Anda di halaman 1dari 10

PERSATUAN DAN KESATUAN BANGSA

PADA MASA REVOLUSI KEMERDEKAAN


(18 AGUSTUS 1945–27 DESEMBER 1949)

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran PPKN Kelas XII Semester Genap

Disusun Oleh:
Kelompok 3 - XII MIPA 2
Adryan Siregar (02)
Carlo Angkisan (08)
Cleo Excellen Iskandar (09)
Najwa Fadhilah (22)
R. Aisha Syauqi Ramadhani (28)

SMA NEGERI 1 BEKASI


TAHUN PELAJARAN
2022/2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang dikenal sebagai bangsa majemuk, ditandai
dengan banyaknya etnis, suku, agama, budaya, kebiasaan, di dalamnya. Di sisi lain,
masyarakat Indonesia juga dikenal sebagai masyarakat multikultural, yang anggotanya
memiliki latar belakang budaya (cultural background) beragam. Kemajemukan dan
multikulturalitas mengisyaratkan adanya perbedaan. Contoh kecil dari perbedaan
keberagaman budaya ini antara lain adalah perbedaan watak.
Tetapi perbedaan itu semua tidak menjadikan Indonesia menjadi negara yang tidak
bersatu atau negara yang terpecah-pecah karena perbedanya, melainkan menjadikan Indonesia
negara yang mempunyai konsep persatuan dan kesatuan di atas segala perbedaan. Konsep
persatuan dan kesatuan ini terlihat dari semboyan Indonesia yaitu Bhinneka Tunggal Ika.
Secara mendalam Bhineka Tunggal Ika memiliki makna walaupun di Indonesia terdapat
banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap satu
kesatuan yang sebangsa dan setanah air. Dipersatukan dengan bendera, lagu kebangsaan, mata
uang, bahasa dan lain-lain yang sama. Jadi rakyat Indonesia pada dasarnya harus mempunyai
konsep persatuan dan kesatuan didirinya masing-masing, karena dengan konsep persatuan dan
kesatuan inilah rakyat Indonesia bisa menjalankan kehidupannya dengan sejahtera dan
makmur, karena tidak mempermasalahkan perbedaan yang ada dan menjadikan perbedaan
tersebut menjadi salah satu keunikan negara Indonesia.
Konsep persatuan dan kesatuan ini juga ada di landasan ideal dan konstitusional negara
Indonesia yaitu, landasan idealnya adalah Pancasila yaitu sila 3 yang berbunyi: ³Persatuan
Indonesia. Melalui semangat persatuan Indonesia kita harus dapat mengisi kemerdekaan serta
melanjutkan pembangunan menuju masyarakat yang adil dan makmur. Melalui hal tersebut
harapannya adalah agar kita bisa memiliki rasa persatuan dan kesatuan yang baik dan benar.
Manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial yang sangat membutuhkan orang lain
disekitarnya. Multikulturalisme yang ada di Indonesia menyebutkan bahwa Indonesia
mempunyai banyak keragaman dan kekayaan yang sangat membutuhkan solidaritas antar
sesama umat manusia demi tercapainya kehidupan yang harmonis.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Persatuan dan Kesatuan


1. Pengertian Persatuan
Persatuan yaitu berkumpulnya macam-macam corak dari berbagai kalangan, ras,
budaya, dan adat istiadat dalam masyarakat yang bersatu dengan serasi.
2. Pengertian Kesatuan
Kesatuan merupakan hasil dari persatuan yang telah menjadi utuh. Hal ini
dilakukan untuk terhindar dari disintegrasi, maka sangat dibutuhkan persatuan di
Indonesia. 
3. Makna Persatuan dan Kesatuan
Tanpa adanya rasa persatuan dan kesatuan, bangsa akan terpecah belah. Makna
persatuan dan kesatuan bagi bangsa Indonesia adalah agar tak mudah terpecah belah.
Persatuan dan kesatuan sangat penting untuk mempertahakan kedaulatan dan kemerdekaan
bangsa. Makna persatuan dan kesatuan bagi Bangsa Indonesia juga melambangkan
terbentuknya Negara Kesatuan Republik Indonesia. NKRI terbentuk atas persatuan dan
kesatuan atas persamaan nasib, budaya, wilayah, serta prinsip-prinsip yang ada.

B. Latar Belakang Masa Revolusi Kemerdekaan


Masa Revolusi Kemerdekaan (18 Agustus 1945–27 Desember 1949), adalah salah
satu periode terpenting dalam perjalanan sejarah Bangsa Indonesia. Dimulai dari kekalahan
bala tentara Jepang erhadap sekutu. Disebut masa revolusi karena pada masa ini, perjuangan
yang berlangsung adalah perjuangan mempertahankan kemerdekaan Indonesia berlangsung
sangat cepat. Dimana arti revolusi itu sendiri adalah suatu perubahan yang berlangsung
secara cepat dan menyangkut dasar atau pokok-pokok kehidupan. Dalam rentang waktu di
antara 1945 hingga 1949, Indonesia mengalami masa pegolakan politik yang amat besar.

C. Karakteristik Pemerintahan Masa Revolusi Kemerdekaan


Pada periode ini, bentuk NKRI adalah kesatuan, dengan bentuk pemerintahan adalah
republik yang mana presiden berkedudukan sebagai kepala pemerintahan sekaligus sebagai
kepala negara. Sistem pemerintahan yang dipakai adalah sistem pemerintahan presidensial.
Dalam periode ini, yang dipakai sebagai pegangan adalah Undang-Undang Dasar 1945.
Selama itu, UUD 1945 dijadikan pedoman, namun tidak dilaksanakan secara murni dan
konsekuen dalam praktiknya. Hal ini dikarenakan bangsa Indonesia baru saja mendeklarasikan
kemerdekaannya. Saat itu, seluruh kekuatan negara dipusatkan pada upaya mempertahankan
kemerdekaan yang baru diperoleh agar tidak digoyahkan oleh kekuatan asing yang ingin
menjajah kembali Indonesia. Dengan demikian, meskipun Undang-Undang Dasar 1945 telah
berlaku, namun yang baru dapat dibentuk hanya presiden, wakil presiden, serta para menteri
dan gubernur yang merupakan perpanjangan tangan pemerintah pusat. Adapun departemen
yang dibentuk untuk pertama kalinya terdiri atas 12 departemen. Provinsi yang baru terbentuk
terdiri dari delapan wilayah yang terdiri dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera,
Borneo, Sulawesi, Maluku, dan Sunda Kecil. Kondisi itu didasarkan pada Aturan Peralihan
Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa untuk pertama kalinya presiden dan
wakil presiden dipilih oleh PPKI. Dengan demikian, tidaklah menyalahi apabila MPR/DPR RI
belum dimanfaatkan karena pemilihan umum belum diselenggarakan.
Lembaga-lembaga tinggi negara lain yang disebutkan dalam Undang-Undang Dasar
1945 seperti MPR, DPR, DPA, BPK, dan MA belum dapat diwujudkan sehubungan dengan
keadaan darurat dan harus dibentuk berdasarkan undang-undang. Untuk mengatasi hal
tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 melalui ketentuan dalam pasal IV Aturan Peralihan
menyatakan bahwa sebelum Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat dan
Dewan pertimbangan Agung dibentuk menurut undang-undang dasar ini, segala kekuasaanya
dijalankan oleh Presiden dengan bantuan sebuah Komite. Pasal IV Aturan Peralihan UUD
1945 dijadikan dalih oleh belanda untuk menuduh Indonesia sebagai negara diktator karena
kekuasaan negara terpusat kepada presiden. Untuk melawan propaganda Belanda pada dunia
internasional, maka pemerintah RI mengeluarkan tiga Maklumat.
1. Maklumat Wakil Presiden Nomor X tanggal 16 oktober 1945 yang menghentikan
kekuasaan luar biasa dari presidean kemuadian maklumat tersebut diberikan kepada
MPR dan DPR yahg semula dipegang oleh presiden kepada komite nasional indonesia
pusat.
2. Maklumat Pemerintah tanggal 3 November 1945, tentang pembentukan partai politik
yang sebanyak-banyaknya oleh rakyat. Hal ini sebagai akibat dari anggapan pada saat
itu bahwa salah satu ciri demokrasi adalah multipartai. Maklumat tersebut juga sebagai
upaya agar Dunia Barat menilai bahwa indonesia adalah negara menganut asa
demokrasi.
3. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945, yang menganut intinya mengubah
sistem pemerintahan presidensial menjadi sistem pemerintahan parlementer.Maklumat
tersebut kembali menyalahi ketentuan UUD RI 1945 yang menetapkan sistem
pemerintahan presidensial sebagai sistem pemerintah Indonesia.
Ketiga maklumat di atas memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap sistem
ketatanegaraan Indonesia. Maklumat pemerintah tanggal 14 November 1945 telah membawa
perubahan total dalam sistem pemerintahan negara kita. Pada tanggal tersebut, Indonesia
memulai kehidupan baru sebagai penganut sistem pemerintahan parlementer, tetapi sistem
pemerintahan parlementer tidak berjalan lama.
Sistem tersebut berlaku mulai tanggal 14 November 1945 dan berakhir pada tanggal 27
Desember 1949. Dalam rentang waktu itu, terjadi beberapa kali pergantian kabinet. Kabinet
yang pertama dipimpin oleh Sutan Syahrir yang dilanjutkan dengan kabinet Syahrir II dan III.
Sewaktu bubarnya kabinet Syahrir Ill, sebagai akibat meruncingnya pertikaia pemerintah
membentuk Kabinet Presidensial kembali. Namun atas desakan dari beberapa parta kembali
membentuk Kabinet Parlementer seperti.
1. Kabinet Amir Syarifudin I (3 Juli 1947–11 November 1947)
2. Kabinet Amir Syarifudin II (11 November 1947–29 Januari 1948)
3. Kabinet Hatta I (29 Januari 1948–4 Agustus 1949)
4. Kabinet Darurat (Mr. Sjafruddin Prawiranegara) (19 Desember 1948–13 Juli 1949)
5. Kabinet Hatta II (4 Agustus 1949–20 Desember 1949)

