Anda di halaman 1dari 7

2.4.

       Sumber Historis, Sosiogis, Politis Tentang Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu di
Indonesia

2.4.1.      Sumber Historis


Secara historis, butir-butir dalam pancasila merupakan hasil dari persidangan BPUPKI
pertama yang diketuai oleh Dr. Radjiman Wedyodiningrat. Sidang ini dilaksanakan pada tanggal
28 mei 1945 - 1 juni 1945. Ketiga tokoh nasional yakni dr. Soepomo, moh. Yamin, dan Ir.
Soekarno mengutarakan pemikirannya mengenai dasar negara yang masing-masing
mengeluarkan lima buah gagasan. Soekarno sendiri menamai kelima gagasan miliknya sebagai
Pancasila pada tanggal 1 juni yang akhirnya diperingati sebagai hari lahirnya pancasila.
Pancasila sendiri ditetapkan sebagai dasar negara pada tanggal 18 agustus 1945 pada sidang
PPKI pertama.
Sebagai dasar negara pancasila merupakan landasan dan pandangan hidup dari seluruh
elemen kehidupan bangsa indonesia. Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu menjiwai
isi dari pembukaan UUD 1945 alinea keempat yang berbunyi :
“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara
Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan
rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia." 
Dalam rangka mencerdaskan bangsa, maka hal ini memungkinkan akan ada banyak ilmu-
ilmu pengetahuan dan teknologi yang masuk ke Indonesia. Peran pancasila disini ialah sebagai
kerangka acuan mengenai tentang bagaimana ilmu-ilmu itu dapat berkembang akan tetapi tetap
sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam pancasila.
Ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut diharapkan dapat berkembang di Indonesia guna
mencerdaskan bangsa sesuai dengan apa yang terkandung dalam pancasila yakni ilmu
pengetahuan dan teknologi tersebut dapat membentuk manusia Indonesia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
2.4.2.      Sumber Sosiologis

Sosiologi adalah ilmu tentang interaksi antar manusia. Sosiologi mengkaji tentang latar
belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok masyarakat,
disamping juga mengkaji masalah-masalah sosial, perubahan dan pembaharuan dalam
masyarakat.
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pengetahuan jika dilihat dari sudut
pandang sosiologi berarti ilmu pengetahuan itu digunakan untuk mengkaji struktur sosial, proses
sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial, dan masalah-masalah sosial yang patut disikapi
secara arif dengan menggunakan standar nilai-nilai yang mengacu kepada nilai-nilai Pancasila.
Dalam hal ini kehidupan sosiologis bangsa indonesia sangat berkaitan dengan nilai ketuhanan
dan kemanusiaan. Bangsa indonesia dikenal sebagai bangsa yang religius serta selalu ramah
terhadap semua orang. Maka cukuplah semua nilai-nilai itu menjadi rambu-rambu jika
pengembangan ilmu pengetahuan harus sesuai dengan keadaan sosiologis bangsa indonesia serta
haruslah memegang teguh nilai-nilai pancasila.
Secara sosiologis, nilai-nilai pancasila timbul dari hasil interaksi antar masyarakat
indonesia. Nilai-nilai tersebut kemudian hadir sebagai buah dari pemikiran, penelitian kritis dan
hasil refleksi bangsa Indonesia. Nilai-nilai bangsa Indonesia merupakan kebenaran bagi bangsa
Indonesia yang tampil sebagai norma dan moral kehidupan bangsa Indonesia yang juga sebagai
pelaksanaan sistem nilai budaya bangsa Indonesia.

2.4.3.      Sumber Politis

Sumber politis Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu di Indonesia dapat
dirunut ke dalam berbagai kebijakan yang dilakukan oleh para penyelenggara negara. Dokumen
pada masa Orde Lama yang meletakkan Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan atau
orientasi ilmu, antara lain dapat dilihat dari pidato Soekarno ketika menerima gelar Doctor
Honoris Causa di UGM pada 19 September 1951, mengungkapkan hal sebagai berikut: “Bagi
saya, ilmu pengetahuan hanyalah berharga penuh jika ia dipergunakan untuk mengabdi kepada
praktik hidup manusia, atau praktiknya bangsa, atau praktiknya hidup dunia kemanusiaan.
Memang sejak muda, saya ingin mengabdi kepada praktik hidup manusia, bangsa, dan dunia
kemanusiaan itu. Itulah sebabnya saya selalu mencoba menghubungkan ilmu dengan amal,
menghubungkan pengetahuan dengan perbuatan sehingga pengetahuan ialah untuk perbuatan,
dan perbuatan dipimpin oleh pengetahuan.
Ilmu dan amal harus wahyu-mewahyui satu sama lain. Buatlah ilmu berdwitunggal
dengan amal. Malahan, angkatlah derajat kemahasiswaanmu itu kepada derajat mahasiswa
patriot yang sekarang mencari ilmu, untuk kemudian beramal terus menerus di wajah ibu
pertiwi” (Ketut, 2011).
Dengan demikian, Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan ilmu pada zaman Orde
Lama belum secara eksplisit dikemukakan, tetapi oleh Soekarno dikaitkan langsung dengan
dimensi kemanusiaan dan hubungan antara ilmu dan amal. Selanjutnya, pidato Soekarno pada
Akademi Pembangunan Nasional di Yogyakarta, 18 Maret 1962, mengatakan hal sebagai
berikut: “Ilmu pengetahuan itu adalah malahan suatu syarat mutlak pula, tetapi kataku tadi, lebih
daripada itu, dus lebih mutlak daripada itu adalah suatu hal lain, satu dasar. Dan yang dimaksud
dengan perkataan dasar, yaitu karakter.
Karakter adalah lebih penting daripada ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan tetap adalah
suatu syarat mutlak. Tanpa karakter yang gilang gemilang, orang tidak dapat membantu kepada
pembangunan nasional, oleh karena itu pembangunan nasional itu sebenranya adalah suatu hal
yang berlangit sangat tinggi, dan berakar amat dalam sekali. Berakar amat dalam sekali, oleh
karena akarnya itu harus sampai kepada inti-inti daripada segenap cita-cita dan perasaan-
perasaan dan gandrungan-gandrungan rakyat”(Soekarno,1962).
Pada zaman Orde Baru, Presiden Soeharto menyinggung masalah Pancasila sebagai dasar
nilai pengembangan ilmu ketika memberikan sambutan pada Kongres Pengetahuan Nasional IV,
18 September 1986 di Jakarta sebagai berikut: “Ilmu pengetahuan dan teknologi harus diabdikan
kepada manusia dan kemanusiaan, harus dapat memberi jalan bagi peningkatan martabat
manusia dan kemanusiaan.
Dalam ruang lingkup nasional, ilmu pengetahuan dan teknologi yang ingin kita kuasai
dan perlu kita kembangkan haruslah ilmu pengetahuan dan teknologi yang bisa memberi
dukungan kepada kemajuan pembangunan nasional kita. Betapapun besarnya kemampuan
ilmiah dan teknologi kita dan betapapun suatu karya ilmiah kita mendapat tempat terhormat pada
tingkat dunia, tetapi apabila kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi itu tidak dapat
membantu memecahkan masalah-masalah pembangunan kita, maka jelas hal itu merupakan
kepincangan, bahkan suatu kekurangan dalam penyelenggaraan ilmu pengetahuan dan teknologi”
(Soeharto, 1986: 4).
Pada era Reformasi, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sambutan pada acara
silaturrahim dengan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) dan masyarakat ilmiah, 20
Januari 2010 di Serpong. SBY menegaskan sebagai berikut: Setiap negara mempunyai sistem
inovasi nasional dengan corak yang berbeda dan khas, yang sesuai dengan kebutuhan dan
kondisinya masing-masing. Saya berpendapat, di Indonesia, kita juga harus mengembangkan
sistem inovasi nasional, yang didasarkan pada suatu kemitraan antara pemerintah, komunitas
ilmuwan dan swasta, dan dengan berkolaborasi dengan dunia internasional.
Oleh karena itu, berkaitan dengan pandangan ini dalam waktu dekat saya akan
membentuk komite inovasi nasional, yang langsung bertanggungjawab kepada presiden, untuk
ikut memastikan bahwa sistem inovasi nasional dapat berkembang dan berjalan dengan baik.
Semua ini penting kalau kita sungguh ingin Indonesia menjadi knowledge society. Strategi yang
kita tempuh untuk menjadi negara maju, developed country, adalah dengan memadukan
pendekatan sumber daya alam, iptek, dan budaya atau knowledge based, Resource based and
culture based development” (Yudhoyono, 2010).
Habibie dalam pidato 1 Juni 2011 menegaskan bahwa penjabaran Pancasila sebagai dasar
nilai dalam berbagai kebijakan penyelenggaraan negara merupakan suatu upaya untuk
mengaktualisasikan Pancasila dalam kehidupan (Habibie, 2011: 6). Berdasarkan pemaparan isi
pidato para penyelenggara negara tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa sumber politis dari
Pancasila sebagai dasar nilai pengembangan iptek lebih bersifat apologis karena hanya
memberikan dorongan kepada kaum intelektual untuk menjabarkan nilai-nilai Pancasila lebih
lanjut.

2.5.       Urgensi Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu

Pentingnya/Urgensi Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan ilmu tertuah dalam


hal-hal berikut ini:
1.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi khususnya di Indonesia belum melibatkan
seluruh masyrakat luas Indonesia namun hanya berkutat dan menyejaterahkan bagi kelompok
elite saja yang mampu dan mengembangkan ilmu tersebut (scientist oriented).
2.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Indonesia berorientasi pada apa yang menjadi kebutuhan
pasar saja sehingga kebanyakan program studi yang ada dan berkembang di Indonesia ialah
program studi yang diminati dan yang terserap oleh pasar, sebaliknya dengan program studi yang
belum berkembang maka akan tertutupi dan tidak mendapat posisi di pasar yang pada
kenyatannya segala macam program studi akan membangun bangsa sebagai penunjang Ilmu
Pengetahuan bagi seluruh masyarakat luas.
3.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dewasa kini tidak berdasar dan berlandaskan
berdasar pada nilai-nilai yang berkembang di Indonesia itu sendiri namun lebih berioentasi pada
nilai-nilai pada Barat dan politik global pun ikut mengancam nilai-nilai kehidupan yang menjadi
nilai bangsa Indonesia seperti gotong royong, rasa solidaritas dan keadilan.
4.      Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan kemajuan Teknologi seiring berjalannya waktu
menimbulkan perubahan baik dalam cara pandang masyarakat maupun cara berperilaku
masyarakat mengenai kehidupan bermasyarakat.
5.      Penjabaran pada sila-sila Pancasila sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu diharapkan dapat
menjadi sarana untuk mengontrol dan mengendalikan kemajuan Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi yang sangat berpengaruh bagi cara berpikir dan bertindak pada
masyarakat luas di Indonesia yang cenderung Pragmatis, yaitu penggunaan benda/barang
teknologi dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia dewasa ini yang menggantikan peran
dari nilai luhur, yang diyakini dapat menciptakan pribadi masyarakat Indonesia memiliki sifat
sosial, humanis, dan religius.
6.      Nilai-nilai Pancasila sebagai nilai-nilai perjuangan, adat istiadat, budaya dan agama yang telah
berakar di tengah kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia inilah yang mengkristal menjadi
lima sila yang saling menjiwai sehingga diharapkan menjadi nilai-nilai kehidupan dari berbagai
daerah di Indonesia yang mulai digantikan dengan gaya hidup global, seperti : budaya gotong
royong itu sendiri sudah mulai digantikan dengan sikap individualisme yang tinggi pada diri
masing-masing, sikap bersahaja yang mulai digantikan dengan gaya hidup yang bermewah-
mewahan atau sikap konsumtif yang merajalela, sikap solidaritas sudah terkikis dan semangat
individualisme semangkin memuncaki, dan musyawarah untuk mufakat mulai digantikan dengan
adanya sistem voting, dan lain sebagainya perilaku yang mulai terkikis dengan Perkembangan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

2.6.            Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Dasar Pengembangan Ilmu


Pancasila sebagai pengembangan ilmu belum dibicarakan secara eksplisitoleh para
penyelenggara negara sejak Orde Lama sampai era Reformasi. Para penyelenggara negara pada
umumnya hanya menyinggung masalah pentingnya keterkaitan antara pengembangan ilmu dan
dimensi kemanusiaan (humanism). Kajian tentang pancasila sebagai dasar nilai pengembangan
ilmu baru mendapat perhatian yang lebih khusus dan eksplisit oleh kaum intelektual di
beberapaperguruan tinggi masih sangat minim adanya dan pada kurun waktu akhir-akhir ini,
belum ada lagi suatu upaya untuk mengaktualisasikan nilai-nilai Pancasila dalam kaitan dengan
pengembangan ilmu dan iptek di Indonesia.
Ada beberapa bentuk tantangan terhadap pancasila sebagai dasar pengembangan iptek di
Indonesia:
1.  Kapitalisme yang sebagai menguasai perekonomian dunia, termasuk Indonesia. Akibatnya, ruang
bagi penerapan nilai-nilai pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu menjadi terbatas. Upaya
bagi pengembangan sitem ekonomi pancasila yang pernah dirintis Prof. Mubyarto pada 1980an
belum menemukan wujud nyata yang dapat diandalkan untuk menangkal dan menyaingi sistem
ekonomi yang berorientasi pada pemilik modal besar.
2. Globalisasi yang menyebabkan lemahnya daya saing bangsa Indonesia dalam pengembangan iptek
sehingga Indonesia lebih berkedudukan sebagai konsumen daripada produsen dibandingkan
dengan negaranegara lain.
3.  Konsumerisme menyebabkan negara Indonesia menjadi pasar bagi produk teknologi negara lain
yang lebih maju ipteknya. Pancasila sebagai pengembangan ilmu baru pada taraf wacana yang
belum berada pada tingkat aplikasi kebijakan negara.
4.   Pragmatisme yang berorientasi pada tiga ciri, yaitu; workability (keberhasilan), satisfaction
(kepuasan), dan result (hasil) (Titus, dkk., 1984) mewarnani perilaku kehidupan sebagian besar
masyarakat Indonesia.

PENUTUP

Pancasila merupakan dasar negara Indonesia dan nilai-nilai Pancasila sebagai nilai adat
istiadat, budaya dan agama yang telah berakar di tengah kehidupan masyarakat dan bangsa
Indonesia. Pancasila berperan penting dalam pengembangan ilmu di Indonesia yang tak
terbantahkan karenanya setiap pengembangan ilmu paling tidak mempunyai validitas dan
reliabilitas dapat dipertanggungjawabkan, baik berdasarkan kaidah-kaidah keilmuan maupun
berdasarkan sistem nilai masyarakat di mana ilmu itu ditemukan/dikembangkan sehingga
pengembangan ilmu di Indonesia tak bisa lepas dari Pancasila.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa kini menjadi krusial karena
tidak berdasar dan berlandaskan pada nilai-nilai yang berkembang di Indonesia dan itulah yang
menjadi acaman terbesar bagi keutuhan negara Indonesia sehingga nilai Pancasila ini juga yang
menggambarkan Pancasila sebagai sumber orientasi dan arah dari pengembangan ilmu di
Indonesia untuk mewujudkan cita-cita bangsa dalam mensejahterakan segenap warga negara.
DAFTAR PUSTAKA

Gesmi, Irwan. 2018. Pendidikan Pancasila. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia.


Kaelan. 2000. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: Paradigma.
Munaf, Dicky R. 2015. Memahami dan Memaknai Pancasila Sebagai Ideologi dan
Dasar Negara. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Nurdiaman, Aa. 2007. Pendidikan kewarganegaraan kecakapan berbangsa dan
bernegara. Bandung : Pribumi Mekar.
Suwarno. 1993. Pancasila Budaya Bangsa Indonesia. Yogyakarta : Kanisius.
Novia. 2018. Pancasila Sebagai Nilai Pengembangan Ilmu (on-line).              
https://noviasd.wordpress.com/2018/07/06/pancasila-sebagai-nilai-pengembangan-ilmu/, diakes
15 Desember 2018.

Comment

Anda mungkin juga menyukai