Anda di halaman 1dari 14

DIARY ONLINE

Bermimpi menjadi inspirasi dan motivasi bagi Netizen

December 15, 2016

MAKALAH PANCASILA : KEBIJAKAN PEMERINTAH YANG SESUAI


DENGAN PANCASILA

BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR
BELAKANG
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila
tidaklah sulit untuk diimplementasikan
dalam kehidupan sehari-hari. Maka
sungguh pantas apabila Pancasila digunakan
sebagai landasan dasar bangsa
Indonesia. Karena pancasila bersifat universal. Dimana semua unsur yang
terkandung didalamnya dapat diterima semua pihak baik nasional maupun
internasional. Itu disebabkan
karena Pancasila merupakan kepribadian bangsa
Indonesia dan mengandung unsur-unsur luhur jiwa bangsa
Indonesia.

Sudah seharusnya pancasila sebagai ideologi


bangsa Indonesia menjadi acuan
Undang-Undang Dasar 1945, menjadi acuan
kebijakan, dan turunan dari kebijakan
ini adalah undang-undang dan peraturan
dibawahnya, dari perumusan kebijakan,
implementasi sampai pada evaluasi kebijakan.
B. RUMUSAN MASALAH
Ø 
Kebijakan pemerintah apa saja yang sesuai
dengan pancasila?
C. TUJUAN
Tujuan dari
penyusunan makalah ini antara lain:

1. Untuk memenuhi tugas Mata


Kuliah Pancasila

2.     
Untuk mengetahui apakah kebijakan pemerintah
sesuai dengan pancasila
3.     
Untuk
mengetahui bukti bahwa falsafah Pancasila dijadikan sebagai dasar falsafah
negara Indonesia yang kemudian dijadikan landasan menentukan kebijakan dalam
pemerintahan.
 D.
MANFAAT
Dengan
disusunnya makalah ini diharapkan:

1. Mahasiswa dapat menambah


pengetahuan tentang Pancasila dan
penerapannya dalam kehidupan.
2. Mahasiswa dapat memahami fungsi
utama Pancasila sebagai dasar negara.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui bukti penerapan pancasila dalam kehidupan.

BAB II
PEMBAHASAN
Kebijakan
pemerintah yang sesuai dengan Pancasila
A.   
Sila
pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Sila
Ketuhanan yang maha Esa mencerminkan bahwa bangsa Indonesia adalah bangsa yang
beragama dan adanya kebebasan dalam memeluk agama masing-masing dan menjalankan
ibadah menurut agam dan
kepercayaannya
itu.  Artinya tidak ada pemaksakaan suatu
agama dan kepercayaan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu
tidak boleh memaksakan orang lain memeluk
agama kita atau memaksa seseorang
untuk berpindah ke agama lain. Negara memberikan
jaminan kebebasan kepada warga
negara untuk memeluk agama yang sesuai dengan keyakinan
dan kepercayaan
masing-masing.
Dibuatnya
kebijakan-kebijakan yang mencakup sila Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu dengan
mempertimbangkan
moral serta sifat-sifat sitem moral Indonesia supaya bisa melandasi atau
menjadi pedoman perilaku perorangan, kelompok-kelompok dalam masyarakat.

Adapun kebijakan pemerintah yang sesuai dengan


sila pertama antara lain:
1.    Pendidikan
agama
            Pendidikan agama di Indonesia telah
diadakan sejak tahun 1950, dengan
dibentuknya panitia bersama yang dipimpin
Prof. Mahmud yunus dari Departemen
Agama, Mr. Hadi dari Departemen P dan K,
hasil dari panitia itu adalah SKB yang
dikeluarkan pada bulan Januari. Isinya
ialah:

a. Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat.

b. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka pendidikan agama


diberikan mulai kelas I SR dengan catatan bahwa pengetahuan umumnya tidak boleh
berkurang dibandingkan dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya diberikan
mulai kelas IV.

c. Di sekolah Lanjutan Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan) diberikan
pendidikan agama sebanyak 2 jam seminggu.

d. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam satu


kelas dan mendapat izin dari orang tua / walinya.

e. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi pendidikan


agama
ditanggung oleh Departemen Agama.
Kebijakan ini sesuai dengan sila pertama
pancasila yang menjamin penduduk untuk
memeluk agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya, Menjamin
berkembang
dan tumbuh suburnya kehidupan beragama, Negara memberi fasilitator
bagi tumbuh
kembangnya agama dan iman warga negara dan mediator ketika
terjadi konflik
agama. Faktor pendukung lainnya adalah dalam sidang
pleno MPRS,
pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai berikut: “Melaksanakan
Manipol
Usdek dibidang mental/agama/kebudayaan dengan syarat spiritual dan
material agar
setiap warga Negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan
kebangsaan
Indonesia serta menolak pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing
(Bab II Pasal 2
ayat 1)”.
Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan
bahwa: “Pendidikan agama menjadi
mata pelajaran di sekolah-sekolah umum, mulai
sekolah dasar sampai Universitas,”

2. Adanya kementrian agama Republik Indonesia.


Keberadaan
Departemen Agama dalam struktur pemerintah Republik Indonesia melalui
proses
panjang. Sebagai bagian dari pemerintah negara Republik Indonesia; Kementerian
Agama
didirikan pada 3 Januari 1946. Dasar hukum pendirian ini adalah Penetapan
Pemerintah tahun
1946 Nomor I/SD tertanggal 3 Januari 1946.
Mohammad Yamin
adalah orang yang mula-mula mengusulkan dalam salah satu sidang
BPUPKI agar
pemerintah Republik Indonesia, di samping mempunyai kementerian pada
umumnya,
seperti luar negeri, dalam negeri, keuangan, dan sebagainya, membentuk juga
beberapa kementerian negara yang khusus. Salah satu kementerian yang
diusulkannya ialah
Kementerian Islamiyah, yang katanya, memberi jaminan kepada
umat Islam (masjid, langgar,
surau, wakaf) yang di tanah Indonesia dapat
dilihat dan dirasakan artinya dengan kesungguhan
hati.
Tetapi meskipun
beberapa usulnya tentang susunan negara bisa diterima dan menjadi
bagian dan
UUD 1945, usulnya tentang ini tidak begitu mendapat sambutan.
Ketika Kabinet
Presidential dibentuk di awal bulan September 1945, jabatan Menteri
Agama belum
diadakan. Demikian halnya, di bulan Nopember, ketika kabinet Presidential
digantikan oleh kabinet parlementer, di bawah. Perdana Menteri Sjahrir. Usulan
pembentukan
Kementerian Agama pertama kali diajukan kepada BP-KNIP (Badan
Pekerja Komite Nasional
Indonesia Pusat) pada 11 Nopember 1946 oleh K.H.
Abudardiri, K.H. Saleh Suaidy, dan M. Sukoso
Wirjosaputro, yang semuanya
merupakan anggota KNIP dari Karesidenan Banyumas. Usulan ini
mendapat dukungan
dari Mohammad Natsir, Muwardi, Marzuki Mahdi, dan Kartosudarmo yang
semuanya
juga merupakan anggota KNIP untuk kemudian memperoleh persetujuan BP-KNIP.
Sebagai
realisasi, pada 3 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan ketetapan yang antara
lain berbunyi: Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Usul Perdana Menteri dan
Badan Pekerja
Komite Nasional Pusat, memutuskan: Mengadakan Departemen Agama.
Keputusan dan
penetapan pemerintah ini dikumandangkan di udara oleh RRI ke
seluruh dunia, dan disiarkan
oleh pers dalam, dan luar negeri, dengan H.
Rasjidi BA sebagai Menteri Agama yang pertama.

3. Diakuinya enam Agama resmi di Indonesia


Ketetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan
Penyalahgunaan dan/atau Penodaan
Agama pasal 1 menyatakan bahwa,
"Agama-agama yang dipeluk oleh penduduk di Indonesia
ialah Islam, Kristen
(Protestan), Katolik, Hindu, Budha dan Khong Hu Cu (Confusius)"
Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan
presiden mengenai enam
agama resmi. Namun, hal ini berbeda dalam praktiknya.
Pada 1978, Menteri Dalam Negeri
mengeluarkan keputusan bahwa hanya ada lima
agama resmi, tidak termasuk Konghucu.
Pada tanggal 27 Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan
kuat memutuskan bahwa
Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri Dalam
Negeri telah dikeluarkan pada
tahun 1990 yang menegaskan bahwa hanya ada lima
agama resmi di Indonesia.
Namun, setelah reformasi Indonesia
tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto, Abdurrahman Wahid
dipilih
menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut instruksi presiden No. 14/1967
dan
keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978. Agama Konghucu kini secara resmi
dianggap
sebagai agama di Indonesia. Kultur Tionghoa dan semua yang terkait dengan
aktivitas Tionghoa
kini diizinkan untuk dipraktikkan. Warga Tionghoa Indonesia
dan pemeluk Konghucu kini
dibebaskan untuk melaksanakan ajaran dan tradisi
mereka. Seperti agama lainnya di Indonesia
yang secara resmi diakui oleh
negara.

