Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“Pembebasan Irian Barat”

Oleh:

Kelompok 3

1. Marlinda
2. Hasni
3. Baso Safaruddin
4. Baso Ferdiansyah
5. Randi Saputra Jaya

PROVINSI SULAWESI SELATAN

SMA NEGERI 13 WAJO

TAHUN PELAJARAN 2022/2023


KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidaya dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Makalah sejarah ini sudah selesai kami susun dengan maksimal dengan bantuan
pertolongan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu
kami menyampaikan banyak terimah kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
pembuatan makalah ini. Terlepas dari ini, kami menyadari seutuhnya bahwa masih jauh dari kata
sempurna baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, kami terbuka
untuk menerima segala masukan atau kritik yang bersifat membangun dari pembaca sehingga
kami bisa bisa melakukan perbaikan makalah ini.

Akhir kata kami meminta semoga makalah sejarah tentang Pembebasa Irian Barat dapat
berguna untuk masyarakat bisa memberi manfaat ataupun inspirasi pada pembaca.

Solo, 30 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

Pembebasan Irian barat dari Tangan Belanda

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

` Dalam perkembangan selanjutnya, permasalahan tentang Irian Barat tidak


kunjung selesai. Belanda selelu menolak ketika diajak berunding untuk membicarakan
masalah Irian Barat. Berbagai cara diplomatic dilakukan pemerintah Indonesia agar
Belanda membebaskan Irian Barat namun selalu gagal. Hal ini berlangsung hingga tahun
1969 ketika Belanda akhirnya menyerahkan Irian Barat setelah terjadi berbagai insiden
senjata.
Permasalahan Irian Barat timbul setelah Konfrensi Meja Bundar(KMB). Dalam
Konfrensi Meja Bundar semua penyelesaian diserahkan sepenuhnya kepada Indonesia,
kecuali Irian Barat. Sewaktu diadakan persetujuan linggarjati, Belanda masih mengakui
Irian Barat sabagai bagian dari Republik Indonesia Serikat, begitu pula sewaktu
dilaksanakan persetujuan Renvile. Belanda juga masih mengakui Irian Barat sabagai
bagian dari Republik Indonesia Serikat

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
makalah ini adalah:

Bagaimana pembebasan Irian Barat dari Belanda

C. Tujuan

Adapun tujuan disusunya makalah ini adalah:


Untuk mendeskripsikan pembebasan Irian Barat dari Belanda
BAB II

PEMBAHASAN

Pembebasan Irian Barat dai Belanda

Pembebasan ini dilakukan pada masa demokrasi terpimpin. Salah satu isu yang
menjadi PR Pemerintah adalah Pembebasan Irian Barat. Meskipun wilayah Irian Barat telah
menjadi bagian dari Republik Indonesia yang diproklamsikan pada 17 agustus 1945, namun
berdasarkan KMB 1949 Penyerahan Irian Barat dari Belanda masih di tangguhkan. Pada
Masa Demokrasi Terpimpin upaya Pembebasan Irian Barat semakin digencarkan, Preside
Soekarno semakin menegaskan bahwa Indonesia tidak akan mundur sejengkal pun dari
Irian Barat. Perjuangan bangsa Indonesia tidak akan berakhir sebelum Irian barat sepenuhnya
kembali menjadi bagian dari Indonesia, untuk itu Indonesia menempu banyak cara.

Upaya-upaya yang dilakukan Bangsa Indonesia untuk membebaskan Irian Barat


dari Tangan Belanda:

a. Diplomasi

Diplomasi yaitu dengan upaya untuk menyelesaikan dengan jalan damai.


Indonesia dengan Belanda telah menempuh jalan damai melalui Perundingan Bilateral
yang dilaksana berturut-turut pada tahun 1950,1952, dan 1954, namun hasilnya tetap
sama Belanda enggan menepati hasil KMB untuk mengembalikan Irian Barat kepada
Indonesia. Indonesia kemudian mengajukan maslah ini ke forum PBB meski sudah
berkali-kali menagujan maslah Irian Barat pada Sidang Umum PBB Indonesia belum
memperoleh dukungan yang cukup dari Negara-negara anggota PBB untuk mendesak
Belanda. Setelah gagal melakukan upaya diplomasi pada forum PBB Indonesia kemudian
mengambil jalan Diplomasi Aktif.
b. Diplomasi Aktif

Diplomasi aktif yaitu dengan upaya mencari dukungan dari negara lain melalui
konfrensi Asia-Afrika pada April 1955. Konfrensi tersebut dihadiri oleh 29 Negara dari
kawasan Asia-Afrika, Negara-negara ini mendukung penuh upaya Indonesia untuk
memperoleh kembali Irian Barat sebagai wilayah Indonesia secara sah. Sayangnya suara
negara-negara ini masi belum berhasil menarik dukungan internasional dari Sidang PBB.

c. Konfrontasi Politik

Konfrontasi politik yang dilakukan Indonesia antara lain:


1). Membatalkan hubungan Indo-Belanda secara sepihak.
2). Membentuk pemerintaha sementara di Irian Barat lebih tepatnya di Tidore
pada 17 Agustus 1956.
3). Mengambil alih semua perusahaan milik Belanda oleh Kaum Buruh
4). Membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat(FNPIB)
5). Memutuskan hubungan diplomati dengan Kerajaan Belanda pada 17 agustus
1960 yang diikutu dengan penutupan kantor belanda di Indonesia.

d. Konfrontasi Ekonomi

Bentuk konfrontasi ekonimi yang dilakukan Indonesia yaitu:


1). Membatalkan utang Indonesia kepada Belanda.
2). Melarang maskapai penerbangan Belanda.
3). Memberhentikan semua perwakilan knsuler Belanda.
4). Memindahkan Pasar Komoditas Indonesia.
Pada saat hubungan Indonesia dan Belanda semakin memucak. Presiden Soekarno
berpidato dalam Sidang Umum PBB pada 30 September 1960 dalam pidato yang
berjudul”Membangun Dunia Kembali” dan Soekarno menegaskan bahwa bangsa
Indonesia akan memperkeras sikapnya pada Belanda. Pidato ini membawa dampak
kembali dibukanya kembali perdebatan Irian barat di Forum PBB. Wakil Amerika Serikat
mengusulkan agar Belanda menyerahkan kedaulatan Irian barat kepada Indonesia melalui
PBB dalam jangka waktu 2 tahun. Indonesia menyetujui usulan tersebut namun dengan
waktu yang lebih singkat, sedangkan Belanda ingin membentuk Negara Papua,
keinginan. Belanda ini membawa Presiden Oekarna menempuh dengan cara lebih keas
yaitu Konfrontasi Militer

e. Konfrontasi Militer

Konfrontasi militer yaitu upaya terakhir yang dilakukan bangsa Indonesia untuk
membebaskan Irian Barat dari Tangan Belanda. Pemerintah berupaya mencari bantuan
senjata ke luar negeri, upaya ini dipimpin oleh jendral A.H.Nasution. Pada awalnya
pembelian senjata ini di lajukan di Blok Barat terutama AS( Ameriak Serikat), tetapi
tidak mendapatkan hasil yang memuaskan. Selanjutnya dilanjutkan ke Blok Timur
terutam Uni Soviet.

Dalam rapat besar di Yogjakarta 19 desember 1961, Presiden Soekarno


mengeluarkan Komando untuk mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk terlibat
langsiung dalam konfrontasi militer ini. Komando ini kita kenal dengan TRIKORA( Tri
Komando rakyat) yang berisi:

1. Gagalkan pembentukan Negara Boneka Papua


2. Kibarkan sang Merah Putih di Irian Barat
3. Bersiaplah untuk Mobilisasi Umum

Setelah TRIKORA, Presiden mengeluarkan keputusan Presidem no.1 Tahun 1962


pembetukan Komando Mandala Pembebasan Irian Barat yang dipimpin oleh jenderal
Soeharto

>>Tahapan Strategi Soeharto

Infiltrasi Ekspoitasi Konsolidasi

Belanda terpaksa bersedia melakukan perundingan dengan Indonesia, akhirnya


pada 15 Agustus 1962 atas usul Ellswort Bunker yang menjadi pihak penengah dari
PBB dilaksanakan perjanjian antara Indonesia dengan Belanda di New York. Perjanjian
ini dikenal sebagai perjanjian New York dengan Indonesia didelegasikan oleh Adam
malik dan belanda Oleh Fang Royang. Perjanjian New York berisikan Belanda
menyerahkan Irian Barat kepada UNTEA selambatnya 1 Oktober 1962, bendera
Indonesia dikibarkan di samping bendera PBB. Pada 1 Mei 1963 UNTEA atas nama PBB
menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia, selanjutnya Indonesia wajib melaksanakan
PEPERA( Penentuan Pendapat Rakyat). Berdasrkan perjanjian New York Indonesia
harus menyelenggarakan PEPERA, dimana PEPERA akan dilaksanakan pada masa orde
baru. Dimana Indonesia sudah dipimpin oleh soeharto, PEPERA dilaksanakan pada 14
Juli- 4 agustus 1969. PEPERA diatur oleh Brigden Sarwo Edhi W.

Pada 19 Desember 1969, Fernando Ortis zans membawa hasil PEPERA dalam
siding Umum PBB ke-24, PBB Menerima hasil PEPERA karena sudah sesuai dengan isi
perjanjian New York, sejak itulah secara de facto dan de jure Irian Brat Resmi menjadi
bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dalam upaya pembebasan Irian Barat dari Tangan Belanda Republik Indonesia
banyak melakukan cara seperti Diplomas, Diplomasi Aktif, Konfrontasi Politik,
Konfrontasi Ekonomi, dan yang terakhir Konfrontasi Militer. Pada 19 Desember 1969
secara de facto dan de jure Irian Barat resmi menjadi bagian dari Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

B. Saran

Dengan adanya pembahasan ini, diharapkan pembaca dapat memahami lanjut


tentang Pembebasan Irian Barat.
DAFTAR PUSTAKA

Ranti, Dinasti.2020.Pembebasan Irian Barat dari Tangan Belanda.Yogyakarta: Rineka Cipta.

Satrio, Budiman,2021. Pembebasan Irian Barat dari Tangan Belanda.Yogyakarta: The Jakarta
post.di akses pada 30 Oktober 2022.https://www.academia.edu.

Anda mungkin juga menyukai