D. Hambatan dalam Mempertahankan Persatuan dan Kesatuan Masa Revolusi


Kemerdekaan
Pada masa revolusi kemerdekaan, Indonesia menghadapi berbagai macam peristiwa
yang menjadi hambatan untuk mempertahankan integrasi negaranya, antara lain:
1. Agresi Militer Belanda I
Setelah proklamasi kemerdekaan berlangsung, Indonesia tidak begitu saja lepas
dari penjajah. Belanda masih terus berusaha merebut kembali kemerdekaan dengan
melakukan sejumlah serangan, salah satunya Agresi Militer Belanda I. Agresi Militer
Belanda I terjadi pada tanggal 21 Juli 1947–5 Agustus 1947, yang dipimpin oleh Letnan
Gubernur Jenderal Johannes van Mook. Tujuan Agresi Militer Belanda I adalah untuk
membangkitkan perekonomian Belanda dengan cara menguasai kekayaan sumber daya
alam Indonesia. Target utama Belanda adalah Sumatera dan Jawa untuk menguasai
sumber daya alam di sana. Di Pulau Jawa, Belanda menyerang Jawa Barat, Jawa Tengah,
dan Jawa Timur. Indonesia mengirimkan pasukan Siliwangi untuk melawan tentara
Belanda. Salah satu strategi yang digunakan oleh pasukan Siliwangi adalah dengan
melakukan serangan gerilya pada sektor-sektor penting, seperti jalan-jalan penghubung,
jalur logistik, dan pos Belanda. Pada praktiknya, serangan gerilya pasukan Siliwangi di
Jawa Barat berhasil mengalahkan usaha perkebunan yang menjadi sektor ekonomi penting
bagi Belanda. Akhir dari Agresi Militer Belanda I adalah disepakatinya perjanjian Renville
pada 17 Januari 1947.
2. Agresi Militer Belanda II
Belanda pada akhirnya mengingkari perjanjian Renville dengan melancarkan
serangan Agresi Militer Belanda II pada 19 Desember 1948, di Yogyakarta. Pada tanggal
19 Desember 1948, Belanda mulai menyerang Kota Yogyakarta yang saat itu menjadi ibu
kota sementara Indonesia. Belanda melakukan serangan udara mendadak yang membuat
pasukan Indonesia kewalahan pada awalnya. Hanya dalam waktu beberapa jam, sore hari
tanggal 19 Desember 1948, Yogyakarta sudah berhasil diambil alih oleh Belanda. Setelah
mendengar serangan mendadak itu, Panglima TNI Jenderal Sudirman memberikan
perintah kilat melalui radio yang bertujuan untuk melawan musuh dengan cara perang
rakyat semesta. Maksudnya, para pasukan akan hijrah dengan cara long march ke wilayah
masing-masing dan membentuk kekuatan. Setelah kekuatan terbentuk, pertempuran mulai
terjadi antara pasukan Indonesia dan pasukan Belanda. Pertempuran Agresi Militer
Belanda II telah banyak memakan korban jiwa dan kerusakan besar bagi pihak Indonesia.
Saking besarnya, aksi penyerangan ini sampai terdengar ke kancah internasional, termasuk
Amerika Serikat (AS). Akibatnya, AS memutuskan untuk menghentikan bantuan dana
kepada Belanda. AS dan PBB juga mendesak agar Belanda segera melakukan gencatan