4. Menjadikan hari besar keagamaan sebagai hari


libur nasional.
Hari libur nasional telah ditetapkan oleh negara melalui Keppres
No. 251 Tahun 1967 tentang
Hari-Hari Libur, Keppres No. 10 Tahun 1971 tentang
Hari Wafat Isa Al-masih Dinyatakan Sebagai
Raya/Hari Libur , Keppres No. 3
Tahun 1983 yang menambahkan hari raya Waisak dan Nyepi
sebagai Hari Libur
Nasional, dan Keppres Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek.
Adapun hari
besar agama di Indonesia yang ditetapkan menjadi hari libur
nasional keagamaan
antara lain:

1. Untuk Agama Budha:

o      Hari Raya Waisak


: Waisak dirayakan pada bulan Mei saat terang bulan
untuk memperingati
peristiwa lahirnya Siddharta (623 SM), Siddharta
menjadi Budha (588 SM), dan
wafatnya Budha Gautama (543 SM)

2. Untuk Agama Hindu:

o    Hari Raya Nyepi


: Merupakan perayaan tahun baru Hindu. Perayaan tahun
baru ini dimulai dengan
kegiatan menyepi yang bertujuan untuk  untuk
menyucikan Bhuana Alit
(alam manusia) dan  Bhuana Agung (alam
semesta).

3. Untuk Agama Islam:


o      Tahun Baru
Hijriyah : Merupakan perayaan tahun baru islam yang
diperingati setiap tanggal
1 Muharam dalam sistem penanggalan Hijriyah.
o      Maulid Nabi
Muhammad : Merupakan peringatan peristiwa lahirnya Nabi
Muhammad SAW yang
diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal sistem
penanggalang Hijriyah.
o    Isra Mikraj : Merupakan
peringatan peristiwa isra mikraj Nabi Muhammad
yang diperingati pada tanggal 27
Rajab (Hijriyah). Isra merupakan
peristiwa diberangkatkannya Nabi Muhammad oleh
Allah dari Masjidil
Haram (Mekkah) menuju Masjidil Aqsa (Palestina) yang dilanjutkan
dengan Mikraj yaitu Nabi dinaikkan dari bumi ke Sidratul Munthoha
untuk
menerima perintah kewajiban sholat. Peristiwa ini terjadi dalam
waktu semalam.
o    Hari Idul Fitri
: Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada tanggal 1
Syawal dalam penanggalan
Hijriyah sebagai akhir dari pelaksanaan
ibadah puasa.
o      Hari Raya Idul
Adha : Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada
tanggal 10 Dzulhijah.
Idul Adha menjadi puncak pelaksanaan ibadah haji
dan pelaksanaan ibadah qurban.

4. Untuk Agama Khong Hu Chu:

o      Tahun Baru
Imlek : Merupakan perayaan tahun baru dalam sistem
penanggalan Tionghoa.

5. Untuk Agama Katolik dan Kristen:

o      Wafat Isa
Almasih : Merupakan peringatan wafatnya Isa Almasih yang
dikenal juga sebagai
Jumat Agung. Jumat Agung diperingati pada hari
Jumat sebelum Paskah.
o      Kenaikan Isa
Almasih : Merupakan hari raya Kristen untuk memperingati
peristiwa naiknya
Yesus ke surga yang diperingati pada hari ke-40 setelah
Paskah.
o    Hari Natal : Merupakan
hari raya Kristen yang diperingati pada tanggal 25
Desember untuk memperingati
hari kelahiran Yesus Kristus.
B.     Sila Kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan
Beradab”
Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
adalah
mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia
yang didasarkan pada
potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan
norma-norma dan kebudayaan pada
umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap
sesama manusia maupun terhadap
lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil
mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia
sebagai makhluk yang berbudaya dan
beradab harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu
pengertian bahwa hakikat
manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil
terhadap manusia
lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap
lingkungannya
serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai kemanusiaan yang beradab
mengandung makna bahwa beradab erat kaitannya dengan aturan-aturan hidup, budi
pekerti,
tata krama, sopan santu, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu
pengetahuan, dsb. Semua
aturan diatas bertujuan untuk menjaga agar manusia
tetap beradab, tetap menghargai harkat
dan derajat dirinya sebagai manusia.
Adab diperlukan agar manusia bisa meletakkan diri pada
tempat yang sesuai.
Kebijakan
Pemerintah yang sesuai dengan sila kedua contohnya yaitu:
a.     
Menegakkan
HAM
Pemerintah berusaha semaksilmal mungkin menegakkan Hak Asasi
Manusia dengan membuat
peraturan-peraturan HAM . Peraturan HAM dalam Konstitusi
Negara diantaranya sebagai
berikut:

Undang-Undang Dasar Tahun 1945


Jaminan
perlindungan tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam Undang-
Undang Dasar
Tahun 1945, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Hak atas persamaan kedudukan


dalam hukum dan pemerintahan, pasal 27 Ayat
(1)
2. Hak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak, pasal 27 Ayat (2)
3. Hak berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dan lisan dan tulisan,
pasal 28
4. Hak memeluk dan beribadah
sesuai dengan ajaran agama, pasal 29 Ayat (2)
5. Hak dalam usaha pembelaan
negara, pasal 30
6. Hak mendapat pengajaran, pasal
31
7. Hak menikmati dan mengembangkan
kebudayaan nasional dan daerah, pasal
23
8. Hak dibidang perekonomian,
pasal 33.
9. Hak fakir miskin dan anak
terlantar dipeiharaan oleh negara, pasal 34.

Undang-Undang

Peraturan
HAM juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Yang pernah
dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia. Antara lain sebagai berikut:

1. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang


Ratifikasi Konvensi Anti penyiksaan,
Perlakuan atau penghukuman yang
kejam, tidak manusiawi dan merendahkan
martabat.
2. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang
Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
3. UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang
Amandemen terhadap UU Nomor 25 Tahun
1997 tentang Hubungan Perubahan.
4. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen.
5. UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang
Rativikasi Konvensi ILO Nomor 105 tentang
Penghapusan Pekerja Secara Paksa
6. UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang
Rativikasi Konvensi ILO Nomor 138 tentang
Usia Minimum Bagi Pekerja
7. UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang
Rativikasi Konvensi ILO Nomor 11 tentang
Diskriminasi dalam Pekerjaan
8. UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang
Pencabutan UU Nomor 11 Tahun 1963
tentang tindak Pidana Subversi
9. UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang
Rativikasi Konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi
10. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia
11. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang
Pers
12. UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang
Pengadilan HAM
13. UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang
Peradilan Tata Usaha Negara.

Peraturan
Pemerintah dan Keputusan Presiden

Pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan


keputusan Presiden, di antaranya adalah sebagai
berikut.

1. Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 1999 tentang
Pengadilan HAM
2. Keputusan
Presiden (Kepres) Nomor 181 Tahun 1998 tentang Pendirian Komisi Nasional
Penghapusan Kekerasan Terhadap Wanita
3. Keputusan
Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional Hak Asasi
Manusia tahun 1998-2003, yang memuat rencana ratifikasi berbagai instrumen
hak asasi
manusia Perserkatan Bangsa-Bangsa serta tindak lanjutnya
4. Keputusan
presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi
Manusia
pada
5. Pengadilan
Negri Jakarta Pusat, Prngadilan Negri Surabaya, dan Pengadilan Negri
Makassar
6. Keputusan
Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak Asasi
Manusia Ad Hoc Pada
7. Pengadilan
Negri Jakarta Pusat, yang diubah dengan keputusan Presiden Nomor 96 tahun
2001
8. Keputusan
Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komosi Nasional Anti Kekerasan
terhadap Perempuan
9. Keputusan
Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komnas HAM

Keseluruhan
ketentuan perundang-undangan di atas merupakan pintu pembuka bagi strategi
selanjutnya,
yaitu tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap ini
diupayakan mulai tumbuh kesadaran terhadap
penghormatan dan penegakan HAM, baik
dikalangan aparat pemerintah maupun masyarakat karna HAM
merupakan kebutuhan
dasar manusia yang perlu diperjuangkan, dihormati, dan dilindungi oleh setiap
manusia.

