Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA

PADA MASA KERAJAAN ISLAM

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia

Dosen Pengampu : Syaefudin Achmad, M.Pd.

Disusun oleh :

Fitria Risang Ayu 23010200030

Tiyas Hidayanto 23010200068

Shinta Octaviana 23010200069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUS AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“LEMBAGA PENDIDIKAN DI INDONESIA PADA MASA KERAJAAN
ISLAM” ini tepat pada waktunya. Dan tak lupa sholawat serta salam senantiasa
kita curahkan kepada nabi Muhammad Saw. Yang telah membawa kita semua
dari zaman jahiliah menuju jaman nuronniyah.

Makalah ini diharapkan mampu menambah dan memperluas ilmu para


pembacanya. Terutama dalam menyusun sebuah tujuan pembelajaran . maklah ini
kami susun menggunakan berbagai referensi dan sumber informasi sehingga
bukan datang dari satu sudut pandang saja lalu kami rangkum menjadi sebuah
makalah

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Syaefudin Achmad, M.Pd.


selaku dosen mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia bidang Studi
Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan tugas ini, sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
ini. Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Salatiga, 15 Oktober 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i


KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................ 2
C. Tujuan .............................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Lembaga Pendidikan Islam ............................................ 3
B. Lembaga Pendidikan Pada Masa Kerajaan Islam ............................ 4
C. Pengaruh Kerajaan Islam dalam Pendidikan Islam ......................... 7
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...................................................................................... 11
B. Saran ................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Islam mewajibkan umatnya untuk mencari ilmu, hal ini menjukkan
betapa pentingnya menuntut ilmu. Dengan ilmu, manusia dapat menjadi
hamba Allah yang beriman dan beramal shaleh, serta manusai mampu
mengolah kekayaan alam yang Allah berikan kepadanya. Dengan demikian ,
manusai juga mampu menjadi hamba-Nya yang bersyukur, dan hal itu
memudahkannya menuju syurga.
Dalam perkembangannya, Pendidikan Islam di Indonesia ditandai
dengan munculnya berbagai lembaga pendidikan secara bertahap, mulai dari
yang amat sederhana, sampai dengan tahap-tahap yang sudah terhitung
modern dan lengkap. Lembaga pendidikan Islam telah memainkan perannya
sesuai dengan tuntutan masyarakat dan zamannya. Perkembangan lembaga-
lembaga pendidikan tersebut telah mearik para ahli baik dari dalam maupun
luar negeri untuk melakukan studi ilmiah secara konferensif. Dan kini sudah
banyak sekali hasil karya penelitian para ahli yang menginformasikan
tentang pertumbukhan dan perkembangan lembaga-lembaga pendidikan
Islam tersebut.
Lalu munculnya kerajaan Islam merupakan salah satu perjalanan
sejarah pendidikan Islam di Indonesia. Hal ini karena lahirnya kerajaan
Islam yang disertai kebiijakan dari penguasaannya. Saat itu sangat mewarnai
sejarah Islam di Indonesia. Terlebih agama Islam juga pernah dijadikan
sebagai agama resmi Negara atau kerajaan pada saat itu.
Tumbuhnya kerajaan Islam sebagai pusat-pusat kekuasaan Islam di
Indonesia ini jelas sangat berpengaruh sekali dalam proses islamisasi atau
pendidikan Islam di Indonesia, yaitu sebagai suatu wadah atau lembaga
yang dapat mempermudah penyebaran Islam di Indonesia. Ketika kekuasaan

