Kehidupan Bernegara
Modul Pembelajaran
Untuk memenuhi tugas Remidi UAS pancasila
yang dibina oleh Ibu Dra. Mustayah, M. Kes.
Oleh
TUFAELATIL MAKKIYATUL CITRA
(P17220193039)
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke Hadirat Allah SWT, karena hanya
dengan berkat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa shalawat serta salam
semoga dilimpahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa kita dari alam gelap ke alam yang terang benderang, dari alam jahiliyah ke alam
yang penuh berkah ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Mustayah selaku dosen
Pancasila . Dan kami juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah
memberikan bantuannya berupa materiil maupun non materiil, karena tanpa bantuan pihak-
pihak tersebut kami tidak mungkin dapat menyelesaikan makalah ini. Selain itu, kami pun
mengucapkan terima kasih kepada para penulis yang kami kutip tulisannya sebagai bahan
rujukan.
Kami menyusun makalah ini dengan sungguh-sungguh dan semampu kami. Kami
berharap dengan adanya makalah ini dapat memberikan pengalaman maupun pelajaran
yang berarti bagi siapa saja yang membacanya.
Akhir kata, manusia tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan makalah ini. Jauh
dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. RUMUSAN MASALAH
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Nilai norma dan moral adalah konsep-konsep yang saling terkait. Dalam
hubungannya dengan pancasila maka ketiganya akan memberikan pemahaman yang
saling melengkapi sebagai system etika.
Pancasila sebagai suatu system falsafat pada hakikatnya merupakan suatu system nilai
yang menjadi sumber dari penjabaran norma baik norma hokum, norma moral maupun
norma kenegaraan lainnya. Disaping itu, terkandung juga pemikiran-pemikiran yang
bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan konprehensif. Oleh karena itu, suatu
pemikiran filsafat adalah suatu nilai nilai yang mendasar yang memberikan landasan bagi
manusia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Nilai- nilai tersebut dapat di jabarkan dalam kehidupan yang bersifat praksis atau
kehidupan nyata dalam masyarakat, bangsa dan Negara maka di wujudkan dalam norma-
norma yang kemudian menjadi pedoman , norma itu meliputi:
1. Norma moral : yang berkaitan dengan tingkah laku manusia yang dapat di ukur dari sudut
baikdan uruk, sopan atau tidak sopan, susila atau tidak susila.
2. Norma hokum : system peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu tempat
dan waktu tertentu dalam pengertiam ini peraturan hokum. Dalam pengertiam itulah
pancasila berkedudukan sebagai sumber dari segala sumber hokum.
Dengan demikian, pancasila pada hakikatnya bukan merupakan suatu system
nilai-nilai etika yang merupakan sumber norma.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Agar mahasiswa memahami tentang materi pancasila sebagai system etika yang
sesuai dengan sila dan pancasila.
2. Mendorong semangat mahasiswa agar memiliki etika yang sesuai dengan sila dan
pancasila
A. PENGERTIAN ETIKA
Etika adalah kelompok filsafat praktis (filsafat yang membahas bagaimana
manusia bersikap terhadap apa yang ada) dan dibagi menjadi dua kelompok. Etika
merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-
pandangan moral. Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana kita bersikap
dan bertanggung jawab dengan berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika yaitu, etik
umum dan etika khusus.
Etika umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia
pemikiran etika beragam, tetapi pada prinsipnya membicarakan asas-asas dari tindakan
dan perbuatan manusia, serta system nilai apa yang terkandung di dalamnya.
Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut di atas dengan hubungan dengannya
dengan berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu (etika individual)
maupun makhluk sosial (etika sosial). Etika khusus dibagi menjadi 2 macam yaitu etika
individual dan etik sosial.
Etika individual membahas kewajiban manusia terhadap dirinya sendiri dengan
kepercayaan agama yang di anutnya serta kewajiban dan tanggung jawabnya terhadap
tuhannya.
Etika sosial membahas norma-norma sosial yang harus di patuhi dalam hubungannya
dengan mausia, masyarakat, bangsa dan Negara.
B. Pengertian nilai, norma dan moral
1. Pengertian nilai
Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyababkan menarik minat
seseorang atau kelompok. Nilai yang bersumber pada budi yang bersumber
mendorong dan mengarahkan (motivator)sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai
suatu system merupakansalah satu wujud kebudayaan disamping system sosial dan
karya.
2. Nilai instrumental
Nilai instrumental adalah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai
dasar. Nilai dasar belum dapat bermakna sepenuhnya apabila belum memiliki
formulasi serta parameter atau ukuran yang jelas dan konkrit. Apabila nilai inrumental
ituberkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan manusia sehari-hari maka
itu akan menjadi norma moral. Namun apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan
suatu organisasi atau Negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu arahan,
kebijakan, atau strategi yang bersumber pada nilai dasar sehigga dapat juga dikatakan
bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu ksplisitasi dari nilai dasar. Dalam
kehidupan ketatanegaraan republic Indonesia, nilai-nilai instrumental dapat di
temukan dalam pasal-pasal undang-undang dasar yang merypakan penjabaran
pancsila.
3. Nilai praksis
Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lenih nyata dengan demikian nilai praksis merupakan pelaksanaan
secara nyata dan nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.
III. PEMBAHASAN
BAB III
PANCASILA SEBAGAI DASAR NILAI PENGEMBANGAN ILMU
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sebagai bangsa yang merdeka pada tanggal 17 agustus 1945, bangsa Indonesia
tidak terlepas dari dasar Negara yaitu pancasila. Pancasilaadalah dasar filsafat Negara
republic Indonesia yang secara resmi disahkan pada tanggal 18 agustus 1945 dan
tercantum dalam pembukaan UUD 1945 di undang dalam berita republic Indonesia tahun
II No.7 bersama-sama dengan batang tubuh UUD 1945. Bangsa ini telah menemukan jati
dirinya, yang di dalamnnya tersimpul ciri khas, sifat dan karakter bangsa yan berbeda
dengan bangsa yang lain, yang oleh para pendiri Negara kita dirumuskan yang sederhana
namun mendalam.
Berdasarkan fakta objektif secara historis kehidupan bangsa Indonesia tidak dapat
di pisahkan dengan nilai-nilia pancasila, atas dasar inilah maka sangat penting bagi para
generasi penerus bangsa terutama kalangan intelektual kampus untuk mengkaji,
memahami dan mengembangkan berdasarkan pendekatan ilmiah, yang ada gilirannya
akan memiiki suatu kesadaran serta wawasan kebangsaan yang kuat berdasarkan nilai-
nilai yang dimilikinya sendiri. Intelekrual kampus yaitu mahasiswa yang selalu berupaya
untuk mendapati ilmu yang nantinya dapat bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa
Indonesia.
Tidak hanya mendapat ilmu, namun seorang mahsiswa juga harus berusaha untuk
dapat mengembangkan ilmu tersebut. Banyak sekali sudut pandang atau pedoman yang
dapat di gunakan dalam mengembangkan ilmu, serta memahami, menganalisi dan
menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh masyarakat bangsanya secara
berkesinambungan dan konsisten berdasarkan nilai-nilai dasar pancasila sebagai dasarnya
sehingga sesuai cita-cita dan tujuan banga Indonesia.
RUMUSAN MASALAH
Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dewasa ini mencapai kemajuan pesat
sehingga peradaban manusia mengalami perubahan yang luar biasa. Pengembangan iptek tidak
dapat terlepas dari situasi yang melingkupinya, artinya iptek selalu berkembang dalam suatu
ruang budaya. Perkembangan iptek pada gilirannya bersentuhan dengan nilai-nilai budaya dan
agama sehingga di satu pihak dibutuhkan semangat objektivitas, di pihak lain iptek perlu
mempertimbangkan nilai-nilai budaya dan agama dalam pengembangannya agar tidak
merugikan umat manusia. Kuntowijoyo dalam konteks pengembangan ilmu menengarai bahwa
kebanyakan orang sering mencampuradukkan antara kebenaran dan kemajuan sehingga
pandangan seseorang tentang kebenaran terpengaruh oleh kemajuan yang dilihatnya.
Kuntowijoyo menegaskan bahwa kebenaran itu bersifat non-cumulative (tidak bertambah)
karena kebenaran itu tidak makin berkembang dari waktu ke waktu. Adapun kemajuan itu
bersifat cumulative (bertambah), artinya kemajuan itu selalu berkembang dari waktu ke waktu.
Agama, filsafat, dan kesenian termasuk dalam kategori non-cumulative, sedangkan fisika,
teknologi, kedokteran termasuk dalam kategori cumulative (Kuntowijoyo, 2006: 4). Oleh karena
itu, relasi iptek dan budaya merupakan persoalan yang seringkali mengundang perdebatan.
Relasi antara iptek dan nilai budaya, serta agama dapat ditandai dengan beberapa kemungkinan
sebagai berikut. Pertama, iptek yang gayut dengan nilai budaya dan agama sehingga
pengembangan iptek harus senantiasa didasarkan atas sikap human-religius. Kedua, iptek yang
lepas sama sekali dari norma budaya dan agama sehingga terjadi sekularisasi yang berakibat
pada kemajuan iptek tanpa dikawal dan diwarnai nilai human-religius. Hal ini terjadi karena
sekelompok ilmuwan yang meyakini bahwa iptek memiliki hukumhukum sendiri yang lepas dan
tidak perlu diintervensi nilai-nilai dari luar. Ketiga, iptek yang menempatkan nilai agama dan
budaya sebagai mitra dialog di saat diperlukan. Dalam hal ini, ada sebagian ilmuwan yang
beranggapan bahwa iptek memang memiliki hukum tersendiri (faktor internal), tetapi di pihak
lain diperlukan faktor eksternal (budaya, ideologi, dan agama) untuk bertukar pikiran, meskipun
tidak dalam arti saling bergantung secara ketat.
Relasi yang paling ideal antara iptek dan nilai budaya serta agama tentu terletak pada
fenomena pertama, meskipun hal tersebut belum dapat berlangsung secara optimal, mengingat
keragaman agama dan budaya di Indonesia itu sendiri. Keragaman tersebut di satu pihak dapat
menjadi kekayaan, tetapi di pihak lain dapat memicu terjadinya konflik. Oleh karena itu,
diperlukan sikap inklusif dan toleran di masyarakat untuk mencegah timbulnya konflik. Untuk
itu, komunikasi yang terbuka dan egaliter diperlukan dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara. Fenomena kedua yang menempatkan pengembangan iptek di luar nilai
budaya dan agama, jelas bercorak positivistis. Kelompok ilmuwan dalam fenomena kedua ini
menganggap intervensi faktor eksternal justru dapat mengganggu objektivitas ilmiah. Fenomena
ketiga yang menempatkan nilai budaya dan agama sebagai mitra dialog merupakan sintesis yang
lebih memadai dan realistis untuk diterapkan dalam pengembangan iptek di Indonesia. Sebab
iptek yang berkembang di ruang hampa nilai, justru akan menjadi bumerang yang
membahayakan aspek kemanusiaan.
Pancasila sebagai ideologi negara merupakan kristalisasi nilai-nilai budaya dan agama dari
bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia mengakomodir seluruh aktivitas
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, demikian pula halnya dalam aktivitas
ilmiah. Oleh karena itu, perumusan Pancasila sebagai paradigma ilmu bagi aktivitas ilmiah di
Indonesia merupakan sesuatu yang bersifat niscaya. Sebab, pengembangan ilmu yang terlepas
dari nilai ideologi bangsa, justru dapat mengakibatkan sekularisme, seperti yang terjadi pada
zaman Renaissance di Eropa. Bangsa Indonesia memiliki akar budaya dan religi yang kuat dan
tumbuh sejak lama dalam kehidupan masyarakat sehingga manakala pengembangan ilmu tidak
berakar pada ideologi bangsa, sama halnya dengan membiarkan ilmu berkembang tanpa arah dan
orientasi yang jelas.
Bertitik tolak dari asumsi di atas, maka das Sollen ideologi Pancasila berperan sebagai leading
principle dalam kehidupan ilmiah bangsa Indonesia. Para Ilmuwan tetap berpeluang untuk
mengembangkan profesionalitasnya tanpa mengabaikan nilai ideologis yang bersumber dari
masyarakat Indonesia sendiri. Kompetensi Dasar: Bersikap inklusif, toleran dan gotong royong
dalam keragaman agama dan budaya
III. PEMBAHASAN
kedudukan filsafat ilmu harus berasaskan kerokhanian dari system keilmuan dan
pengembangannya. Fungsi mental dan moral kepribadian manusia dalam implementasi
iptek merupakan kriteria yang signifikan suatau keilmuan. Keilmuan harus berorientasi
praktis untuk kepentingan bangsa. Selain itu, kebenaran ynag di anut epistimologis
pancasila prinsip pancasila kebenaran esiktensial dalam rangka mewujudkan harmoni
mansimal yang sesuai taraf-taraf fisiokismis, biotik psikis dan human dalam rangka acuan
norma ontologis transedental dengan pendekatan pencerdasan kehidupan bangsa,
epsitomologis pancasila bersifat terbuka terhadap berbagai aliran filsafat dunia.
B. Definisi ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
Manusia sebagai mahluk jasmani rohani sebagai mahkluk tuhan yang maha esa
sekaligus individu dan mahkluk sosial, pada hakikatnya sebagai mahkluk humo sapiens
mahkluk yang berakal di samping berasa dan berkehendak. Sebagai mahkluk yang
berakal, manusia memiliki kemampuan intelektual yang mampu menghasilkan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah unsur-unsur yang
pokok dalam kebudayaan manusia, dalam dunia ilmu pengetahuan terdapat dua
pandangan yang berbeda yaitu pertama, pendapat yang menyatakan bahwa ilmu
pengetahuan itu bebas nilai, artinya tidak ada sangkut pautnya dengan moral,dengan
etika,dengan kemanusian, dengan ketuhanan. Pendapat kedua menyatakan, bahwa ilmu
pengetahuan pada hakikatnya untuk kesejahteraan umat manusia. Oleh karena itu, ilmu
pengetahuan adalah terikat nilai yaitu nilai moral, nilai kemanusian, nilai religious. Bagi
pancasila ilmu pengetahuan itu berkeruhanan yang maha esa, berkemnusiaan,
berpersatuan, berkerakyatan, dan berkeadilan.
Maka dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus di landasi moral,
etika serta nilai-nilai religious. Dengan perkataan lain ilmu pengetahuan harus dilandasi
etika ilmiah dan yang paling penting dalam etika ilmiah adalah menyangkut hidup mati
orang banyak, masa depan, hak-hak manusia dan lingkungan hidup. Hal- hal yang perlu
di tekankan adalah sebagai berikut:
Resiko kerohaniaan dan penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi
Kemungkinan penyalahgunaanya
Kompatibilitas dengan moral yang berlaku
Terganggunya sumber daya dan pemerataannya
Hak individu hak memilih sesuatu dengan dirinya
I. PENDAHULUAN
Pancasila adalah dasar Negara republic Indonesia. Pancasila mempunyai arti dan
makna dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam perjalanan sejarah
eksistensi pancasila mengalami berbagai macam interprestasi dan menipulasi politik
sesuai kepentinagan penguasa demi kokoh dan tegaknya kekuasaan. Pancasila sebagai
paradigma di maksudkan bahwa pancasila dijadikan sebagai kernagka acuan pikir, atau
sebagai system nilai yang dijadikan kerangka landasan sekaligus kerangka tujuandalam
menjalankan kehidupan dalam bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial budaya,
bidang hokum, bidang kehidupan antar ummat beragama dan IPTEK.
Lembaga pengkajian dan pengembangan kehidupan bernegara (LPPKB) telah berhasil
menyusun pedoman umum implementasi pancasila dalam kehidupanbernegara, namun
masih perlu dirumuskan ke dalam paradigma yang secara operasional dapat digunakan
sebagai pedoman dan model biak dalam merumuskan kebijakan public maupun sebagai
acuan kritik, untuk menentukan mana yang sesuai dengan atau tidak sesuai dengan
pancasila.
A. RUMUSAN MASALAH
B. TUJUAN
III.PEMBAHASAN
A. Pengertian paradigma
Istilah paradigma pada awalnya berkembang dalam dunia ilmu pengetahuan
terutama dalam kaitannya dengan filsafat ilmu pengetahuan. Secara terminologis tokoh
yang mengembangkan istilah tersebut dalam dunia ilmu pengetahuan adalah Thomas S.
khun dalam bukunya yang berjudul the structure of scientific revolution. Paradigma
adalah suatu asimsi-asumsi dasar dan teoritis yang umum (merupakan suatu sumber nilai)
sehingga merupakan suatu sumber hokum, metode serta penerapan dalam ilmu
pengetahuan sehingga sangat menentukan sifat, ciri serta karakter ilmu pengetahuan itu
sendiri.
Dalam ilmu-ilmu sosial manakala suatu teori yang didasarkan pada suatu hasil
penelitian ilmiah yang berdasarkan pada metode kuantitaif yang mengkaji manusia dan
masyarakat berdsarkan pada sifat-sifat yang persial, terukur, koleratif, dan positivistic,
maka hasil dari suatu ilmu pengetahuan tersebut secara epistemologis hanya mengkaji
satu aspek saja dari obyek ilmu pengetahuannya itu manusia. Oleh karena itu kalangan
ilmuan sosial kembali pengkaji paradigm ilmu tersebut yaitu manusia. Berdasarkan
hakikatnya manusia dalam kenytaan onjektivnya bersifat ganda bahkan multidimensi.
Atas dasar kajian paradigma ilmu pengetahuan sosial tersebut kemudian di kembanhkan
metode baru berdasarkan hakikatnya dan sifat paradigms ilmu tesebut yaitu manusia,
yaitu metode kuatif.
Istilah ilmiah tersebut kemuadian berkembang dalam berbagai bidang kehidupan
manusia serta ilmu pengetahuan lain misalnya, politik, hokum, ekonomi, budaya dan
bidang lainnya. Dalam masalah yang popular istilah paradigma berkembang menjadi
terminology yang mengandung konotasi pengertian sumber nilai, kerangka pikir,
orientasi dasar, sumber asa serta tujuan dari suatu perkembangan, perubahan serta proses
dari suatu bidang tertentu termasuk dalam bidang pemangunan dan pendidikan .
4. Para penyelenggara Negara dan para politisi senantiasa memegang budi pekerti
kemanusiaan serta memegang teguh cita-cita moral rakyat indonesia.
Pengembangan dan pembangunan bidnag politik harus mendasarkan pada
tuntutanhak dasar kemanusiaan yang di dalam ilmu hokum dan kenegaraan di sebut hak
asasi manusia. Dalam system politik Negara harus mendasar pada kekuasaan ynag
bersumber pada penjelmaan hakikat manusia sebagai individu mahluk sosial yang
terjelma sevagai rakyat. Selain system politik Negara pancasila memberikan dasar-dasar
moralitas politik Negara. Drs. Moh . Hatta, menyatakan bahwa Negara berdasarkan atas
ketuhanan yang maha esa, atas dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hal ini
menurutnya agar memberikan dasar-dasar moral supaya Negara tidak berdasarkan
kekuasaan. Oleh karena itu dalam politiknegara termasuk para elit politik dann para
penyelenggara Negara untuk memegang budi pekerti kemanusiaan serta memegang teguh
cita-cita moral rakyat leluhur.
Dalam sila-sila pancasila tersusun atas urut-urutan sistematis, bahwa dalam politik
Negara harus mendasar pada kerakyatan (sila IV), adapun pengembangan dan aktualisasi
politik Negara berdasarkan pada moralitas berturut-turut moral ketuhanan (sila I), moral
kemanusiaan (sila II) dan moral persatuan yaitu ikatan moralitas sebagai suatu bangsa
(sila III), adapun aktualitas dan pengembangan politik Negara demi tercapainya keadilan
dalam hidup bersama (sila V)
A. KESIMPULAN
Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperative atau serta memiliki nilai-
nilai luhur yang terkandung daalam pancasila yang bersifat obyektif-subyektif. Bagi bangsa
Indonesia hakikat yang sesungguhnya dari pancasila sebagai dasar Negara. Kedua pengertian
tersebut sudah selayaknya kita pahami akan hakikatnya. Selain dari pengertian tersebut,
pancasila memiliki beberapa sebutan yang berbeda.
Menurut pendapat Harol H. Titus definisi dari ideology adalah suatu istilah yang digunakan
untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik ekonomi filsafat sosial
yang sering dilaksanakan bagi suatau rencana yang sistematis tentang suatu cita-cita yang
dijalankan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat pancasila sebagai ideology terbuka adalah
sebagai suatau system pemikiran terbuka yang dimana memiliki ciri-ciri ideology dan fungsi
ideology sesuai bidangnnya. Pancasila sebagai ideology memiliki dua ciri yaitu ideology terbuka
dan ideology tertutup.
Pancasila sebagai dasar filsafat Negara seta sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia pada
hakikatnya merupakan suatu nilai-nilai yang bersifat sistematis. Oleh karena itu sebagai suatu
dasar filsafat maka sila-sila pancasila merupakan suatu kesatuan yang bulat, hierarkhis dan
sistematis. Pancasila memberikan dasar-dasar yang bersifat fundamental dan universal bagi
manusia baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pancasila sebagai dasar Negara terdiri dari lima sila ynag berasal dari pemikiran hasil
akulutrasi budaya nusantara. Sila-sila dalam pancasila memiliki keterkaitan atau hubungan dan
saling melandasi. Sila pertama, ketuhanan yang maha esa merupakan landasan utama dari
keempat silalainnya. Hal ini menjadikan pancasila sebagai system yang saling terkait tak
terpisahkan. Pancasila bukan hanya sebagai symbol Negara, tetapi merupakan suatu pedoman
kehidupan yang sangat relevan untuk Negara Indonesia. Pancasila di harapakan mampu
mendasari pembangunan sampai ke semua lini hidup, mengcangkup bidang politil, ekonomi ,
hokum, sosial, budaya, hubungan dengan ummat beragama sampai dengan iptek. Pembangunan
yang di lakukan harus berlandaskan sila-sila pancasila yang merupakan hasil pemikiran rakat
untuk menuju tujuan bersama membangun bangsa yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
http;//ayups87.wordpress.com/2003/11/01/pancasila-sebagai-paradigma-kehidupan-dalam-
masyarakat-berbangsa-dan bernegara/ tanggal akses 28/08/2014 pukul 10.36 p.m
http://anakmudaberbagai.blogspot.com/2013/06/makalah-pancasila-sebagai-paradigma.html
tanggal akses 28/08/2014 pukul 10.40 p.m
http://ululazmia.blogspot.com/2013/01/pancasila-dalam-paradigma-kehidupan 3.html tanggal
akses 20/08/2014 pukul 10.43 p.m