Penataan
aturan secara konsisten memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi, persyaratan
pertama
adalah demokrasi dan supermasi hukum, kedua, HAM sebagai tatanan
sosial.

b.     
Peraturan
No 101 Tahun 2012 tentang
Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Pemerintah
telah menerbitkan Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima
Bantuan Iuran
(PBI) pada penghujung tahun 2012 lalu. Peraturan itu pada intinya
mengatur
tentang siapa saja yang berhak menerima bantuan pembayaran iuran
jaminan
kesehatan dari pemerintah yang diambil dari APBN. Jaminan Kesehatan ini
akan
mulai berlaku pada 1 Januari 2014.
Dalam peraturan
itu, PBI Jaminan Kesehatan ditujukan untuk fakir miskin dan orang
tidak mampu.
Fakir miskin didefinisikan sebagai orang yang sama sekali tidak
mempunyai mata
pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tapi tidak cukup
untuk memenuhi
kebutuhan dasar yang layak bagi dirinya dan keluarganya.
Sedangkan
golongan orang tidak mampu adalah orang yang mempunyai sumber
mata pencaharian,
gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar
yang layak namun
tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan keluarganya.
Pihak yang
berwenang untuk menetapkan kriteria fakir miskin dan orang tidak
mampu adalah
Kementerian Sosial setelah melakukan koordinasi dengan Menteri
dan/atau
pimpinan lembaga terkait. Antara lain Kementerian Kesehatan,
Kementerian Tenaga
Kerja dan Transmigrasi serta Kementerian Dalam Negeri.
c.      
Kebijakan Hukum
Kebijakan yang
sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu kebijakan terkait pemberian
hukuman,
pemberian remisi, asimilasi dan grasi. Semua kebijakan tersebut diatur
dalam
undang-undang.
C.    
Sila
Ketiga, “Persatuan Indonesia”
Sila ke -3 ini
mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi
seluruh rakyat
Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan
budaya. Sehingga
dapat disatukan melalui sila ini berbeda-beda tetapi tetap satu atau
disebut
dengan Bhineka Tunggal Ika. Persatuan Indonesia mengutamakan
kepentingan dan
keselamatan negara ketimbang kepentingan golongan pribadi atau
kelompok seperti
partai. Hal yang dimaksudkan adalah sangat mencintai tanah air
Indonesia dan
bangga mengharumkan nama Indonesia. Sila ini menanamkan sifat
persatuan untuk
menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia.
Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini
bermaksud memelihara
ketertiban yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung
nilai bahwa negara adalah sebagai
penjelmaan sifat kodrat manusia monodualis
yaitu sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Negara merupakan suatu
persekutuan hidup bersama diantara
elemen-elemen yang membentuk negara yang
berupa suku, ras, kelompok, golongan,
maupun kelompok agama. Oleh karena itu
perbedaan adalah merupakan bawaan
kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas
elemen-elemen yang membentuk
Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka
ragam tetapi satu, mengikatkan
diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam
suatu seloka Bhineka Tunggal Ika.
Perbedaan bukannya untuk diruncingkan
menjadi konflik dan permusuhan
melainkan diarahkan pada suatu sintesa yang
saling menguntungkan yaitu
persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan
tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis,
suku, ras, individu, maupun
golongan agama. Mengatasi dalam arti memberikan
wahana atas tercapainya harkat
dan martabat seluruh warganya. Negara memberikan
kebebasan atas individu,
golongan, suku, ras, maupun golongan agama untuk
merealisasikan seluruh
potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat
integral. Oleh karena itu tujuan
negara dirumuskan untuk melindungi segenap
warganya dan seluruh tumpah
darahnya, memajukan kesejahteraan umum
(kesejahteraan seluruh warganya)
mencerdaskan kehidupan warganya, serta
kaitannya dengan pergaulan dengan
bangsa-bangsa lain di dunia untuk mewujudkan
suatu ketertiban dunia yang
berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai
oleh sila Ketuhanan Yang Maha
Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal
itu terkandung nilai bahwa bahwa
nasionalisme Indonesia adalah nasionalisme
religious yaitu nasionalisme yang
bermoral Ketuhanan Yang Maha Esa.
Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung
tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-
nilai nasionalisme ini harus
tercermin dalam segala aspek penyelenggaraan Negara.
      Butir-butir dari Sila ke-3 Pancasila :
1)      Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta
kepentingan dan keselamatan
bangsa dan negara sebagai kepentingan bersama di
atas kepentingan pribadi dan
golongan.
2)      Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan
negara dan bangsa apabila
diperlukan.
3)      Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan
bangsa.
4)      Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan
bertanah air Indonesia.
5)      Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi,
dan keadilan sosial.
6)      Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar
Bhinneka Tunggal Ika.
7)      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan
bangsa.
Kebijakan
Pemerintah yang sesuai dengan sila ‘Persatuan Indonesia’ antara lain :

a.     
Mewajibkan
pelaksanaan Upacara Bendera
Terkait Kewajiban pelaksanaan upacara bendera
diatur dalam:

1. UUD RI Tahun 1945

2. UU no. 09 Tahun 2010 tentang


Keprotokolan

3. UU no. 24 tahun 2009 tentang


Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera, serta Lagu Kebangsaan

4. PP no. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil

5. PP 62 tahun 1990 tentang


Ketentuan Protokol tentang Tata Tempat, Tata Upacara dan Tata
Penghormatan

6. PP no. 40 Tahun 1958 tentang


Bendera Kebangsaan RI

7. Keppes  49 tahun 1970 


tentang penyerahan duplikat bendera merah putih ke setiap daerah
tingkat II

8. Permendikbud no. 16 Tahun 2012 tentang Kode Etik Pegawai


9. Permendiknas no. 39 Tahun 2008 tentang
Pembinaan kesiswaan
Kebijakan terkait Upacara bendera tersebut
sesuai sila ketiga “Persatuan Indonesia”. Karena dengan
melaksanakan upaca
bendera dapat memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara
Kesatuan
Republik Indonesia.
b.     
Kementrian
Pertahanan
Adanya kementrian pertahanan ini merupakan
penerapan Nilai Keutuhan Kesatuan dan
Persatuan bangsa indonesia. Fungsi
utamanya yaitu untuk mempertahankan keutuhan NKRI.
Mencegah serangan-serangan
dari dalam maupun dari luar yang mengancam persatuan Negara
Kesatuan Republik
Indonesia.
c.      
Pendidikan
Pancasila
Dengan adanya pendidikan pancasila, diharapkan
generasi penerus bangsa bisa memahami
Ideologi bangsa Indonesia. Dengan begitu
bangsa indonesia tidak mudah terpengaruh dengan
ideologi-ideologi asing yang
tidak sesuai dengan kebudayaan bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada
moral yang diharapkan diwujudkan
dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku
yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan
Yang Maha Esa dalam masyarakat
yang terdiri atas berbagai golongan agama, perilaku yang
bersifat kemanusiaan
yang adil dan beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam
kepentingan
perilaku yang mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama
di
atas kepentingan perorangan dan golongan. Dengan demikian, perbedaan pemikiran,
pendapat, atau kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.

D.   
Sila ke
Empat, ”Kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan dan Perwakilan “
Sila ke-4 yang mana berbunyi
“kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan”. Sebuah
kalimat yang secara bahasa membahasakan bahwa Pancasila pada
sila ke 4 adalah
penjelasan Negara demokrasi.

Sebuah keputusan pada intinya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan
kepada pihak lain. Sebelum diambil keputusan yang menyangkut kepentingan
bersama terlebih dahulu diadakan musyawarah. Keputusan  dilakukan secara
mufakat. Musyawarah untuk mencapai mufakat ini, diliputi oleh semangat
kekeluargaan, yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia.
Nilai kerakyatan mengandung makna suatu
pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk
rakyat dengan cara musyawarah
mufakat melalui lembaga-lembaga perwakilan. Nilai ini
menganut paham demokrasi.
Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila ke-4 antara
lain:

1.     
Tidak
melarang adanya unjuk rasa
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk
rasa atau demonstrasi
merupakan
bagian dari implementasi prinsip sila keempat pancasila.

Pemerintah
tidak melarang adanya unjuk rasa atau berpendapat di muka umum.

kebebasan
berpendapat di muka umum dijamin oleh:  

§ 
Landasan Idiil
Yaitu Pancasila terdapat dalam sila ke IV "Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan".

§  
 Landasan Konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar
1945 :
a)            Pasal 28 menyatakan Kemerdekaan
berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lis an dan tulisan dan
sebagainya
ditetapkan dengan undang-undang .
b)          Pasal   28E Ayat (3) menyatakan Setiap orang berhak atas
kebebasan berserikat, berkumpul dan
mengeluarkan pendapat

§  
Landasan Operasional
a)            Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan
Menyampaikan Pendapat
di Muka Umum.
 Pasal 2
a.   Ayat (1) “Setiap warga Negara, secara perorangan atau
kelompok,
bebas menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan
tanggung jawab
berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berkumpul, dan bernegara”
b.  Ayat (2) “penyampaian
pendapat di muka umum dilaksanakan
sesuai dengan ketentuan undang-undang ini”
 Pasal 8 menyatakan “Masyarakat berhak berperan serta secara
bertanggung jawab untuk
berupaya agar penyampaian pendapat di
muka umum berlangsung secara umum,
tertib, dan damai”
b)      UU No. 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia
 Pasal 23
a.    Ayat (2) “Setiap orang berhak untuk mempunyai,
mengeluarkan
dan menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan
dan atau tulisan melalui media cetak maupun elektronik dengan
memperhatikan
nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban,
kepentingan umum dan keutuhan
bangsa”.

 Pasal 25 menyatakan “Setiap orang berhak untuk menyampaikan


pendapat di muka umum, termasuk
hak untuk mogok sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan”
 Pasal 32 menyatakan “Kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan
surat-menyurat termasuk
hubungan komunikasi melalui sarana
elektronik tidan boleh diganggu, kecuali
atas perintah hakim atau
kekuasaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan
peraturan
perundang-undangan”
 Pasal 60
a.   Ayat (2) “Setiap anak berhak mencari, menerima, dan
memberikan
informasi sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi
pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan
kepatutan”
c)     UU No. 40 Tahun
1999 Tentang pers
d)    UU No. 32 Tahun
2002 Tentang penyiaran
2.     
Sidang pleno MPR
MPR bersidang
sedikitnya dua kali dalam lima tahun di ibukota negara. Sidang MPR
yang
dilaksanakan biasanya membahas rancangan undang-undang, rancangan
anggara,
ataupun membahas permasalahan yang ada .
Sidang MPR sah
apabila dihadiri:
sekurang-kurangnya 3/4 dari
jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR
untuk memberhentikan
Presiden/Wakil Presiden
sekurang-kurangnya 2/3 dari
jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan
menetapkan UUD
sekurang-kurangnya 50%+1 dari
jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya

Putusan
MPR sah apabila disetujui:

sekurang-kurangnya 2/3 dari


jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus
usul DPR untuk memberhentikan Presiden/Wakil
Presiden
sekurang-kurangnya 50%+1 dari
seluruh jumlah Anggota MPR untuk memutus
perkara lainnya.

Sebelum
mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu
diupayakan
pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai hasil
yang mufakat.
3.     
Pemilihan Umum
Pemilihan umum
sesuai dengan prinsip demokrasi yang terkandung dalam sila
keempat pancasila.
Pemilu merupakan salah satu penerapan prinsip kerakyatan.
factor yang
menyebabkannya sesuai dengan pancasila adalah asas LUBER, yaitu:
langsung.
Berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan
tidak boleh
diwakilkan, umum berarti pemilu dapat diikuti seluruh warga Negara
yang sudah
memiliki hak menggunakan suara, bebas berarti pemilih diharuskan
memberikan
suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, dan rahasia berarti
suara yang
diberikan pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu
sendiri.
E.        Kebijakan Pemerintah yang Sesuai dengan Nilai keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia
Ø  Pemberian Bantuan untuk
warga miskin
Kemiskinan merupakan
masalah sosial yang bersifat global, artinya kemiskinan
adalah masalah yang
dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia.
Kemiskinan berhubungan
dengan kekurangan materi, rendahnya penghasilan,
dan adanya kebutuhan sosial.
Sehingga pemerintah memberikan bantuan BLT
berupa uang tunai dan sembako kepada
masyarakat miskin. Di Indonesia
terdapat kecenderungan bahwa seakan-akan
kemiskinan hanya diberantas oleh
program-program pemberdayaan masyarakat.
Pemberdayaan seolah mencakup
pemberian modal usaha untuk membuka warung kecil
di sudut kampung,
pemberian sapi atau kambing untuk peternakan dan pelatihan
keterampilan
perbengkelan atau kerajinan tangan. Asumsinya sederhana, jika
orang miskin
diberi modal dan dilatih, maka mereka akan memiliki pekerjaan dan
pendapatan,
sehingga kehidupan mereka bisa menjadi lebih baik.

Ø 
  Asuransi Kesejahteraan Sosial
Penelitian evaluasi Program Jaminan Kesejahteraan Sosial: Asuransi
Kesejahteraan Sosial ini
bertujuan memahami proses dan hasil pelaksanaan
program. Instrument utama dalam
menganalisis data lapangan menggunakan konsep
asuransi sosial, yaitu suatu mekanisme
pengumpulan dana yang bersifat wajib
yang berasal dari iuran guna memberikan
perlindungan atas resiko sosial ekonomi
yang menimpa peserta dan/atau anggota
keluarganya.

