Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PPKN
Di
S
U
S
U
N

Oleh :
Nama : -Habiburrahman Rafsanjani
-Fatih Raihan
- Ardani Fitra
Kelas : XII- IPA 3

MAN 1 BANDA ACEH


2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT selalu kita panjatkan, atas izinnya kami dapat menyelesaikan
makalah PKN mengenai persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa.
Penyusunan makalah ini bermaksud untuk memenuhi salah satu tugas PKN yang diberikan
oleh Bapak Yoga. Makalah ini ditulis berdasarkan informasi dari media massa, buku, dan hal
lain yang berhubungan dengan persatuan dan kesatuan Bangsa Indonesia dari masa ke masa..
Kami juga menyadari bahwa penulisan ini tidak akan selesai tanpa ada dukungan dari pihak
lain. Untuk itu sudah seharusnya kami mengucapkan rasa terimakasih yang sangat besar
kepada semua pihak yang telah membantu kami menyelesaikan makalah ini. Semoga Allah
SWT memberikan balasan yang setimpal atas segala jasa dan bantuan yang telah diberikan
kepada kami. Kami juga menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini,
oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, dengan kritik
dan saran yang membangun, demi kesempurnaan penulisan makalah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai dengan banyaknya etnis, suku,
agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain, masyarakat Indonesia dikenal sebagai
masyarakat multikultural, masyarakat yang anggotanya memiliki latar belakang budaya
(cultural background) beragam. Kemajemukan dan multikulturalitas mengisyaratkan adanya
perbedaan. Bila dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas menghasilkan
energi hebat. Sebaliknya, bila tidak dikelola secara benar, kemajemukan dan multikulturalitas
bisa menimbulkan bencana dahsyat.
Perbedaan yang terdapat di Indonesia ini merupakan sebuah warisan yang diberikan kepada
kita semua sebagai warga negara Indonesia. Perbedaan yang meliputi banyak hal ini bukan
menjadi masalah bagi kita untuk tetap menghargai, bertoleransi, dan menjaga kesatuan serta
persatuan bangsa kita. Persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah menjadi kewajiban
kita sebagai warga negara untuk menjaga, melindungi, dan mempertahankannya.
Kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia dari masa ke masa mengalami perubahan-
perubahan yang signifikan. Di Indonesia terjadi beberapa masa yang berbeda, yaitu masa
Revolusi, Republik Indonesia Serikat, Liberal, Terpimpin, Orde Baru, dan masa Reformasi.
Tentunya perubahan masa yang sering terjadi dapat berakibat kepada kesatuan dan persatuan
bangsa Indonesia.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian persatuan dan kesatuan bangsa?
2. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi?
3. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik Indonesia
Serikat?
4. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi Liberal?
5. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi Terpimpin?
6. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Orde Baru?
7. Bagaimana kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Reformasi?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari persatuan dan kesatuan bangsa
2. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Revolusi
3. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Republik
Indonesia Serikat
4. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi
Liberal
5. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Demokrasi
Terpimpin
6. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Orde Baru
7. Untuk mengetahui kondisi persatuan dan kesatuan bangsa pada masa Reformasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Persatuan berasal dari kata satu yang berarti utuh dan tidak terpecah-belah. Arti lebih luasnya
yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan,ras,budaya, dan adat
istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi.
Persatuan bangsa berarti gabungan suku-suku bangsa yang sudah bersatu. Dalam hal ini,
masing-masing suku bangsa merupakan kelompok masyarakat yang memiliki ciri-ciri
tertentu yang bersatu. Penggabungan dalam persatuan bangsa, masing-masing bangsa tetap
memiliki ciri-ciri dan adat istiadat semula.
Dalam persatuan bangsa, satu suku bangsa menjadi lebih besar dari sekedar satu suku bangsa
yang bersangkutan karena dapat mengatasnamakan bangsa secara keseluruhan. Misalnya
suku Bugis atau suku Batak dapat menyebutkan dirinya bangsa Indonesia, yang memiliki ciri
jauh lebih luas dan komplek dari pada suku Bugis atau Batak itu sendiri.
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Maka dari itu persatuan
dan kesatuan sangat erat hubungannya.
Kesatuan bangsa Indonesia berarti satu bangsa Indonesia dalam satu jiwa bangsa seperti yang
diputuskan dalam kongres Pemuda pada tahun 1928 dalam keadaan utuh dan tidak boleh
kurang, baik sebagai subyek maupun obyek dalam penyelenggaraan kehidupan nasional.
Sedangkan kesatuan wilayah Indonesia berarti satu wilayah Indonesia dari Sabang sampai
Merauke yang terdiri dari daratan, perairan dan dirgantara diatasnya seperti yang dinyatakan
dalam deklarasi Juanda 1957, dalam keadaan utuh dan tidak boleh kurang atau retak.

B. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Revolusi Kemerdekaan


(18 Agustus 1945 – 27 Desember 1949)
a. Sistem Pemerintahan Presidensial
UUD NRI 1945 menetapkan sistem pemerintahan presidensial dengan kekuasaan
yang besar di tangan presiden, namun kekuasaan tertinggi berada di tangan MPR, sebagai
sumber kekuasaan negara dan presiden sebagai penyelenggara kekuasaan pemerintahan yang
tertinggi dibawah MPR. Prinsip ini tidak mengatur pembatasan yang tegas penyelenggaraan
kekuasaan negara karena prinsip itu banyak disalahgunakan dan ditafsirkan sesuai kehendak
pihak yang memegang kekuasaan (Zoelva 2008).
b. Sidang PPKI 18 dan 19 Agustus 1945
- Sidang 18-08-1945 menetapkan UUD RI 1945, mengangkat Ir. Soekarno dan Drs.
Mohammad Hatta sebagai presiden dan wakil prsiden RI.
- Sidang 19-08-1945 menetapkan pembagian wilayah bekas Hindia Belanda ke dalam 8
provinsi (Sumatra, Jabar, Jateng, Jatim, Sunda Kecil, Borneo (Kalimantan), Sulawesi,
Maluku).
c. Pembentukan Komite Nasional Indonesia Pusat
Diresmikan pada 29 Agustus 1945 yang diketuai oleh Kasman Singodimedjo. Jumlah
anggotanya 137 orang yang berasal dari golongan muda dan tua. Ketetapan mengenai KNIP :
 Semua lembaga yang dibentuk di Indonesia pusatnya di Jakarta.
 Penjelmaan dari kedaulatan tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia untuk
menyelenggarakan kemerdekaan Indonesia yang berdasarkan kedaulatan rakyat.
 Pernyataan dari rakyat Indonesia untuk hidup aman sebagai bangsa yang merdeka,
persatuan kebangsaan yang erat, menjaga keselamatan umum, dan membantu para
pemimpin dalam menyelenggarakan cita-cita bangsa Indonesia.

d. Kabinet Pertama
Sesuai dengan ketentuan UUD NRI 1945 ditetapkan pada tanggal 2 September 1945 susunan
kabinet pertama sebagai berikut :
1. Menteri Dalam Negeri : R.A.A. Wiranata Kusumah
2. Menteri Luar Negeri : Mr. Achmad Soebardjo
3. Menteri Keuangan : Mr. A.A. Maramis
4. Menteri Kehakiman : Prof.Mr.Dr. Soepomo
5. Menteri Kemakmuran : Ir. Surachman Tjokroadisurjo
6. Menteri Keamanan Rakyat : Soeprijadi
7. Menteri Kesehatan : Dr. Boentaran Martoatmodjo
8. Menteri Pengajaran : Ki Hajar Dewantoro
9. Menteri Penerangan : Mr. Amir Sjarifudin
10. Menteri Sosial : Mr. Iwa Koesoema Soemantri
11. Menteri Pekerjaan Umum : Abikusno Tjokrosujoso
12. Menteri Perhubungan a.i. : Abikusno Tjokrosujoso
13. Menteri Negara : Wachid Hasjim
14. Menteri Negara : Dr.M. Amir
15. Menteri Negara : Mr.R.M. Sartono
16. Menteri Negara : R. Otto Iskandardinata

e. Maklumat Pemerintah
- Maklumat 5 Oktober 1945
Pemerintah mengeluarkan maklumat pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR)
yang dibentuk dari hasil peningkatan fungsi BKR dengan tujuan mengatasi situasi
Indonesia yang mulai tidak aman karena kedatangan kembali tentara sekutu ke
Indonesia.
- Maklumat 3 November 1945
Mengenai pembentukan partai politik. Memberi kesempatan kepada rakyat seluas-
luasnya untuk mendirikan partai-partai politik.
- Maklumat 14 November 1945
- Tanggung jawab pemerintahan ada ditangan para menteri. Presiden tidak lagi
berfungsi sebagai kepala pemerintah, melainkan hanya sebagai kepala negara, jabatan
kepala negara dijabat oleh perdana menteri.
f. Kabinet Pada Masa Awal Revolusi Kemerdekaan
AWAL AKHIR
N NAMA PIMPINAN
MASA MASA JABATAN
O KABINET KABINET
KERJA KERJA
14
2 September
1. Presidensial November Soekarno Presiden
1945
1945
14 November 12 Maret Sutan Perdana
2. Sjahrir 1
1945 1946 Sjahrir Menteri
2 Oktober Perdana
3. Sjahrir 2 12 Maret 1946 SutanSjahrir
1946 Menteri
2 Oktober Sutan Perdana
4. Sjahrir 3 3 Juli 1947
1946 Sjahrir Menteri
11
Amir Perdana
5. Amir Sjarifuddin 1 3 Juli 1947 November
Sjarifuddin Menteri
1947
11 Nomber 29 Januari Amir Perdana
6. Amir Sjarifuddin 2
1947 1948 Sjarifuddin Menteri
29 Januari 4 Agustus Perdana
7. Hatta 1 Moh.hatta
1948 1949 Menteri
20
4 Agustus Perdana
8. Hatta 2 Desember Moh.hatta
1949 Menteri
1949

