Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN ( PPKN)
“ TENTANG PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA
INDONESIA DARI MASA KEMASA “

DISUSUN OLEH :
1. SITI ZULAIKHA
2. SITI AMINAH
3. NURSYAKIRA
4. M.HAMDANI

GURU MATA PELAJARAN :


Dra.ALFIAH

MADRASAH ALIYAH DAARUSSALAM

BENGKALIS

TAHUN AJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT selalu kita panjatkan, atas izinnya kami dapat menyelesaikan
makalah PKN mengenai persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa.
Penyusunan makalah ini bermaksud untuk memenuhi salah satu tugas PKN yang diberikan oleh
Bapak Yoga. Makalah ini ditulis berdasarkan informasi dari media massa, buku, dan hal lain
yang berhubungan dengan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa.

Kami juga menyadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tanpa ada dukungan dari
pihak lain. Untuk itu sudah seharusnya kami mengucapkan rasa terimakasih yang sangat besar
kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah SWT
memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan kepada
kami.

Kami juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini, oleh karena
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, dengan kritik dan saran yang
membangun, demi kesempurnaan penulisan makalah ini.

Bengkalis, 08 februari 2022

Penulis
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis,
suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang budaya (cultural
background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya perbedaan.
Bila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas menghasilkan energi hebat.
Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas bisa
menimbulkan bencana dahsyat.
Perbedaan yang terdapat di Indonesia ini merupakan sebuah warisan yang diberikan kepada
kita semua sebagai warga negara Indonesia. Perbedaan yang meliputi banyak hal ini bukan
menjadi masalah bagi kita untuk tetap menghargai, bertoleransi, dan menjaga kesatuan serta
persatuan bangsa kita. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah menjadi kewajiban kita
sebagai warga negara untuk menjaga, melindungi, dan mempertahankannya.
Kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dari masa ke masa mengalami
perubahanperubahan yang signifikan. Di Indonesia terjadi beberapa masa yang berbeda, yaitu
masa Revolusi, Republik Indonesia Serikat, Liberal, Terpimpin, Orde Baru, dan masa Reformasi.
Tentunya perubahan masa yang sering terjadi dapat berakibat kepada kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persatuan dan kesatuan bangsa?
2. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi?
3. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik Indonesia
Serikat?
4. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi Liberal?
5. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi Terpimpin?
6. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Orde Baru?
7. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Reformasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari persatuan dan kesatuan bangsa
2. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi
3. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik
Indonesia Serikat
4. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi Liberal
5. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi
Terpimpin
6. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Orde Baru
7. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Reformasi
BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa

Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti lebih
luasnya yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan,ras,budaya, dan adat
istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi.
Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu. Dalam hal ini,
masing-masing suku bangsa merupakan kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri tertentu
yang bersatu. Penggabungan dalam persatuan bangsa, masing-masing bangsa tetap memiliki ciri-
ciri dan adat istiadat semula.
Dalam persatuan bangsa, satu suku bangsa menjadi lebih besar dari sekedar satu suku
bangsa yang bersangkutan karena dapat mengatasnamakan bangsa secara keseluruhan. Misalnya
suku Bugis atau suku Batak dapat menyebutkan dirinya bangsa Indonesia, yang memiliki ciri
jauh lebih luas dan komplek dari pada suku Bugis atau Batak itu sendiri.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu persatuan
dan kesatuan sangat erat hubungannya.
Kesatuan bangsa Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa seperti
yang diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan utuh dan tidak boleh
kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam penyelenggaraan kehidupan nasional.
Sedangkan kesatuan wilayah Indonesia berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke yang terdiri dari daratan, perairan dan dirgantara diatasnya seperti yang dinyatakan
dalam deklarasi Juanda 1957, dalam keadaan utuh dan tidak boleh kurang atau retak.

