IRIAN BARAT
1) Dalam Konferensi Colombo bulan April 1954, Indonesia memajukan masalah Irian
Barat. Indonesia berhasil mendapat dukungan.
2) Pada tahun 1954 Indonesia mengajukan masalah Irian Barat dalam sidang PBB.
Namun mengalami kegagalan karena tidak memperoleh dukungan yang kuat.
3) Dalam KAA tahun 1955 Indonesia mendapat dukungan dalam masalah Irian Barat.
Hingga tahun 1956, perundingan antara Indonesia dan Belanda mengenai masalah
Irian Barat mengalami kegagalan. Karena mengalami kegagalan dan tidak ada itikad
baik dari Belanda untuk menyelesaikannya, maka pemerintah Indonesia mengambil
jalan konfrontasi.
Pemerintah Indonesia secara bertahap mulai mengambil langkah yang konkrit dalam
pembebasan Irian Barat. Langkah-langkah tersebut dilakukan melalui konfrontasi
ekonomi, politik, dan militer.
a. Konfrontasi Ekonomi
Sejak tahun 1957 Indonesia melancarkan aksi
konfrontasi dalam upaya pembebasan Irian Barat. Jalan
konfrontasi yang pertama ditempuh adalah konfrontasi
bidang ekonomi. Bentuk konfrontasi ekonomi
dilakukan dengan tindakan-tindakan berikut.
1) Nasionalisasi de javasche Bank menjadi Bank
Indonesia tahun 1951.
2) Pemerintah Indonesia melarang maskapai
penerbangan Belanda (KLM) melakukan penerbangan
dan pendaratan di wilayah Indonesia.
3) Pemerintah Indonesia melarang beredarnya terbitan
berbahasa Belanda.
4) Pemogokan buruh secara total pada perusahan-
perusahaan Belanda di Indonesia yang memuncak pada
tanggal 2 Desember 1957.
5) Semua perwakilan konsuler Belanda di Indonesia
dihentikan mulai 5 Desember 1957 Pada saat itu juga
dilakukan aksi pengambilalihan
atau nasionalisasi secara sepihak terhadap perusahaan-perusahaan Belanda di
Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain Netherlandsche Handel
Maatscappij (NHM) menjadi Bank Dagang Negara, Bank Escompto, dan percetakan
de Unie.
Tindakan Indonesia yang mengambil alih seluruh modal dan perusahaan Belanda
menimbulkan kemarahan Belanda, bahkan negara-negara Barat sangat terkejut atas
tindakan Indonesia tersebut. Akibatnya hubungan Indonesia-Belanda semakin tegang,
bahkan PBB tidak lagi mencantumkan masalah Irian Barat dalam agenda sidangnya
sejak tahun 1958.
b . Konfrontasi Politik
Di samping melalui konfrontasi ekonomi, pemerintah RI juga melakukan konfrontasi
politik. Pada tahun 1956 secara sepihak Indonesia membatalkan hasil KMB yang
dikukuhkan dalam UU No 13 tahun 1956. Kemudian untuk mengesahkan
kekuasaannya atas Irian Barat, maka pada tanggal 17 Agustus 1956 pemerintah
Indonesia membentuk Provinsi Irian Barat dengan ibukotanya Soa Siu. Wilayahnya
meliputi wilayah yang diduduki Belanda serta daerah Tidore, Oba, Weda, Patani, dan
Wasile. Gubernurnya yang pertama adalah Zainal Abidin Syah. Selanjutnya dibentuk
Partai Persatuan Cenderawasih dengan tujuan untuk dapat segera menggabungkan
wilayah Irian Barat ke dalam RI.
Pada tanggal 4 Januari 1958 pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan Irian
Barat (FNPIB). Tujuannya untuk mengerahkan massa dalam upaya pembebasan Irian
Barat. Ketegangan Indonesia-Belanda makin memuncak ketika Indonesia
memutuskan hubungan diplomatik dengan Belanda pada tanggal 17 Agustus 1960.
c . Konfrontasi Militer
Untuk meningkatkan perjuangan, Dewan Pertahanan Nasional merumuskan Tri
Komando Rakyat (TRIKORA) yang dibacakan Presiden Soekarno tanggal 19
Desember 1961 di Yogyakarta.
Berikut ini isi lengkap Trikora.
1) Membentuk Provinsi Irian Barat gaya baru dengan ibukota Kota Baru.
2) Membentuk Komando Mandala Pembebasan Irian Barat pada tanggal 13
Januari 1962. Sebagai Panglima Komando Mandala ditunjuk Mayjen
Soeharto. Markasnya berada di Makasar. Berikut ini tugas Komando Mandala
Pembebasan Irian Barat.
1) Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi-operasi
militer.
Nama Anggota:
- Tamara A.H
- Nurul Arum
- Harrys Fadilla
- Randu G.R
Kelas : 9-1