g. Pemberontakan
- Pemberontakan PKI Madiun 1945
Dipimpin oleh Muso dan Amir Syarifuddin. PKI melakukan kekerasan fisik terhadap
pejabat, tokoh, dan warga anti PKI. Akhirnya pemberontakan ini dapat ditumpas oleh
satuan TNI operasi militer yang dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto dan Kolonel
Sungkono. Muso dan Amir Syarifuddin kemudian berhasil ditembak mati.
- Pemberontakan DI/TII Jabar & Jateng
Berawal dari gagasan Kartosuwiryo untuk membentuk Negara Islam Indonesia (NII)
pada 4 Agustus 1949 di Jabar. TNI melakukan operasi militer diberbagai daerah yang
dinilai menjadi pusat gerakan ini.
Jabar : Operasi Pagar Betis dan Operasi Baratayuda. Berhasil ditumpas ketika
Kartosuwiryo ditangkap tanggal 4 Juni 1962 di Majalaya, Jabar.
Jateng : pada 23 Agustus 1962 Amir Fatah memproklamasikan berdirinya gerakan
Darul Islam dan bermaksud mendirikan Negara Islam Indonesia. Gerakan ini berhasil
dilumpuhkan pada tahun 1952.
C. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Republik Indonesia
Serikat (27 Desember 1949 – 17 Agustus 1950)
a. Republik Indonesia Serikat (RIS)
Sejak 27 Desember 1949, berdasarkan perjanjian Konferensi Meja Bundar, Negara
Kesatuan Republik Indonesia berubah bentuk menjadi negara serikat (RIS). Penyelenggaraan
negara pun didasarkan pada Konstitusi RIS 1949. Pasal 1 ayat (1) Konstitusi RIS disebutkan
bahwa Republik Indonesia yang serikat, merdeka, dan berdaulat yaitu, negara hokum yang
demokrasi dan berbentuk federal. Presiden adalah kepala negara. Tidak ada wakil presiden.
Presiden berhalangan, perdana mentri yang akan mengambil alih. tanggung jawab
pemerintahan sepenuhnya di perdana mentri dan para mentri kabinet.
Saat itu, Soekarno menjadi presiden RIS, dan Moh. Hatta menjadi perdana mentri
RIS. Sistem yang berlaku yaitu, sistem parlementer. Di sistem ini, kabinet bertanggung
jawab kepada parlemen, apabila pertanggungjawaban tidak diterima parlemen, kabinet harus
mengundurkan diri atau membubarkan diri.
Enam lemabaga Konstitusi RIS:
1. Presiden,
2. Dewan Mentri,
3. Senat,
4. Dewan Perwakilan Rakyat,
5. Mahkamah Agung, dan
6. Dewan Pengawas Keuangan.
Sistem ini tidak dilandasi konsepsi yang kuat dan dilatarbelakangi politik
melemahkan dan memecah belah Indonesia yang telah merdeka pada 17 Agustus 1945.
Sistem ini pada masa RIS hanya bertahan selama kurang lebih delapan bulan. RIS bubar
dikarenakan desakan rakyat, pada tanggal 17 Agustus 1950. Indonesia kembali menjadi
negara kesatuan.
b. Pemberontakan
Pada zaman RIS, banyak terjadi pemberontakan yang mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa. Antara lain sebagai berikut:
1. Pemberontakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
APRA dipimpin oleh Raymond Westerling, seorang bekas tentara het Koninklijke
Nederlands(ch)-Indische Leger (KNIL), yang berarti Tentara Kerajaan Hindia Belanda.
Tujuannya untuk mempertahankan negara-negara federal dan memintah pemerintah
mengakui APRA sebagai tentara pemerintah. Pada tanggal 23 Januari 1950, Westerling dan
sekitar 800 pasukan APRA menyerang Kota Bandung dan TNI sekitar. Jumlah anggota TNI
yang tewas tercatat 94 orang. Pemberontakan APRA berhasil ditumpahkan TNI. Westerling
pun berhasil kabur ke Singapura.
2. Pemberontakan Andi Aziz
Pada 5 April 1950 di Makassar, terjadi pemberontakan KNIL dibawah pimpinan
Kapten Andi Aziz, mantan perwira tinggi KNIL. Penyebabnya adalah penolakan masuknya
pasukan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) berasal dari TNI Sulawesi
Selatan. Gerakan ini diawali dengan APRIS/KNIL sering melakukan provokasi dan konflik
dengan pasukan APRIS/TNI. 5 Agustus 1950 terjadi pertempuran dan APRIS/KNIL berhasil
dikalahkan oleh APRIS/TNI.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS)
Gerakan ini merupakan gerakan separatis yang menolak integrase dan ingin
membetuk negara yang lepas dari Negara Indonesia Timur (NIT) dan NKRI. Dipimpin oleh
Dr. Soumokil dan memiliki basis di Ambon. RMS menganggap kemerdekaan Indonesia
adalah hadiah dari Jepang. RMS menolak kedatangan APRIS/TNI ke wilayah Maluku yang
bertujuan melucuti senjata bekas KNIL yang masih ada di Maluku. Ambon berhasil dikuasai
APRIS/TNI karena mereka langsung melakukan operasi penumpasan. Ambon dikepung
dengan bantuan angkatan udara dan serangan dari laut. APRIS/TNI juga berhasil merebut
Benteng Nieuwe Victoria.

D. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Liberal (17


Agustus 1950 – 5 Juli 1959)
a. UUDS 1950 sebagai Konstitusi
Setelah bubarnya RIS, Indonesia menggunakan UUDS 1950 sebagai konstitusi.
Berdasarkan UUDS 1950, bentuk Negara RI adalah Negara kesatuan. UUDS menganut
sistem pemerintahan parlementer,sama seperti RIS. UUDS 1950 hanya mengenal lima
lembaga Negara, yaitu:
1) Presiden,
2) Menteri-menteri,
3) Dewan Perwakilan Rakyat,
4) Mahkamah Agung, dan
5) Dewan Pengawas Keuangan.
Berdasarkan UUDS 1950, presiden berfungsi sebagai kepala negara dan menjadi
bagian dari pemerintahan. Namun, tanggung jawab pemerintahan berada di tangan Perdana
Menteri bersama para menterinya. Karena yang dianut adalah sistem parlementer, Presiden
dan Wakil Presiden tidak boleh diganggu-gugat. Penanggung jawab tindakan pemerintah
adalah para menteri. Sebagai kepala negara, tugas Presiden terbatas.
b. Kabinet pada Demokrasi Liberal

Awal Masa Akhir Masa Pimpinan


No. Nama Kabinet Jabatan
Kerja Kerja Kabinet

Natsir 6 September 27 April Mohammad Predana


1.
1950 1951 Natsir Menteri
Sukiman-Suwirjo 27 April Sukiman Perdana
2. 3 April 1952
1951 Wirjosandjojo Menteri
Wilopo Perdana
3. 3 April 1952 30 Juli 1953 Wilopo
Menteri
Ali Sastromidjojo I 12 Agustus Ali Perdana
4. 30 Juli 1953
1955 Sastromidjojo Menteri
Burhanuddin Harahap 12 Agustus 24 Maret Burhanuddin Perdana
5.
1955 1956 Harahap Menteri
Ali Sastromidjojo II 24 Maret Ali Perdana
6. 9 April 1957
1956 Sastromidjojo Menteri
Djuanda Perdana
7. 9 April1957 10 Juli 1959 Djuanda
Menteri

c. Pemberontakan
Pada masa ini, terjadi sejumlah pemberontakan yang meng ancam persatuan dan kesatuan
bangsa.

1) Pemberontakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII)


 DI/TII di Kalimantan Selatan terjadi pada 10 Oktober 1950 dipimpin Ibnu Hajar. Ibnu
Hajar dan pasukannya menyerang pos-pos tentara di Kalimantan Selatan dan
melakukan tindakan-tindakan pengacauan. TNI melakukan tindakan tegas dengan
melancarkan operasi militer. Gerakan DI/TII di Kalimantan Selatan berhasil dilumpuhkan dan
Ibnu Hajar berhasil ditangkap pada tahun 1959.
 DI/TII di Sulawesi Selatan terjadi pada tahun 1951 dipimpin oleh Kahar Muzakkar.
Penyebab utamanya adalah Kahar Muzakkar sangat berambisi menjadi salah satu
pimpinan APRIS serta tuntutan agar semua anggota pasukannya diangkat menjadi
TNI. Setahun kemudian, Sulawesi Selatan dinyatakan sebagai bagian dari NII
dibawah komando Kartusuwirjo. Gerakan DI/TII berlangsung di Sulawesi Selatan ini
baru berhasil ditumpas pada 3 Februari 1956 yang ditandai dengan ditembak matinya
Kahar Muzakkar.
 Pada 21 September 1953, Daud Beureuh mengeluarkan maklumat bahwa A ceh
merupakan bagian dari NII dibawah Kartosuwirjo. Hal ini disebabkan antara lain
kekecewaan atas penurunan status Aceh dari daerah istimewa menjadi karesidenan dibawah
Sumatera Utara. Gerakan DI/TII di Aceh akhirnya dapat diselesaikan dan situasi keamanan di
Aceh pulih kembali.

2) Pemberontakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI)/Perjuangan


Rakyat Semesta (Permesta)
 Gerakan ini terjadi karena hubungan yang tidak harmonis antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, terutama Sumatera dan Sulawesi. Kedua wilayah merasa tidak
puas dengan otonomi daerah dan perimbangan keungan antara pusat dan daerah.
Ketidakpuasan tersebut didukung sejumlah perwira militer setempat. Di Sulawesi,
Letnan Kolonel Ventje Sumual memproklamasikan berdirinya Perjuangan Rakyat
Semesta (Permesta) pada 2 Maret 1957.
 Di Sumatera, diproklamasikan juga Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia
(PRRI) oleh Achmad Husain pada 15 Februari 1958. PRRI dan Permesta sempat bergabung,
tetapi berpisah kembali. Pemerintah RI kemudian mengambil tindakan tegas dengan
melakukan operasi militer. PRRI dan Permesta akhirnya berhasil dilumpuhkan, baik yang
berada di wilayah Sumatera maupun Sulawesi.
E. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Demokrasi Terpimpin
(5 Juli 1959 – 12 Maret 1967)
a. Dekret Presiden 5 Juli 1967
Pemerintah memberlakukan kembali UUD NRI tahun 1945. Hal ini berarti sejak itu
sistem pemerintahan yang dijalankan adalah sistem pemerintahan presidensial
berdasarkan pancasila dan UUD tahun 1945. Presiden menjadi kepala pemerintah dan
penyelenggara Negara. Meski demikian, pada masa Demokrasi terpimpin, telah terjadi
berbagai penyimpangan diantara lain :
1) Menurut UUD NRI Tahun 1945, MPR adalah lembaga yang membawahi dan
berkedudukan lebih tinggi dari Presiden , sedangkan lembaga lain (DPR, MA,
DPA, DAN BPK), sejajar dengan presiden
2) UUD NRI Tahun 1945 menentukan bahwa presiden tidak dapat membubarkan
DPR
3) UUD NRI Tahun 1945 menyatakan bahwa kekuasaan kehakiman adalah
kekuasaan yang merdeka, terlepas dari pengaruh kemerdekaan.

b. Kabinet pada Masa Demokrasi Terpimpin


Berikut adalah daftar kabinet yang terbentuk pada Masa Demokrasi Terpimpin.
Pimpinan
No. Nama Kabinet Awal masa kerja Akhir masa kerja Jabatan
Kabinet
1. Kerja I 10 Juli 1959 18 Februari 1960 Soekarno Presiden
2. Kerja II 18 Februari 1960 6 Maret 1962 Soekarno Presiden
13 November
3. Kerja III 6 Maret 1962 Soekarno Presiden
1963
13 November
4. Kerja IV 27 Agustus 1964 Soekarno Presiden
1963
5. Dwikora I 27 Agustus 1964 24 Februari 1966 Soekarno Presiden
6. Dwikora II 24 Februari 1966 28 Maret 1966 Soekarno Presiden
7. Dwikora III 28 Maret 1966 25 Juli 1966 Soekarno Presiden
c. Pemberontakan G30S/PKI
Partai Komunis Indonesia (PKI) untuk kedua kalinya menggantikan ideologi
Indonesia dengan ideologI Komunis melalui Pemberontakan G30S / PKI pada 30 September
1965. G30S/PKI bertujuan mengambil alih kekuasaan atau kudeta. Pada peristiwa ini, terjadi
penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi AD (Angkatan Darat). Selain itu, sarana
penting komunikasi seperti RRI Pusat dan Gedung Telekomunikasi berhasil dikuasai.
Gerakan ini berhasil diatasi oleh Mayor Jenderal Soeharto yang saat itu menjabat sebagai
Panglima Kostrad. Bersama rakyat dan pasukan tentara yang setia terhadap NKRI, G30S/PKI
pun ditumpas.
F. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Orde Baru (12 Maret
1967 – 21 Mei 1998)
Pada Masa Orde Baru, sistem pemerintahan tetap berdasakan UUD NRI Tahun 1945
yaitu sistem presidensial. Selama Orde Baru, telah terbentuk tujuh kabinet, semuanya bersifat
presidensial. Adapun kabinet pada masa Orde Baru dapat dilihat pada tabel berikut.
Akhir masa Pimpinan
No. Nama Kabinet Awal masa kerja Jabatan
kerja Kabinet
1. Pembangunan I 6 Juni 1968 28 Maret 1973 Soekarno Presiden
2. Pembangunan II 28 Maret 1973 29 Maret 1978 Soekarno Presiden
3. Pembangunan III 29 Maret 1978 19 Maret 1983 Soekarno Presiden
4. Pembangunan IV 19 Maret 1983 23 Maret 1988 Soekarno Presiden
5. Pembangunan V 23 Maret 1988 17 Maret 1993 Soekarno Presiden
6. Pembangunan VI 17 Maret 1993 14 Maret 1998 Soekarno Presiden
Pembangunan
7. 14 Maret 1998 21 Mei 1998 Soekarno Presiden
VII