1
politik Islam semakin kokoh dengan munculnya kerajaan-kerajaan Islam,
pendidikan islam semakin memeproleh perhatian, karena kekuatan politik
digabungkan dnegan semangat para Mubaligh untuk mengajarkan Islam
merupakan dua sayap kembar yang memeprcepat tersebarnya Islam ke
berbagai wilayah di Indonesia.
Kejayaan kerajaan islam di Nusantara ini berkisar pada Abad ke-13
sampai Abad ke-16. Adapun latar belakang munculnya kerajaan-kerajaan
Islam didorong oleh maraknya lalu lintas perdagangan laut dengan
perdagangan-perdagangan Islam dari Arab, India, Persia, serta Tiongkok.
B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas pada materi ini sebagai
berikut :
1. Bagaimana peranan Kerajaan Islam dalam proses Islamisasi?
2. Lembaga-lembaga apa saja yang digunakan pada masa Kerajaan
Islam?
3. Bagaimana pengaruh Kerajaan Islam terhadap Pendidikan Islam
di Indonesia?
C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan makalah ini ialah untuk menjelasakan
beberapa materi sebagai berikut :
1. Peranan Kerajaan Islam dalam proses Islamisasi.
2. Lembaga Pendidikan Islam pada masa Kerajaan Islam.
3. Pengaruh Kerajaan Islam terhadap Pendidikan Islam di
Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM


Dalam bahasa Inggris, lembaga disebut institute (dalam pengertian
fisik), yang berarti sarana atau organisasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Lalu lembaga dalam pengertian non-fisik atau abstrak disebut dengan
institution yang berarti suatu sistem norma untuk memenuhi kebutuhan.
Dalam pengertian fisik, lembaga disebut juga dengan bangunan, dan dalam
pengertian non-fisik disebut dengan pranata.1
Lalu ada pendapat menurut hasan Langgulung, Lembaga Pendidikan
Islam adalah suatu sistem peraturan yang bersifat mujarrad, suatu konsepsi
yang terdiri dari kode-kode, norma0norma, ideology-ideologi, dan
sebagainya, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, termasuk
perlengkapan material dan organisasi simbiolik, yang berisi kelompok
manusia yang terdiri dari individu-indiviidu yang dibentuk dengan sengaja
atau tidak, untuk mencapai tujuan tertentu dan tempat-tempat kelompok itu
melaksanakan peraturan-peraturan tersebut adalah masjid, sekolah, kuttab,
dsb.2
Lembaga Pendidikan Islam dapat pula diartikan sebagai sauatu wadah
atau tempat berlangsungnya proses pendidikan Islam yang telah
tersistematis dan tertata rapi mengikuti aturan-aturan tertentu. Dari devinisi
tersebut, dapat disimpulkan bahwa lembaga pendidikan itu mengandung
pengertian konkret berupa sarana prasarana dan juga pengertian yang
abstrak, dengan adaanya norma-norma serta peraturan-peraturan tertentu,
serta penanggungjwaba pendidikan itu sendiri.3 Ciri yang menonjol dari
seluruh Lembaga Pendidikan Islam adalah terletak pada tujuan Lembaga

1
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002) hlm. 277
2
Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abda ke-21, (Jakarta : Pustaka Al-Husna,
1988), cet 1, hlm.12-13.
3
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002) hlm. 278

3
Pendidikan Islam itu sendiri, yaitu mewarisi nilai-nilasi ajaran agama Isalm.
Hal ini sangat beralasan mengingat aspek-aspek kurikulum yang ada
menyajikan seluruhnya memasukkan mata pelajaran agama Islam secara
komprehensif dan terpadu sementara di Lembaba Pendidikan Islam
kurikulum pendidikan agama Islam menjadi konsentrasi dan titik tekan.

B. LEMBAGA PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KERAJAAN


ISLAM
Jika mengamati perkembangan kerajaan-kerajaan Islam di Nusantra
maka dapat dipahami bahwa peranan kerajaan-kerajaan tersebut sangat
besar dalam proses Islamisasi di Nusantara. Hal tersebut tentunya
memberikan dampak dan pengaruh pada pendidikan Islam di kerajaan-
kerajaan Islam Nusantara. Seiring dengan perkembangan Islam di
Nusantara, maka dimulai pula pendirian lembaga pendidikna Islam sebagai
upaya untuk penanaman nilai-nilai Islam kepada masyarakat. Berikut
merupakan lembaga-lembaga pendidikan Islam yang muncul di Indonesia
pada masa Kerajaan Islam sebagai berikut :
1. Masjid dan Langgar
Fungsi utama Masjid ialah tempat untuk shalat lima waktu
ditambah dengan shalat sekali seminggu dilaksanakannya shalat
jum’at dan dua kali shalat hari raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Selain itu ada langgar, bentuknya lebih kecil dari masjid dan
biasanya digunakan untuk shalat lima waktu.
Selain dari fungsi utama masjid dan langgar, digunakan
juga untuk tempat pendidikan. Dilakukannya pendidikan untuk
penyampaian-penyampaian ajaran Islam oleh mubaligh kepada
para jama’ah dalam bidang yang berkenaan dengan akidah,
ibadah, dan akhlak.
Sedangkan pengajian untuk anak-anak adalah berpusat
kepada pengajian Al-Qur’an yang menitik beratkan kepada
kemampuan membacanya dengan baik sesuai dengan kaidah-

