Anda di halaman 1dari 29

Pancasila Dan Implementasi nya Dalam

Kehidupan Bernegara

Modul Pembelajaran
Untuk memenuhi tugas Remidi UAS pancasila
yang dibina oleh Ibu Dra. Mustayah, M. Kes.

Oleh
TUFAELATIL MAKKIYATUL CITRA
(P17220193039)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG


JURUSAN KEPERAWATAN
D3 KEPERAWATAN LAWANG
Desember 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam gelap ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah ke alam
yang penuh berkah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mustayah selaku dosen
Pancasila . Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuannya berupa materiil maupun non materiil, karena tanpa bantuan pihak-
pihak tersebut kami tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami pun
mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang kami kutip tulisannya sebagai bahan
rujukan.
Kami menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh dan semampu kami. Kami
berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengalaman maupun pelajaran
yang berarti bagi siapa saja yang membacanya.
Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Jauh
dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA


I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PEMBAHASAN
1. Hakikat pancasila sebagai sebagai dasar Negara
2. Pancasila sebagai dasar Negara
3. Pancasila sebagai ideology bangsa dan Negara
BAB II PANCASILA SEBAGAI SITEM ETIKA
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PEMBAHASAN
1. Aplikasi nilai, norma, ilmu dalam kehidupan sehari-hari
BAB III PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI DALAM ILMU
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PEMBAHASAN
1. Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu
2. Definisi ilmu pengetahuan dan teknologi
3. Hubungan antara pancasila dan perkembangan iptek
BAB IV PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA BERBANGSA DAN BERNEGARA
I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Rumusan masalah
C. Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
III. PEMBAHASAN
1. Pengertian paradigm
2. Pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan politik
3. Pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan ekonomi
4. Pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan sosial budaya
5. Pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan hokum
6. Pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan kehidupan antar umat beragama
7. Pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan IPTEK
PENUTUP
Kesimpulan
Daftar pustaka
BAB I
PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Sebelum tanggal 17 agustus bangsa Indonesia belum merdeka. Bangsa Indonesia


di jajah oleh bangsa lain. banyak bangsa –bangsa yang menjajah atau berkuasa di
Indonesia misalnya angsa belanda, berakhir pada tahun 1942, twpatnya tagnngal 8 maret.
Sejak saat itu Indonesia di duduki oleh jepang.
Nama jepang tidak terlalu lama menduduki bangs indnesia. Mulai tahun 1944,
tentara jepang mulai kalah dalam melawan tentara sekutu. Untuk menarik simpati bangsa
Indonesia agar bersedia membantu jepang dalam melawan sekutu, jepang memberikan
janji kemerdekaan kelak kemudin hari. Janji ini di ucapkan oleh perdana menteri kaiso
pada tanggal 7 september 1994. Oleh karena terus menerus terdesak, maka pada tanggal
29 april 1945 jepang memberikan kemerdekaan yang kedua kepada bangsa Indonesia,
yaitu janji kemerdekaan tanpa syarat yang di tungkan dalam maklumat gunseikan.
(pembesar tertinggi sipil dan pemerintah militer jepang di jawa dan Madura). Dalam
maklumat itu sekaligus di muat dasar pembentukan badan penyelidik usaha-usaha
persuapan kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Keanggotaan badab ini di lantik pada
tanggal28 mei 1945, dan mengadakan siding pertama pada tanggal 29 mei 1945 – 1 juni
1945. Siding pertama itu, banyak anggota yang berbicara di antaranya, adalah
Muhammad yamin dan bung karno, yang masing masing mengusulkan calon dasar
Negara untuk Indonesia merdeka. Selesai siding pertama, pada tanggal 1 juni 1945
anggota BPUPKI sepakat untuk memebentuk sebuah panitia kecil yang tugasnya adalah
menampung ususl-usul yang masuk memeriksa serta serta melaporkan pada sidang pleno
BPUPKI. Tiap-tiap anggota di beri kesempatan mengajukan usul serta tertulis palng
lambat sampai tanggal 20 juni 1945. Panitia kecil yang beranggotakan semblan orang ini
pada tanggal itu juga melanjutka sidang dan berhasil merumuskan calon mukadimah
hokum dasar, yang kemudian lebih di kenal dengan sebutan “ piagam Jakarta”. Dalam
sidang BPUPKI kedua, tanggal 10-16 juni 1945, hasil yang di capai adalah merumuskan
rancangan hokum dasar. Sejarah berjalan terus. pada tanggal 9 agustus di bentuk panitian
persiapan kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Pada tanggal 15 agustus 1945 jepang menyerah tanpa tanpa syrat kepada sekutu.
Dan sejak saat itu Indonesia kosong dari kekuasaan. Keadaan tersebut dimanfaatkan
dengan sebik baiknya oleh para pemimpin bangsa Indonesia, yaitu dengan
nmemproklamasikan kemerdekaan Indonesia, pada tanggal 17 agutustus 1945.
Seharisetelah proklamasi kemerdekaan, PPKI mengadakan sidang, dengan acara utama
(1) mengecahkan rancangan hokum dasaar dengan preablnya (pembukaanya) dan (2)
memilih presiden dan wakil presiden. Untuk pngesahan preambul, terjadi proses yang
cukup panjang. Sebelum pengesahan preambul, bung hatta terlebih dahulu
mengemukakan bahwa pada tanggal 17 agustus 1945 sore hari, sesaat setelat proklamasi
kemerdekaan ada utusandan Indonesia bagian timur yang menemuinya. Intinya, rakyat
Indonesia bagian timur mengusulakan agar pada alinea ke empat preambul, di belakang
kata “ketuhanan” yang berbunyi “dengan kewajiban menjalankan syariat islam bagi
pemeluk-pemeluknya’ dihapus jika tidak maka rakyat Indonesia bagian timur lebih baik
memisahkan diri dari dari Negara ri yang baru saja di proklamasikan. Usul ini oleh muh
hatta di sampaikan pada sidang pleno PPKI, khususnya kepada para anggota tokoh-tokoh
islam, antara lain kepada ki bagus hadiksumo, KH. Wahid hasyim dan teku muh hasan.
Muh hatta berusaha meyakinkan tokoh-tokoh islam demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Oleh karena pendekatan yang terus menerus dan dmei persatuan dan kesaruan, mengingat
Indonesia baru saja merdeka, akhirnya took-tkoh islam iyu merelakan dengan di coretnya
“demgan kewajiban menjalankan syariat islam bagi pemeluk-pemeluknya” di belakang
kata ketuhan di ganti “tuhan yang maha esa”.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimanakah hakikat pancasila sebagai dasar Negara


2. Bagaimana pancasila sebagai sebagai ideology bangsa dan Negara?
3. Bagaimana pancasila sebgai dasar Negara?
C. TUJUAN

1. Mengetahui pancasila sebagai dasar Negara


2. Mengetahui pancasila sebagai ideology bangsa dan Negara
3. Mengetahui pancasila sebagai dasar Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian ideologi, yaitu keseluruhan pandangan cita-cita, nilai dan keyakinan


yang ingin diwujudkan dalam kenyataan hidup yang konkrit (Soerjanto Poespowardojo,
1991:44). Dengan demikian ideologi diyakini mampu memberikan semangat dan arahan
yang positif, bagi kehidupan masyarakat untuk berjuang melawan berbagai penderitaan,
kemiskinan dan kebodohan. Dengan pemahaman yang baik mengenai ideologi, maka
seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai
baik dan tidak baik. Misalnya, dalam ideologi Pancasila nilai kekeluargaan atau
kebersamaan yang diutamakan, maka seorang yang memahami dengan baik nilai
kekeluargaan akan menolak nilai individualisme karena nilai ini melahirkan liberalisme,
kapitalisme, kolonialisme, imperilaisme, monopoli,otoriterianisme dan totaliterisme.
Dalam kaitan ini Bung Hatta dalam “Kearah Indonesia Merdeka” menyatakan bahwa
“Kedaulatan Rakyat Barat” didasarkan pada pendapat J.J.Rousseau yaitu individualisme,
sedangkan Kedaulatan Indonesia adalah “rasa bersama”, kolektiviteit. Dengan memahami
ideologi Pancasila juga dapat untuk menilai misalnya , bahwa kejujuran sesuatu yang
baik karena sesuai dengan nilai kemanusiaan dan sebaliknya berbuat curang, menipu
sesuatu yang tidak baik, karena bertentangan dengan nilai kemanusiaan.
III. PEMBAHASAN