a. Pembatasan hak-hak politik rakyat


Sejak tahun 1973 jumlah parpol di Indonesia dibatasi hanya 3 (PPP, Golkar, dan PDI). Pers
dinyatakan bebas, tetapi pemerintah dapat memberedel penerbitan pers. Selain itu, pegawai
negeri dan ABRI didorong mendukung partai penguasa, yaitu Golkar.
b. Pemusatan kekuasaan di tangan Presiden
Presiden dianggap dapat mengendalikan lembaga negara (MPR, DPR, MA, dan lainnya)
tersebut. Presiden adalah Panglima Tertinggi ABRI.
c. Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN)
Kekuasaan yang terpusat dan nyaris tak terkontrol membuat merebaknya KKN. Keadaan ini
membawa rakyat pada kesengsaraan, terutama yang termasuk ekonomi menengah kebawah.
Kekuasaan Orde Baru berakhir setelah munculnya gerakan perlawanan rakyat terhadap
kekuasaan Soeharto melalui gerakan reformasi. Akhirnya, Soeharto mundur dari jabatan
presiden pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikan wakil presidennya, B. J. Habibie sebagai
Presiden RI ketiga.
G. Persatuan dan Kesatuan Bangsa pada Masa Reformasi (21 Mei 1998
– Sekarang)
a. Kebijakan Berkaitan Kebebasan Berpolitik
Setelah Soeharto mengundurkan diri sebagai presiden, Indonesia memasuki masa
reformasi. Adanya pembaruan politik pada masa reformasi dapat dilihat dari kebijakan yang
berhubungan dengan kebebasan berpolitik, antara lain sebagai berikut.
1) Kemerdekaan pers.
Sebelumnya penerbitan media massa diwajibkan memiliki SIUPP (Surat Izin Usaha
Penerbitan Pers). Pada masa reformasi, pers dibebaskan dari SIUPP.
2) Kemerdekaan membentuk partai politik.
Sebelumnya, partai politik dibatasi hanya tiga, tetapi setelah reformasi, pembentukan
partai politik dibebaskan.
3) Terselenggaranya pemilu yang demokratis
Pemilu pertama Indonesia, tahun 1955 dianggap salah satu pemilu paling demokratis.
Pada kenyataannya, hanyalah demokratis semu. Pada tahun 1999 inilah terselenggara
pemilu yang benar demokratis.
4) Otonomi daerah.
Pada tahun 1999, keluar UU No. 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah. Peraturan
ini memperluas kekuasaan pemerintahan pada pemerintah daerah (pemda)
b. Amandemen UUD NRI Tahun 1945
Menurut Zoelva, perubahan UUD NRI Tahun 1945 mengenai penyelenggaraan negara
dilakukan untuk mempertegas kekuasaan dan wewenang tiap lembaga negara, mempertegas
batas-batas kekuasaan setiap lembaga negara dan menempatkannya berdasarkan fungsi-
fungsi penyelenggaraan negara bagi setiap lembaga negara. Sistem yang hendak dibangun
adalah system check and balances, yaitu pembatasan kekuasaan setiap lembaga negara oleh
undang-undang dasar, tidak ada yang tertinggi dan tidak ada yang rendah, semuanya sama
diatur berdasarkan fungsi masing-masing.