B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan (18 Agustus 1945 –
27 Desember 1949)

a. Sistem Pemerintahan Presidensial

UUD NRI 1945 menetapkan sistem pemerintahan presidensial dengan kekuasaan yang
besar di tangan presiden, namun kekuasaan tertinggi berada di tangan MPR, sebagai sumber
kekuasaan negara dan presiden sebagai penyelenggara kekuasaan pemerintahan yang tertinggi
dibawah MPR. Prinsip ini tidak mengatur pembatasan yang tegas penyelenggaraan kekuasaan
negara karena prinsip itu banyak disalahgunakan dan ditafsirkan sesuai kehendak pihak yang
memegang kekuasaan (Zoelva 2008).
b. Sidang PPKI 18 dan 19 Agustus 1945
- Sidang 18-08-1945 menetapkan UUD RI 1945, mengangkat Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil prsiden RI.
- Sidang 19-08-1945 menetapkan pembagian wilayah bekas Hindia Belanda ke dalam 8
provinsi (Sumatra, Jabar, Jateng, Jatim, Sunda Kecil, Borneo (Kalimantan), Sulawesi, Maluku).

c. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat

Diresmikan pada 29 Agustus 1945 yang diketuai oleh Kasman Singodimedjo. Jumlah
anggotanya 137 orang yang berasal dari golongan muda dan tua. Ketetapan mengenai KNIP :
 Semua lembaga yang dibentuk di Indonesia pusatnya di Jakarta.
 Penjelmaan dari kedaulatan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat.
 Pernyataan dari rakyat Indonesia untuk hidup aman sebagai bangsa yang merdeka,
persatuan kebangsaan yang erat, menjaga keselamatan umum, dan membantu para
pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa Indonesia.
d. Kabinet Pertama
Sesuai dengan ketentuan UUD NRI 1945 ditetapkan pada tanggal 2 September 1945
susunan kabinet pertama sebagai berikut :
1. Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah
2. Menteri Luar Negeri : Mr. Achmad Soebardjo
3.Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis
4. Menteri Kehakiman : Prof.Mr.Dr. Soepomo
5. Menteri Kemakmuran : Ir. Surachman Tjokroadisurjo
6. Menteri Keamanan Rakyat : Soeprijadi
7. Menteri Kesehatan : Dr. Boentaran Martoatmodjo
8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantoro
9. Menteri Penerangan : Mr. Amir Sjarifudin
10. Menteri Sosial : Mr. Iwa Koesoema Soemantri
11. Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12. Menteri Perhubungan a.i. : Abikusno Tjokrosujoso
13. Menteri Negara : Wachid Hasjim
14. Menteri Negara : Dr.M. Amir
15. Menteri Negara : Mr.R.M. Sartono
16. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata

e. Maklumat Pemerintah

- Maklumat 5 Oktober 1945


Pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR) yang
dibentuk dari hasil peningkatan fungsi BKR dengan tujuan mengatasi situasi Indonesia yang
mulai tidak aman karena kedatangan kembali tentara sekutu ke Indonesia.
- Maklumat 3 November 1945
Mengenai pembentukan partai politik. Memberi kesempatan kepada rakyat seluasluasnya
untuk mendirikan partai-partai politik.
- Maklumat 14 November 1945
- Tanggung jawab pemerintahan ada ditangan para menteri. Presiden tidak lagi berfungsi
sebagai kepala pemerintah, melainkan hanya sebagai kepala negara, jabatan kepala negara
dijabat oleh perdana menteri

f. Kabinet Pada Masa Awal Revolusi Kemerdekaan

 Kabinet presidensial (02 September 1945 - 14 November 1945) Pimpinan kabinetnya


adalah Soekarno selaku presdien. Jumlah anggota kabinetnya sebanyak 21 orang.
 Kabinet Sjahrir I (14 November 1945 - 12 Maret 1946) Pimpinan kabinetnya adalah Sutan
Syahrir selaku Perdana Menteri. Jumlah anggota kabinetnya sebanyak 17 orang.
 Kabinet Sjahrir II (12 Maret 1946 - 2 Oktober 1946) Pimpinan kabinetnya adalah Sutan
Syahrir selaku Perdana Menteri. Jumlah anggota kabinetnya sebanyak 25 orang.
 Kabinet Sjahrir III (2 Oktober 1946 - 3 Juli 1947) Pimpinan kabinetnya adalah Sutan
Syahrir selaku Perdana Menteri. Jumlah anggota kabinetnya sebanyak 32 orang.
 Kabinet Amir Sjarifuddin I (3 Juli 1947 - 11 November 1947) Pimpinan kabinetnya adalah
Amir Sjarifuddin selaku Perdana Menteri. Jumlah anggota kabinetnya sebanyak 34 orang.
 Kabinet Amir Sjarifuddin II (11 November 1947 – 29 Januari 1948) Pimpinan kabinetnya
adalah Amir Sjarifuddin selaku Perdana Menteri. Jumlah anggota kabinetnya sebanyak 37
orang.
 Kabinet Hatta I (29 Januari 1948 – 4 Agustus 1949) Pimpinan kabinetnya adalah
Mohammad Hatta selaku Perdana Menteri. Jumlah anggota kabinetnya sebanyak 17 orang.
 Kabinet Darurat (19 Desember 1948 – 13 Juli 1949) Pimpinan kabinetnya adalah
Syafruddin Prawiranegara selaku Ketua Pemerintah Darurat Republik Indonesia. Jumlah
anggota kabinetnya sebanyak 12 orang.
 Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949 – 20 Desember 1949) Pimpinan kabinetnya adalah
Mohammad Hatta selaku Perdana Menteri. Jumlah anggota kabinetnya sebanyak 19 orang.
g. Pemberontakan

