Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN HASIL OBSERVASI

SOSIALISASI NILAI - NILAI PANCASILA DI MUSHOLLA Al-FALAH

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pancasila

Dosen Pembimbing: Ani Maftuhah, S.H., M.Pd.

Disusun Oleh:

Farida Taufiqoh 232007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


(PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (STAINU)

TAHUN 2023/2024
Kata Pengantar

Assalamualaikum wr.wb.

Puji syukur atas rahmat Allah SWT, berkat rahmat serta karunia-Nya sehingga laporan hasil
observasi dengan berjudul "SOSIALISASI NILAI - NILAI PANCASILA DI MUSHOLLA Al-
FALAH" dapat selesai.

Laporan observasi ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas dari Ibu Ani Maftuhah, S.H.,
M.Pd. pada bidang studi Pancasila. Selain itu, penyusunan laporan observasi ini bertujuan
menambah wawasan kepada pembaca tentang pengamalan nilai-nilai Pancasila.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Ani Maftuhah, S.H., M.Pd. selaku
dosen mata kuliah Pancasila. Berkat tugas yang diberikan ini, dapat menambah wawasan penulis
berkaitan dengan topik yang diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya
kepada semua pihak yang membantu dalam proses penyusunan hasil laporan observasi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan dan penulisan masih melakukan banyak
kesalahan. Oleh karena itu penulis memohon maaf atas kesalahan dan ketidaksempurnaan yang
pembaca temukan dalam laporan observasi ini. Penulis juga mengharap adanya kritik serta saran
dari pembaca apabila menemukan kesalahan dalam laporan observasi ini.

Purworejo, 4 Januari 2024

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pancasila merupakan Dasar Negara Republik Indonesia yang tediri dari lima dasar negara.
Perumusannya tercantum dalam pembukaan Undang- Undang Dasar 1945. Pancasila merupakan
Ideologi dasar bagi negara Indonesia untuk menjadikan warga negara yang baik (good citizen)
sesuai dengan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Hal inilah yang mendasari betapa
pentingnya Pancasila sebagai acuan ataupun pedoman tentang bagaimana berperilaku menjadi
warga negara yang baik (good citizen) di Indonesia.

Pendidikan pancasila merupakan pendidikan kepribadian karena dalam dalam hal ini untuk
menanamkan dan mengembangkan akal budi pekerti dan hati nurani setiap manusia. Pancasila
bukan sekedar ideologi negara tetapi juga merupakan suatu nilai keutamaan moral yang sangat
berharga yang dimiliki oleh suatu bangsa. Pendidikan pancasila dapat kita artikan sebagai media
untuk menyadarkan anak anak berkebutuhan khusus untuk menjadi manusia yang religius,
manusia yang beradab dan mencintai sesama, bermusyawarah dan menjadi manusia yang adil
dan makmur (Sugiharto, 2018).

Dalam menyambut era baru fajar reformasi ini, ada beberapa fakta mengenai belum
terlaksananya transformasi nilai-nilai Pancasila, hal ini diperkuat dengan konflik-konflik sosial
yang terjadi pada masyarakat yang seolah tidak pernah ada habisnya, bahkan semakin meningkat
mengarah kepada anarkisme Perang yang bersifat kedaerahan, kepentingan golongan, korupsi
yang merajalela, saling bunuh dan tikam sesama bangsa, dan hal ini terjadi bukan hanya
dikalangan masyarakat kecil yang minim akan pendidikan.

Perilaku masyarakat Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Banyak sekali perilaku
perilaku menyimpang yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia, mulai dari melanggar norma-
norma yang berlaku sampai melanggar peraturan yang berlaku. Salah satu yang menyebabkan
perilaku masyarakat Indonesia seperti ini adalah karena kurangnya pemahaman dari nilai-nilai
Pancasila.

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan merupakan wadah untuk mengembangkan serta


melestarikan nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia yang diharapkan
dapat mewujudkan dalam bentuk perilaku dalam kehidupan sehari-hari siswa, baik sebagai
individu maupun sebagai anggota masyarakat, warga negara, dan makhluk ciptaan Tuhan Yang
Maha Esa.

1.2. Tujuan Observasi

1) Untuk mengetahui tujuan dari pengalaman Pancasila bagi bangsa dan negara.
2) Untuk mengetahui contoh pengamalan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3) Untuk mengetahui cara mencegah perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila.

1.3. Manfaat Observasi

Manfaat dari observasi ini mahasiswa dapat mengetahui pengamalan dan penerapan nilai-
nilai Pancasila yang digunakan Ibu-Ibu Jama'ah Musholla Al-Falah Beran dan menambah
wawasan mengenai nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

1.4. Tempat dan Waktu

Observasi pengamalan nilai-nilai Pancasila dilaksanakan bersama Ibu-Ibu Jama'ah Musholla Al-Falah.
Adapun pelaksanaan observasi ini yaitu sosialisasi nilai-nilai Pancasila di Musholla Al-Falah. Observasi
ini penulis lakukan dengan penjelasan sebagai berikut:

Tempat : Musholla Al-Falah, RT 01/RW 02, Beran, Bulus, Gebang, Purworejo

Waktu : 16.30 - selesai ( setelah sholat magrib )

Hari dan Tanggal : Selasa, 26 Desember 2023


BAB II

KAJIAN TEORI

1. Pengertian Pancasila

Pancasila berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata, yaitu panca artinya lima
dan sila artinya dasar, asas atau prinsip. Jadi Pancasila berarti lima dasar atau lima asas atau lima
prinsip. Kelima dasar/asas/prinsip tersebut telah menjadi rumusan dan pedoman kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.

Pancasila dijadikan sebagai dasar negara Indonesia berdasarkan pernyataan dalam


Pembukaan UUD 1945 alinea IV bahwa "..... Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia."

Pancasila pertama kali diusulkan pada tahun 1945 dalam sidang BPUPKI. BPUPKI (Badan
Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia) yang dalam bahasa Jepangnya
adalah Dokuritsu Junbi Cosakai adalah sebuah badan yang dibentuk oleh pemerintah Jepang
sebagai upaya mendapatkan dukungan bangsa Indonesia. Jepang berjanji akan membantu proses
kemerdekaan Indonesia dengan BPUPKI sebagai wadah.

Menurut Sumber Belajar Kemdikbud, sidang pertama BPUPKI diadakan di gedung Chuo
Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada
zaman Belanda, gedung tersebut merupakan gedung Volksraad lembaga DPR pada jaman
kolonial Belanda.

Sidang dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya pada
tanggal 29 Mei - 1 Juni 1945 dengan tema merumuskan rancangan dasar negara. Pada sidang
pertama ini, terdapat 3 tokoh yang mengajukan pendapatnya tentang konsep dasar negara, yaitu
Mr. Muhammad Yamin, Mr. Soepomo dan Ir. Soekarno. Barulah pada hari terakhir yaitu tanggal
1 Juni 1945 Ir. Soekarno mengusulkan lima asas yang dikenalkan sebagai Pancasila. Lima asas
usulan Soekarno, yaitu:

1. Nasionalisme (Kebangsaan Indonesia),

2. Internasionalisme (Peri kemanusiaan),

3. Mufakat atau demokrasi,

4. Kesejahteraan sosial,

5. Ketuhanan yang berkebudayaan.

Dengan kelima rumusan konsep dasar ini dan pengenalan istilah Pancasila, akhirnya hari
tersebut ditetapkan sebagai hari lahir pancasila pada tanggal 1 Juni 1945. Sementara itu,
perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan aturan Islam
dalam Indonesia yang baru.