Ø 
 Pemberian Dana Pensiun
Kementerian Keuangan memastikan 4,7 juta PNS akan mendapatkan gaji
ke-13 bulan ini.
Kepastian tersebut menyusul terbitnya Peraturan Pemerintah No 33 Tahun 2011 tanggal 30
Juni
2011 tentang pemberian gaji atau pensiun tunjangan bulan ketiga belas dalam
tahun
anggaran 2011 kepada pegawai negeri, pejabat negara, dan penerima pensiun
tunjangan.
Dirjen Perbendaharaan Negara Kemenkeu Agus Suprijanto dalam
keterangan tertulis yang
mengatakan bahwa pengajuan surat perintah membayar
oleh masing-masing satuan kerja
akan segera dilakukan. Untuk PNS pusat, gaji
ke-13 akan dibayarkan langsung ke rekening
masing-masing, sementara untuk PNS
daerah akan dibayarkan melalui APBD masing-masing
daerah. Sebagai tindak lanjut
dari peraturan tersebut, telah terbit peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan mengenai petunjuk teknis pemberian gaji 13 tersebut yaitu Peraturan
Direktur Jenderal Perbendaharaan No
38/PB/2011. Sementara, gaji ke-13 untuk penerima
pensiun atau tunjangan akan
dibayarkan melalui PT Taspen (Persero) atau PT Asabri
(Persero).

Ø 
     Mendirikan
Pustu/Puskesmas Pembantu di Setiap Daerah
Untuk
mensejahterakan rahyat, tidak hanya dengan serangkaian materi tetapi kesehatan
itu
lebih penting, karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan berupa
pendirian puskesmas-
puskesmas di setiap daerah, dengan tujuan agar semua
rakyatnya bisa hidup sehat, tanpa
mengidap penyakit yang parah dengan biaya
yang murah bahkan pengobatan gratis.

Ø 
     Pemberdayaan
Perempuan
Dengan
meningkatkan peranaan perempuan dalam bekerja, berkarier di bidang apa saja dan
meningkatkan kesetaraannya, meningkatkan jumlah dan proporsi perempuan dalam
menamatkan pendidikannya, menurunkan kasus tindak kekerasan terhadap perempuan,
maka suatu kebijakan seperti itu dapat mengubah nasib kaum perempuan di masa
sekarang.

BAB III
PENUTUP
A.    
Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Pancasila adalah dasar Negara Republik Indonesia, ideologi Negara
Indonesia, sekaligus menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu,
pengamalannya harus dilakukan oleh setiap
elemen bangsa Indonesia, baik dari
masyarakat pada umumnya hingga disetiap penyelenggara
negara.
Karena Pancasila merupakan
pedoman bagi bangsa Indonesia, maka sudah seharusnya kebijaka-kebijakan
yang
dibuat pemerintah harus sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila.
B.    
Saran
Sebagai warga negara indonesia, sudah seharusnya kita
mengamalkan nilai-nilai pancasila.
Jadi, marilah kita mengamalkan nilai-nilai pancasila itu
salah satunya dengan cara menjalankan aturan-
aturan yang telah dibuat sesuai
dengan pancasila.

Makalah yang kami susun semoga bisa membantu kita lebih memahami tentang
penerapan  pancasila dalam
kehidupan.
Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah kami ini masih terdapat
banyak
kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah sesuatu yang
sempurna yang bisa manusia
ciptakan.

Share

COMMENTS

Azhari 2 September 2018 at 15:32

Sangat membantu THANK YOU...... 😇😇


REPLY

Unknown 4 September 2018 at 07:35

Thanks kak sangat membantu hehe:'>

REPLY

Unknown 4 September 2018 at 07:36

Thanks kak sangat membantu hehe:'>

REPLY

Unknown 1 October 2018 at 20:51

:$

REPLY

Mokhamad Yusron Rafi 30 March 2019 at 02:39

Terimakasih Banyak gan sangan membantu

REPLY

Unknown 18 August 2019 at 17:42

Tengkyu banget kak,ini sangat membantu:)

REPLY

Ilham_FM 15 January 2020 at 06:31

TERIMAKASIH SEKALI :)

REPLY

CallMeKiko 2 November 2020 at 05:17


Terimakasih banyak kak sangat membantu untuk otak saya yang kaku kak.arigathanks
gozaimuch.

REPLY

To leave a comment, click the button below to sign in with Google.

SIGN IN WITH GOOGLE

POPULAR POSTS

October 06, 2015

SIKAP POSITIF TERHADAP PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI


TERBUKA
Share
1 comment

Powered by Blogger

Theme images by Matt Vince

Diary online
VISIT PROFILE
Archive

Labels

Report Abuse

Anda mungkin juga menyukai