Melalui amandemen UUD NRI Tahun 1945, sejumlah kewenangan presiden dikurangi
dan dibatasi oleh UUD. Tujuannya adalah agar kekuasaan presiden tidak disalahgunakan.
Pengurangan dan pembatasan tersebut tampak antara lain pada pasal-pasal berikut.
1) Penghapusan kekuasaan presiden untuk membentuk undang-undang (Pasal 5 ayat 1
UUD NRI Tahun 1945)
2) Pembatasan kekuasaan presiden untuk mengangkat duta dan menerima duta negara
sahabat harus melalui pertimbangan DPR (Pasal 13 UUD NRI Tahun 1945)
3) Pembatasan kewenangan presiden untuk memberikan grasi dan rehabilitasi harus
melalui pertimbangan MA serta pemberian amnesti dan abolisi harus dengan
pertimbangan DPR (Pasal 14 UUD NRI Tahun 1945)
4) Pembatasan kewenangan pembentukan dan pembubaran departemen pemerintah
harus melalui pertimbangan atau persetujuan DPR (Pasal 17 UUD NRI Tahun 1945)
c. Pergantian Presiden RI dan Kabinet Masa Reformasi
Pada masa reformasi, Indonesia mengalami lima kali pergantian Presiden. Berikut tabel
kabinet pada masa reformasi beserta pimpinan kabinet/presidennya.
Akhir masa Pimpinan
Nama Kabinet Awal masa kerja Jabatan
kerja Kabinet
Reformasi
21 Mei 1998 20 Oktober 1999 B.J. Habibie Presiden
Pembangunan
Abdurahman
Persatuan Nasional 26 Oktober 1999 9 Agustus 2001 Presiden
Wahid
Megawati
Gotong Royong 9 Agustus 2001 20 Oktober 2004 Presiden
Soekarnoputri
Susilo Bambang
Indonesia Bersatu 21 Oktober 2004 20 Oktober 2009 Presiden
Yudhoyono
Susilo Bambang
Indonesia Bersatu II 22 Oktober 2009 20 Oktober 2014 Presiden
Yudhoyono
Kerja 27 Oktober 2014 - Joko Widodo Presiden
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia dari masa ke masa memiliki banyak perbedaan. Dari kondisi suku, ras, dan
agama serta masa kepemimpinan memiliki ciri khas tersendiri yang dapat membentuk
Indonesia yang satu. Meskipun banyak perbedaan, Indonesia tetap dapat mempertahankan
persatuan dan kesatuannya, dapat memberantas masalah yang akan mempecahbelahkan
persatuan dan kesatuan di Indonesia, sehingga persatuan dan kesatuan Indonesia masih tetap
terjaga hingga saat ini.

B. Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih
fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang
lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
Untuk saran bias berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi
terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah dijelaskan.
Daftar Pustaka
https://yayasanmasyarakatbaik.wordpress.com/2018/01/25/pengertian-persatuan-dan-
kesatuan-bangsa/ diakses pada 21 Februari 2019 Pukul 19.40 WIB.
Kardiman, Yuyus.2018.Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan untuk SMA/MA kelas
XII.Jakarta:Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai