Anda di halaman 1dari 36

PELAKSANAAN PENERTIBAN PEDAGANG KAKI LIMA DI

KAWASAN JALAN JENDRAL SUDIRMAN BERDASARKAN


UU LLAJ PASAL 28 AYAT 2 JO DAN PASAL 25 AYAT 1
PERSPEKTIF FIQIH SYASAH

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H)

Di susun oleh :
Oce agus sandra
Nim : 182219480

Dosen pembimbing
Dr. Khoiri, S.Sy, MH

PROGRAM SUTDI HUKUM TATA NEGARA (SIYASAH SYARI’YYAH)


JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI BENGKALIS (STAIN)
TAHUN 2021/2022
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
A. Latar belaang masalah
B. Permasalahan
1. Identifikasi masalah
2. Batasan masalah
3. Rumusan masalah
C. Alasan memilih judul
D. Tujuan dan kegunaan penelitian
E. Penegasan istilah
LANDASAN TEORI
A. Kajian teoritis
1. Devinisi pedagang kaki lima
2. Ciri-ciri pedagang kaki lima
3. Dampak postif dan negatif pedagang kaki lima
1. Pengertian jalan dan trotoar pejalan kaki
2. Pengertian trotoar pejalan kaki
3. Fungsi utama trotoar pejalan kaki
1. Devinisi maslahah mursalah
2. Objek maslahah mursalah
B. Hasil-hasil penelitian terdahulu
1. Dwi amita budiarti 2018
2. Al amir bayhaqi 2019
3. Eka darma suryadi 2013
4. Movhammad fadoli 2011
5. Tedy tri saputra 2016

METODELOGI PENELITIAN
A. Jenis dan pendekatan penelitian
B. Lokasi dan waktu penelitian
C. Subjek dan objek penelitian
D. Populasi dan sampel
E. Data jenis data dan skala pengukuran
F. Teknik pengumpulan data
G. Teknik analisis data
PENDAHULUAN

A. Latar belakang maalah


Mendapatkan pekerjaan yank layak dan baik merupakan keingginan semua

manusia bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari pun sudah lebih cukup bagi

keluarga kita untuk menyambung kehidupan esok hari, namun seringkali

pendidikan yang menjadi acuan seseorang untuk berpotensi mendapat kan

pekerjaan apa yang dia inggin kan sedang mereka yang tidak mampu dan

tidak bisa melanjutkan pendidikan di jenjang perguruan tinggi hanya bisa

bekerja dengan apa yang mereka bisa

bukan mengunakan skill, pengalaman, pengetahuan bahkan kehalian yang

seharus nya di dapat kan di jenjang perkuliahan, sejalan dengan kebutuhan

yang terus mendesak maka alasan ini mendorong tumbuh subur nya

kegiatan ekonomi informal di berbagai bentuk pekerjaan salah satu nya

menjajakan jualan di pinggir jalan yang sering kita sebut dengan pedagang

kaki lima atau pun PKL yang berjualan di trotoar jalan, emperan bahkan

memakan badan jalan pedagang kaki lima ini sering kita jumpa di pinggir-

pinggir jln yang sudah merebak

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan

kolonial Belanda Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa

setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk

pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu

setengah meter Sekian puluh tahun setelah itu, saat Indonesia sudah
merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para

pedagang untuk berjualan. Dahulu namanya adalah pedagang emperan

jalan, sekarang menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut

sejarahnya, seharusnya namanya adalah pedagang lima kaki.

Pedagang kaki lima sebenar nya adalah aset negara di bandingkan dengan

kelompok pekerja informal lain nya mereka mampu bertahan di kondisi

sulit apa pun dengan modal yang pas-pasan hanya untuk bertahan mencari

makan dengan dagangan nya akan tetapi banyak permasalahan yang di

hadapi pemerintah terhadap menjamur nya PKL di daerah-daerah khusus

nya di kabupaten Bengkalis pedagang kaki lima membuat tata pengelolaan

kota menjadi buruk, sampah bekas dagangan berserakan di mana-mana

keindahan kota sulit di nikmati masalah terbesar di hadapi penataan kota

yang amburadul,

penangan pedagang kaki liam sudah kerapkali di atasi mulai dengan

ikhtikat baik bahkan sampai melakukan pengangkutan dagangan dengan

cara anarkis dan seringkali juga dinas yang terkait menimbulkan aksi

protes dari berbagai pihak khusus nya pedagang yang tidak terima lapak

nya di gusur karna mereka mengangap bahwa pendapattan mereka Cuma

bersal dari situ lebih kejam nya lagi pemerintah tidak bisa mengatasi dan

memberi soulsi yang terlalu efektif atau mengedepan kan kondisi bagi para

pedagang yang lapak nya di gusur sehinga ini yang membuat masyarakat

geram dan tidak mau menaati peraturan yang di anjurkan.


Pemerintah sudah menyaipkan pengalokasian atau pun lapak bagi para

pedagang kaki lima akan tetapi lapak yang mereka siapkan tidak begitu

efesien dan efektif karan pedagang lebih memilih jalan-jalan yang bagi

nya strategis bagi konsumen dan lapak yang di siapakn tersebut juga harus

berbayar, bayaran nya pun tidak sebanding dengan mereka berjualan di

depan toko atau pun trotoar jalan, sehinga pedagang lebih memilih

berjualan di trotoar dan depan pertokoan di bandingkan harus berbagi hasil

berbayar hanya sekedar meyewa lapak untuk berdagang

Akan tetapi juga para pedagang tidak memiliki payung hukum yang kuat

untuk melawan pemerintah karna usaha informal yang di geluti mereka

tidak mempunyai alas hak legitimasi oleh hukum formal sebab itu

kebijakan pemeritah dalam penanganan pedagang kaki lima ini harus nya

di mengerti keterbatasan yang di hadapi pedagang dengan waktu yang

singkat ini menjadikan keterpaksaan pedagang dalam melakukan kegiatan

di tempat umum tidak jarang juga mereka sama-sama pelaku usaha

informal berbagi tempat antara sama pedagang

Juga karna keterbatasan kemampaun pengetahuan , pengalaman serta daya

saing dalam sektor formal pelaku usaha moderen sehinga pedagang

informal ini tidak bisa beralih dan dalih bagi pemerintah terhadap

penataan kota yang berantakan serta sampah yang berserakan di tambah

lagi kemacettan di jalanan yang tidak tertangani menjadi kan pedangan

kaki lima yang slalu di salahi dan di atasi dengan berbagai kebijakan
Tujuan neagara adalah mensejahterakan masyarakat nya baik dalam betuk

pembangunan, pemberdayaan, kebutuhan serta perekonomian agar

pembangunan dn perekonomian yang tumbuh besat bisa memakmurkan

masyarakat nya dengan cara masyarakat berjualan di berbagi sektor

sebenarnya juga merupakan salah satu langkah dari tujuan negara yaitu

mensejahterakan masyarakat nya akan tetapi dampak yang terjadi bagi

tata tertib pengelolaan kota-kota membuat pemerintah harus dengan tegas

melakukan tindakan penanganan

hal ini bertentangan pulak dengan mata pencarian masyarakat yang hanya

bisa mengharapkan perdagangan muntuk menghidupi keluaraga sehingga

tujuan negara tumpang tindih dalam pelaksaanaan nya pemerintah di

anggap belum bisa memakmurkan perekonomian masyarakat di sektor

informal

Penaganan pedagang kaki lima di kabupaten Bengkalis di lakukan oleh

dinas satpol pp kabupaten bengkalis sesuai dengan UU LLAJ (undang-

undang lalu intas dan angkutan jalan) UU LLAJ pasal 28 ayat 2 jo dan

pasal 25 ayat 1

Setiap jalan yang digunakan untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi

dengan perlengkapan jalan, salah satunya berupa fasilitas untuk pejala

kaki.

Setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan

pada fungsi perlengkapan Jalan, dalam konteks ini yang dimaksud adalah
trotoar sebagai fasilitas untuk pejalan kaki yang terganggu fungsinya

menjadi tempat berdagang.”

Setiap orang yang melakukan perbuatan yang mengakibatkan gangguan

pada fungsi fasilitas Pejalan Kaki dipidana dengan pidana kurungan paling

lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp250 ribu.”1

َ‫اَلَّ ِذ ْينَ يَْأ ُكلُوْ نَ الر ِّٰبوا اَل يَقُوْ ُموْ نَ اِاَّل َك َما يَقُوْ ُم الَّ ِذيْ يَتَخَ بَّطُهُ ال َّشي ْٰط ُن ِمن‬
‫وا‬ۗ ‫وا َواَ َح َّل هّٰللا ُ ْالبَ ْي َع َو َح َّر َم الرِّ ٰب‬ ۗ ‫ْالم‬
ۘ ‫سِّ ٰذلِكَ بِاَنَّهُ ْم قَالُ ْٓوا اِنَّ َما ْالبَ ْي ُع ِم ْث ُل الر ِّٰب‬ َ
‫فَ َواَ ْمر ٗ ُٓه اِلَى هّٰللا ِ ۗ َو َم ْن عَا َد‬ ۗ َ‫فَ َم ْن َج ۤا َء ٗه َموْ ِعظَةٌ ِّم ْن َّرب ِّٖه فَا ْنت َٰهى فَلَهٗ َما َسل‬
ٰۤ ُ
َ‫ار ۚ هُ ْم فِ ْيهَا ٰخلِ ُدوْ ن‬ ِ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ُ‫ب‬ ٰ
‫ح‬ ْ‫ص‬ َ ‫ا‬ ‫ك‬
َ ِٕ ‫فَا‬
‫ى‬ ‫ول‬
275. Orang-orang yang memakan riba tidak dapat berdiri melainkan seperti

berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila. Yang demikian itu karena

mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal Allah telah

menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Barangsiapa mendapat

peringatan dari Tuhannya, lalu dia berhenti, maka apa yang telah diperolehnya

dahulu menjadi miliknya dan urusannya (terserah) kepada Allah. Barangsiapa

mengulangi, maka mereka itu penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. 2

Pedagang kaki lima seharusnya mentaati dan menjalankan aturan yang

dibuat oleh pemerintah. Sebagaimana perintah Allah SWT dalam QS. An-

Nisa

1
http://www.riaumadani.com/read-6613-2019-02-19-pol-pp-bengkalis-
razia--pedagang-kaki-lima-di-trotoar-jalan--sudirman.html/
2
https://www.merdeka.com/quran/al-baqarah/ayat-275 hal 1
‫ٰيٓاَيُّهَا الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُ ْٓوا اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َواَ ِط ْيعُوا ال َّرسُوْ َل َواُولِى ااْل َ ْم ِر ِم ْن ُك ۚ ْم فَا ِ ْن‬
‫تَنَازَ ْعتُ ْم فِ ْي َش ْي ٍء فَ ُر ُّدوْ هُ اِلَى هّٰللا ِ َوال َّرسُوْ ِل اِ ْن ُك ْنتُ ْم تُْؤ ِمنُوْ نَ بِاهّٰلل ِ َو ْاليَوْ ِم‬
‫ك خَ ْي ٌر َّواَحْ َس ُن تَْأ ِو ْي ًل‬ َ ِ‫ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل‬
ayat 59 yang berbunyi:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kamu berlainan

Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al

Quran) dan Rasul3

Pedagang kaki lima di kabupaten Bengaklis bisa di bilang marak dan

sudah meluas terkhusus di jalan-jalan besar ahmad yani, cokro, gatot

subroto, antara dan pinggiran pasar teradisonal, yaitu jalan jendral

sudirman pada penertiban yang di lakukan pada tangal 19 februari 2019

yang lalu banyak sekali pedagang kaki lima yang di tertibkan dan di

pringat kan karna mereka berjualan di atas trotoar pejalan kaki yang

seharus nya di lalui oleh masyarakat untuk berpergian berbelanja akan

tetapi di alih fungsi kan sebagai tempat usaha ini menimbulkan pergerakan

dari dinas koprasi dalam penanganan dan pengusuran pedagang yang

menyalahi atauran di pinggiran pasar terubuk tradisonal Bengkalis.

Kasat Pol PP melalui Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Perundangan-

Undangan Daerah Hengki Irawan mengatakan, pihaknya sudah beberapa

menegur dan membubarkan para pedagang liar ini. Tapi mereka masih saja

tetap bandel dan nekat berjualan di area jalan."Kita khawatir, di samping


3
merdeka/quran/an-nisa/ayat-59 hal 1
membahayakan para pengendara yang lalu lalang, sampah sisa jualan

mereka pun ikut menggangu kebersihan dan keindahan kota," jelas

Hengki, menyebutkan salah satu tujuan penertiban tersebut.

Kata Hengki, sebelumnya pihaknya telah berulang kali  melakukan

sosialisasi dan mengedukasi bahwa tidak dibenarkan berjualan di badan

atau di atas trotoar. Tapi itu tadi, para pedagang tersebut tetap tak

mengindahkannya.

Dengan muncul nya pedagang kaki lima di kabupaten Bengkalis

pemerintah kabpaten bengkalis harus mempersiapkan soulisi yang baik,

efesien bagi maysrakat tidak juga merugikan masyrakat dan lebih terbuka

dalam membuat kebijakan pembagunan terutama di sektor usaha informal

yang selama ini belum mendapat perhatian yang layak, karna sektor

informal terbukti telah mampu sebagai katup pengaman di saat indonesia

mengalami krisis ekonomi nasional tahun 98

Makin menjamur nya PKL di kabupaten Bengkalis serta fungsi nya yang

di anggap pemerintah sebagai permasalahan yang di hadapi dari segi

pengelolaan tata kota yang buruk, sampah yang berserakan di mana-mana

serta harus berbagi tempat dengan pejalan kaki karna pengunaan trotoar

yang seharus nya sebagai tempat pejalan kaki malah di alih fungsi kan oleh

pedagang untuk tempat jual-beli berdasar kan fenomena di atas kami

tertarik untuk mengangkat nya menjadi pembahasan dalam penelitian dan

juga,
berdasar kan undang-undang LLAJ (lalu lintas dan angkutan jalan) pasal

28 ayat 2 jo dan pasal 25 ayat 1 tentang larangan pengunaan trotoar atau

pun fasilitas pejalan kaki sebagai tempat perdagangan dan kegiatan umum

yang masih belum di patuhi oleh para pedagang dan kurang efektif nya

pemerintah dalam memberi soulsi yang tepat terhadap para pedagang yang

tidak menati peraturan, maka dari itu penulis tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “pelaksanaan penertiban pedagang kaki lima di

kawasan jalan jendral sudirman berdasarkan UULLAJ pasal 28 ayat 2 JO

pasal 25 ayat 1 perspektif fiqih syiasah”

B. Permasalahan

1. IDENTIFIKASI MASALAH

A. Pedagang tidak mematuhi dan menaati peraturan yang sudah di berikan

oleh pemerintah

B. Kurang nya kesadaran dari para pedagang kaki lima terhadap dampak

negatif yang di timbul kan terhadap lingkungan di sekitar tempat

berjualan mereka

C. Masih belum efesien dan efektif solusi yang di berikan pemerintah

terkait dalam penanganan pedagang kaki lima

D. Gagal nya pemerintah terhadap tujuan kesejahteraan masyarakat

khusus nya para pekerja yang bekerja di sektor non formal/infrmal

E. Kurang nya perhatian pemerintah terhadap para pekerja yang bekerja

di sektor informal di bandingkan dengan formal


2. BATASAN MASALAH

Banyak permasalahan yang di hadapi antara pedagang dan peraturan

pemerintah yang tidak sejalan dalam berdagang dan juga kurang nya

perhatian dari pedagang dalam mematuhi peraturan berdasar kan identifikasi

masalah dan dengan keterbatasan sumber-sumber yang kami peroleh penulis

memberikan batasan ruang lingkup penelitian yang hanya membatasi

permasalahan pada kurang nya rasa kesadaran dari para pedagang terhadap

peraturan berjualan di trotoar pejalan kaki dan tidak ada nya perhatian yang

lebih dari pemerintah terhadap pedagang yang bekerja di sektor informal

dalam penelitian ini peneliti inggin mengetahui bagai mana solusi agar para

pedagang dapat tertib dalam menaati peraturan berjualan.

3. RUMUSAN MASALAH

Berdasar kan masalah di atas, rumusan masalah penelitian ini adalah,

apakah karna kurang nya perhatian pemerintah di sektor informal

membuat pedagang tidak peduli terhadap peraturan yang di tetapkan

pemerintah itu sendiri

C. Alasan memilih judul

Alasan peneliti mengangkat judul ini untuk di ajdikan bahan penelitian

karna peneliti melihat banyak sekali pedagang kaki liam khusus nya di

kabupaten Bengkalis yang tidak taat akan peraturan banyak nya pedagang

menghalih fungsikan trotoar pejalan kaki sebagai tempat berjualan, dan

juga karna keterbatasan waktu yang singat dan biyaya yang pas-pasan

sehingga peneliti mengangkat judul ini sebagai bahan penelitian proposal


D. Tujuan dan kegunaaan penelitian

1. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apa yang menyebab

kan para pedagang tetap berjualan di trotoar pejalan kaki dan tidak mau

mematuhi peraturan pemerintah

2. Kegunaan penelitian ini untuk umum agar para pedagang dan masyarakat

bisa lebih menaati peraturan pemerintah dan tidak berjualan lagi di trotoar

yang sebenar nya di fungsi kan sebagai tempat pejalan kaki dan mengangu

aktifitas masyarakat serta keindahan penataan kota

Kegunaan penelitian ini bagi para mahasiswa agar mahasiswa mampu

berfikir kritis dan ikut bertindak dalam menangapi suatu permasalahan

yang terjadi di masyarakat khusus nya para kluarga yang yang mata

pencarian nya adalah di sektor berdagang sehinga mahasiswa itu mampu

memberikan masukan dan pemhaman mengenai pennaatan yang harus di

lakukan oleh keluarga nya sendiri

Kegunaan penelitian ini bagi dosen untuk menambah dan mengikut

sertakan dosen dalam mengkaji permasalahan pedagang kaki lima yang

ada di kabupaten Bengkalis terkhusu bagi dosen syiasah dan ekonomi

islam dalam memberi pandangan dan masukkan mengenai hukum-hukum

dagang yang benar yang harus di taati dan di lakukan

Kegunaan penelitian ini Bagi kampus untuk memeprkuat jati diri kampus

sebagai kampus yang mengedepan kan permasalahan ekonomi dan hukum

agar menarik mianat para masyakarat untuk memeprcayai kampus STAIN

BENGKALIS sebagai salah satu kampus unggulan yang berbasis hukum


islam dan perekonomian dan menarik masyarakat untuk masuk ke kampus

ini serta ikut dalam menegakkan peraturan pemerintah terkait larangan

E. Penegasan istilah

Pedagang kaki lima adalah masyarakat atau orang yang berjualan di jalan

raya, trotar jalan, pinggir jalan bahkan di tempat umum, sistem berdagang

nya ialah berpindah-pindah mereka berdagang biasa nya mengunakan

grobak yang bisa di bawa pulang atau pun mobil bak terbuka dengan

membawa ala-alat dagangan nya, seperti makanan, pakaian, bahkan

kebutuhan rumah tangga sekaligus, biasa nya pedagang berjualan belum

sepenuh nya mengantongi izin baik dari lapak yang di pakai atau pun

pemerintah, dan tak jarang mereka membagi lapak dagangan nya bersama

pedagang yang lain agar bisa sama-sama berjualan.

Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan

lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan

pejalan kaki yang bersangkutan. Para pejalan kaki berada pada posisi yang

lemah jika bercampur dengan kendaraan, karena akan memperlambat arus

lalu lintas. Perlu tidaknya trotoar juga dapat didefinisikan oleh volume

para pejalan kaki yang berjalan di jalan, tingkat kecelakaan antar

kendaraan dengan pejalan kaki dan pengaduan atau permintaan masyarakat

Pada trotoar biasanya akan menemui jalur kuning yang berbeda dengan

lantai lainnya. Garis kuning yang lebih tinggi dari sekitarnya, berupa tiga

garis lurus yang merupakan tanda untuk berjalan lurus dan berupa bulatan
yang merupakan tanda untuk berhenti. Biasanya bulatan ini ditempatkan di

sudut belokkan jalan atau jalan yang putus karena dinding. Jalur kuning ini

berguna untuk penyandang difabel khususnya tuna netra.4

Pek erjaan Formal Bekerja di sebuah perusahaan atau lembaga pemerintah

maupun swasta Memiliki penghasilan yang tetap Memiliki waktu serta

hari tertentu untuk bekerja Diakui oleh perusahaan atau lembaga

pemerintah maupun swasta Contoh : Pegawai Negeri Sipil, Karyawan

Bank, Guru, dan lain sebagainya.

Pekerjaan Nonformal Bekerja secara mandiri atau kepada perseorangan

Tidak memiliki penghasilan tetap atau berpenghasilan tetap Tidak

memiliki waktu serta hari tertentu untuk bekerja Tidak diakui oleh

perusahaan atau lembaga pemerintah maupun non pemerintah

Contoh : sopir pribadi, petani, pedagang kakilima, dan lain sebagainya5

Ulil Amri adalah seseorang atau sekelompok orang yang mengurus

kepentingan-kepentingan umat. Ketaatan kepada Ulil Amri (Pemimpin)

merupakan suatu kewajiban umat, selama tidak bertentangan dengan nash

yang zahir. Adapun masalah ibadah, maka semua persoalan haruslah

didasarkan kepada ketentuan Allah SWT dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada

Ulil Amri atau Pemimpin sifatnya kondisional (tidak mutlak), karena

4
nusantara-sakti.com/news_event/mengenal_tentang_trotoar
5 ?
https://brainly.co.id/tugas/13224730
betapa pun hebatnya Ulil Amri itu maka ia tetap manusia yang memiliki

kekurangan dan tidak dapat dikultuskan6

LANDASAN TEORI

A. Kajian teoritis

1. Devinisi pedagang kaki lima

Pedagang kaki lima, atau yang sering disebut PKL merupakan sebuah

komunitas pedagang, yang kebanyakan berjualan dengan memanfaatkan

area pinggir jalan raya. Mereka menggelar dagangannya, atau gerobaknya,

di pinggir perlintasan jalan raya. Dilihat dari sejarahnya di Indonesia, PKL

sudah ada sejak masa penjajahan Kolonial Belanda. Pada masa penjajahan

kolonial, peraturan pemerintahan menetapkan bahwa setiap jalan raya

yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk para pedestrian atau

pejalan kaki (sekarang ini disebut dengan trotoar).

Lebar ruas untuk sarana bagi para pejalan kaki atau trotoar ini adalah lima

kaki. Pemerintahan pada waktu itu juga menghimbau agar sebelah luar

dari trotoar diberi ruang yang agak lebar atau agak jauh dari pemukiman

penduduk. Ruang ini untuk dijadikan taman sebagai penghijauan dan

resapan air. Dengan adanya tempat atau ruang yang agak lebar itu

kemudian para pedagang mulai banyak menempatkan gerobaknya untuk

6
Kaizal Bay,jurnal ushuluddin, nuniveritas islam negri sultan syarif kasim riau,2011 hal 1
dan hal 2
sekedar beristirahat sambil menunggu adanya para pembeli yang membeli

dagangannya. Seiring perjalanan waktu banyak pedagang yang

memanfaatkan lokasi tersebut sebagai tempat untuk berjualan, sehingga

mengundang para pejalan kaki yang kebetulan lewat untuk membeli

makanan, minuman sekaligus beristirahat. Berawal dari situ maka

Pemerintahan Kolonial Belanda menyebut mereka sebagai Pedagang Lima

Kaki (buah pikiran dari pedagang yang berjualan di area pinggir

perlintasan para pejalan kaki atau trotoar yang mempunyai lebar Lima

Kaki)1. Dewasa ini, di beberapa kota besar, PKL identik dengan masalah

kemacetan lalulintas dan kesemwarutan, karena kelompok pedagang ini

memanfaatkan trotoar dan fasilitas umum lainnya sebagai media

berdagang7

menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta,

istilah kaki lima adalah lantai yang diberi atap sebagai penghubung rumah

dengan rumah, arti yang kedua adalah lantai (tangga) dimuka pintu atau di

tepi jalan. Arti yang kedua ini lebih cenderung diperuntukkan bagi bagian

depan bangunan rumah toko, dimana di jaman silam telah terjadi

kesepakatan antar perencana kota bahwa bagian depan (serambi) dari toko

lebarnya harus sekitar lima kaki dan diwajibkan dijadikan suatu jalur

dimana pejalan kaki dapat melintas.

7
Satuan panjang yang umum digunakan di Britania Raya dan Amerika
Serikat, 1 kaki adalah sekitar sepertiga meter atau tepatnya 0,3048 m atau
sekitar satu setengah meter. (mujibsite.wordpress.com/2009/08/14/sejarah-
pedagang-kaki-lima-pkl/) hal 1 hal 2
Namun ruang selebar kira-kira lima kaki itu tidak lagi berfungsi sebagai

jalur lintas bagi pejalan kaki, melainkan telah berubah fungsi menjadi area

tempat jualan barang-barang pedagang kecil, maka dari situlah istilah

pedagang kaki lima dimasyarakatkan.

Pedagang Kaki Lima menurut Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer

(1991), adalah pedagang yang menjual barang dagangannya di pinggir

jalan atau di dalam usahanya menggunakan sarana dan perlengkapan yang

mudah dibongkar pasang atau dipindahkan serta memempergunakan

bagian jalan atau trotoar, tempat-tempat yang tidak diperuntukkan bagi

tempat untuk berusaha atau tempat lain yang bukan miliknya.

Menurut para ahli,

(Rais dalam Umboh, 1990). pedagang dapat diartikan sebagai penyalur

barang dan jasa-jasa perkotaan

Manning dan Tadjudin Noer Effendi (1985) menyebutkan bahwa

pedagang kaki lima adalah salah satu pekerjaan yang paling nyata dan

penting dikebanyakan kota di Afrika, Asia, Timur Tengah dan Amerika

Latin.

Menurut Breman (1988), pedagang kaki lima merupakan usaha kecil yang

dilakukan oleh masyarakat yang berpenghasilan rendah (gaji harian) dan

mempunyai modal yang terbatas. Dalam bidang ekonomi, pedagang kecil

ini termasuk dalam sektor informal, di mana merupakan pekerjaan yang

tidak tetap dan tidak terampil serta golongan-golongan yang tidak terikat
pada aturan hukum, hidup serba susah dan semi kriminil pada batas-batas

tertentu.

Menurut McGee dan Yeung (1977: 25), PKL mempunyai pengertian yang

sama dengan ”hawkers”, yang didefinisikan sebagai orang-orang yang

menjajakan barang dan jasa untuk dijual di tempat yang merupakan ruang

untuk kepentingan umum, terutama di pinggir jalan dan trotoar.

Dari penjelasan para ahli di atas dapat saya simpulkan bahwa pedagang

kaki lima adalah seseorang atau pun sekerumpuan orang yang berjualan

dan berdagang di pinggir-pinggir jalan di trotoar bahkan memaan baan

jalan dengan mengunakan robak yang bisa di bawa pulang tanpa harus

memehuni persyaratan perizinan dari peemrintah darah.8

2. Ciri-ciri pedagang kaki lima

Ciri-ciri umum yang dikemukakan oleh kartono dkk. (1980: 3-7), yaitu:

(1) merupakan pedagang yang kadang- kadang juga sekaligus berarti

produsen;

(2) ada yang menetap pada lokasi tertentu, ada yang bergerak dari tempat

satu ketempat yang lain (menggunakan pikulan, kereta dorong, tempat atau

stan yang tidak permanen serta bongkar pasang);

(3) menjajakan bahan makanan, minuman, barang-barang konsumsi

lainnya yang tahan lama secara eceran;

8?
W.J.S Poerwadarminta Rais dalam Umboh, 1990 Manning dan Tadjudin
Noer Effendi (1985) Manning dan Tadjudin Noer Effendi (1985) hal 1 hal 3
hal 4
(4) umumnya bermodal kecil,kadang hanya merupakan alat bagi pemilik

modal dengan mendapatakan sekedar komisi sebagai imbalan atas jerih

payahnya;

(5) kualitas barang- barang yang diperdagangkan relativ rendah dan

biasanya tidak berstandar;

(6) volume peredaran uang tidak seberapa besar, para pembeli merupakan

pembeli yang berdaya beli rendah;

(7) usaha skala kecil bisa berupa family enterprise, dimana ibu dan anak-

anak turut membantu dalam usaha tersebut, baik langsung maupun tidak

langsung;

(8) tawar menawar antar penjual dan pembeli merupakan relasi ciri yang

khas pada usaha pedagang kaki lima;

(9) dalam melaksanakan pekerjaannya ada yang secara penuh, sebagian

lagi melaksanakan setelah kerja atau pada waktu senggang, dan ada pula

yang melaksanakan musiman.9

3. dampak positif dan negatif pedagang kaki lima

DAMPAK HADIRNYA PEDAGANG KAKI LIMA

Dampak Positif dari Hadirnya PKL,

Pada umumnya barang-barang yang diusahakan PKL memiliki hargayang

tidak tinggi, tersedia di banyak tempat, serta barang yang beragam. Dan

uniknya keberadaan PKL bisa menjadi potensi pariwisata yangcukup


9
http://nayamaugak.blogspot.com/2013/01/pedagang-kaki-lima.html . hal 5
menjanjikan. Sehingga PKL banyak menjamur di sudut-sudut kota,karena

memang sesungguhnya pembeli utama adalah kalangan

menengahkebawah yang memiliki daya beli rendah.

Dampak positif terlihat pula dari segi sosial dan ekonomi karena

keberadaan PKL menguntungkan bagi pertumbuhan ekonomi kota

karenasektor informal memiliki karakteristik efisien dan ekonomis. Hal

tersebut,menurut Sethurahman selaku koordinator penelitian sektor

informal yangdilakukan ILO di delapan negara berkembang, karena

kemampuanmenciptakan surplus bagi investasi dan dapat membantu

meningkatkanpertumbuhan ekonomi. Hal ini dikarenakan usaha-usaha

sektor informal bersifat subsisten dan modal yang digunakan kebanyakan

berasal dari usahasendiri. Modal ini sama sekali tidak menghabiskan

sumber daya ekonomiyang besar.

Dampak Negatif dari Hadirnya PKL,

Penurunan kualitas ruang kota ditunjukan oleh semakin tidak

terkendalikannya perkembangan PKL sehingga seolah-olah semua lahan

kosong yang strategis maupun tempat-tempat yang strategis merupakan

hak para PKL. PKL mengambil ruang dimana-mana, tidak hanya ruang

kosong atau terabaikan tetapi juga pada ruang yang jelas peruntukkannya

secara formal. PKL secara illegal berjualan hampir diseluruh jalur

pedestrian, ruang terbuka, jalur hijau, dan ruang kota lainnya.


Alasannya karena yang tinggi sehingga berpotensi besar untuk

mendatangkankonsumen juga. Akibatnya adalah kaidah-kaidah penataan

ruang menjadimati oleh pelanggaran-pelanggaran yang terjadi akibat

keberadaan PKL tersebut. Keberadaan PKL yang tidak terkendali

mengakibatkan pejalan kaki berdesak-desakan sehingga dapat timbul

tindak kriminal(pencopetan),Mengganggu kegiatan ekonomi pedagang

formal karena lokasinya yang cenderung memotong jalur pengunjung

seperti pinggir jalan dan depan toko. Dan sebagian dari barang yang

mereka jual tersebut mudah mengalami penurunan mutu yang

berhubungan dengan kepuasan konsumen.

Dari penjelasan di atas dapat saya simpulkan bahwa pedagang kaki lima

memiliki sisi positif dan negatif positif nya adalah dengan ada nya

pedagang kaki lima membantu masyarakat terhadap memenuhi kebutuhan

makanan dan pangan selain itu pedagang kaki lima juga berkontribusi

dalam penegmbangan ekonomi negara dari segi negatif dengan ada nya

pedagang kaki lima akan banyak membawa kerusakan terhadap

pengelolaan lingkungan, sampah berserakan kemana-mana sert mengangu

para pejalan kaki yang mengunkan trotar jalan.

1. Pengertian jalan dan trotoar pejalan kaki

Berdasarkan UU Nomor 38 Tahun 2004, jalan merupakan prasarana yang

ditujukan untuk transportasi darat, termasuk bagian jalan, berbagai

bangunan serta perlengkapan untuk lalu lintas, berada di atas permukaan


tanah serta di bawah permukaan tanah dan atau air, terkecuali untuk jalan

kereta api, jalan lori serta jalan kabel.

Sedangkan dalam UU Nomor 22 Tahun 2009, dijelaskan jika jalan adalah

seluruh bagian jalan, bangunan pelengkap serta perlengkapannya yang

ditujukan untuk lalu lintas umum, berada di atas permukaan tanah, di

bawah permukaan tanah atau air, serta di atas permukaan air, terkecuali

untuk jalan rel serta jalan kabel. Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan

adalah ruang lalu lintas, terminal dan perlengkapan jalan yang meliputi

marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan

pengaman pengguna jalan. 10

2. Pengertian trotoar pejalan kaki

Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang umumnya sejajar dengan jalan dan

lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan untuk menjamin keamanan

pejalan kaki yang bersangkutan. Kata trotoar berasal dari Belanda yaitu

trottoir yang memiliki arti jalur pejalan kaki

Menurut keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999

tanggal 20 Desember 1999 yang dimaksud dengan trotoar adalah bagian

dari jalan raya yang khusus disediakan untuk pejalan kaki yang terletak

didaerah manfaat jalan, yang diberi lapisan permukaan dengan elevasi

yang lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya

10
https://www.kompas.com/skola/read/2020/11/12/113000069/pengertian-jalan-dan-
jalan-raya hal 2 hal 3
sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan Trotoar digunakan bagi pejalan

kaki untuk memudahkan ketika sedang berjalan kaki, hal ini supaya

pejalan kaki tidak bercampur dengan kendaraan yang mengakibatkan

memperlambat arus lalu lintas.11

Trotoar adalah bagian dari rekayasa jalan yang disediakan bagi pejalan

kaki yang biasanya sejajar dengan jalan dan dipisahkan dari jalur lalu

lintas oleh kereb Lebar trotoar menurut Keputusan Menteri Perhubungan

No. KM. 65 Tahun 1993, 12

Dari penjelasan di atas dapat saya simpulkan bahwa trotoar merupakan

jalur pejalan kaki yang di siap kan oleh pemerintah untuk memfasilitasi

para pejalan kaki yang tidak berkendara u tuk kegiatan secara umum,

misalkan bepergian, nerjalan, joging, atau pun sekedar melintasi jalan

3. Fungsi utama trotoar

Fungsi utama trotoar adalah untuk memberikan pelayanan kepada pejalan

kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan

kenyamanan pejalan kaki tersebut. Trotoar juga berfungsi memperlancar

lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh lalu

lintas pejalan kaki Para pejalan kaki berada pada posisi yang lemah jika

mereka bercampur dengan kendaraan, maka mereka akan memperlambat

arus lalu lintas.

11 ?
Ayu rifka sitoresmi Liputan6.com, Jakarta Trotoar,11oktober2021 hal 1
12
file:///C:/Users/Acer/Downloads/Documents/BAB%20II_4.pdf hal 19
Oleh karena itu, salah satu fungsi utama dari dibuatnya trotoar adalah

berusaha untuk memisahkan pejalan kaki dari arus kendaraan bermotor,

tanpa menimbulkan gangguan-gangguan yang besar terhadap aksesibilitas

dengan pembangunan trotoar.

Departemen Pekerjaan Umum (1990) di antaranya: - Untuk jalur

transportasi bagi pejalan kaki agar selamat dan merasa nyaman dalam

transportasinya. - Untuk meningkatkan kelancaran lalu lintas baik

kendaraan maupun pejalan kaki.

1. Devinisi maslahah mursalah

Secara etimologis “Maslahah Mursalah” terdiri atas dua suku kata, yaitu

maslahah dan mursalah Kata maslahah berasal dari bahasa Arab dan telah

dibakukan ke dalam Bahasa Indonesia yang berarti sesuatu yang

mendatangkan kebaikan (keselamatan dsb) Menurut bahasa aslinya kata

maslahah berasal dari kata salahu, yasluhu, salaham, ( , ‫ يصلح‬, ‫صلح‬

‫ )صالحا‬artinya sesuatu yang baik, patut dan bermanfaat Adapun

pengertian maslahah dalam bahasa Arab berarti perbuatan-perbuatan yang

mendorong pada kebaikan manusia.

Dalam arti yang umum adalah segala sesuatu yang bermanfaat bagi

manusia, baik dalam arti menarik atau menghasilkan seperti menghasilkan

keuntungan atau ketenangan atau dalam arti menolak atau menghindarkan

seperti menolak kemudharatan atau kerusakan. Jadi, setiap yang


mengandung manfaat patut disebut maslahah Sedangkan kata mursalah

artinya terlepas bebas, tidak terikat dengan dalil agama

(Al-Qur‟an dan Al-Hadist) yang membolehkan atau melarangnya13

a. Sebagaimana dikutip oleh Moh. Mukri, Al-Ghazali merumuskan

pengertian maslahah mursalah adalah menarik manfaat dan

menghindarkan bahaya dengan memelihara tujuan syara‟/hukum Islam

(maqasid asy-syari’ah).

b. Abdul Wahab al-Khallaf memberi pengertian maslahah mursalah adalah

maslahah dimana syari‟ tidak mensyari‟atkan hukum untuk mewujudkan

maslahah, juga tidak terdapat dalil yang menunjukkan atas pengakuannya

atau pembatalannya.

c. Muhammad Abu Zahrah mendefinisikan maslahah mursalah adalah

segala

kemaslahatan yang sejalan dengan tujuan-tujuan syari‟ (dalam

mensyari‟atkan hukum Islam) dan kepadanya tidak ada dalil khusus yang

menunjukkan tentang diakuinya atau tidaknya.14

13
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 1976), hal.635. Muhammad Yunus, Kamus Arab
Indonesia, (Jakarta: Yayasan Penyelenggaraan Penerjemah dan Penafsir a;-
Qur‟an, 1973) hal. 219. Amir Syarifuddin, Ushul Fiqh, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1999) hal. 324.
14
Moh. Mukri, Rekonstruksi Hukum Islam Indonesia, (Yogyakarta: Idea Press
Yogyakarta, 2014), hal. Abdullah Wahab Khallaf, Ilmu Ushulul Fiqh, terj. Noer Iskandar
al-Bansany, Kaidahkaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, Cet-8, 2002),
hal. 123. Muhammad Abu Zahrah, Ushul al-Fiqh, terj. Saefullah Ma‟shum, Ushul Fiqh,
(Jakarta: Pustaka Firdaus, 2005), hal. 424.
Dari penjelasan di atas dapat saya simpulkan bahwa maslahah mursalah

adalah jalan untuk mencari kebaikkan dan keburukan jika suatu hal yang

di lakukan itu baik akan tetpi sudah mendesak karna keadaan maka kita di

perbolehkan untuk melakukan hal yang buruk contoh nya pekerjaan.

2. Objek masalahah mursalah

Maslahah Mursalah selain yang berlandaskan pada hukum syara‟ secara

umum, juga harus diperhatikan adat dan hubungan antara satu manusia

dengan yang lain, lapangan tersebut merupakan pilihan utama utama untuk

mencapai kemaslahatan. Dengan demikian, segi ibadah tidak termasuk

dalam lapangan tersebut.

Secara ringkas, dapat dikatakan bahwa maslahah mursalah itu difokuskan

terhadap lapangan yang tidak dapat dalam nash; baik dalam al-Qur‟an

maupun assunnah yang menjelaskan hukum-hukum yang ada penguatnya

melalui suatu I‟tibar. Juga difokuskan pada hal-hal yang tidak didapatkan

adanya ijma‟ atau qiyas yang berhubungan dengan kejadian tersebut.

Adapun beberapa contoh masalah yang menggunakan ketentuan hukum

berdasarkan maslahat, yaitu antara lain:

a. Sahabat mengumpulkan Alquran dalam satu mushaf alasannya semata

mata karena maslahat, yaitu menjaga Alquran dari kepunahan atau

kehilangan kemutawatirnya karena meninggalnya sejumlah besar

penghafal Alquran dari generasi sahabat.

b. Khulafa ar-Rasyidin menetapkan keharusan menanggung ganti rugi


kepada para tukang. Padahal menurut hukum asal, bahwasannya

kekuasaan mereka didasarkan atas kepercayaan. Akan tetapi ternyata

seandainya mereka tidak dibebani tanggung jawab mengganti rugi, mereka

akan berbuat ceroboh dan tidak memenuhi kewajibannya untuk menjaga

harta benda orang lain yang berada dibawah tanggungjawabnya.

c. Diperbolehkannya mengangkat seorang penguasa mafdhul (bukan yang

terbaik). Penolakan akan bai‟at dikhawatirkan berakibat timbulnya

kemudharatan, kerusakan, kegoncangan serta kekosongan pemerintah.

d. Apabila uang kas negara mengalami defisit, dan tidak mencukupi untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan pembiayaan tentara, maka bagi

pemerintahan diperbolehkan menarik pungutan wajib kepada orang-orang

kaya untuk menutupi kebutuhan mereka yang mendesak, sampai baitul mal

mendapatkan masukan uang atau kebutuhan mereka tercukupi.

e. Apabila keadaan serba haram mengejala dan melanda diseluruh dunia

atau pada suatu daerah tertentu yang penduduknya mengalami hambatan

untuk pindah ke daerah lain, dan mereka sulit mendapat lapangan

pekerjaan yang baik (halal) dan terdesak oleh kebutuhan yang melebihi

dari sekedar mempertahankan hidup, maka bagi mereka diperbolehkan

secara terpaksa untuk memasuki dan menerima lapangan pekerjaan yang

buruk demi menolak darurat dan menutupi hajat (kebutuhan).15


15
Mukhtar Yahya, Dasar-dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islami, (Bandung:
PT AlMa‟arif, 1993), h. 107. Ibid. Amir Syarifuddin, Op.Cit., h. 339-340.
Romli SA, Muqaranah Mazahib fil Ushul, (Jakarta: Gaya Media Pratama,
B. Hasil-Hasil penelitian terdahulu

1. Dwi amita budiarti 2018, universitas islam negri raden intan lampung,

muamaalah ilmu syaria’ah meneliti tinjauan hukum islam tentang larangan

pedagang kaki lima berjualan di fasilitas umum rumusan masalah

Bagaimana praktik dan larangan penggunaan fasilitas umum dalam jual

beli yang dilakukan oleh pedagang kaki lima di Jalan Jati Baru Kelurahan

Kampung Bali Kecamatan Tanah Abang?

Berdasarkan analisa diatas, pemerintah perlu memberikan pertimbangan

yang lebih kepada pedagang kaki lima, dan tidak hanya pemberatan

hukuman bagi para pedagang namun dapat memberikan efek jera dari

hukuman yang diberikan agar pedagang kaki lima. Selain itu pemerintah

harus membuat mekanisme dalam penertiban pedagang kaki lima agar

tidak ada tindak kekerasan

Pada satu sisi kebijakan yang dibuat oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies

Baswedan, untuk sementara waktu memberikan kemaslahatan bagi

pedagang kaki lima, karena memberikan tempat yang cukup strategis bagi

pedagang kaki lima untuk berjualan Akan tetapi disisi lain tidak

memberikan kemaslahatan bagi pejalan kaki dan pengguna jalan lainnya,

karena masih ada pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar. 16

1999), hal 29 hal 40 hal 42


16
Dwi amita budiarti,2018, universitas negri raden intan lampung,ilmu syariah,tijauan
hukum islam tentang larangan pedagang kaki lima berjualan di fasilitas umum hal 1 hal
22 hal 80 hal 81
2. Al amir bayhaqi 2019, universitas islam negri maulana malik

ibrahim,jurusan hukum bisnis syaria’ah meneliti berjualan di atas trotoar

menurut uu nomor 22 tahun 2009 tetang angkutan jalandan lalu lintas serta

menurut maslahah mursalah, rumusan masalah bagai mana berjualan di

atas trotar menurut uu nomo 22 thun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan

jalan ? berjualan di atas trotoar di kawasan pasar gadang kota malang

menurut uu nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas angkutan jalan in i

masih belum terealisasi sepenuh nya karna masih kurang nya pemahaman

kepada para penjual bahakan pemerintah terkait sebab di kawasan pasar

gadang masih banyak yang berjualan di atas trotoar bahkan sampai ke

jalan raya besar apa lagi ketika malam.17

3. Eka darma suryadi 2013, fakultas ilmu sosial dan ilmu politik universitas

teuku umar meulaboh aceh barat, impementasi kebijakan penertiban

pedagang kaki lima di kota meulaboh, rumusan masalah Bagaimana

implementasi kebijakan penertiban Pedagang Kaki Lima

(PKL) di Kota Meulaboh Kabupaten Aceh Barat? Implementasi penertiban

Pedagang Kaki Lima (PKL) di Kota Meulaboh selama ini belum berjalan

dengan maksimal. Hal tersebut dapat dilihat dari masih banyaknya para

PKL yang berjualan dipinggir jalan utama di Kota Meulaboh dan

jumlahnya pun terus mengalami peningkatan setiap tahun.

17
Al amir bayhaqi 2019, universitas islam negri maulana malik
ibrahim,jurusan hukum bisnis syaria’ah berjualan di atas trotoar menurut
uu nomor 22 tahun 2009 hal 1
a) Belum adanya hukuman yang tegas terhadap para PKL yang masih

tetap berjualan dipinggir jalan walaupun telah berulang kali diperingati

oleh petugas

b) Pemerintah Kabupaten Aceh Barat belum konsisten dan kompak dalam

menyikapi keberadaan PKL di Kota Meulaboh. Hal ini terlihat dengan

dilakukannya kutipan retribusi terhadap para PKL yang berjualan di

pinggir jalan.

4. Movhammad fadoli 2011, universitas pembangunan nasional fakultas

hukum program studi ilmu hukum, implementasi perda nomor 17/2003

tentang ijin penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di kecamatan

sukokilo, rumusan masalah Bagaimana Pelaksanaan Perda Surabaya No.

17 Tahun 2003 tentang PKL di Kecamatan Sukolilo ? pada penelitian kali

ini sesuai ndengan perda no 17/2003 di kecamatan sukokilo pemerintah

memeberikan izin terhadap para pedagang kaki lima dengan menyiap kan

tempat serta fasilitas u tuk berdagang sebagai tempat pengolaan ekonomi

bagi masyarakat dan membajukan perekonomian kecamatan serta

pemerintah sukokilo juga memberdayakan para pedagang dengan

memberikan nya pelatihan 18

5. Tedy tri saputra 2016, institut agama islam negri bengkulu, prodi ekonomi

syariah fakultas ekonomi dan bisnis islam, dampak penertiban pedagang

18
Movhammad fadoli 2011, universitas pembangunan nasional fakultas
hukum program studi ilmu hukum, implementasi perda nomor 17/2003
tentang ijin penataan dan pemberdayaan pedagang kaki lima di kecamatan
sukokilo hal 1 hal 8 hal 78
kaki lima di pasar panorama di kota bengkulu oleh satpol pp terhadap

pemberdayaan ekonomi pedagang kaki lima, rumusan masalah Bagaimana

pelaksanaan penertiban pedagang kaki lima di pasar Panorama

kota Bengkulu oleh Satpol PP? Berdasarkan hasil pembahasn dalam

penelitian ini maka dapat disimpulkan sebagaiberikut

Dari kegiatanpenelitian yang penelitilakukan dengan pedagang kaki

diperoleh hasil penelitian mengenaianalisis dampak penertiban berdagang

PKL di PasarPanorama kota BengkuluolehPetugasSatpol PP. 1.

Pelaksanaanpenertibanyang dilakukanolehPetugasSatpol PP sudah sesuai

dengan prosedur yang ada berdasarkan perda N0. 03 tahun 2008 tentang

TRANTIBUM yaitumelalui 3 tahapsepertiSosialisasi, Teguran 1, 2, 3,

danpenindakan. Namun didalamPenindakannyaPetugasSatpol PP

seringmelakukan,

Dampak penertiban oleh Satpol PP yang dirasakan pedagang kaki lima di

Pasar Panorama, yaitu Para PKL merasa ke khawatiran untuk berdagang

kembali, berkurangnya jumlah pembeli, menurunnya omset atau

pendapaatan dari penjualan PKL.19

METODELOGI PENELITIAN

19
Tedy tri saputra 2016, institut agama islam negri bengkulu, prodi ekonomi
syariah fakultas ekonomi dan bisnis islam, dampak penertiban pedagang kaki
lima di pasar panorama di kota bengkulu oleh satpol pp terhadap
pemberdayaan ekonomi pedagang kaki lima hal 1 hal 8 hal 62
A. Jenis dan pendekatan penelitian

Penelitian ini mengunakan jenis penelitian lapangan dengan pendekatan

kualitatif analisis data melalui penelitian lapangan adalah penelitian

kualitatif yang tidak memerlukan pengetahuan mendalam akan literatur

yang di gunakan dan keamampuan tertentu dari pihak peneliti. Penlitian

lapangan biasa di lakukan untuk memutuskan ke arah mana penelitiannya

berdasarkan konteks.

Sedang kan pendekatan kualitatif merupakan salah satu pendekatan yang

secara primer mengunakan para digma pengetahuan perdasar kan

pandangan konstruktivis (seperti makna jamak dari pengalaman individual

makna yang secara sosial dan historis di bangun dengan maksud

pengembangan suatu teori atau pola) atau pandangan advokasi partisipatori

atau kedua nya (emzir, 2011:28).

B. Lokasi dan waktu penelitian

Penelitian di laksanakan di area jalan jendral sudirman dan pasar terubuk

Bengkalis peneliti ini mengambil tempat ini dengan alasan banyak nya

para pedagang kaki lima yang berjualan di trotoar pejalan kaki dan

mengangu aktivitas masyarakat sehari-hari penelitian ini di lakukan

selama dua bulan mulai tanggal 02 oktobetr 2021 sampai pertanggal 29

november 2021

C. Subjek dan objek penelitian


Penelitian ini memfokus kan kepada para pedagang kaki lima dan dinas

satpol PP Kab Bengkalis, ada pun subjek penelitian mempengaruhi

berhasil tidak nya penelitian ini berdasarkan pemilihan populasi,

wawancara, smpel dan sampling.

D. Populasi dan sampel

Populasi yang di gunakan di penelitian ini sesuai dengan jumblah banyak

nya para pedgang yang berjualan di trotoar dan tidak mengindahan

peraturan, sedangkan sample nya keseluruhan para pedagang kaki lima

yng ada di kabupaten Bengkalis

(Djarwanto, 1994: 420) Populasi adalah jumlah keseluruhan dari satuan-

satuan atau individu-individu yang karakteristiknya hendak diteliti. Dan

satuan-satuan tersebut dinamakan unit analisis, dan dapat berupa orang-

orang, institusi-institusi, benda-benda, dst.

Menurut Hadari Nawawi (1983), Populasi adalah keseluruhan objek

penelitian yang terdiri atas manusia, hewan, benda-benda, tumbuh,

peristiwa, gejala, ataupun nilai tes sebagai sumber data yang mempunyai

karakteristik tertentu dalam suatu penelitian yang dilakukan.

Arikunto (2006: 131), Sampel adalah sebagian atau sebagai wakil populasi

yang akan diteliti. Jika penelitian yang dilakukan sebagian dari populasi

maka bisa dikatakan bahwa penelitian tersebut adalah penelitian sampel.


Nana Sudjana dan Ibrahim (2004: 85), Sampel adalah sebagian dari

populasi yang dapat dijangkau serta memiliki sifat yang sama dengan

populasi yang diambil sampelnya tersebut.20

E. jenis data dan skala pengukuran

data adalah kumpulan dari fakta yang dapat berupa angka, simbol, atau

pun tulisan yang di peroleh melalui pengamatan suatu objek, kegiatan

pengumpulan fata ini adalah dengan cara mengamati, wawancara dan

dokumentasi.

Jenis penelitian yang penulis lakukan ini adalah kualitatif dan lapangan

yang merupakan data yang berbentuk kata-kata atau variabel, cara

memperoleh data kualitatif dapat di lakukan melalui wawancara.

F. Teknik pengumpulan data

Sumber data yang di gunakan dalam penelitian ini di peroleh dengan cara

mengamati banyak nya para pedagang kaki lima yang ada di Kab

Bengkalis berjualan di trotoat jalan, memakan badan jalan dan mengalih

fungsi kan fasilitas umum, sehingga mengangu kenyamanan para pejalan

kaki serta merusak keindahan fungsi penataan kota oleh pemerintah di

dukung dengan metode pengumpuln data melalui wawancara dolumentasi

serta melihat secara langsung dan mengkaji.

G. Teknik analisis data

20
(Djarwanto, 1994: 420) Hadari Nawawi (1983) Arikunto (2006: 131)
Nana Sudjana dan Ibrahim (2004: 85), hal 1
Analisi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode kulitatif di

mana analisi nya mengarah kepada penelitian yang bersifat deskriptif dan

cendrung mengunkaakan analisis proses dan makna (perspektif subjek)

lebih di tonjolkan dalm penelitian kualitatif landasan teori di manfaatkan

sebagai pemandu agar fokus penelitian ini sesuai dengan fakta di lapangan.

Anda mungkin juga menyukai