Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH PANCASILA

KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG SESUAI


ATAU TIDAK SESUAI DENGAN PANCASILA

KELOMPOK 3
Aprilya Yugasanty
Khairunisa Annur
Maudy Khoiriah I. S.
Muhammad Faesal P.
Muhammad Sigit A.
Semuliano
Suci Ima Putri
Tajudin Noor
Yoka Gianfranco
Wahyudi

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN PALANGKA RAYA
TAHUN 2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT, berkat rahmat dan karunia-Nya, sehingga
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata
kuliah umum Pendidikan Pancasila. Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dan menambah wawasan bagi kita semua. Penulis membuat makalah
ini dari kumpulan buku, dan internet sebagai pedoman membuat makalah.
Pendidikan pancasila masih sangat diperlukan untuk menumbuhkan rasa
kecintaan terhadap Bangsa Indonesia dan mengembangkan kesadaran berbangsa
dan bernegara.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dosen Bapak H. Barto Mansyah
SPd.MH, teman mahasiswa yang secara langsung maupun tidak langsung
memberikan motivasi membantu dalam pengembangan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih perlu ditingkatkan lagi mutunya. Oleh karena
itu kritik dan saran dari berbagai pihak yang membangun sangat diharapkan.

Palangka Raya, September 2018

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila tidaklah sulit untuk
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Maka sungguh pantas apabila
Pancasila digunakan
sebagai landasan dasar bangsa Indonesia. Karena pancasila bersifat universal.
Dimana semua unsur yang terkandung didalamnya dapat diterima semua pihak
baik nasional maupun internasional. Itu disebabkan karena Pancasila merupakan
kepribadian bangsa Indonesia dan mengandung unsur-unsur luhur jiwa bangsa
Indonesia.
Sudah seharusnya pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia menjadi acuan
Undang-Undang Dasar 1945, menjadi acuan kebijakan, dan turunan dari
kebijakan ini adalah undang-undang dan peraturan dibawahnya, dari perumusan
kebijakan, implementasi sampai pada evaluasi kebijakan.

B. RUMUSAN MASALAH
 Kebijakan pemerintah apa saja yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan
pancasila?

C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pancasila


2. Untuk mengetahui apakah kebijakan pemerintah sesuai dengan Pancasila
3. Untuk mengetahui bukti bahwa falsafah Pancasila dijadikan sebagai dasar
falsafah negara Indonesia yang kemudian dijadikan landasan menentukan
kebijakan dalam pemerintahan.

D. MANFAAT
Dengan disusunnya makalah ini diharapkan:

1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila dan


penerapannya dalam kehidupan.
2. Mahasiswa dapat memahami fungsi utama Pancasila sebagai dasar negara.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bukti penerapan pancasila dalam kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”


Sila Ketuhanan yang maha Esa mencerminkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beragama dan adanya kebebasan dalam memeluk agama masing-
masing dan menjalankan ibadah menurut agam dan kepercayaannya itu. Artinya
tidak ada pemaksakaan suatu agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha
Esa kepada orang lain, yaitu tidak boleh memaksakan orang lain memeluk agama
kita atau memaksa seseorang untuk berpindah ke agama lain. Negara memberikan
jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk agama yang sesuai
dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
Dibuatnya kebijakan-kebijakan yang mencakup sila Ketuhanan Yang Maha Esa
yaitu dengan mempertimbangkan moral serta sifat-sifat sitem moral Indonesia
supaya bisa melandasi atau menjadi pedoman perilaku perorangan, kelompok-
kelompok dalam masyarakat.

Adapun kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila pertama antara lain:

1. Pendidikan agama
Pendidikan agama di Indonesia telah diadakan sejak tahun 1950, dengan
dibentuknya panitia bersama yang dipimpin Prof. Mahmud yunus dari
Departemen Agama, Mr. Hadi dari Departemen P dan K, hasil dari panitia itu
adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari. Isinya ialah:
a. Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat.
b. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka pendidikan agama
diberikan mulai kelas I SR dengan catatan bahwa pengetahuan umumnya tidak
boleh berkurang dibandingkan dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya
diberikan mulai kelas IV.
c. Di sekolah Lanjutan Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan) diberikan
pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu.
d. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam
satu kelas dan mendapat izin dari orang tua / walinya.
e. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi pendidikan
agama ditanggung oleh Departemen Agama.
Kebijakan ini sesuai dengan sila pertama pancasila yang menjamin penduduk
untuk memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya,
Menjamin berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, Negara
memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan iman warga negara dan
mediator ketika terjadi konflik agama. Faktor pendukung lainnya adalah dalam
sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai berikut:
“Melaksanakan Manipol Usdek dibidang mental/agama/kebudayaan dengan
syarat spiritual dan material agar setiap warga Negara dapat mengembangkan
kepribadiannya dan kebangsaan Indonesia serta menolak pengaruh-pengaruh
buruk kebudayaan asing (Bab II Pasal 2 ayat 1)”.
Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Pendidikan agama menjadi
mata pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai sekolah dasar sampai
Universitas,”

2. Adanya kementrian agama Republik Indonesia.


Keberadaan Departemen Agama dalam struktur pemerintah Republik
Indonesia melalui proses panjang. Sebagai bagian dari pemerintah negara
Republik Indonesia; Kementerian Agama didirikan pada 3 Januari 1946. Dasar
hukum pendirian ini adalah Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor I/SD
tertanggal 3 Januari 1946.
Mohammad Yamin adalah orang yang mula-mula mengusulkan dalam
salah satu sidang BPUPKI agar pemerintah Republik Indonesia, di samping
mempunyai kementerian pada umumnya, seperti luar negeri, dalam negeri,
keuangan, dan sebagainya, membentuk juga beberapa kementerian negara yang
khusus. Salah satu kementerian yang diusulkannya ialah Kementerian Islamiyah,
yang katanya, memberi jaminan kepada umat Islam (masjid, langgar, surau,
wakaf) yang di tanah Indonesia dapat dilihat dan dirasakan artinya dengan
kesungguhan hati.
Tetapi meskipun beberapa usulnya tentang susunan negara bisa diterima
dan menjadi bagian dan UUD 1945, usulnya tentang ini tidak begitu mendapat
sambutan.
Ketika Kabinet Presidential dibentuk di awal bulan September 1945,
jabatan Menteri Agama belum diadakan. Demikian halnya, di bulan Nopember,
ketika kabinet Presidential digantikan oleh kabinet parlementer, di bawah.
Perdana Menteri Sjahrir. Usulan pembentukan Kementerian Agama pertama kali
diajukan kepada BP-KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat)
pada 11 Nopember 1946 oleh K.H. Abudardiri, K.H. Saleh Suaidy, dan M.
Sukoso Wirjosaputro, yang semuanya merupakan anggota KNIP dari Karesidenan
Banyumas. Usulan ini mendapat dukungan dari Mohammad Natsir, Muwardi,
Marzuki Mahdi, dan Kartosudarmo yang semuanya juga merupakan anggota
KNIP untuk kemudian memperoleh persetujuan BP-KNIP.
Sebagai realisasi, pada 3 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan ketetapan
yang antara lain berbunyi: Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Usul Perdana
Menteri dan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, memutuskan: Mengadakan
Departemen Agama. Keputusan dan penetapan pemerintah ini dikumandangkan di
udara oleh RRI ke seluruh dunia, dan disiarkan oleh pers dalam, dan luar negeri,
dengan H. Rasjidi BA sebagai Menteri Agama yang pertama.

3. Diakuinya enam Agama resmi di Indonesia


Ketetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan
dan/atau Penodaan Agama pasal 1 menyatakan bahwa, "Agama-agama yang
dipeluk oleh penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen (Protestan), Katolik,
Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)"
Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan presiden
mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda dalam praktiknya. Pada
1978, Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan bahwa hanya ada lima
agama resmi, tidak termasuk Konghucu.
Pada tanggal 27 Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat
memutuskan bahwa Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri Dalam
Negeri telah dikeluarkan pada tahun 1990 yang menegaskan bahwa hanya ada
lima agama resmi di Indonesia.
Namun, setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto,
Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut
instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978.
Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia. Kultur
Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini diizinkan untuk
dipraktikkan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Konghucu kini dibebaskan
untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka. Seperti agama lainnya di Indonesia
yang secara resmi diakui oleh negara.

4. Menjadikan hari besar keagamaan sebagai hari libur nasional.


Hari libur nasional telah ditetapkan oleh negara melalui Keppres No. 251 Tahun
1967 tentang Hari-Hari Libur, Keppres No. 10 Tahun 1971 tentang Hari Wafat Isa
Al-masih Dinyatakan Sebagai Raya/Hari Libur , Keppres No. 3 Tahun 1983 yang
menambahkan hari raya Waisak dan Nyepi sebagai Hari Libur Nasional, dan
Keppres Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek.
Adapun hari besar agama di Indonesia yang ditetapkan menjadi hari libur nasional
keagamaan antara lain:

1. Untuk Agama Budha:

o Hari Raya Waisak : Waisak dirayakan pada bulan Mei saat terang bulan untuk
memperingati peristiwa lahirnya Siddharta (623 SM), Siddharta menjadi Budha
(588 SM), dan wafatnya Budha Gautama (543 SM)

2. Untuk Agama Hindu:

o Hari Raya Nyepi : Merupakan perayaan tahun baru Hindu. Perayaan tahun baru
ini dimulai dengan kegiatan menyepi yang bertujuan untuk untuk menyucikan
Bhuana Alit (alam manusia) dan Bhuana Agung (alam semesta).

3. Untuk Agama Islam:

o Tahun Baru Hijriyah : Merupakan perayaan tahun baru islam yang diperingati
setiap tanggal 1 Muharam dalam sistem penanggalan Hijriyah.
o Maulid Nabi Muhammad : Merupakan peringatan peristiwa lahirnya Nabi
Muhammad SAW yang diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal sistem
penanggalang Hijriyah.
o Isra Mikraj : Merupakan peringatan peristiwa isra mikraj Nabi Muhammad yang
diperingati pada tanggal 27 Rajab (Hijriyah). Isra merupakan peristiwa
diberangkatkannya Nabi Muhammad oleh Allah dari Masjidil Haram (Mekkah)
menuju Masjidil Aqsa (Palestina) yang dilanjutkan dengan Mikraj yaitu Nabi
dinaikkan dari bumi ke Sidratul Munthoha untuk menerima perintah kewajiban
sholat. Peristiwa ini terjadi dalam waktu semalam.
o Hari Idul Fitri : Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada tanggal 1
Syawal dalam penanggalan Hijriyah sebagai akhir dari pelaksanaan ibadah puasa.
o Hari Raya Idul Adha : Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada tanggal
10 Dzulhijah. Idul Adha menjadi puncak pelaksanaan ibadah haji dan pelaksanaan
ibadah qurban.

4. Untuk Agama Khong Hu Chu:

o Tahun Baru Imlek : Merupakan perayaan tahun baru dalam sistem penanggalan
Tionghoa.

5. Untuk Agama Katolik dan Kristen:

o Wafat Isa Almasih : Merupakan peringatan wafatnya Isa Almasih yang dikenal
juga sebagai Jumat Agung. Jumat Agung diperingati pada hari Jumat sebelum
Paskah.
o Kenaikan Isa Almasih : Merupakan hari raya Kristen untuk memperingati
peristiwa naiknya Yesus ke surga yang diperingati pada hari ke-40 setelah Paskah.
o Hari Natal : Merupakan hari raya Kristen yang diperingati pada tanggal 25
Desember untuk memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.

B. Sila Kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”


Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia
yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap
sesama manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil
mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang
berbudaya dan beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian
bahwa hakikat manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil
terhadap manusia lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai kemanusiaan
yang beradab mengandung makna bahwa beradab erat kaitannya dengan aturan-
aturan hidup, budi pekerti, tata krama, sopan santu, adat istiadat, kebudayaan,
kemajuan ilmu pengetahuan, dsb. Semua aturan diatas bertujuan untuk menjaga
agar manusia tetap beradab, tetap menghargai harkat dan derajat dirinya sebagai
manusia. Adab diperlukan agar manusia bisa meletakkan diri pada tempat yang
sesuai.
Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila kedua contohnya yaitu:
a. Menegakkan HAM
Pemerintah berusaha semaksilmal mungkin menegakkan Hak Asasi Manusia
dengan membuat peraturan-peraturan HAM . Peraturan HAM dalam Konstitusi
Negara diantaranya sebagai berikut:
 Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Jaminan perlindungan tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam Undang-
Undang Dasar Tahun 1945, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, pasal 27


Ayat (1)
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, pasal 27 Ayat (2)
3. Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisan dan tulisan,
pasal 28
4. Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, pasal 29 Ayat
(2)
5. Hak dalam usaha pembelaan negara, pasal 30
6. Hak mendapat pengajaran, pasal 31
7. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah,
pasal 23
8. Hak dibidang perekonomian, pasal 33.
9. Hak fakir miskin dan anak terlantar dipeiharaan oleh negara, pasal 34.

 Undang-Undang

Peraturan HAM juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Yang pernah


dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia. Antara lain sebagai berikut:

1. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti penyiksaan,


Perlakuan atau penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan
merendahkan martabat.
2. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
3. UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor 25
Tahun 1997 tentang Hubungan Perubahan.
4. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5. UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 105
tentang Penghapusan Pekerja Secara Paksa
6. UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 138
tentang Usia Minimum Bagi Pekerja
7. UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 11
tentang Diskriminasi dalam Pekerjaan
8. UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun 1963
tentang tindak Pidana Subversi
9. UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi Penghapusan
Segala Bentuk Diskriminasi
10. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
11. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
12. UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
13. UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
 Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden

Pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan keputusan Presiden, di


antaranya adalah sebagai berikut.

1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun


1999 tentang Pengadilan HAM
2. Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 181 Tahun 1998 tentang Pendirian
Komisi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Wanita
3. Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi
Nasional Hak Asasi Manusia tahun 1998-2003, yang memuat rencana
ratifikasi berbagai instrumen hak asasi manusia Perserkatan Bangsa-
Bangsa serta tindak lanjutnya
4. Keputusan presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Pengadilan Hak Asasi Manusia pada
5. Pengadilan Negri Jakarta Pusat, Prngadilan Negri Surabaya, dan
Pengadilan Negri Makassar
6. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan
Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc Pada
7. Pengadilan Negri Jakarta Pusat, yang diubah dengan keputusan Presiden
Nomor 96 tahun 2001
8. Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komosi Nasional
Anti Kekerasan terhadap Perempuan
9. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komnas HAM

Keseluruhan ketentuan perundang-undangan di atas merupakan pintu pembuka


bagi strategi selanjutnya, yaitu tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap
ini diupayakan mulai tumbuh kesadaran terhadap penghormatan dan penegakan
HAM, baik dikalangan aparat pemerintah maupun masyarakat karna HAM
merupakan kebutuhan dasar manusia yang perlu diperjuangkan, dihormati, dan
dilindungi oleh setiap manusia.
Penataan aturan secara konsisten memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi,
persyaratan pertama adalah demokrasi dan supermasi hukum, kedua, HAM
sebagai tatanan sosial.
b. Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran (PBI) pada penghujung tahun 2012 lalu. Peraturan itu pada intinya
mengatur tentang siapa saja yang berhak menerima bantuan pembayaran iuran
jaminan kesehatan dari pemerintah yang diambil dari APBN. Jaminan Kesehatan
ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2014.
Dalam peraturan itu, PBI Jaminan Kesehatan ditujukan untuk fakir miskin dan
orang tidak mampu. Fakir miskin didefinisikan sebagai orang yang sama sekali
tidak mempunyai mata pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tapi tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar yang layak bagi dirinya dan keluarganya.
Sedangkan golongan orang tidak mampu adalah orang yang mempunyai sumber
mata pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar
yang layak namun tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan keluarganya.
Pihak yang berwenang untuk menetapkan kriteria fakir miskin dan orang tidak
mampu adalah Kementerian Sosial setelah melakukan koordinasi dengan Menteri
dan/atau pimpinan lembaga terkait. Antara lain Kementerian Kesehatan,
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta Kementerian Dalam Negeri.
c. Kebijakan Hukum
Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu kebijakan terkait
pemberian hukuman, pemberian remisi, asimilasi dan grasi. Semua kebijakan
tersebut diatur dalam undang-undang.

C. Sila Ketiga, “Persatuan Indonesia”


Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan
bagi seluruh rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa,
dan budaya. Sehingga dapat disatukan melalui sila ini berbeda-beda tetapi tetap
satu atau disebut dengan Bhineka Tunggal Ika. Persatuan Indonesia
mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara ketimbang kepentingan
golongan pribadi atau kelompok seperti partai. Hal yang dimaksudkan adalah
sangat mencintai tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan nama Indonesia.
Sila ini menanamkan sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada rakyat
Indonesia.
Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini bermaksud memelihara
ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah
sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Negara merupakan suatu persekutuan hidup bersama
diantara elemen-elemen yang membentuk negara yang berupa suku, ras,
kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu perbedaan adalah
merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-elemen
yang membentuk Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi
satu, mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu
seloka Bhineka Tunggal Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi
konflik dan permusuhan melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang saling
menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan
tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu, maupun
golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya
harkat dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan kebebasan atas
individu, golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk merealisasikan
seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral. Oleh karena
itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh
tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh
warganya) mencerdaskan kehidupan warganya, serta kaitannya dengan pergaulan
dengan bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia
yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang
Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal itu terkandung nilai
bahwa bahwa nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme religious yaitu
nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa. Nasionalisme yang
humanitik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam segala
aspek penyelenggaraan Negara.
 Butir-butir dari Sila ke-3 Pancasila :
1) Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2) Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3) Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4) Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5) Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
6) Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7) Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila ‘Persatuan Indonesia’ antara lain :
a. Mewajibkan pelaksanaan Upacara Bendera
Terkait Kewajiban pelaksanaan upacara bendera diatur dalam:
1. UUD RI Tahun 1945
2. UU no. 09 Tahun 2010 tentang Keprotokolan
3. UU no. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera, serta
Lagu Kebangsaan
4. PP no. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
5. PP 62 tahun 1990 tentang Ketentuan Protokol tentang Tata Tempat, Tata
Upacara dan Tata Penghormatan
6. PP no. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan RI
7. Keppes 49 tahun 1970 tentang penyerahan duplikat bendera merah putih ke
setiap daerah tingkat II
8. Permendikbud no. 16 Tahun 2012 tentang Kode Etik Pegawai
9. Permendiknas no. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan kesiswaan
Kebijakan terkait Upacara bendera tersebut sesuai sila ketiga “Persatuan
Indonesia”. Karena dengan melaksanakan upaca bendera dapat memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b. Kementrian Pertahanan
Adanya kementrian pertahanan ini merupakan penerapan Nilai Keutuhan
Kesatuan dan Persatuan bangsa indonesia. Fungsi utamanya yaitu untuk
mempertahankan keutuhan NKRI. Mencegah serangan-serangan dari dalam
maupun dari luar yang mengancam persatuan Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
c. Pendidikan Pancasila
Dengan adanya pendidikan pancasila, diharapkan generasi penerus bangsa
bisa memahami Ideologi bangsa Indonesia. Dengan begitu bangsa indonesia tidak
mudah terpengaruh dengan ideologi-ideologi asing yang tidak sesuai dengan
kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan
beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan perorangan dan golongan. Dengan demikian, perbedaan pemikiran,
pendapat, atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

D. Sila ke Empat, ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan


dalam Permusyawaratan dan Perwakilan “
Sila ke-4 yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Sebuah kalimat yang secara
bahasa membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara
demokrasi.
Sebuah keputusan pada intinya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan
kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang menyangkut kepentingan
bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan dilakukan secara
mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat ini, diliputi oleh semangat
kekeluargaan, yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia.
Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan. Nilai ini menganut paham demokrasi.
Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila ke-4 antara lain:
1. Tidak melarang adanya unjuk rasa
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa atau demonstrasi
merupakan bagian dari implementasi prinsip sila keempat pancasila.
Pemerintah tidak melarang adanya unjuk rasa atau berpendapat di muka umum.
kebebasan berpendapat di muka umum dijamin oleh:
Landasan Idiil
Yaitu Pancasila terdapat dalam sila ke IV "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan".

Landasan Konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar 1945 :


a) Pasal 28 menyatakan Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lis an dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan
undang-undang .
b) Pasal 28E Ayat (3) menyatakan Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat

Landasan Operasional
a) Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat di Muka Umum.
 Pasal 2
a. Ayat (1) “Setiap warga Negara, secara perorangan atau kelompok, bebas
menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab
berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berkumpul, dan bernegara”
b. Ayat (2) “penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini”
 Pasal 8 menyatakan “Masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung
jawab untuk berupaya agar penyampaian pendapat di muka umum berlangsung
secara umum, tertib, dan damai”

b) UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia


 Pasal 23
a. Ayat (2) “Setiap orang berhak untuk mempunyai, mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan
melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama,
kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum dan keutuhan bangsa”.

 Pasal 25 menyatakan “Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di


muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”
 Pasal 32 menyatakan “Kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan surat-
menyurat termasuk hubungan komunikasi melalui sarana elektronik tidan boleh
diganggu, kecuali atas perintah hakim atau kekuasaan lain yang sah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”
 Pasal 60
a. Ayat (2) “Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi
sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya
sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”

c) UU No. 40 Tahun 1999 Tentang pers


d) UU No. 32 Tahun 2002 Tentang penyiaran

2. Sidang pleno MPR


MPR bersidang sedikitnya dua kali dalam lima tahun di ibukota negara. Sidang
MPR yang dilaksanakan biasanya membahas rancangan undang-undang,
rancangan anggara, ataupun membahas permasalahan yang ada .
Sidang MPR sah apabila dihadiri:

 sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul


DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
 sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan
menetapkan UUD
 sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang
lainnya
Putusan MPR sah apabila disetujui:

 sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk


memutus usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
 sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk
memutus perkara lainnya.

Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu


diupayakan pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai hasil yang
mufakat.
3. Pemilihan Umum
Pemilihan umum sesuai dengan prinsip demokrasi yang terkandung dalam sila
keempat pancasila. Pemilu merupakan salah satu penerapan prinsip kerakyatan.
factor yang menyebabkannya sesuai dengan pancasila adalah asas LUBER, yaitu:
langsung. Berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan
tidak boleh diwakilkan, umum berarti pemilu dapat diikuti seluruh warga Negara
yang sudah memiliki hak menggunakan suara, bebas berarti pemilih diharuskan
memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, dan rahasia berarti
suara yang diberikan pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu
sendiri.

E. Kebijakan Pemerintah yang Sesuai dengan Nilai keadilan sosial bagi


seluruh rakyat Indonesia
Pemberian Bantuan untuk warga miskin
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global, artinya kemiskinan
adalah masalah yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia.
Kemiskinan berhubungan dengan kekurangan materi, rendahnya penghasilan, dan
adanya kebutuhan sosial. Sehingga pemerintah memberikan bantuan BLT berupa
uang tunai dan sembako kepada masyarakat miskin. Di Indonesia terdapat
kecenderungan bahwa seakan-akan kemiskinan hanya diberantas oleh program-
program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan seolah mencakup pemberian
modal usaha untuk membuka warung kecil di sudut kampung, pemberian sapi
atau kambing untuk peternakan dan pelatihan keterampilan perbengkelan atau
kerajinan tangan. Asumsinya sederhana, jika orang miskin diberi modal dan
dilatih, maka mereka akan memiliki pekerjaan dan pendapatan, sehingga
kehidupan mereka bisa menjadi lebih baik.
Asuransi Kesejahteraan Sosial
Penelitian evaluasi Program Jaminan Kesejahteraan Sosial: Asuransi
Kesejahteraan Sosial ini bertujuan memahami proses dan hasil pelaksanaan
program. Instrument utama dalam menganalisis data lapangan menggunakan
konsep asuransi sosial, yaitu suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat
wajib yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.

Pemberian Dana Pensiun


Kementerian Keuangan memastikan 4,7 juta PNS akan mendapatkan gaji ke-13
bulan ini. Kepastian tersebut menyusul terbitnya Peraturan Pemerintah No 33
Tahun 2011 tanggal 30 Juni 2011 tentang pemberian gaji atau pensiun tunjangan
bulan ketiga belas dalam tahun anggaran 2011 kepada pegawai negeri, pejabat
negara, dan penerima pensiun tunjangan.
Dirjen Perbendaharaan Negara Kemenkeu Agus Suprijanto dalam keterangan
tertulis yang mengatakan bahwa pengajuan surat perintah membayar oleh masing-
masing satuan kerja akan segera dilakukan. Untuk PNS pusat, gaji ke-13 akan
dibayarkan langsung ke rekening masing-masing, sementara untuk PNS daerah
akan dibayarkan melalui APBD masing-masing daerah. Sebagai tindak lanjut dari
peraturan tersebut, telah terbit peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
mengenai petunjuk teknis pemberian gaji 13 tersebut yaitu Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan No 38/PB/2011. Sementara, gaji ke-13 untuk penerima
pensiun atau tunjangan akan dibayarkan melalui PT Taspen (Persero) atau PT
Asabri (Persero).

Mendirikan Pustu/Puskesmas Pembantu di Setiap Daerah


Untuk mensejahterakan rahyat, tidak hanya dengan serangkaian materi tetapi
kesehatan itu lebih penting, karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa
pendirian puskesmas-puskesmas di setiap daerah, dengan tujuan agar semua
rakyatnya bisa hidup sehat, tanpa mengidap penyakit yang parah dengan biaya
yang murah bahkan pengobatan gratis.
Pemberdayaan Perempuan
Dengan meningkatkan peranaan perempuan dalam bekerja, berkarier di bidang
apa saja dan meningkatkan kesetaraannya, meningkatkan jumlah dan proporsi
perempuan dalam menamatkan pendidikannya, menurunkan kasus tindak
kekerasan terhadap perempuan, maka suatu kebijakan seperti itu dapat mengubah
nasib kaum perempuan di masa sekarang.

F. BERIKUT SALAH SATU CONTOH KEBIJAKAN DI ERA JOKOWI

Kebijakan Ekonomi Jokowi Jilid ke-16

Jakarta - Paket kebijakan ekonomi jilid XVI akhirnya diluncurkan oleh


pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi). Paket tersebut berisikan tentang
upaya percepatan penerbitan perizinan berusaha dari tingkat pusat hingga daerah.
Demikian disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin
Nasution, saat acara peluncuran sekuritisasi aset di Gedung Bursa Efek Indonesia
(BEI), Jakarta, Kamis (31/8/2017).
"Kebijakan ini juga bertujuan menyelesaikan hambatan dalam proses pelaksanaan
serta memanfaatkan teknologi informasi melalui penerapan sistem perizinan
terintegrasi (single submission)," kata Darmin.Darmin menyadari kondisi
pelayanan saat ini yang belum optimal. Misalnya saja, perizinan masih bersifat
parsial dan tidak terintegrasi, sekuensial (berurutan), belum seluruhnya
menggunakan teknologi informasi (online), waktu penyelesaian dan biaya
perizinan yang tidak jelas, serta paradigma di tubuh birokrasi sendiri sebagai
"pemberi izin" dan belum "melayani".
Di samping itu, beberapa indikator juga menunjukkan bahwa kinerja realisasi
investasi, meski tumbuh tetapi masih di bawah target yang ditetapkan. Di
antaranya realisasi investasi dunia ke Indonesia masih rendah (1,97%) dengan
rata-rata per tahun (2012-2016) sebesar US$ 1.417,58 miliar.
Selanjutnya capaian target rasio investasi sebesar 32,7% (2012-2016), di bawah
target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) sebesar
38,9% pada tahun 2019, realisasi investasi masih rendah dibandingkan dengan
pengajuan/komitmen investasi untuk Penanaman Modal Asing (PMA) 27,5% dan
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 31,8% (2010-2016), dan belum
seimbangnya wilayah investasi di mana investasi di Jawa di atas 50%
dibandingkan dengan Luar Jawa.
Paket kebijakan diluncurkan dalam bentuk Peraturan Presiden (Perpres), dengan
realisasi dalam dua tahap. Berikut rinciannya:

Tahap Pertama
1. Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) untuk pengawalan dan penyelesaian
hambatan perizinan dalam pelaksanaan berusaha (end to end).
Satgas terdiri dari Satgas Nasional dan Satgas pada kementerian/lembaga,
provinsi, dan kabupaten/kota. Tugasnya koordinasi untuk meningkatkan
pelayanan seluruh perizinan yang menjadi kewenangannya (end to end). Dalam
pelaksanaan tugasnya, Satgas Nasional membentuk klinik penyelesaian hambatan,
di antaranya yaitu Klinik Tata Ruang dan Kehutanan, Klinik Pertanahan, dan
Klinik Ketenagakerjaan.
Satgas meliputi Leading Sector (utama) dan Satgas Supporting (pendukung).
Satgas Leading Sector bertanggungjawab untuk melakukan pengawalan,
pemantauan, dan penyelesaian hambatan atas perizinan berusaha di sektornya
(end to end) dan melakukan peningkatan pelayanan seluruh perizinan berusaha di
sektornya (end to end). Satgas Leading Sector pada kementerian/lembaga antara
lain berada pada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian
Pertanian, Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kementerian Perindustrian,
Kementerian Perhubungan.
Satgas Supporting memberikan dukungan untuk perizinan berusaha pada leading
sector. Satgas Supporting pada kementerian/lembaga berfungsi sebagai Satgas
Leading Sector dalam bidang tertentu. Satgas pada provinsi atau kabupaten/kota
dapat menjadi Satgas Leading Sector dalam hal perizinan berusaha sepenuhnya
menjadi kewenangan gubernur atau bupati/walikota.
Setiap Satgas wajib menyampaikan laporan secara berkala. Satgas Leading Sector
maupun Satgas Supporting menyampaikan laporannya kepada Satgas Nasional.
Satgas Nasional menyampaikan laporannya kepada Presiden.

2. Penerapan perizinan checklist pada KEK, FTZ, Kawasan Industri, dan Kawasan
Pariwisata.
Perizinan checklist berupa daftar seluruh perizinan yang harus diselesaikan oleh
pelaku usaha dalam waktu tertentu. Setelah pelaku usaha memperoleh pendaftaran
penanaman modal (Indicative Investment Certificate), pelaku usaha memilih
kawasan untuk tempat berusaha.
Perizinan Terpadu Satu Pintu (PTSP) kemudian memberikan kepada pelaku
usaha, berupa akta pendirian dan pengesahan badan usaha, NPWP, Tanda Daftar
Perusahaan, Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA), Izin
Mempekerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA), Angka Pengenal Impor (API), dan
Akses Kepabeanan.
Selanjutnya pelaku usaha menandatangani checklist sebagaimana dimaksud pada
huruf a dan checklist tersebut merupakan perizinan sementara yang mencakup:
perizinan lingkungan (UKL-UPL), sertifikat tanah, rencana teknis bangunan/IMB,
dan Izin Usaha.
Hal ini diharapkan bisa mempercepat proses pemberian fasilitas perpajakan,
fasilitas kepabeanan dan cukai, serta kemudahan untuk ketenagakerjaan,
keimigrasian, dan pertanahan. Pelaku usaha dapat melakukan pembebasan tanah
dan melakukan konstruksi.

3. Penerapan perizinan dengan penggunaan data sharing.


Untuk perizinan berusaha diluar KEK, FTZ, Kawasan Industri, dan Kawasan
Pariwisata yang belum menggunakan perizinan checklist, pelaksanaan kemudahan
perizinan oleh PTSP dan instansi terkait lainnya dilakukan melalui penggunaan
data secara bersama (data sharing).
Pelaku usaha untuk mendapatkan beberapa perizinan berusaha termasuk perizinan
untuk konstruksi, cukup menyampaikan 1 kali dokumen persyaratan kepada
PTSP. Dokumen persyaratan yang disampaikan tersebut digunakan oleh PTSP
dan instansi terkait lainnya secara bersama (data sharing) untuk menyelesaikan
izin lokasi atau penetapan lokasi, izin lingkungan, izin gangguan, analisa dampak
lalu lintas, persetujuan rencana teknis bangunan/IMB, perizinan sektor industri
serta untuk permintaan fasilitas perpajakan, kepabeanan, cukai, dan fasilitas
lainnya.

Tahap Kedua
1. Reformasi peraturan perizinan berusaha.
Menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib melakukan evaluasi
atas seluruh dasar hukum pelaksanaan proses perizinan berusaha yang berlaku
pada saat ini termasuk untuk UMKM.
Berdasarkan hasil evaluasi tersebut, masing-masing melakukan penyederhanaan
pengaturan perizinan berusaha melalui penerbitan peraturan pengganti (baru)
termasuk Perda.
Di mana memuat secara jelas mengenai standar pelayanan perizinan PTSP yang
mencakup pelaku usaha yang eligible untuk mendapatkan perizinan, persyaratan,
prosedur dan jangka waktu penyelesaian. Kemudian biaya penerbitan perizinan
(PNBP atau Pajak Daerah/Retribusi Daerah), kewajiban PTSP untuk memberikan
perizinan apabila semua persyaratan telah lengkap dan benar.
Dalam hal persyaratan belum lengkap dan benar, PTSP wajib memberitahukan
secara tertulis kepada pemohon untuk melengkapi persyaratan pembentukan
layanan pengaduan, seluruh proses perizinan yang telah disempurnakan
dilaksanakan dalam bentuk penggunaan teknologi informasi (online) termasuk
pemanfaatan tanda tangan digital (digital signature).

2. Penerapan Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi (Single Submission)


Pelaksanaan seluruh perizinan dan pemenuhan persyaratan berusaha yang menjadi
kewenangan menteri/kepala lembaga, gubernur, dan bupati/walikota wajib
dilakukan melalui Sistem Perizinan Berusaha Terintegrasi (Single Submission).
Seluruh perizinan dan pemenuhan persyaratan berusaha tersebut wajib
diharmonisasi dan distandarisasikan sesuai standar nasional maupun internasional.
Sistem melakukan pemrosesan perizinan serta pengambilan keputusan secara
tunggal (single and synchronous processing of data and information) serta proses
manajemen koordinasi dan validasi sistem informasi perizinan secara elektronik
antar kementerian/lembaga dan pemerintah daerah dalam rangka mendapatkan
legalitas akses terkait perizinan.
Sistem nantinya akan terintegrasi dengan berbagai sistem pelayanan yang terkait
dengan Single Submission, antara lain Nomor Induk Kependudukan
(Kemendagri), pendirian badan usaha (Kemenkumham), Impor-Ekspor dalam
Indonesia National Single Window (Kemenkeu), dan sistem dari
kementerian/lembaga terkait lainnya. Data yang disampaikan dalam sistem
dijamin keamanan dan kerahasiannya melalui Single Submission.
Uji coba Single Submission ditargetkan pada 1 Januari 2018 dan pelaksanaannya
secara bertahap dimulai setelah uji coba berhasil dilaksanakan dan selambat-
lambatnya pada Maret 2018. Seluruh proses Single Submission dan PTSP
dilakukan dalam satu gedung.

5 macam kebijakan yang telah dibuat oleh Pemerintah yang sesuai dan yang
bertentangan dengan nilai-nilai pancasila, baik kebijakan yang terkait
dengan bidang politik, ekonomi, hukum, social maupun pendidikan.

Kebijakan Ekonomi

1. Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu, kebijakan


penetapan harga minimum (floor price), tujuan pemerintah adalah untuk
melindungi produsen terutama untuk produk dasar pertanian. Misalnya
harga gabah kering terhadap harga pasar yang terlalu rendah. Hal ini
dilakukan supaya tidak ada tengkulak (orang/pihak yang membeli dengan
harga murah dan dijual kembali dengan harga yang mahal) yang membeli
produk tersebut diluar harga yang telah ditetapkan pemerintah. Jika pada
harga tersebut tidak ada yang membeli, pemerintah akan membelinya
melalui BULOG (Badan Usaha Logistik) kemudian didistribusikan ke
pasar. Namun, mekanisme penetapan harga seperti ini sering mendorong
munculnya praktik pasar gela, yaitu pasar yang pembentukan harganya di
luar harga minimum.
2. Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila adalah kebijakan
impor kedelai, dalam hal ini yang dirugikan adalah produsen pertanian dan
pengusaha kecil (pabrik temped an tahu) dalam negeri, walaupun tujuan
pemerintah untuk menanggulangi permainan pasar yang akan meniadakan
kedelai dan menyebabkan harga kedelai naik tinggi. Kenaikan Harga BBM
karena menurut Kwik Kian Gie dalam analisisnya menjelaskan bahwa
dengan kondisi SDA Indonesia yang melimpah, negara mestinya
mengalami surplus (keuntungan) dengan kenaikan harga minyak dunia.

Kebijakan Pendidikan

1. Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu :

 kebijakan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), bantuan bagi siswa tak


mampu.
 Tunjangan sertifikasi bagi para guru

1. Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila adalah adalah


Badan Hukum Pendidikan (BHP) tersebut dianggap bahwa negara seakan-
akan melepaskan tanggungjawabnya terhadap penyelenggaraan pendidikan
karena diserahkan kepada rakyat berduit (pemodal), maka secara otomatis
pemerintah telah melanggar pembukaan UUD 1945 yang menyatakan
dengan tegas bahwa tugas negara adalah untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa, bukan tugas pemodal kapitalis. adanya ujian nasional yang mana
hal tersebut punya beberapa pengaruh negative, yaitu :

 Karena tidak lulus ujian nasional banyak pelajar yang depresi bahkan
bunuh diri.
 Untuk peserta ujian nasional yang kondisinya sedang hamil (siswi) tidak
boleh ikut, tetapi yang menghamili boleh ikut.

Kebijakan Politik

1. Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu dengan


pencabutan paket undang-undang bidang politik dan menyusun yang baru
dalam Undang-Undang Nomor 2 tahun 1999 tentang Partai Politik,
Undang-Undang No. 3 tahun 1999 tentang Pemilihan Umum, dan
Undang-Undang Nomor 4 tahun 1999 tentang Susunan dan Kedudukan
MPR, DPR, dan DPRD, serta penggantian Undang-Undang Nomor 5
tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, dan Undang-
Undang Nomor 5 tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa, dengan Undang-
Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-
Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan
Daerah beserta berbagai peraturan.
2. Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila adalah kebijakan
program mobil murah, banyak pengamat politik menilai bahwa hal
tersebut sangat berbau politik karena alasannya hanya meningkatkan
produktifitas ekonomi, padahal efek belakangnya adalah kemacetan dan
pemborosan sumber daya (BBM).
Kebijakan Hukum

1. Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu kebijakan terkait


pemberian remisi, asimilasi dan grasi.
2. Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila kebijakan terkait
pemberian remisi, asimilasi dan grasi bagi terpidana Korupsi karena
kebijakan tersebut tidak pantas diberlakukan sebab berpotensi tidak akan
memberi efek jera terhadap pelaku korupsi dan hanya akan menyuburkan
lahirnya koruptor-koruptor baru.

Kebijakan social

1. Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu


kebijakan sosial mengenai fakir miskin mengacu pada
pelaksanaan program JPS (Jaring Pengaman Sosial) yang
diterapkan di Indonesia paska krisis ekonomi. JAMKESMAS
jaminan kesehatan masyarakat.
2. Kebijakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai pancasila adalah
Bantuan Langsung Tunai (BLT) bagi masyarakat miskin.
Kebanyakan BLT tidak sampai ke tangan yang berhak, dan
pembagiannya menimbulkan berbagai masalah sosial.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia, ideologi Negara Indonesia,
sekaligus menjadi pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
pengamalannya harus dilakukan oleh setiap elemen bangsa Indonesia, baik dari
masyarakat pada umumnya hingga disetiap penyelenggara negara.
Karena Pancasila merupakan pedoman bagi bangsa Indonesia, maka sudah
seharusnya kebijaka-kebijakan yang dibuat pemerintah harus sesuai dengan nilai-
nilai yang terkandung dalam pancasila.
B. Saran
Sebagai warga negara indonesia, sudah seharusnya kita mengamalkan nilai-nilai
pancasila.
Jadi, marilah kita mengamalkan nilai-nilai pancasila itu salah satunya dengan cara
menjalankan aturan-aturan yang telah dibuat sesuai dengan pancasila.

Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang
penerapan pancasila dalam kehidupan. Mohon permakluman dari semuanya jika
dalam makalah kami ini masih terdapat banyak kekeliruan baik bahasa maupun
pemahaman. Karena tiadalah sesuatu yang sempurna yang bisa manusia ciptakan.
Daftar Pustaka
e-widiyanto. (2016), “makalah pancasila : kebijakan pemerintah yang sesuai
dengan Pancasila” http://e-widiyanto.blogspot.com/2016/12/makalah-pancasila-
kebijakan-pemerintah.html/ (diakses 4 september 2018)

Detik finance. (2017), “Ini Paket Kebijakan Ekonomi Jokowi Jilid ke-16”
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-3622929/ini-paket-kebijakan-
ekonomi-jokowi-jilid-ke-16./ (diakses 2 september 2018)

Anda mungkin juga menyukai