- Pemberontakan PKI Madiun 1945 Dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin. PKI
melakukan kekerasan fisik terhadap pejabat, tokoh, dan warga anti PKI. Akhirnya
pemberontakan ini dapat ditumpas oleh satuan TNI operasi militer yang dipimpin oleh
Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel Sungkono. Muso dan Amir Syarifuddin kemudian
berhasil ditembak mati.
- Pemberontakan DI/TII Jabar & Jateng Berawal dari gagasan Kartosuwiryo untuk
membentuk Negara Islam Indonesia (NII) pada 4 Agustus 1949 di Jabar. TNI melakukan
operasi militer diberbagai daerah yang dinilai menjadi pusat gerakan ini. Jabar : Operasi
Pagar Betis dan Operasi Baratayuda. Berhasil ditumpas ketika Kartosuwiryo ditangkap
tanggal 4 Juni 1962 di Majalaya, Jabar. Jateng : pada 23 Agustus 1962 Amir Fatah
memproklamasikan berdirinya gerakan Darul Islam dan bermaksud mendirikan Negara
Islam Indonesia. Gerakan ini berhasil dilumpuhkan pada tahun 1952.

C. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Republik Indonesia Serikat (27 Desember
1949 – 17 Agustus 1950)

a. Republik Indonesia Serikat (RIS)

Sejak 27 Desember 1949, berdasarkan perjanjian Konferensi Meja Bundar, Negara


Kesatuan Republik Indonesia berubah bentuk menjadi negara serikat (RIS). Penyelenggaraan
negara pun didasarkan pada Konstitusi RIS 1949. Pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS disebutkan
bahwa Republik Indonesia yang serikat, merdeka, dan berdaulat yaitu, negara hokum yang
demokrasi dan berbentuk federal. Presiden adalah kepala negara. Tidak ada wakil presiden.
Presiden berhalangan, perdana mentri yang akan mengambil alih. tanggung jawab pemerintahan
sepenuhnya di perdana mentri dan para mentri kabinet.
Saat itu, Soekarno menjadi presiden RIS, dan Moh. Hatta menjadi perdana mentri RIS.
Sistem yang berlaku yaitu, sistem parlementer. Di sistem ini, kabinet bertanggung jawab kepada
parlemen, apabila pertanggungjawaban tidak diterima parlemen, kabinet harus mengundurkan
diri atau membubarkan diri.

Enam lemabaga Konstitusi RIS:

1. Presiden,
2. Dewan Mentri,
3. Senat,
4. Dewan Perwakilan Rakyat,
5. Mahkamah Agung, dan
6. Dewan Pengawas Keuangan.

Sistem ini tidak dilandasi konsepsi yang kuat dan dilatarbelakangi politik melemahkan
dan memecah belah Indonesia yang telah merdeka pada 17 Agustus 1945. Sistem ini pada masa
RIS hanya bertahan selama kurang lebih delapan bulan. RIS bubar dikarenakan desakan rakyat,
pada tanggal 17 Agustus 1950. Indonesia kembali menjadi negara kesatuan.

b. Pemberontakan

Pada zaman RIS, banyak terjadi pemberontakan yang mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa. Antara lain sebagai berikut:
1. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)

APRA dipimpin oleh Raymond Westerling, seorang bekas tentara het Koninklijke
Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL), yang berarti Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Tujuannya untuk mempertahankan negara-negara federal dan memintah pemerintah mengakui
APRA sebagai tentara pemerintah. Pada tanggal 23 Januari 1950, Westerling dan sekitar 800
pasukan APRA menyerang Kota Bandung dan TNI sekitar. Jumlah anggota TNI yang tewas
tercatat 94 orang. Pemberontakan APRA berhasil ditumpahkan TNI. Westerling pun berhasil
kabur ke Singapura.
2. Pemberontakan Andi Aziz
Pada 5 April 1950 di Makassar, terjadi pemberontakan KNIL dibawah pimpinan Kapten
Andi Aziz, mantan perwira tinggi KNIL. Penyebabnya adalah penolakan masuknya pasukan
APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) berasal dari TNI Sulawesi Selatan.
Gerakan ini diawali dengan APRIS/KNIL sering melakukan provokasi dan konflik dengan
pasukan APRIS/TNI. 5 Agustus 1950 terjadi pertempuran dan APRIS/KNIL berhasil dikalahkan
oleh APRIS/TNI. 3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) Gerakan ini merupakan
gerakan separatis yang menolak integrase dan ingin membetuk negara yang lepas dari Negara
Indonesia Timur (NIT) dan NKRI. Dipimpin oleh Dr. Soumokil dan memiliki basis di Ambon.
RMS menganggap kemerdekaan Indonesia adalah hadiah dari Jepang. RMS menolak kedatangan
APRIS/TNI ke wilayah Maluku yang bertujuan melucuti senjata bekas KNIL yang masih ada di
Maluku. Ambon berhasil dikuasai APRIS/TNI karena mereka langsung melakukan operasi
penumpasan. Ambon dikepung dengan bantuan angkatan udara dan serangan dari laut.
APRIS/TNI juga berhasil merebut Benteng Nieuwe Victoria.

D. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Liberal (17 Agustus 1950 – 5
Juli 1959)

a. UUDS 1950 sebagai Konstitusi

Setelah bubarnya RIS, Indonesia menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusi.


Berdasarkan UUDS 1950, bentuk Negara RI adalah Negara kesatuan. UUDS menganut sistem
pemerintahan parlementer,sama seperti RIS. UUDS 1950 hanya mengenal lima lembaga Negara,
yaitu:

1) Presiden,

2) Menteri-menteri,

3) Dewan Perwakilan Rakyat,

4) Mahkamah Agung, dan

5) Dewan Pengawas Keuangan.

Berdasarkan UUDS 1950, presiden berfungsi sebagai kepala negara dan menjadi bagian dari
pemerintahan. Namun, tanggung jawab pemerintahan berada di tangan Perdana Menteri bersama
para menterinya. Karena yang dianut adalah sistem parlementer, Presiden dan Wakil Presiden
tidak boleh diganggu-gugat. Penanggung jawab tindakan pemerintah adalah para menteri.
Sebagai kepala negara, tugas Presiden terbatas.
b. Kabinet pada Demokrasi Liberal

a. Kabinet Natsir: 6 September 1950–27 April 1951

b. Kabinet Sukirman: 27 April 1951–3 April 1952

c. Kabinet Wilopo: 3 April 1952–30 Juli 1953

d. Kabinet Ali Sastroamidjojo I: 30 Juli 1953–12 Agustus 1955

e. Kabinet Burhanudin Harahap: 12 Agustus 1955–24 Maret 1956. Pada masa kabinet ini,
Indonesia untuk pertama kalinya menyelenggarakan pemilihan umum yang diikuti oleh 28
partai. Pemilu dilaksanakan atas dasar Undang- undang Pemilu Nomor 7 tahun 1953. Pemilu
1955 dilaksanakan selama dua tahap, yaitu pada tanggal 29 September 1955 untuk memilih
anggota parlemen dan tanggal 15 Desember untuk memilih anggota konstituante.

f. Kabinet Ali Sastroamidjojo II: 24 Maret 1956–9 April 1957.

g. Kabinet Djuanda (karya): 9 April 1957–10 Juli 1959.

c. Pemberontakan

Pada masa ini, terjadi sejumlah pemberontakan yang mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa.
1) Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)

 DI/TII di Kalimantan Selatan terjadi pada 10 Oktober 1950 dipimpin Ibnu Hajar.
Ibnu Hajar dan pasukannya menyerang pos-pos tentara di Kalimantan Selatan dan
melakukan tindakan-tindakan pengacauan. TNI melakukan tindakan tegas dengan
melancarkan operasi militer. Gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan berhasil
dilumpuhkan dan Ibnu Hajar berhasil ditangkap pada tahun 1959.

 DI/TII di Sulawesi Selatan terjadi pada tahun 1951 dipimpin oleh Kahar Muzakkar.
Penyebab utamanya adalah Kahar Muzakkar sangat berambisi menjadi salah satu
pimpinan APRIS serta tuntutan agar semua anggota pasukannya diangkat menjadi
TNI. Setahun kemudian, Sulawesi Selatan dinyatakan sebagai bagian dari NII
dibawah komando Kartusuwirjo. Gerakan DI/TII berlangsung di Sulawesi Selatan
ini baru berhasil ditumpas pada 3 Februari 1956 yang ditandai dengan ditembak
matinya Kahar Muzakkar.
 Pada 21 September 1953, Daud Beureuh mengeluarkan maklumat bahwa Aceh
merupakan bagian dari NII dibawah Kartosuwirjo. Hal ini disebabkan antara lain
kekecewaan atas penurunan status Aceh dari daerah istimewa menjadi karesidenan
dibawah Sumatera Utara. Gerakan DI/TII di Aceh akhirnya dapat diselesaikan dan
situasi keamanan di Aceh pulih kembali.
2) Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)/Perjuangan
Rakyat Semesta (Permesta)  Gerakan ini terjadi karena hubungan yang tidak harmonis
antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah, terutama Sumatera dan Sulawesi.
Kedua wilayah merasa tidak puas dengan otonomi daerah dan perimbangan keungan
antara pusat dan daerah. Ketidakpuasan tersebut didukung sejumlah perwira militer
setempat. Di Sulawesi, Letnan Kolonel Ventje Sumual memproklamasikan berdirinya
Perjuangan Rakyat Semesta (Permesta) pada 2 Maret 1957.
 Di Sumatera, diproklamasikan juga Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI) oleh Achmad Husain pada 15 Februari 1958. PRRI dan Permesta sempat
bergabung, tetapi berpisah kembali. Pemerintah RI kemudian mengambil tindakan
tegas dengan melakukan operasi militer. PRRI dan Permesta akhirnya berhasil
dilumpuhkan, baik yang berada di wilayah Sumatera maupun Sulawesi.

E. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Terpimpin (5 Juli 1959 – 12
Maret 1967)

a. Dekret Presiden 5 Juli 1967

Pemerintah memberlakukan kembali UUD NRI tahun 1945. Hal ini berarti sejak itu sistem
pemerintahan yang dijalankan adalah sistem pemerintahan presidensial berdasarkan pancasila
dan UUD tahun 1945. Presiden menjadi kepala pemerintah dan penyelenggara Negara. Meski
demikian, pada masa Demokrasi terpimpin, telah terjadi berbagai penyimpangan diantara lain :

1) Menurut UUD NRI Tahun 1945, MPR adalah lembaga yang membawahi dan
berkedudukan lebih tinggi dari Presiden , sedangkan lembaga lain (DPR, MA, DPA,
DAN BPK), sejajar dengan presiden
2) UUD NRI Tahun 1945 menentukan bahwa presiden tidak dapat membubarkan DPR
3) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan
yang merdeka, terlepas dari pengaruh kemerdekaan.

b. Kabinet pada Masa Demokrasi Terpimpin

Berikut adalah daftar kabinet yang terbentuk pada Masa Demokrasi Terpimpin.

1. Kabinet Kerja I ( 10 Juli 1959 - 18 Februari 1960 ) pimpinan kabinet Soekarno sebagai
presiden.
2. Kabinet Kerja II ( 18 Februari 1960 - 06 Maret 1962 ) pimpinan kabinet Soekarno sebagai
presiden.
3. Kabinet Kerja III ( 06 Maret 1962 – 13 November 1963 ) pimpinan kabinet Soekarno
sebagai presiden.
4. Kabinet Kerja IV (13 November 1963 – 27 Agustus 1964 ) pimpinan kabinet Soekarno
sebagai presiden.
5. Dwikora I ( 27 Agustus 1964 – 24 Februari 1966 ) pimpinan kabinet Soekarno sebagai
presiden.
6. Dwikora II ( 24 Februari 1966 – 28 Maret 1966 ) pimpinan kabinet Soekarno sebagai
presiden.
7. Dwikora III ( 28 Maret 1966 – 25 Juli 1966 ) pimpinan kabinet Soekarno sebagai
presiden.

c. Pemberontakan G30S/PKI
Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk kedua kalinya menggantikan ideologi Indonesia
dengan ideologI Komunis melalui Pemberontakan G30S / PKI pada 30 September 1965.
G30S/PKI bertujuan mengambil alih kekuasaan atau kudeta. Pada peristiwa ini, terjadi
penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi AD (Angkatan Darat). Selain itu, sarana
penting komunikasi seperti RRI Pusat dan Gedung Telekomunikasi berhasil dikuasai. Gerakan
ini berhasil diatasi oleh Mayor Jenderal Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Panglima
Kostrad. Bersama rakyat dan pasukan tentara yang setia terhadap NKRI, G30S/PKI pun
ditumpas.

F. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Baru (12 Maret 1967 – 21 Mei 1998)

Pada Masa Orde Baru, sistem pemerintahan tetap berdasakan UUD NRI Tahun 1945 yaitu
sistem presidensial. Selama Orde Baru, telah terbentuk tujuh kabinet, semuanya bersifat
presidensial. Adapun kabinet pada masa Orde Baru dapat dilihat sebagai berikut.

1. Kabinet Pembangunan I ( 06 Juni 1968 – 28 Maret 1973 ) pimpinan kabinet Soekarno


sebagai presiden.
2. Kabinet Pembangunan II ( 28 Maret 1973 – 29 Maret 1978 ) pimpinan kabinet
Soekarno sebagai presiden.
3. Kabinet Pembangunan III ( 29 Maret 1978 – 19 Maret 1983 ) pimpinan kabinet
Soekarno sebagai presiden.
4. Kabinet Pembangunan IV ( 19 Maret 1983 – 23 Maret 1988 ) pimpinan kabinet
Soekarno sebagai presiden.
5. Kabinet Pembangunan V ( 23 Maret 1988 – 17 Maret 1993 ) pimpinan kabinet
Soekarno sebagai presiden.
6. Kabinet Pembagunan VI ( 17 Maret 1993 – 14 Maret 1998 ) pimpinan kabinet
Soekarno sebagai presiden.
7. Kabinet Pembangunan VII ( 14 Maret 1998 – 21 Mei 1998 ) pimpinan kabinet
Soekarno sebagai presiden.

a. Pembatasan hak-hak politik rakyat

Sejak tahun 1973 jumlah parpol di Indonesia dibatasi hanya 3 (PPP, Golkar, dan PDI). Pers
dinyatakan bebas, tetapi pemerintah dapat memberedel penerbitan pers. Selain itu, pegawai
negeri dan ABRI didorong mendukung partai penguasa, yaitu Golkar.

b. Pemusatan kekuasaan di tangan Presiden

Presiden dianggap dapat mengendalikan lembaga negara (MPR, DPR, MA, dan lainnya)
tersebut. Presiden adalah Panglima Tertinggi ABRI.

c. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)

Kekuasaan yang terpusat dan nyaris tak terkontrol membuat merebaknya KKN. Keadaan
ini membawa rakyat pada kesengsaraan, terutama yang termasuk ekonomi menengah kebawah.
Kekuasaan Orde Baru berakhir setelah munculnya gerakan perlawanan rakyat terhadap
kekuasaan Soeharto melalui gerakan reformasi. Akhirnya, Soeharto mundur dari jabatan presiden
pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presidennya, B. J. Habibie sebagai Presiden RI
ketiga.

G. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Reformasi (21 Mei 1998 – Sekarang)

a. Kebijakan Berkaitan Kebebasan Berpolitik

Setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden, Indonesia memasuki masa


reformasi. Adanya pembaruan politik pada masa reformasi dapat dilihat dari kebijakan yang
berhubungan dengan kebebasan berpolitik, antara lain sebagai berikut.

1) Kemerdekaan pers.

Sebelumnya penerbitan media massa diwajibkan memiliki SIUPP (Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers). Pada masa reformasi, pers dibebaskan dari SIUPP.

2) Kemerdekaan membentuk partai politik.

Sebelumnya, partai politik dibatasi hanya tiga, tetapi setelah reformasi, pembentukan
partai politik dibebaskan.

3) Terselenggaranya pemilu yang demokratis

Pemilu pertama Indonesia, tahun 1955 dianggap salah satu pemilu paling demokratis.
Pada kenyataannya, hanyalah demokratis semu. Pada tahun 1999 inilah terselenggara pemilu
yang benar demokratis.

4) Otonomi daerah.

Pada tahun 1999, keluar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Peraturan ini
memperluas kekuasaan pemerintahan pada pemerintah daerah (pemda)
b. Amandemen UUD NRI Tahun 1945

Menurut Zoelva, perubahan UUD NRI Tahun 1945 mengenai penyelenggaraan negara
dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang tiap lembaga negara, mempertegas
batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan fungsifungsi
penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun adalah
system check and balances, yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh undang-
undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama diatur
berdasarkan fungsi masing-masing.

Melalui amandemen UUD NRI Tahun 1945, sejumlah kewenangan presiden dikurangi
dan dibatasi oleh UUD. Tujuannya adalah agar kekuasaan presiden tidak disalahgunakan.
Pengurangan dan pembatasan tersebut tampak antara lain pada pasal-pasal berikut.

1) Penghapusan kekuasaan presiden untuk membentuk undang-undang (Pasal 5 ayat 1


UUD NRI Tahun 1945)

2) Pembatasan kekuasaan presiden untuk mengangkat duta dan menerima duta negara
sahabat harus melalui pertimbangan DPR (Pasal 13 UUD NRI Tahun 1945)

3) Pembatasan kewenangan presiden untuk memberikan grasi dan rehabilitasi harus


melalui pertimbangan MA serta pemberian amnesti dan abolisi harus dengan
pertimbangan DPR (Pasal 14 UUD NRI Tahun 1945)

4) Pembatasan kewenangan pembentukan dan pembubaran departemen pemerintah


harus melalui pertimbangan atau persetujuan DPR (Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945)

c. Pergantian Presiden RI dan Kabinet Masa Reformasi Pada masa reformasi

Indonesia mengalami lima kali pergantian Presiden. Berikut kabinet pada masa reformasi
beserta pimpinan kabinet/presidennya.

1. Kabinet Reformasi Pembangunan ( 21 Mei 1998 – 20 Oktober 1999 ) pimpinan kabinet


B.J Habibie sebagai presiden.
2. Kabinet Persatuan Nasional ( 26 Oktober 1999 – 09 Agustus 2001 ) pimpinan kabinet
Abdurrahman Wahid sebagai presiden.
3. Kabinet Gotong Royong ( 09 Agustus 2001 – 20 Oktober 2004 ) pimpinan kabinet
Megawati Soekarnoputri sebagai presiden.
4. Kabinet Indonesia Bersatu ( 21 Oktober 2004 – 20 Oktober 2009 ) pimpinan kabinet
Susilo Bambang Yodhoyono sebagai presiden.
5. Kabinet Indonesia Bersatu II ( 20 Oktober 2009 – 20 Oktober 2014 ) pimpinan kabinet
Susilo Bambang Yudhoyono sebagai presiden.
6. Kabinet Kerja ( 27 Oktober 2014 – sampai sekarang ) pimpinan kabinet Joko Widodo
sebagai presiden.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia dari masa ke masa memiliki banyak perbedaan. Dari kondisi suku, ras, dan
agama serta masa kepemimpinan memiliki ciri khas tersendiri yang dapat membentuk Indonesia
yang satu. Meskipun banyak perbedaan, Indonesia tetap dapat mempertahankan persatuan dan
kesatuannya, dapat memberantas masalah yang akan mempecahbelahkan persatuan dan kesatuan
di Indonesia, sehingga persatuan dan kesatuan Indonesia masih tetap terjaga hingga saat ini.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih
banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk saran bias berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

https://yayasanmasyarakatbaik.wordpress.com/2018/01/25/pengertian-persatuan-
dankesatuan-bangsa/ diakses pada 21 Februari 2019 Pukul 19.40 WIB.

Kardiman, Yuyus.2018.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/MA kelas


XII.Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai