran agama.

Makna dari Pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Model kelembagaan pendidikan Islam
berorientasi pada pelaksanaan misi Islam dalam tiga dimensi pengembangan kehidupan manusia
yaitu :
6
Ibid.hlm.76
7
Howard M. Federspiel.Kajian Al-Qur’an di Indonesia,(Bandung,Mizan,1996)hlm.248
a) Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba Allah untuk
mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang
mendasari kehidupan yaitu nilai-nilai islam.

b) Dimensi kehidupan ukhrowi mendorong manusia untuk mengembangkan dirinya


dalam pola hubungan serasi dan seimbang dengan Tuhannya.

c) Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi mendorong manusia berusaha


menjadikan dirinya sebagai hamba Allah yang utuh dan paripurna dalam ilmu
pengetahuan dan keterampilan sekaligus menjadi pendukung serta pelaksana
(pengamal) nilai-nilai agamanya.

Dimensi-dimensi ajaran baik yang vertikal maupun horizontal, semuanya harus termuat dan
tercakup dalam pengertian pendidikan agama, untuk tidak sekedar membentuk kualitas dan
kesalehan individu semata, tetapi juga sekaligus kualitas dan kesalehan sosial, serta kesalehan
terhadap alam semesta.8

BAB III

8
Muhaimin.Paradigma.hlm.78
PENUTUP

A. Kesimpulan

Konsep Dasar pendidikan Islam adalah mengambil konsep yang dikembangkan dari dua
sumber utama Islam yaitu Al-Qur’an dan As-Sunnah. Al-Qur’an dan As-Sunnah (Hadis)
dijadikan bidang-bidang pelajaran di sekolah-sekolah Islam di Indonesia.

Pendidikan masyarakat di Indonesia dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,


yaitu sekolah-sekolah umum negeri dan swasta yang menggunakan kurikulum yang sama. Di
sekolah-sekolah tersebut, pelajaran agama disajikan pada setiap kelas, satu bidang pelajaran per
tahun. Sistem pendidikan yang kedua berada di bawah bimbingan Departemen Agama, yang juga
terdiri dari sekolah-sekolah negeri dan swasta, namun jumlah sekolah-sekolah swastanya jauh
lebih besar dibandingkan dengan sekolah negerinya. Sekolah-sekolah tersebut menggunakan
kurikulum yang sama yang mengembangkan ajaran-ajaran Islam sunni, termasuk sumber-sumber
berbahasa Arab. Al-Qur’an dan As-Sunnah dipelajari pada madrasah tingkat teratas (Tsanawiyah
dan Aliyah). Jenjang pendidikan berakhir pada tingkat universitas yaitu Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) yang berada di Indonesia.

Selanjutnya mengenai konsep operasional adalah mengambil dari konsep yang


dikembangkan dalam pembudayaan, pewarisan dan pengembangan ajaran agama, budaya dan
peradaban Islam dari generasi ke generasi. Secara praktisnya dapat dipahami, dianalisis dan
dikembangkan dari proses pembinaan dan pengembangan (pendidikan) pribadi muslim pada
setiap generasi dalam sejarah umat Islam.

Pendidikan dalam pembelajarannya adalah sebagai usaha sadar (dilakukan secara berencana
dan sadar atas tujuan yang hendak dicapai), peserta didik disiapkan untuk mencapai tujuan,
dalam arti ada yang dibimbing dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, pengahayatan dan
pengamalan terhadap ajaran Islam, Pendidik atau Guru Pendidikan Agama Islam (GPAI) juga
harus sadar terhadap peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam serta
pendidikan agama Islam nantinya dapat mengarahkan dalam meningkatkan keyakinan,
pemahaman agamanya, serta sebagai penghayatan dan pengamalan ajaran agama Islam dalam
tatanan kehidupan sosial.
masyarakat Indonesia yang plural membutuhkan suatu tatanan kehidupan yang rukun, damai
dan tercipta kebersamaan hidup, serta toleransi yang dinamis dalam membangun bangsa
Indonesia. Masyarakat yang plural juga membutuhkan ikatan keadaban sehingga tidak akan
terjadi konflik antar agama, ras, etnis, tradisi, bahkan budaya yang nantinya akan merugikan
masyarakat itu sendiri. Pendidikan agama adalah sebagai salah satu solusi pemersatu masyarakat
yang plural dan pendidikan agama diharapkan juga mampu memancar ke luar dalam hubungan
keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik yang seagama (sesama muslim)
ataupun yang tidak seagama (hubungan dengan nonmuslim), serta dalam berbangsa dan
bernegara sehingga dapat terwujud persatuan dan kesatuan nasional (ukhuwah wathaniyah) dan
bahkan persatuan dan kesatuan antarsesama manusia (ukhuwah insaniyah).

B. Saran

Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini masih banyak kekurangan di dalam
pembuatannya. Besar harapan penulis dari pembaca dalam mengkritik dan memberikan masukan
atau saran terhadap karya ilmiah ini, supaya nantinya penulis mengetahui tata letak
kekurangannya dan dapat memperbaiki untuk pembuatan karya ilmiah pada kesempatan yang
akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin.Paradigma Pendidikan Islam.(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2008)


Tafsir,Ahmad.Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam.(Bandung:PT Remaja
Rosdakarya,1992)

M.Federspiel,Howard.Kajian Al-Qur’an di Indonesia.(Bandung:Mizan,1996)

Anda mungkin juga menyukai