senjata dan menggelar perundingan damai. Akhirnya, pada 7 Mei 1949, Agresi Militer
Belanda II berakhir dengan ditandatanganinya perjanjian Roem-Royen.
3. Perjanjian Linggarjati
Perundingan Linggarjati terjadi karena Jepang menetapkan status quo pada
Indonesia yang menyebabkan terjadinya konflik antara Indonesia dengan Belanda. Salah
satunya ditandai dengan Peristiwa 10 November di Surabaya. Pemerintah Inggris sebagai
penanggung jawab mengundang Indonesia dan Belanda berunding di Hooge Veluwe.
Namun perundingan ini berujung gagal karena Indonesia meminta Belanda mengakui
kedaulatan atas Pulau Jawa, Sumatera, dan Madura. Sementara itu, Belanda hanya
bersedia mengakui Pulau Jawa dan Madura. Akhirnya, pada 14 Oktober 1946,
perundingan ini menghasilkan persetujuan gencatan senjata. Kemudian, gencatan senjata
dilanjutkan dengan Perundingan Linggarjati yang dilaksanakan pada 11 November 1946.
Perjanjian Linggarjati selesai dilaksanakan pada 15 November 1946 dan ditandatangani
pada 25 Maret 1947. Salah satu isi dari Perjanjian Linggarjati adalah Belanda bersedia
mengakui secara de facto Jawa, Sumatera, dan Madura.
4. Pemberontakan Partai Komunis Indonesia (PKI) Madiun 1948
Pemberontakan ini terjadi pada tanggal 18 September 1948 yang dipimpin oleh
Muso. Tujuan dari pemberontakan PKI Madiun adalah ingin mengganti dasar negara
Pancasila dengan komunis serta ingin mendirikan Soviet Republik Indonesia.
Pemberontakan PKI Madiun melakukan aksinya dengan menguasai seluruh karesidenan
Pati. PKI juga melakukan pembunuhan dan penculikan ini secara besar-besaran. Pada
tanggal 30 September 1948, pemberontakan PKI Madiun berhasil ditumpas oleh TNI yang
dibantu oleh rakyat. Di bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto (Panglima Divisi H Jawa
Tengah bagian timur) dan Kolonel Sungkono (Panglima Divisi Jawa Timur) mengerahkan
kekuatan TNI dan polisi untuk melakukan pengejaran dan pembersihan di daerah-daerah
sehingga Muso dan Amir Syarifuddin berhasil ditembak mati.
5. Gerakan Darul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII) di Jawa Barat
Pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dipimpin oleh Sekarmadji Maridjan (SM)
Kartosuwiryo yang memiliki cita-cita untuk mendirikan Negara Islam Indonesia. Cita-
citanya membentuk Negara Islam Indonesia (NII) diwujudkan melalui Proklamasi yang
dikumandangkan pada tanggal 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat. Untuk
mengatasi pemberontakan yang dilakukan oleh Kartosuwiryo, Pasukan TNI dan rakyat
menggunakan Operasi Pagar Betis di Gunung Geber. Akhirnya, pada tanggal 4 Juni 1962
Kantosuwiryo berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati.

E. Akhir Masa Revolusi Kemerdekaan


Kondisi pemerintahan tidak stabil karena kabinet yang dibentuk tidak bertahan lama
serta rongrongan kolonial Belanda yang ingin kembali menjajah Indonesia. Pemberontakan
tersebut menambah catatan kelam sejarah bangsa Indonesia dan rakyat makin menderita. Masa
Revolusi Kemerdekaan berakhir seiring dengan hasil kesepakatan Konferensi Meja Bundar
yang mengubah bentuk negara kesatuan menjadi negara serikat pada tanggal 27 Desember
1949 yang merupakan awal dari Masa Republik Indonesia Serikat.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari materi sebelumnya dapat disimpulkan bahwa, Persatuan dan kesatuan Bangsa
Indonesia dapat diartikan sebagai persatuan bangsa atau negara yang menduduki wilayah
Indonesia. Persatuan tersebut didorong untuk mencapai kehidupan yang bebas dalam wadah
negara yang merdeka dan berdaulat.Persatuan dan kesatuan bangsa memiliki makna yang
sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara masyarakat Indonesia. Bangsa
Indonesia yang tinggal dalam negara kepulauan memiliki keragaman budaya, agama, suku
bangsa, bahasa, dan adat istiadat.Namun demikian, mereka terikat satu sama lain karena
memiliki kesamaan-kesamaan yang memengaruhi kehidupan masyarakatnya.

B. Saran
NKRI adalah harga mati. Pernyataan tersebut mengandung makna yang sangat dalam.
Pernyataan tersebut menggambarkan ketegasan sikap dan cita-cita bahwa negara Indonesia
diperjuangkan kemerdekaannya untuk mewujudkan konsep negara kesatuan yang
diimplementasikan di bumi Indonesia.
Untuk mewujudkan hal tersebut telah banyak pengorbanan yang dilakukan para
pahlawan mulai dari pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa. Hal tersebut
dilakukan karena mereka mempunyai semangat kebangsaan. Semangat itulah yang harus kita
jaga dan selalu mewarnai setiap perilaku kita.
Indonesia memang suatu bangsa yang multikultural, bangsa yang berdiri dari bebagai
macam suku, budaya, ras dan berbagai bahasa. Namun hal tersebut tidak menutup
kemungkinan bagi kita sebagai bangsa indonesia untuk bersatu dan berjuang untuk bangsa
yang terdiri dari bermacam-macam kultur ini. Kita harus bersatu agar duduk sama rendah dan
berdiri sama dengan bangsa yang lain dan bersama-sama, bergotong royong untuk
mengangkat martabat bangsa Indonesia di mata dunia.
Dengan penulisan paper ini diharapkan para pembaca sebagai penerus bangsa dapat
meningkatkan rasa persatuan dan kesatuan terhadap sesama warga NKRI guna mewujudkan
cita-cita dan tujuan negara ini.
DAFTAR PUSTAKA

Adryamarthanino, Verelladevanka. 2022. Peristiwa-peristiwa yang Terjadi pada Masa Revolusi


Kemerdekaan. Diakses pada 19 Februari 2023, dari
https://www.kompas.com/stori/read/2022/09/22/103749579/peristiwa-peristiwa-yang-
terjadi-pada-masa-revolusi-kemerdekaan/
Lubis, Yusnawan dan Mohamad Sodeli. 2018. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
SMA/MA/MAK Kelas XII. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Nugroho, Faozan Tri. 2021. Pengertian Persatuan dan Kesatuan, Makna, Manfaat, serta
Contohnya yang Perlu Dipahami. Diakses pada 19 Februari 2023, dari
https://www.bola.com/ragam/read/4501280/pengertian-persatuan-dan-kesatuan-makna-
manfaat-serta-contohnya-yang-perlu-dipahami

Anda mungkin juga menyukai