Sampai akhir sidang pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar
negara. Sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menetapkan dasar negara ini.
Akhirnya dari hasil diskusi panitia sembilan pada 22 Juni 1945, lahirlah Piagam Jakarta (Jakarta
Charter) yang di dalamnya termasuk rumusan dasar negara. Rumusan Dasar Negara Berdasarkan
Piagam Jakarta:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya,

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,

3. Persatuan Indonesia,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Setelah itu masih ada pertentangan di alenia pertama. Akhirnya, dilakukan perubahan pada
rumusan sila pertama menjadi Ketuhanan Yang Maha Esa, akhirnya alinea keempat dari naskah
piagam Jakarta dijadikan dasar negara bernama Pancasila. Kelima Sila Pancasila:
1. Ketuhanan yang Maha Esa,

2. Kemanusiaan yang adil dan beradab,

3. Persatuan Indonesia,

4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan,

5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

2.2. Fungsi Pancasila

Secara umum, fungsi dan peranan Pancasila dijelaskan dalam Tap MPR No. III/ MPR/2000
tentang Sumber Hukum Nasional dan Tata Urutan Perundangan. Dalam ketetapan ini, pancasila
berfungsi sebagai dasar negara. Artinya, Pancasila digunakan sebagai dasar untuk mengatur
penyelenggaraan ketatanegaraan negara, yang meliputi bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, dan pertahanan keamanan.

Sementara menurut Buku Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan kelas VII oleh
Kemdikbud, fungsi dan peranan Pancasila yang lain adalah sebagai sebagai berikut.

1. Pancasila sebagai jiwa bangsa Indonesia,

2. Pancasila sebagai kepribadian bangsa Indonesia,

3. Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum,

4. Pancasila sebagai perjanjian luhur,

5. Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan bangsa Indonesia,

6. Pancasila sebagai satu-satunya asas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,

7. Pancasila sebagai moral pembangunan.

2.3. Makna Pancasila

Fungsi pancasila sebagai pandangan hidup memiliki makna yang harus dipahami sebagai
berikut:
Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Pada sila pertama ini, memberi pandangan bahwa
sebagai warga negara Indonesia terdapat nilai untuk mempercayai dan bertakwa pada Tuhan
sesuai dengan agama dan kepercayaan yang dimiliki oleh masing-masing. Fungsi ini memberi
makna bahwa setiap warga negara Indonesia harus saling menghormati antar umat beragama
agar tercipta kehidupan yang rukun dan damai.

Kedua, Kemanusiaan yang adil dan beradab. Pada sila kedua ini, memberi makna bahwa
sebagai warga negara diminta untuk memahami bahwa setiap manusia memiliki derajat yang
sama, sehingga harus saling bersimpati satu sama lain. Hal itu bisa dicapai dengan cara menjaga
dan membantu sesama, membela kebenaran dan menciptakan keadilan, serta bekerjasama untuk
kedamaian negara.

Ketiga, Persatuan Indonesia. Pada sila ketiga ini, memberi pandangan hidup bahwa sebagai
negara dengan ragam pulau, suku, dan budaya, yang harus diutamakan adalah kesatuan,
persatuan, dan kepentingan negara daripada kepentingan masing-masing. Setiap warga negara
Indonesia harus memiliki kepribadian yang rela berkorban demi negara Indonesia, mencintai
bangsa Indonesia dan tanah air, serta bangga pada negara.

Keempat, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan


perwakilan. Pada sila keempat ini, bahwa fungsi Pancasila sebagai pandangan hidup turut
mengajak setiap warga negara untuk tidak memaksakan kehendaknya pada orang lain dan
mengutamakan kepentingan negara. Meski akan ada perbedaan pendapat dan cara pandang,
namun sila keempat menegaskan akan pentingnya bermusyawarah atau berdiskusi. sehingga
menciptakan keputusan bersama -sama.

Kelima, Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Pada sila kelima ini, fungsi Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa tercermin dari sila ini yang memiliki makna tentang
mengembangkan perbuatan luhur dengan cara kekeluargaan dan gotong royong. Tak hanya itu,
setiap warga negara juga harus selalu bersikap adil, dan memahami antara hak dan kewajiban
agar bisa menghormati hak-hak orang lain sesama bangsa Indonesia.
BAB III

HASIL LAPORAN OBSERVASI

3.1. Jama'ah Musholla Al-Falah

Musholla Al-Falah berada di Dukuh Beran, RT 01 /RW O2, Bulus, Gebang, Purworejo.
Imam musholla tersebut ialah Bapak Choiruzaki. Untuk jumlah jama'ahnya kurang lebih 15
orang. Untuk objek observasi dan sosialisasi saya memilih ibu-ibu dan anak-anak, karena akan
lebih mudah untuk pengamatannya. Kurang lebih jumlah masyarakat yang mengikuti sosialisasi
ada 6 orang.

Bagi mereka (Ibu-Ibu Jama'ah Musholla Al-Falah) pola pikir menanamkan anak untuk
mengaji dan belajar sholat merupakan salah satu tindakan mencerminkan nilai-nilai Pancasila
sila yang pertama. Mereka mengimani dan mengakui adanya Allah SWT dan Rasul-Nya.
Percaya bahwa Islam ialah agama mereka dan melakukan ibadah yang sudah diperintahkan oleh
agama. Ibadah ini merupakan suatu bentuk mereka menjalankan kewajiban agama dan
pengamalan dari nilai-nilai Pancasila.

Saling berkumpul dan berkomunikasi juga merupakan bentuk pengamalan nilai-nilai


Pancasila pada sila pertama. Karena dalam agama Islam mengajarkan bahwa kita sebagai umat
manusia pasti membutuhkan orang lain. Kita dianjurkan untuk hidup sosial dan menjaga tali
persaudaraan antar sesama.

Salah satu upaya mereka untuk mencegah dari perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-
nilai Pancasila yaitu dengan menanamkan pemikiran bahwa ibadah seperti halnya sholat
merupakan tiang agama. Percaya bahwa beragama akan membawa kita ke suri tauladan yang
baik dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

3.2. Isi Materi Sosialisasi

A. Pancasila

Merupakan dasar negara, ideologi negara, dan dasar filosofi negara.


B. Tujuan Pengamalan Nilai-Nilai Pancasila

• Untuk mempertahankan persatuan dan kesatuan Republik Indonesia.


• Untuk menjaga kedaulatan negara Republik Indonesia.
• Untuk menghubungkan rasa tanggung jawab antara masayarakat dengan pemerintah.

C. Nilai -Nilai Pancasila


1. Nilai Ketuhanan

Pancasila sila pertama, "Ketuhanan Yang Maha Esa" mengandung nilai ketuhanan.
Perwujudan nilai sila pertama Pancasila ini antara lain:
a). Meyakini adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifat-sifatnya yang Maha sempurna.
b). Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dengan cara menjalankan semua perintah-Nya,
sekaligus menjauhi segala larangan-Nya.
c). Saling menghormati dan menoleransi antar pemeluk agama yang berbeda-beda.
d). Menjaga kebebasan bersama menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
masing-masing.
2. Nilai Kemanusiaan

Silaa kedua Pancasila, "Kemanusiaan yang adil dan beradab" mengandung nilai
kemanusiaan, yakni bangsa Indonesia diakui dan diperlakukan sesuai harkat dan martabatnya
sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang sama derajat, hak, dan kewajibannya tanpa membeda-
bedakan berdasarkan agama, suku, ras, atau keturunannya. Contoh penerapan nilai kemanusiaan
Pancasila yaitu:
a). Mengakui adanya harkat dan martabat manusia.
b). Mengakui keberadaan manusia sebagai makhluk yang paling mulia diciptakan Tuhan.
c). Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan berlaku adil terhadap sesama manusia.
d). Tenggang rasa dan tidak semena-mena terhadap orang lain.

3. Nilai Persatuan

Makna sila ketiga Pancasila "Persatuan Indonesia" adalah kebulatan utuh dari berbagai
aspek kehidupan, baik dari ideologi, politik, sosial, budaya, dan pertahanan keamanan yang
terwujud dalam satu wadah bernama Indonesia. Nilai kesatuan dalam sila ketiga Pancasila dapat
diwujudkan sehari-hari lewat sikap dan perilaku:
c). Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan, dan keselamatan bangsa dan negara di atas
kepentingan pribadi dan golongan.
b). Menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa.
c). Menumbuhkan rasa rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara.
d). Mengakui keragaman suku dan budaya bangsa serta mendorongnya ke arah persatuan dan
kesatuan.

4. Nilai Kerakyatan

Nilai Pancasila sila ke-4 adalah nilai kerakyatan, dengan manusia Indonesia memiliki
kedudukan, hak, dan kewajiban sama sebagai warga masyarakat dan warga negara. Berikut
penerapan nilai kerakyatan dalam Pancasila:
a). Bermusyawarah untuk mencapai mufakat untuk hal-hal yang menyangkut kepentingan
bersama dengan diliputi semangat kekeluargaan.
b). Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat daripada kepentingan pribadi atau
golongan.
c). Mengutamakan musyawarah dalam setiap pengambilan keputusan.

5. Nilai Keadilan

Keadilan merupakan salah satu tujuan NKRI sebagai negara hukum. Untuk mencapainya,
nilai keadilan pada sila kelima Pancasila perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari,
contohnya:
a). Berlaku adil pada semua orang sesuai hak dan kewajibannya.
b). Merawat keseimbangan hak dan kewajiban diri sendiri.
c). Menghormati hak-hak orang lain.
d). Memberikan pertolongan pada orang yang membutuhkan secara adil.

D. Ancaman Ideologi Pancasila

Ekstremisme dan Radikalisme, Imperialisasi Budaya, Globalisasi, Kesenjangan Sosial dan


Ekonomi, Tindak Korupsi, Propaganda dan Pencitraan, Konflik Sosial dan Politik.

3.3. Upaya Mencegah Perbuatan yang Tidak Sesuai dengan Nilai-Nilai Pancasila.
Benar sekali yang telah ditetapkan oleh Ibu-Ibu Jama'ah Musholla Al-Falah yaitu dengan
melakukan kewajiban ibadah. Bukan hanya itu, mereka juga menerapkan pemahaman kepada
anak-anak betapa pentingnya agama. Dari usia dini, anak-anak sudah dibekali untuk melakukan
ibadah seperti halnya sholat dan mengaji. Dengan pemahaman agama ini, anak-anak diharapkan
dapat menerapkan pola pemikiran yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Dalam kehidupan sosial pasti banyak pertikaian yang terjadi. Perlunya untuk menjaga
persaudaraan antar sesama. Menghormati dan menghargai setiap perbedaan yang ada merupakan
tindakan yang benar. Agar tidak terjadi suatu pertikaian yang dapat mengancam ideologi
Pancasila. Upaya pencegahan itu sangatlah banyak, yang terpenting adalah tindakan kesadaran
dalam kita sendiri. Hanya saja, apakah kita mau melakukan atau tidak. Itu merupakan
problematika yang harus dihadapi kita sebagai penerus bangsa.

3.4. Dokumentasi Sosialisasi Nilai-Nilai Pancasila


BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Bagi mereka (Ibu-Ibu Jama'ah Musholla Al-Falah) pola pikir menanamkan anak untuk
mengaji dan belajar sholat merupakan salah satu tindakan mencerminkan nilai-nilai Pancasila
sila yang pertama. Mereka mengimani dan mengakui adanya Allah SWT dan Rasul-Nya.
Percaya bahwa Islam ialah agama mereka dan melakukan ibadah yang sudah diperintahkan oleh
agama. Ibadah ini merupakan suatu bentuk mereka menjalankan kewajiban agama dan
pengamalan dari nilai-nilai Pancasila.

Saling berkumpul dan berkomunikasi juga merupakan bentuk pengamalan nilai-nilai


Pancasila pada sila pertama. Karena dalam agama Islam mengajarkan bahwa kita sebagai umat
manusia pasti membutuhkan orang lain. Kita dianjurkan untuk hidup sosial dan menjaga tali
persaudaraan antar sesama.

Upaya pencegahan dari perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila sangatlah
banyak diantaranya memperkuat keyakinan dan ibadah, menghormat dan menghargai satu sama
lain, memberikan uang atau barang kepada orang yang membutuhkan, mencintai tanah air, adil
terhadap siapapun, dll.

Anda mungkin juga menyukai