1. Hakikat pancasila sebagai dasar Negara


Setiap Negara di dunia ini mempunyai dasar Negara yang di jadikan landasan
dalam menyelenggarakan pemerintah Negara. Seperti Indonesia, pancasila sebagai
dasar Negara atau ideologi Negara untuk mengatur penyelenggaraan Negara. Hal
tersebut sesuai dengan bunyi pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 yang berbunyi
:”maka disusunlah kemerdekaan kebnagsaan Indonesia itu dalam suatu UUD negara
indonesia yang berbentuk dalam suatu susunan negara.
Dengan demikian kedudukan pancasila sebagai asar Negara termaktub secara
yuridis konstitusional dalam pembukaan UUD 1945, yang merupakan cita cita hokum
dan norma hokum yang menguasai hokum dasar Negara RI dan di tuangkan dalam
pasal-pasal UUD 1945 dan di atur peraturan perundang-undangan.
Selain bersifat yuridis konstitusional, pancasila juga bersifat yuridis ketata
negaraan yang artinya pancasila sebagai dasar Negara, pada hakikatnya, adalah
sebagai sumber dari segala sumber hokum. Artinya mengikat dan memaksa peraturan
perundang undangan secara material harus berdasar dan bersumber pada pancasila.
Apabila ada peraturan (termasuk didalamnya UUD 1945)yang bertentangan dengan
nilai-nilai luhur pancasila, maka sudah sepatutnya peraturan tersebut di cabut.
Berdasarkan uraian tersebut pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat
inperatif atau memaksa, artinya mengikat dan memaksa setiap warga Negara untuk
tunduk kepad pancasila danbagi siapa saja yang melakukan pelanggaran harus di
tindak sesuai hokum yang berlak di Indonesia serta bagi pelanggar di kenakan sanksi-
sanksi hokum.
Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam dalam pancasila memiliki sifat obyektif
subyektif. Sifat subyektif maksudnya pancasila merupakan hasil perenungan dan
pemikiran bangsa Indonesia, sedangkan bersifat obyektif artinya nilai pancasila sesuai
dengan kenyataan dan bersifat universal yang di terima oleh bangsa-bangsa beradab.
Oleh karena itu nilai obyektif universal dan di yakini kebenaranya oleh seluruh
bangsa Indonesia maka pancasila selalu di pertahankan sebagai dasar Negara.
Jadi berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat di simpulkan bahwa pancasila
sebagai dasar Negara memiliki peranan yang sangat penting dalam mengatur
kehidupan berbangsada bernegara sehingga cita-cita para pendiri Indonesia terwujud.
Bagi bangsa Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila adalah sebagai
pandanga hidup bangsa dan sebagai dasar Negara. Kedua pengertian tersebut sudah
selayaknya kita pahami akan hakikatnya.
Selain dari pengertian tersebut, pancasila memiliki beberapa sebutan berbeda
seperti:
1. Pancasila sebgai jiwa Negara
2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa
3. Pancasila sebagi sumber dari segala sumber hokum,dll.
Walaupun begitu, banyaknya sebutan untuk pancasila bukanlah merupakan suatu
kesalahan atau pelanggaran melainkan dapat di jadikan sebagai suatu kekayaan akan
makna dari panacasila bagi bangsa Indonesia. Karena hal yang terpenting adalah
perbedaan penyebutan itu tidak mangaburkan hakikat pancasila yang sesungguhnya
yaitu sebagai dasar Negara. Tetapi pengertian pancasila tidak dapat di tafsirkan oleh
sembarang orang karena akan dapat mengaturkan maknanya dan akhirnya
merongrong dasar Negara.

2. Pancasila sebagai dasar negara


Pancasila dalam kedudukannya ini sering di sebut sevagai dasar filsafah atau
dasar filsafah Negara (philosofische gronslag) dari Negara., ideologi Negara atau
statsidee, dalam pengertian ini pancasila merupakan dasar nulai serta untuk mengatur
pemerintahan Negara atau dengan kata lain perkataan.
Konsekuensinya seluruh pelaksanaan dan penyelenggara Negara terutama segala
peraturan perundang-undangan ter,asuk proses reformasi dalam segala bidang dewasa
ini di jabarkan dalam dan diderivasikan dari nilai-nilai pancasila. Maka pancasila
merupakan sumber dari segala sumber hokum, pancasila merupkan sumber kaidah
hokum Negara yang secara konstitusional mengatur Negara republik Indonesia
beserta unsur-unsurnya yaitu rakyat wilayah, beserta Negara.
Sebagai dasar Negara, pancasila merupakan suatau asas kerohanian yang meliputi
suasana kebatinan atau cita-cita hokum, sehingga merupakan suatu sumber nilai,
norma serta kaidah, baik moral ataupun hokum Negara, dan menguasai dasar baik
yang tertulis atau undang-undang dasar maupun yang tidak tertulis atau dalam
kedudukannya sebagai dasar Negara pancasila mempunyai kekuatan mengingat
secara hokum.
Sebagai sumber dari segala sumber atau suber tertib hokum Indonesia maka
pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitupembkaan UUD 1945, kemudian
di jabarkan lebih lanjut dalam poko-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan
UUD 1945, yang pada akhirnya di kongritiskanatau atau di jabarkan dari UUD 1945,
serta hokum positif lainnya, kedudukan pancasila sebagai dasar Negara tersebut dapat
di rincikan sebagai berikut:
Pancasila sebagai dasar Negara adalah sumber dari segala sumber hokum dasar
Negara (sumber tertib hokum) Indonesia. Dengan demikian pancasila meripakan asas
kerohanian tertib hokum Indonesia yang dalam pembukaan UUD 1945 dijelmakan
lebih lanjut ke dalam empat pokok pikiran. Meliputi suasana kebatinan
(geistichenhintergrud) dari UUD 1945.
Mewujudkan cita cita hokum bagi hokum bagi hokum dasar Negara (baik hokum
yang tertulis maupun tidak tertulis). Menganduung norma yang mengharuskan
undang-undang dasar mengandung isi yang mewajibkan pemerintha dan lain-lain
penyelenngara (termasuk penyelenggara partai dan golongan fungsional). Memegang
teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.
Hal ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi pelaksaan dan
penyelenggara Negara, karena masyarakat dan penyelenggara Negara, karena
masyarakat dan Negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang zaman dan
dinamika masyarakat dan Negara akan tetap di liputi dan di arahkan asas kerohsnisn
Negara. Dasar formal kedudukan pancasila dasar Negara republic Indonesia tersimpul
dalam pembukaan UUD 1945 Alinea IV yang berbunyi sebagai berikut . “maka di
sususnlah kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu undang undang dasar
negara indonesia ynag terbentuk dalam suatu susunan Negara republic Indonesia
ynaga berkedaulatan rakyat, yang berdasarkan ketuhanan yanag maha esa, kemausian
yang adil an beradab, persatuan indonesia, kerakyata yang di pimpin oleh hikmat
kebijaksaan permusyawaratan/ perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
bagi seluruh rakyat indonesia”.
Pengertian kata “dengan berdasarkan kepada” hal ini secara yuridis memiliki
makna sebagai dasar Negara. Walaupun dalam kalimat terakhir pembukaan UUD
1945 tidak tercantum kata ‘pancasila’ secara eksplisit namun anak kalimat “dengan
berdasar kepada” ini memiliki makna dasar Negara republic indinesia.
Hal ini sesuai dengan hal yuridis sebagai tercantum dalam pembukaan UUD
1945. Ketetapan No.XX/MPR/1966. (jo ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan
ketetapan No. IX/MPR/1978). Di jelaskan bahwa pancasila sebagai sumber dari
segala sumber hokum atau sumber tertib hokum Indonesia yang ada pada hakikatnya
adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran dan cita cita hokum serta cita-
cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta dari bangsa Indonesia. Selanjutnya
di katakana bahwa cita-cita mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaannbangsa
prikemanusiaan, keadilan sosial, perdamian nasiaonal, cita-cita poltik mengenai sifat,
bentuk dan tujuan Negara, cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan
keagmaan sebagai pengejawatan dari budi nurani manusia.
Dalam proses reformasi dewaaini MPR melalui sidang istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan pancasila sebagai daar Negara suatau republic Indonesia
yang tertuang dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. Oleh karena itu segala agenda dalam
proses reformasi, meliputi berbagai bidang lain mendasarkan pada kenyataan aspirasi
rakyat (sila IV) juga harus mendasar nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

3. Pancasila sebagai ideology bangaa dan Negara


a. Pancasila sebagai ideology bangsa
Pancasila sebagai indeologi bangsa adalah pancasila sebagai cita-cita Negara atau
cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau system kenegraan untuk seluruh
rajyat dan bangsa Indonesia
Berdasarkan Tap. MPR No. XVIII/MPR/1998 tentang pencabutan ketetapan MPR
tentang P4. Di tegaskan bahwa pancasila adalah dasar NKRI yang harus
dilaksanakan secara konsinten dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
b. Pancasila sebagai ideology Negara
Pancasila sebagai ideology Negara
Pengertian ideologi-ideologi berasal dari bahasa yunani yaitu iden yang berarti
melihat, atau ide yang berarti raut muka, perawakan, gagasan buah pikiran dan
kata logi yang berarti ajaran, atau ilmu tentang gagasan dan buah pikiran atau
scien des ideas (Al marsudi, 2001:57)
Puswardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideology dapat di rumuskan
sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan
seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya, serta
menentukan sikap dasar untuk mengolahnya berdasarkan pemahaman yang di
hayatinya seseorang dapat menangkap apa yang di lihat benar dan tidak benar
serta apa yang di nilai baik dan tidak baik.
Menurut pendapat harol H. titus definisi dari ideology adalah suatu istilah yang di
gunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik
ekonomi filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang
sistematis tentang suatu cita-cita yang di jalankan oleh sekelompok atau lapisan
masyarakat.
1. Ciri-ciri ideology adalah sebagai berikut :
a. Mempunyai derajat yang tertinggi sebagai nilai hidup kebangsaan dan
kenegaraan
b. Mewujudkan suatu azas kerohanian, pandangan- pandangan hidup,
pegangan hidup yang di pelihara diamalkan, dilestarikan kepada generasi
berikutnya, diperjuangkan dan dipertahankan dengan kesediaan bekorban.
2. Fungsi ideology menurut pakar di bidangnya
a. Sebagai sarana untuk menformulasikan dan mengisi kehidupan manusia
secara individual (cahyono, 1986)
b. Sebagai jembatan pergeseran kendali kekusaan dari generasi tua dengan
generasi muda
c. Sebagai kekuatan yang mampu memberi semanngat dan motivasi individu,
masyarakat dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai
tujuan.
BAB II
PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam
hubungannya dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang
saling melengkapi sebagai system etika.
Pancasila sebagai suatu system falsafat pada hakikatnya merupakan suatu system nilai
yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hokum, norma moral maupun
norma kenegaraan lainnya. Disaping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang
bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan konprehensif. Oleh karena itu, suatu
pemikiran filsafat adalah suatu nilai nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi
manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai- nilai tersebut dapat di jabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau
kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka di wujudkan dalam norma-
norma yang kemudian menjadi pedoman , norma itu meliputi:
1. Norma moral : yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat di ukur dari sudut
baikdan uruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila.
2. Norma hokum : system peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat
dan waktu tertentu dalam pengertiam ini peraturan hokum. Dalam pengertiam itulah
pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hokum.
Dengan demikian, pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu system
nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.

B. RUMUSAN MASALAH

Memahami tentang materi pancasila sebagai system etika


C. TUJUAN

1. Agar mahasiswa memahami tentang materi pancasila sebagai system etika yang
sesuai dengan sila dan pancasila.
2. Mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai dengan sila dan
pancasila

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana
manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika
merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana kita bersikap
dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika yaitu, etik
umum dan etika khusus.
 Etika umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia
pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan
dan perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung di dalamnya.
 Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dengan hubungan dengannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual)
maupun makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu etika
individual dan etik sosial.
 Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dengan
kepercayaan agama yang di anutnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap
tuhannya.
 Etika sosial membahas norma-norma sosial yang harus di patuhi dalam hubungannya
dengan mausia, masyarakat, bangsa dan Negara.
B. Pengertian nilai, norma dan moral
1. Pengertian nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyababkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Nilai yang bersumber pada budi yang bersumber
mendorong dan mengarahkan (motivator)sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu system merupakansalah satu wujud kebudayaan disamping system sosial dan
karya.

Pandangan para ahli tentang nilai-nilai yang terdapat dalam masyarakat:


a. Alport mengidentifikasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kehidupan masyarakat dalam
6 macam, yaitu:

1). Nilai teori


2). Nilai ekonomi
3). Nilai estetika
4). Nilai sosial
5). Nilai politik
6). Nilai religi
b. Max saheler, mengelompokkan nilai menjadi 6 tingkatan, yaitu:
1). Nilai kenikmatan
2). Nilai kehidupan
3). Nilai kejiwaan
4). Nilai kerohanian
c. Notonagoro, membedakan nilai menjadi 3, yaitu:
1). Nilai material
2). Nilai vital
3). Nilai kerokhanian

Nilai berperan sebagai pedoman menentukankehidupan setiap manusia. Nilai manusia


berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan kepercyaan
atau sumber pada berbagai system nilai.
2. Pengertian norma
Norma adalah perwujudan martabat manusia sebagai mahlk budaya, moral, religi
dan sosial. Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang di kehendaki
oleh tata nilai untuk di patuhi. Oleh karena itu norma dalam perwujudannya norma
agama, norma filsafat, norma kususilaan, normahuku dan norma sosial. Norma
memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya sanksi.
Norma-norma yang terdapat masyaraka anatara lain:
 Norma agama : adalah ketentuan hidup masyarakat yang bersumber pada agama.
 Norma kesusilaan : adalah ketentuan hidup yang bersumber pada hati nurani,
moral atau filafat hidup.
 Norma hokum : adalah ketentuan-ketentuan tertulis yang berlaku dan bersumber
pada UU suatu Negara tertentu.
 Norma sosial : adalah ketentuan hidup yang berlaku dalam hubungan anatara
manusia dalam masyarakat.
3. Pengertian moral
Pengertian moral berasal dari kata mos (mores) ynag sinonim dengan kesusilaan,
kelakuan. Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut
tingkah laku dan perbuatan manusia.
Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma-norma
yang berlakudalam masyarakatnya, di anggap sesuai dan bertindak secara moral. Jika
sebaliknya yang terjadi maka pribadi itu di anggap tidak bermoral.
Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan dan atau prinsip-prinsip yang
benar, baik dan mulia. Moral dapat berupa kesetiaan, kepathan terhadap nilai dan
norma yang mengikat kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

C. Nilai daar, nilai instrumental dan nilai praksis


1. Nilai dasar
Meskipun nilai bersifat abstrak dan tidak dapat di amati oleh panca
inderamanusia, namun dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku
manusia. Setiap memiliki niai dasar yaitu berupa hakikat, esensi, intisari atau makna
yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar bersifat universal karena menyangkut
kenyataan obyek dari segala sesuatu. Contohnya tentang hakikat tuhan, manusia serta
mahluk hidup lainnya.
Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat tuhan maka nilai dasar itu bersifat
mutlak karena tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Nilai dasar yang
berkaitan dengan hakikat tuhan maka nilai itu harus bersumber pada hakikat
kemanusiaan yang di jabaran dalam norma hokum yang di istilahkan dengan hak
dasar (hak asasi manusia). dan apabila nilai dasar itu berdasarkan kepada hakikat
suatau benda (kuatutas, aksi, ruang dan waktu) maka nilai dasar itu juga dapat disebut
sebagai norma yang direalisasikan dlamkehidupan yang praksis. Nilai dasar yang
menjadisumber etika bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam
pancasila.

2. Nilai instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki
formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai inrumental
ituberkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan manusia sehari-hari maka
itu akan menjadi norma moral. Namun apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan
suatu organisasi atau Negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan,
kebijakan, atau strategi yang bersumber pada nilai dasar sehigga dapat juga dikatakan
bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu ksplisitasi dari nilai dasar. Dalam
kehidupan ketatanegaraan republic Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat di
temukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merypakan penjabaran
pancsila.

3. Nilai praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lenih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan
secara nyata dan nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.

D. Hubungan nilai, norma dan moral


Berkaitan nilai, norma dan moral merupakan suatu kenyataan yang seharusnya
tetap terpelihara di setiap waktu pada hidup dan kehidupan manusia. Keterkaitan itu
mutlak di garisbawhi bila seorang individu, masyarakat, bangsa dan Negara menghendaki
fondasi yang kuat tumbuh dan berkembang.
Sebagaiman tersebut diatas maka nilai akan berguna menuntun sikap dan tingkah laku
manusia bila dikronnkitkan dan diformulakan menjadi lebih obyektif sehingga
memudahkan manusia untuk menjabarkabnya dalam aktivitas turunan dari nilai dan
norma akan memperoleh integritas dan martabat manusia. Derajat kepribadian itu amat
ditentukan oleh moralitas yang mengawalnya. Sementara itu hubungan antara moral dan
etika sering kali di sejajarka arti dan maknanya. Namun demikian, etika dalam
pengertiannya tidak berwenang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh di tentukan
seseorang, wewenang itu di pandang berada di tangan pihak yang memberikan ajaran
moral.

III. PEMBAHASAN

A. Aplikasi nilai, norma, dan moral dalam kehidupan sehari-hari


Dalam kehidupan kita akan selalu berhadapan dengan istilah nilai dan norma dan
juga moral dalamkehidupan sehari-hari. Dapat kita katahui bahawa yang di maksud
dengan niai sosial merupakan nilai yang amat dianut oleh suatu masyarakat. Sebagai
contoh, orang menganggap menolong memiliki nilai baik, sedangkan mencuri
bernilai buruk. Dan dapat juga di contohkan, seseorang kepala keluarga yang belum
mampu memberi nafkah kepada keluarganya akan merasa sebagai kepala keluarga
yang tidak bertanggung jawab. Demikian pula, guru yang melihat siswanya gagal
dalam ujian akan merasa gagal dalam mendidik anak tersebut. Bagi manusia, nilai
berfungsi sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam segala tingkah laku dan
perbuatannya. Nilai mencerminkan kualitas pilihan tindakan dan pandangan hidup
seseorang dalam masyarakat. Itu adalah yang di amksud dan contoh dari nilai.
Dapat di jelaskan juga bahwa yang di maksud norma sosial adalah patokan
periklaku dalam suatu kelompok masyarakat tertentu. Norma sering juga di sebut dengan
peraturan sosial. Norma menyangkut perilaku-perilaku yang pantas di lakukan dalam
menjalani interaksi sosialnya. Keberdaan norma dalam masyarakat bersifat
memakasaindividu atau suatu kelompok agar bertindak sesuai dengan aturan sosial yang
telah terbentuk. Pada dasarnya, norma disusun agar hubungan di antara manusia dalam
masyarakat dapat berlangsung tertib sebagaimana yang di harapkan.
Tingkat norma dasar di dalam masyarakat di bedakan menjadi 4 yaitu:
1. Cara
Contoh: cara makan yang wajar dan abik apabila tidak mengeluarkan suara seperti hewan
2. Kebiasaan
Contoh: memberi hadiah kepada orang-orang yang berprestasi dalam suatu kegiatan atau
kedudukan, memekai baju yang bagus pada waktu pesta
3. Tata kelakuan
Contoh: melarang pembunuhan, pemerkosaan, atau menikahi saudara kandung
4. Adat istiadat, misalnya orang yang melanggar hokum adat akan di buang dan di asingkan
ke daerah lain, upacara adat (misalnya di bali)
Norma hokum (laws)
 Tidak melanggar rambuu lalu lintas walaupun tidak ada polentas
 Menghormati pengadilan dan peradilan di Indonesi
Norma kesusilaan
Contohnya :
Orang yang berhubungan intim ditempat umu maka akan di cap tidak susila,
melecehkan wanita atau lelaki di depan orang.
Norma kesopanan
Contoh;
 Merupakan tempat duduk di bis umum pada lansia dan wanita hamil
 Tidak meludah di semabarang tempat, memberi atau menerima sesuatu dengan tangan
kanan, kencing di sebarangan tempa
Dan ada beberaapa norma yang lain yang belum di sebutkan dalam hal ini setelah
masuk pada nilai dan norma dalam aplikasi tang terakhir akan membahas tentang moral.
Moral (bahasa latin moralitas) adalah istilah manusia menyebut ke manusia atau orang
lainnya dalam tindakan yang mempunyai nilai positif. Manusia yang tidak memiliki
moral di sebut amoral yang artinya dia tidak bermoral dan tidak memiliki nilai positif
dimata manusia lainnya, sehingga moral adalah hal mutlak yang harus di miliki oleh
manusia. Moral secara eksplisit adalah hal-hal yang berhubungan dengan proses
sosialisasi individu tanpa moral manusia tidak bisa melakukan proses sosialisasi. Moral
dalam zaman sekarang mempunyai nilai implisit karena banyak orang yang mempunyai
moral atau sikap amoralitu dari sudut pandang yang sempit. Moral itu sifat dasar yang di
ajarkan di seolah-sekolah dan manusia harus mempunyai moral jika dia ingin di hormati
oleh sesamanya. Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakatsecara
utuh.
Contoh moral adalah: tidak terdapat adanya pemaksaan suatu agama tertentu kepada
orang lain, dengan demikian masyarakat dan bangsa Indonesia menjunjung tinggi nilai-
nilai HAM. Dapat di contoh dalam hal nya pendidikan. Seseorang siswa yang ingin
bersekolah tapi dengan tidak dana maka ia akan dapat sekolah sampai cita-citanya
tidakterwujud.
Contohnya moral dalam halnya kehidupan sehari kalau kita menemukan tas yang
berisikan dokumen penting dan juga sejumlah uang yang terdapat dalam tas tersebut.
Seandainya kita memiliki moral yang baik maka kita akan memebrikan ta situ kepada
pemiiknya kalau tidak epada yang berwajib.

BAB III
PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU

I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, bangsa Indonesia
tidak terlepas dari dasar Negara yaitu pancasila. Pancasilaadalah dasar filsafat Negara
republic Indonesia yang secara resmi disahkan pada tanggal 18 agustus 1945 dan
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 di undang dalam berita republic Indonesia tahun
II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Bangsa ini telah menemukan jati
dirinya, yang di dalamnnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yan berbeda
dengan bangsa yang lain, yang oleh para pendiri Negara kita dirumuskan yang sederhana
namun mendalam.
Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat
di pisahkan dengan nilai-nilia pancasila, atas dasar inilah maka sangat penting bagi para
generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji,
memahami dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, yang ada gilirannya
akan memiiki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-
nilai yang dimilikinya sendiri. Intelekrual kampus yaitu mahasiswa yang selalu berupaya
untuk mendapati ilmu yang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa
Indonesia.
Tidak hanya mendapat ilmu, namun seorang mahsiswa juga harus berusaha untuk
dapat mengembangkan ilmu tersebut. Banyak sekali sudut pandang atau pedoman yang
dapat di gunakan dalam mengembangkan ilmu, serta memahami, menganalisi dan
menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat bangsanya secara
berkesinambungan dan konsisten berdasarkan nilai-nilai dasar pancasila sebagai dasarnya
sehingga sesuai cita-cita dan tujuan banga Indonesia.

RUMUSAN MASALAH

1. Mengapa pancasila sebagai dasar nilai pengenmbangan ilmu


2. Apakah devinisi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
3. Bagaimana penerapan nilai persatuan sebagai dasar pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi(IPTEK)?
4. Bagaimana hubungan pancasila dan perkembangan (IPTEK)
TUJUAN

1. Untuk mengetahui pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu


2. Untuk mengetahui devinisi ilmu pengetahuak dan teknologi (IPTEK)
3. Mengetahui hubungan antara pancasila dan perkembangan IPTEK
II. TINJAUAN PUSTAKA

Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini mencapai kemajuan pesat
sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa. Pengembangan iptek tidak
dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya, artinya iptek selalu berkembang dalam suatu
ruang budaya. Perkembangan iptek pada gilirannya bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan
agama sehingga di satu pihak dibutuhkan semangat objektivitas, di pihak lain iptek perlu
mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan agama dalam pengembangannya agar tidak
merugikan umat manusia. Kuntowijoyo dalam konteks pengembangan ilmu menengarai bahwa
kebanyakan orang sering mencampuradukkan antara kebenaran dan kemajuan sehingga
pandangan seseorang tentang kebenaran terpengaruh oleh kemajuan yang dilihatnya.
Kuntowijoyo menegaskan bahwa kebenaran itu bersifat non-cumulative (tidak bertambah)
karena kebenaran itu tidak makin berkembang dari waktu ke waktu. Adapun kemajuan itu
bersifat cumulative (bertambah), artinya kemajuan itu selalu berkembang dari waktu ke waktu.
Agama, filsafat, dan kesenian termasuk dalam kategori non-cumulative, sedangkan fisika,
teknologi, kedokteran termasuk dalam kategori cumulative (Kuntowijoyo, 2006: 4). Oleh karena
itu, relasi iptek dan budaya merupakan persoalan yang seringkali mengundang perdebatan.
Relasi antara iptek dan nilai budaya, serta agama dapat ditandai dengan beberapa kemungkinan
sebagai berikut. Pertama, iptek yang gayut dengan nilai budaya dan agama sehingga
pengembangan iptek harus senantiasa didasarkan atas sikap human-religius. Kedua, iptek yang
lepas sama sekali dari norma budaya dan agama sehingga terjadi sekularisasi yang berakibat
pada kemajuan iptek tanpa dikawal dan diwarnai nilai human-religius. Hal ini terjadi karena
sekelompok ilmuwan yang meyakini bahwa iptek memiliki hukumhukum sendiri yang lepas dan
tidak perlu diintervensi nilai-nilai dari luar. Ketiga, iptek yang menempatkan nilai agama dan
budaya sebagai mitra dialog di saat diperlukan. Dalam hal ini, ada sebagian ilmuwan yang
beranggapan bahwa iptek memang memiliki hukum tersendiri (faktor internal), tetapi di pihak
lain diperlukan faktor eksternal (budaya, ideologi, dan agama) untuk bertukar pikiran, meskipun
tidak dalam arti saling bergantung secara ketat.
Relasi yang paling ideal antara iptek dan nilai budaya serta agama tentu terletak pada
fenomena pertama, meskipun hal tersebut belum dapat berlangsung secara optimal, mengingat
keragaman agama dan budaya di Indonesia itu sendiri. Keragaman tersebut di satu pihak dapat
menjadi kekayaan, tetapi di pihak lain dapat memicu terjadinya konflik. Oleh karena itu,
diperlukan sikap inklusif dan toleran di masyarakat untuk mencegah timbulnya konflik. Untuk
itu, komunikasi yang terbuka dan egaliter diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Fenomena kedua yang menempatkan pengembangan iptek di luar nilai
budaya dan agama, jelas bercorak positivistis. Kelompok ilmuwan dalam fenomena kedua ini
menganggap intervensi faktor eksternal justru dapat mengganggu objektivitas ilmiah. Fenomena
ketiga yang menempatkan nilai budaya dan agama sebagai mitra dialog merupakan sintesis yang
lebih memadai dan realistis untuk diterapkan dalam pengembangan iptek di Indonesia. Sebab
iptek yang berkembang di ruang hampa nilai, justru akan menjadi bumerang yang
membahayakan aspek kemanusiaan.
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan agama dari
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengakomodir seluruh aktivitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demikian pula halnya dalam aktivitas
ilmiah. Oleh karena itu, perumusan Pancasila sebagai paradigma ilmu bagi aktivitas ilmiah di
Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat niscaya. Sebab, pengembangan ilmu yang terlepas
dari nilai ideologi bangsa, justru dapat mengakibatkan sekularisme, seperti yang terjadi pada
zaman Renaissance di Eropa. Bangsa Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan
tumbuh sejak lama dalam kehidupan masyarakat sehingga manakala pengembangan ilmu tidak
berakar pada ideologi bangsa, sama halnya dengan membiarkan ilmu berkembang tanpa arah dan
orientasi yang jelas.
Bertitik tolak dari asumsi di atas, maka das Sollen ideologi Pancasila berperan sebagai leading
principle dalam kehidupan ilmiah bangsa Indonesia. Para Ilmuwan tetap berpeluang untuk
mengembangkan profesionalitasnya tanpa mengabaikan nilai ideologis yang bersumber dari
masyarakat Indonesia sendiri. Kompetensi Dasar: Bersikap inklusif, toleran dan gotong royong
dalam keragaman agama dan budaya

III. PEMBAHASAN

A. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu


Dalam uapaya manusia mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan harkat dan
martabatnya maka manusia mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
pada hakikatnya marupakan suatau hasil kreativitas rihani manusia. Unsur jiwa (rohani)
manusia meliputi aspek akal, rasa, dan kehendak. Akal merupakan potensi rohani
manusia dalam hubungan dengan intelektualitas, rasa dalam bidang estetis, dan kehendak
dalam bidang moral (etika). Atas dasar kreativitas akalnya manusia mengembangkan
iptek dalam rangka untuk mengolah kekayaan alam yang sediakan oleh tuhan yang maha
esa. Oleh karena itu tujuan esensial dari iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia,
sehingga iptek pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam masalah
ini pancasila telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan iptek demi
kesejahteraan hidup manusia. Pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus
didasarkan pada moral ketuhanan dan kemanusian yang adil dan beradab. Pancasila yang
sila-silanya merupakan suatu kestuan yang sistematis haruslah menjadi system etika
pengembangan iptek.
Pancasila sebagai filsafat ilmu harus mengandung nilai ganda, yaitu:
1. Harus memberikan landasan teoritik (dan normatif) bagi penguasaan dan
pengembangan iptek dan menetapkan tujuannya.
2. Memiliki nilai intrinsik tujuan iptek yang senantiasa di landasi oleh nilai mental
kepribadian dan moral manusia. Nilai-nilai kualitas dan normative secara kategoris
harus terkandung dalam ajaran filsafat. Kualitas dan identitas nilai mental dan
kepribadian manusia senantiasa berhubungan dengan nilai filsafat dan agama.

kedudukan filsafat ilmu harus berasaskan kerokhanian dari system keilmuan dan
pengembangannya. Fungsi mental dan moral kepribadian manusia dalam implementasi
iptek merupakan kriteria yang signifikan suatau keilmuan. Keilmuan harus berorientasi
praktis untuk kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran ynag di anut epistimologis
pancasila prinsip pancasila kebenaran esiktensial dalam rangka mewujudkan harmoni
mansimal yang sesuai taraf-taraf fisiokismis, biotik psikis dan human dalam rangka acuan
norma ontologis transedental dengan pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa,
epsitomologis pancasila bersifat terbuka terhadap berbagai aliran filsafat dunia.
B. Definisi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Manusia sebagai mahluk jasmani rohani sebagai mahkluk tuhan yang maha esa
sekaligus individu dan mahkluk sosial, pada hakikatnya sebagai mahkluk humo sapiens
mahkluk yang berakal di samping berasa dan berkehendak. Sebagai mahkluk yang
berakal, manusia memiliki kemampuan intelektual yang mampu menghasilkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah unsur-unsur yang
pokok dalam kebudayaan manusia, dalam dunia ilmu pengetahuan terdapat dua
pandangan yang berbeda yaitu pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan itu bebas nilai, artinya tidak ada sangkut pautnya dengan moral,dengan
etika,dengan kemanusian, dengan ketuhanan. Pendapat kedua menyatakan, bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatnya untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh karena itu, ilmu
pengetahuan adalah terikat nilai yaitu nilai moral, nilai kemanusian, nilai religious. Bagi
pancasila ilmu pengetahuan itu berkeruhanan yang maha esa, berkemnusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan.
Maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus di landasi moral,
etika serta nilai-nilai religious. Dengan perkataan lain ilmu pengetahuan harus dilandasi
etika ilmiah dan yang paling penting dalam etika ilmiah adalah menyangkut hidup mati
orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Hal- hal yang perlu
di tekankan adalah sebagai berikut:
 Resiko kerohaniaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
 Kemungkinan penyalahgunaanya
 Kompatibilitas dengan moral yang berlaku
 Terganggunya sumber daya dan pemerataannya
 Hak individu hak memilih sesuatu dengan dirinya

C. Hubungan antara pancasila dan perkembangan IPTEK


Negara Indonesia adalah Negara kepulauan, jumlah pulau di Indonesia menurut
data departemen dalam negeri republic Indonesia tahun 2004 adalah sebnyak 17.504 buah
7.870 diantaranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 belum memiliki nama.
Indonesia memiliki perbandingan luas daratan dan lautan sebesar 2:3 letaknya sangat
strategis, di antara dua samudera pasifik serta dihimpit oleh dua benua yaitu benua asia
dan Australia. Selainitu Negara Negara kita dilintasi ooleh garis khatulistiwa yang
menyebabkan Indonesia beriklim tropis. Hal ini menyebabkan Indonesia beriklim tropis.
Hal ini menyebabkan Indonesia sanagat kaya akan fauna dan floranya. Indonesia
memiliki 10 persen hutan tropis dunia yang masih tersisa. Hutan Indonesia memiliki 12
persen dari jumlah spesies mamalia dunia dan 16 persen spesies binatang reptile dan
ampibi, serta 1. 519 spesies burung dan 25 persen dari spesies ikan dunia. Sebagian
diantaranya adalah endemic atau hanya dapat ditemui di daerah tersebut.
Salain memiliki kakayaan alam yang menakjubkan, Indonesia juga sangat kaya
akan suku bangsa, budaya,agama,bahasa,ras dan etnis golongan. Sebagai akibat
keanekaragaman tersebut Indonesia mengandung potensi kerawanan yang sangat tinggi
pula, hal tersebut merupakan faktor yang berpengaruh terhadap potensi timbulnya konflik
sosial. Kemajemukan bangsa Indonesia memiliki tingkat kepekaan yang tinggi dan dapat
menimbulkan etnis kultural. Arus globalisasi yang mengandung berbagai nilai budaya
dapat melahirkan sikap pro dan kontra warga masyarakat yang menimbulkan konflik tata
nilai.
Bentuk ancaman terhadap kedaulatan Negara yang terjadi saat ini menjadi bersifat
multi dimensional yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri, hal ini seiring
dengan perkembangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, informaso dan
komunikasi. Serta sarana dan prasarana pendukung di dalam pengamanan bentuk
ancaman yang bersifat multi dimensional yang bersumber dari permasalahanideologi,
politik, ekonomi dan sosial budaya.
Oleh karena itu kemajuan dan perkembangan IPTEK sangat di perlukna dalam
upaya mempertahankan segala kekayaan yang dimiliki oleh Indonesia serta menjawab
segala tantangan zaman. Dengan pengusaan IPTEK kita dapat tetap menjaga persauan
dan kesatuan bangsa Indonesia. Maka dari itu, IPTEK dan pancasila antara satu dengan
yang lain memilikihubungan yang kohensif. IPTEK diperlukan dalam pengalaman
pancasila, sila ketiga dalam menjaga kesatuan Indonesia. Di lain sisi, kita juga harus tetap
menggunakan dasar-dasar nilai pancasila sebagai pedoman dalam pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi aagar kita dapat tidak terjebak dan tepat sasaran mencapai
tujuan bangsa
BAB IV
PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA BERBANGSA DAN BERNEGARA.

I. PENDAHULUAN

Pancasila adalah dasar Negara republic Indonesia. Pancasila mempunyai arti dan
makna dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam perjalanan sejarah
eksistensi pancasila mengalami berbagai macam interprestasi dan menipulasi politik
sesuai kepentinagan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan. Pancasila sebagai
paradigma di maksudkan bahwa pancasila dijadikan sebagai kernagka acuan pikir, atau
sebagai system nilai yang dijadikan kerangka landasan sekaligus kerangka tujuandalam
menjalankan kehidupan dalam bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya,
bidang hokum, bidang kehidupan antar ummat beragama dan IPTEK.
Lembaga pengkajian dan pengembangan kehidupan bernegara (LPPKB) telah berhasil
menyusun pedoman umum implementasi pancasila dalam kehidupanbernegara, namun
masih perlu dirumuskan ke dalam paradigma yang secara operasional dapat digunakan
sebagai pedoman dan model biak dalam merumuskan kebijakan public maupun sebagai
acuan kritik, untuk menentukan mana yang sesuai dengan atau tidak sesuai dengan
pancasila.

A. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang d maksud paradigm


2. Apa yang di maksud pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan politik
3. Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan ekonomi
4. Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan sosial budaya
5. Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan hokum
6. Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan kehidupan antar
ummat beragama
7. Apa yang dimaksud pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan IPTEKS

B. TUJUAN

1. Mengetahui pengertian paradigma


2. Mengetahui pengertian pancasila sebagai pembangunan politik
3. Mengetahui pengertian pancasila sebagai pembangunan ekonomi
4. Mengetahui pengertian pancasila sebagai pembangunan sosial budaya
5. Mengetahui pengertian pancasila sebagai pembangunan hokum
6. Mengetahui pengertian pancasila sebagai pembangunan kehidupan antar ummat
beragama
7. Mengetahui pengertian pancasila sebagai pembangunan IPTEKS
II. TINJAUAN PUSTAKA

Awalnya istilah paradigma berkaitan dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara


terminologis, tokoh yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia pengetahuan adalah
Thomas S. khun dalam bukunya yang berjudul the structure of scientific revolusion (1970-49)
yang berbunyi: “ paradigm adalah asumsi-asumsi dasar dan asumsi-asumsi nilai (merupakan
sumber nilai)sehingga merupakan suatau sumber hokum, metode serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan yang menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan sendiri.
(kaelan,2010:226).
Dalam perjalanan sejarah istilah-istilah paradigm berkembang menjadi terminology yang
mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir, orientasi dasar, sumber asa, serta
tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses dari suatu bidang tertentu termasuk
dalam bidang pembangunan reformasi maupun dalam pendidikan.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia istilah paradigma, yaitu :
1. Daftar dari semua pembentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjungsi dan
deklinasi kata tersebut.
2. Model dan teori ilmu pengetahuan.
3. Kerangka berfikir (azmi, 2013: online [http://uluazmiai.blogspot.com/201301/pancasila-
dalam-paradigma-kehidupan_3.html]).
Dari berbagai pendapat para tokoh disimpulkan bahwa paradigm merupakan kerangka
berpikir masyarakat yang berlandaskan pada suatu pedoman tertentuuntk menyelesaikan suatu
permasalahan yang terjadi didalam kehidupan masyarakat sehingga dapat tercapai pemecahan
permasalahan-permasalahan yang terjadi.

III.PEMBAHASAN

A. Pengertian paradigma
Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh
yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S.
khun dalam bukunya yang berjudul “the structure of scientific revolution”. Paradigma
adalah suatu asimsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai)
sehingga merupakan suatu sumber hokum, metode serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil
penelitian ilmiah yang berdasarkan pada metode kuantitaif yang mengkaji manusia dan
masyarakat berdsarkan pada sifat-sifat yang persial, terukur, koleratif, dan positivistic,
maka hasil dari suatu ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji
satu aspek saja dari obyek ilmu pengetahuannya itu manusia. Oleh karena itu kalangan
ilmuan sosial kembali pengkaji paradigm ilmu tersebut yaitu manusia. Berdasarkan
hakikatnya manusia dalam kenytaan onjektivnya bersifat ganda bahkan multidimensi.
Atas dasar kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut kemudian di kembanhkan
metode baru berdasarkan hakikatnya dan sifat paradigms ilmu tesebut yaitu manusia,
yaitu metode kuatif.
Istilah ilmiah tersebut kemuadian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan
manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya, politik, hokum, ekonomi, budaya dan
bidang lainnya. Dalam masalah yang popular istilah paradigma berkembang menjadi
terminology yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,
orientasi dasar, sumber asa serta tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses
dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pemangunan dan pendidikan .

B. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan politik


Yang di maksud pancasila sebagai paradigma pembangunan politik adalah meletkkan
nilai nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai sumber nilai politik harus mengacu
pada nilai-nilai pancasila terutama sila ke-4 dimana semua praktik-praktik politik harus
berkembang atas asas kerakyatan. Hal ini dikarenakan warga Negara merupakan pelaku
politik sehingga masyarakat harus mampu menempatkan kekuasaannya dari rakyat, oleh
rakyat dan untuk rakyat. Selain itu perwujudan pancasila dalam pengembangan politik
kehidupan di lakukan dengan cara:
1. Mewujudkan tujuan Negara demi peningkatan harkat dan martabat Indonesia.
2. Memposisikan rakyat Indonesia sebagai subjek dalam kehidupan politik, nukan hanya
sebagai objek politik penguasa semata.
3. System politik Negara harus mendasarkan pada tuntutan tuntutan hak dasar
kemanusiaan, sehingga system politik Negara harus mampu menciptakan system
yang menjamin perwujudan ham.

4. Para penyelenggara Negara dan para politisi senantiasa memegang budi pekerti
kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat indonesia.
Pengembangan dan pembangunan bidnag politik harus mendasarkan pada
tuntutanhak dasar kemanusiaan yang di dalam ilmu hokum dan kenegaraan di sebut hak
asasi manusia. Dalam system politik Negara harus mendasar pada kekuasaan ynag
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu mahluk sosial yang
terjelma sevagai rakyat. Selain system politik Negara pancasila memberikan dasar-dasar
moralitas politik Negara. Drs. Moh . Hatta, menyatakan bahwa “Negara berdasarkan atas
ketuhanan yang maha esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab”. Hal ini
menurutnya agar memberikan dasar-dasar moral supaya Negara tidak berdasarkan
kekuasaan. Oleh karena itu dalam politiknegara termasuk para elit politik dann para
penyelenggara Negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta memegang teguh
cita-cita moral rakyat leluhur.
Dalam sila-sila pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa dalam politik
Negara harus mendasar pada kerakyatan (sila IV), adapun pengembangan dan aktualisasi
politik Negara berdasarkan pada moralitas berturut-turut moral ketuhanan (sila I), moral
kemanusiaan (sila II) dan moral persatuan yaitu ikatan moralitas sebagai suatu bangsa
(sila III), adapun aktualitas dan pengembangan politik Negara demi tercapainya keadilan
dalam hidup bersama (sila V)

C. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan ekonomi


Dalam dunia ilmu ekonomi boleh di katakana jarang di temukan pakar ekonomi
yang mendasarkan pemikiran pengembangan ekonomi atas dasar moralitas kemanusiaan
dan ketuhanan. sehingga lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada pesaingan
bebas, dan akhirnya yang kuatlah yang menang. Hal ini sebagai implikasi dan
perkembangan ilmu ekonomi pada akhir abad ke-18 menumbuhkan ekonomi
kapitalis.atas dasar kenyataan objektif. Inilah maka di eropa pada awal abad ke-19
muncullah pemikiran sevagai reaksi atas perkembangan ekonomi tersebut yaitu
sosialisme komuisme yang memperjuangkan nasib kaum proletar yang ditindas oleh
kaum kapitalis. Oleh karea itu kiranya menjadi sangat penting bahkan mendesak untuk di
kembangkan system ekonomi yang mendasarkan pada moralitas humanistic ekonomi
yang berkemanusiaan
Atas dasar kenyataan tersebut maka mubyarto kemudian mengembangkan
ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang mendasarkan pada tujuan
demi kesejahteraan rakyat secara luas. Perkembangan ekonomi bukan hanya mengejar
pertumbuhan saja melainkan demi kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa.
Maka system ekonomi Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.
Pengembangan ekonomi tidak bisa di pisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusian. Hal
ini di dasarkan pada kenyataan bahwa tujuan ekonomi itu sendiri adalah untuk memenuhi
kebutuhan manusia lebih menjadi sejahtera.

D. Pancasila sebagai paradigm dalam pembangunan sosial budaya


Dalam pemvangunan aspek sosial budaya hendaknya di dasarkan atas system nilai
yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki oleh masyarakat tersebut. Terutama
dalam rangka bangsa Indonesia melakukan reformasi segala bidang dewasa ini. Oleh
karena itu mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu
niai nilai pancasila itu sendiri.
Prinsip etika pancasila pada hakikatnya bersifat humanistic, artinya nilai-nilai
pancasila mendasar pada nilai yang bersumber pada harkat dan martabat manusia dengan
mahluk yang berbudaya. Terdapat rumusan dalam sila kedua yaitu “ kemanusian yang
adil dan beradab”. Dalam rangka pengembangan sosial budaya, pancasila sebgai
kerangka kesadaran yang dapat mendorong untuk universalisasi, yaitu melepaskan
symbol-simbol dari keterkaitan struktur, dan transendentalisasi, yaitu meningkatkan
derajat kemerdekaan manusia, kebebasan spiritual. Dengan demikian maka proses
humanisasi universal akan dehumanisasi serta aktualisasi nilain hanya demi kepentingan
kelompok sosial tertentu sehingga menciptakan system sosial budaya yang beradab.

E. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan hokum


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hokum. Demi
tegaknya hak-hak warga Negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan Negara,
baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka melindungi hak-hak
warganya. Oleh karena itu Negara bertujuan melindungi segenap wilayah Negara dan
bangsanya. Oleh karena pancasila sebagai dasar Negara dan mendasarkan diri pada
hakikat nilai kemanusian monopluralis maka pertahanan dan keamanan Negara harus di
kembalikan pada tercapainya harkat dan martabat manusia sebagai pendukung pokok
Negara.
Demikian pula pertahanan dan keamanan Negara bukannlah hanya untuk
sekelompok warga ataupun kelompok politik tertentu, sehingga berakibat Negara menjadi
totaliter dan otoriter. Oleh karena itu pertahanan dan keamanan Negara harus
mendasarkan pada tujuan demi tercapainya kesejahteraan hidup manusia sebagai
mahkluk tuhan yang maha esa. Pertahanan dan keamanan Negara haruslah mendasarkan
pada ujuan demi epentingan rakyat sebagai warga Negara.
Pertahanan dan keamanan harus menjamin hak-hak dasar, persamaan derajat serta
kebebasan kemausian dan hankam diperuntukkan demi terwujudnya keadilan dalam
masyarakat agar Negara benar-benar meletakkan pada fungsi yang sebenarnya sebagai
suatu Negara hokum dan bukannya suatu Negara yang berdasarkan kekuasaan.

F. Panacasila sebgai paradigm dalam pembangunan kehidupan antar umat beragama


Pada reformasi dewasaa ini beberapa wilayah Negara Indonesia terjadi konflik
sosial yang bersumber pada masalah SARA, terutama bersumber pada masalah agama.
Hal ini menunjukkan kemunduran bangsa Indonesia kearah kehidupan beragama yang
tidak berkemanusiaan. Oleh karena itu merupakan salah satu tugas berat bangsa
Indonesia untuk mengembalikan suasana kehidupan beragama yang penuh perdamain,
saling menghargai, saling menghormati dan saling mencitai sebagai sesama umat
manusia yang beradab.
Pancasila telah memberikan dasar-dasar nilia yang fundamental bagi bangsa
Indonesia untuk hidup secara damai dalam kehidupan beragama di Negara Indonesia.
Dalam pengertian ini maka Negara menegaskan dalam pook pikiran ke IV bahwa
“Negara berdasar pada ketuhanan yang maha esa “atas kemanusiaan yang adil dan
beradab”, ini berarti bahwa kehidupan dalam Negara mendasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan. Negara memberikan kebebasan pada warganya untuk memeluk agamanya dan
menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam Negara Indonesia memberikan kebebasan atas kehidupan
beragama atau dengan lain perkataan menjamin atas demokrasi di bidang agama. Oleh
karena itu kehidupan beragama dalam Negara indonesiadewasa ini kita harus di
kembangkan kea rah terciptanya kehidupan bersama yang penuh toleransi, saling
menghargai berdasarkan nilai kemanusiaan yang adil dan beradab.

G. Pancasila sebagai paradigma dalam pembangunan IPTEK


Ilmu pengetahuan dan technology (IPTEK)pada hakikatnya merupkan suatau
hasil kreativitas rohani manusia. Unsur rohani (jiwa) manusia meliputi aspek akal, rasa
dan kehendak. Akal merupakan potensi rohaniah manusia dalam hubungannya dengan
intelektualitas, rasa dlam bidang estetis, dan kehendak dalam bidang moral (etika).
Tujuan yang esensial dari iptek adalah demi kesejahteraan umat manusia, sehingga iptek
pada hakikatnya tidak bebas nilai namun terikat oleh nilai. Dalam masalah ini pancasila
telah memberikan dasar nilai-nilai bagi pengembangan iptek demi kesejahteraan hidup
manusia.
Pengembangan iptek sebagai hasil budaya manusia harus didasarkan pada moral
ketuhanan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. Pancasila yang sila-silanya
merupakan suatu kesatuan yang sistematis haruslah menjadi system etika dalam
pengembangan iptek.
1. Sila ketuhanan yang maha esa, mengklomentasikan ilmu pengetahuan, menciptakan
keseimbangan antara rasional dan irasioanal, antara akal, rasa dan kehendak.
Berdasarkan sila ini iptek tidak hanya memikirkan apa yang di temukan, dibuktikan
dan diciptakan tetapi juga di pertimbangkan maksud dan akibanya apakah merugikan
manusia dengan sekitarnya.
2. Sila kemanusiaan yang adil dan beradab, memeberikan dasar-dasar moralitas bahwa
manusia dalam mengembangkan iptek harus bersifat beradab iptek adalah sebagai
hasil budaya manusia yang beradab dan bermoral.
3. Sila persatuan Indonesia, mengklompementasikan universalia dan internasionalisme
(kemanusiaan) dalam sila-sila yang lain, pengembangan iptek hendkanya dapat
mengembangkan rasa nasionalisme, kebesaran bangsa serta keluhuran bangsa sebagai
dari umat manusia dunia.
4. Sila kerakyatan yang di pimpin oleh hikmat kebijaksanaa dalam
permusyawaratan/perwakilan mendasari pengembangan iptek secara demokratis,
artinya setap ilmuan harus memiliki kebebasan untuk mengembangkan iptek juga
harus menghormati dan menghargai kebebasan orang lain dan harus memiliki sifat
yang terbuka untuk dikritik, di kaji ulang maupun di bandingkan dengan penemuan
imuan lainnya.
5. Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia mengkomplementasikan
pengembangan iptek haruslah menjaga keseimbangan keadilan dalam kehidupan
kemanusiaan yaitu keseimbangan keadilan dalam kehidupan kemanusiaan yaitu
keseimbangan keadilan dalam hubungannya dengan durinya sendiri, manusia dengan
tuhannya, manusia dengan manusia lainnya, manusia dengan masyarakat bangsa dan
Negara serta manusia dengan alam lingkungan.
Kesimpulannya bahwa pada hakikatnya sila-sila pancasila harus merupakan sumber
nilai, kerangka piker serta basic moralitas bagi pengambanan iptek.
I.PENUTUP

A. KESIMPULAN

Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperative atau serta memiliki nilai-
nilai luhur yang terkandung daalam pancasila yang bersifat obyektif-subyektif. Bagi bangsa
Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila sebagai dasar Negara. Kedua pengertian
tersebut sudah selayaknya kita pahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut,
pancasila memiliki beberapa sebutan yang berbeda.
Menurut pendapat Harol H. Titus definisi dari ideology adalah suatu istilah yang digunakan
untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial
yang sering dilaksanakan bagi suatau rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang
dijalankan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat pancasila sebagai ideology terbuka adalah
sebagai suatau system pemikiran terbuka yang dimana memiliki ciri-ciri ideology dan fungsi
ideology sesuai bidangnnya. Pancasila sebagai ideology memiliki dua ciri yaitu ideology terbuka
dan ideology tertutup.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara seta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu
dasar filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hierarkhis dan
sistematis. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi
manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar Negara terdiri dari lima sila ynag berasal dari pemikiran hasil
akulutrasi budaya nusantara. Sila-sila dalam pancasila memiliki keterkaitan atau hubungan dan
saling melandasi. Sila pertama, ketuhanan yang maha esa merupakan landasan utama dari
keempat silalainnya. Hal ini menjadikan pancasila sebagai system yang saling terkait tak
terpisahkan. Pancasila bukan hanya sebagai symbol Negara, tetapi merupakan suatu pedoman
kehidupan yang sangat relevan untuk Negara Indonesia. Pancasila di harapakan mampu
mendasari pembangunan sampai ke semua lini hidup, mengcangkup bidang politil, ekonomi ,
hokum, sosial, budaya, hubungan dengan ummat beragama sampai dengan iptek. Pembangunan
yang di lakukan harus berlandaskan sila-sila pancasila yang merupakan hasil pemikiran rakat
untuk menuju tujuan bersama membangun bangsa yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulgani, Roeslan. 1979. Pengembangan Pancasila Di Indonesia. Jakarta: Yayasan


Idayu.
Admoredjo, Sudjito bin. 2009. “Negara Hukum dalam Perspektif Pancasila”. Makalah
dalam Kongres Pancasila di UGM Yogyakarta, 30 --31 Mei s.d. 1 Juni 2009.
Aiken, H. D.. 2009. Abad Ideologi, Yogyakarta: Penerbit Relief.
Ali, As’ad Said. 2009. Negara Pancasila Jalan Kemaslahatan Berbangsa. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Asdi, Endang Daruni. 2003. Manusia Seutuhnya Dalam Moral Pancasila. Jogjakarta:
Pustaka Raja.
Bahar, Saafroedin, Ananda B. Kusuma, dan Nannie Hudawati (peny.). 1995, Risalah
Sidang Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI), Panitia Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (PPKI) 28 Mei 1945 --22 Agustus 1945, Sekretariat Negara Republik
Indonesia, Jakarta.
Jesita 2009, pancasila sebagai dasar Negara dan ideology Negara. Ted\rdapat pada
Http:/pancasila-sebagai dasar-dan.html. diakses pada tanggal 20 september 2012.
Wahana, Paulus, 1993, Filsafat Pancasila. Kanisius. Yogyakarta. Hal 20
Prof, Dr, KAELAN, M.S. 2010. Pendididkan pancasila, Yogyakarta: PARADIGMA
Yogyakarta
Susilowati Dwi dan Sudjatmoko, 2006. Pendidikan kewarganegaraan, Jakarta: penerbit
Erlangga
Winataputra. S. Udin. 2002. Pendidikan Pancasila. Jakarta :penerbit universitas terbuka
Iriyanto, Ws, 2009, bahan kuliah filsafat ilmu, pasca sarjana semarang
Kunto wibisono, 1985, arti perkembangan menurut positivme, Gadjah Mada Press,
Yogyakarta
Hidayat, Dedy. 2001, pancasila sebagai ideology dalam bidang kehidupan. Yogyakarta:
penerbit Buku Baik
Kaelan, 2003, “pendidikan pancasila” Yogyakarta: Paradigma
Widjaja, H. A. W.,2002. “pedoman pendidikan pancasila”, Jakarta ; PT. Raja Grafindo
Persada,
Van Mesley, 1985, ilmu pengetahuan dan tanggung jawab kita, Kanisius Yogyakarta
Budiyono, Kabul. 2012. Pendidikan pancasila untuk perguruan tinggi, Bandung:Alfabeta

http;//ayups87.wordpress.com/2003/11/01/pancasila-sebagai-paradigma-kehidupan-dalam-
masyarakat-berbangsa-dan –bernegara/ tanggal akses 28/08/2014 pukul 10.36 p.m
http://anakmudaberbagai.blogspot.com/2013/06/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html
tanggal akses 28/08/2014 pukul 10.40 p.m
http://ululazmia.blogspot.com/2013/01/pancasila-dalam-paradigma-kehidupan 3.html tanggal
akses 20/08/2014 pukul 10.43 p.m

Anda mungkin juga menyukai