4
kaidah bacaan, serta diberi pendidikan keimanan ibadah dan
akhlak pula.
2. Pesantren
Ditinjau dari segi sejarah, belum ada kepastian tentang
kapan pertama kali berdirinya pesantren, ada pendapat
mengatakan bahwa pesantren telah tumbuh sejak awal
masuknya Islam ke Indonesia, sementara yang lain berpendapat
bahwa pesantren baru muncul pada masa Walisongo dan
Maulana Malik Ibrahim dipandang sebagai orang yang pertama
kali mendidikan pesantren.
Inti dari pesantren adalah pendidikan ilmu agama, dan
sikap beragama. Karenanya mata pelajaran yang diajarkan
semata-mata pelajaran agama, oada tingkat dasar anak didik
baru diperkenalkan tentang dasar agama, dan al-Qur’an AL-
Karim. Setelah berlangsung beberapa lama pada saat anak didik
telah memiliki kecerdasan tertentu, maka mulailah diajarkan
kitab-kitab klasik. Kitab-kitab klasik ini juga diklasifikasikan
menjadi tingkat dasar, tingkat menengah, dan tingkat tinggi.4
3. Meunasah, Rangkang, dan Dayah
Secara epistemologi, meunasah berasal dari perkataan
madrasah, tempat belajar atau sekolah. Ditinjau dari segi
pendidikan awal bagi anak-anak yang dapat disamakan dengan
tingkatan sekolah dasar. Dimeunasah diajarkan menulis,
membaca, huruf arab, ilmu agama dan akhlak. Meunasah
dipimpin oleh Tengku Meunasah yang bertugas untuk membina
agama di suatu tempat-tempat tertentu.
Rangkang adalah tempat tinggal murid, yang dibantun
disekitar masjid. Disetiap kampung harus ada satu meunasah.
Pendidikan di Rangkang ini terpusat kepada pendidikan agama,

4
Zuharini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 136.

5
disini telah diajarkan kitab-kitab yang berbahasa arab. Tingkat
pendidikan ini jika dibandingkan dengan sekolah saat ini
setingkat dengan sekolah menengah pertama. Sistem pendidikan
di Rangkang ini sama dengan sistem pendidikan di Pesantren.
Murid-murid duduk melingkar dan guru menerangkan pelajaran,
berbentuk halakah, metode yang disampaikan di dunia pesantren
disebut dengan wetonan dan sorogan.5
Dayah berasal dari bahasa Arab zawiyah. Kata zawiyah
pada mulanya merujuk kepada sudut dari kata bangunan, dan
sering di kaitkan dengan masjid. Disudut masjid itulah terjadi
proses pendidikan antara pendidik dan terdidik. Dayah adalah
sebuah lembaga pendidikan yang ,engajarkan mata pelajaran
agama yang bersumber dari bahasa arab, misalnya fiqh, bahasa
arab, tauhid, tasawuf, dll. Tingkat pendidikannya setara dengan
sekolah menengah akhir.
4. Surau
Dalam KBBI, surau diartikan sebagai tempat (rumah)
umat Islam melakukan ibadahnya (bersembahyang, mengaji,
dsb.), pengertian ini dirnci mempunyai arti bahwa surau berarti
suatu tempat bangunan kecil untuk tempat shalat, tempat belajar
mengaji anak-anak, tempat wirid (pengajian agama) bagi orang
dewasa.
Surau berfungsi sebagai lembaga sosial budaya, fungsinya
sebagai tempat pertemuan para pemuda dalam upaya
mensosialisasikan diri mereka. Selain itu juga berfungsi sebagai
tempat bersinggahan dan peristirahatan para musafir yang
sedang menempuh perjalanan.
Sistem pendidikan di surau banyak kemiripannya dengan
sistem pendidikan di Pesantren. Murid tidak terikat dengan

5
Zuharini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000), h. 142.

6
sistem administrasi yang ketat, Syekh atau Guru mengajar
dengan murid yang berpindah ke surau lain apabila dia telah
merasa cukup memperoleh ilmu di surau terdahulu.

C. PENGARUH KERAJAAN ISLAM DALAM PENDIDIKAN ISLAM


Pada masa berdirinya kerajaan Islam di nusantara, pendidikan Islam di
Indonesia mulai menapak ke arah kemajuan yang cukup pesat karena
hampir di setiap daerah yang penduduknya beragama Islam berdiri masjid,
surau, langgar dan pesantren yang berfungsi di samping sebagai tempat
ibadah, juga sebagai pusat kegiatan Islam termasuk pendidikan. Begitu juga
pada periode kerajaan Samudera Pasai, Perlak, dan Demak, tampak sudah
banyak masjid yang dibangun, seperti masjid Demak, Kudus, Ampel, Giri
dan sebagainya. Setiap tokoh-tokoh agama Islam pada zaman itu cenderung
mementingkan dan mendahulukan pembangunan masjid sebagai pusat
kegiatan keagamaan dari pada bangunan lainnya.6
Jika diamati, penyelenggaraan pendidikan agama pada masa kerajaan
tersebut berjaya bertujuan untuk:
1) Mengajak manusia berbuat baik, yaitu patuh mengerjakan
agama secara bersungguh-sungguh, mengerjakan apa yang
diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang Allah.
2) Menjaga tradisi, maksudnya sesuatu yang diangap penting dan
diperlukan oleh keluarga dan masyarakat, harus diturunkan dan
diajarkan kepada anak cucu secara turun-temurun sebagai
regenerasi.
Penyelenggaraan pendidikan pada masa kerajaan Islam ditempuh
dengan berbagai cara. Diantara metode yang umum digunakan adalah:

1) Ceramah atau nasihat langsung. Metode ini merupakan yang


paling banyak dan lazim digunakan. Ceramah efektif dilakukan
di tempat-tempat berkumpul kaum muslimin seperti masjid atau

6
Hasbulah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo, 2000.

7
langgar. Nasehat-nasehat secara langsung bisa diberikan
terutama yang berkenaan dengan persoalan-persoalan faktual
yang dihadapi masyarakat. Cara ini dianggap efektif karena
mampu menyelesaikan permasalahan secara langsung dan
kontekstual.
2) Teladan yang baik. Metode ini cenderung menonjolkan sisi
karismatika personal. Dengan penampilan pribadi yang agung
dan mengesankan menonjolkan segi tingkah laku yang baik dan
terpuji, akan dapat melahirkan daya tarik dan perhatian yang
besar para murid sehingga guru untuk ditiru dan diteladani,
ajarannya diamalkan. Penampilan kepribadian ini pada mulanya
merupakan salah satu faktor yang sangat berperan dalam
dakwah Islam, karena tampil dengan sosok mengesankan efektif
menciptakan pengidolaan yang pada akhirnya keteladanan.
3) Media seni dan permainan. Seni adalah metode dakwah yang
efektif pada masa lalu. Hal ini jelas terlihat seperti apa yang
telah dilakukan oleh para penganjur agama di Jawa melalui seni
wayang. Begitu pula yang lain, misalnya maulid Nabi
Muhammat di daerah Solo dan Yogyakarta yang mengunakan
gamelan sekaten. Kata sekaten diambil dari bahasa
Arab,syahadatain yang artinya dua kalimat syahadat yang
merupakan pernyataan keislaman secara individual.7

Pada paruh pertama abad ke-19, muncul kelompok pengajian-


pengajian yang diorganisasi oleh komunitas-komunitas di dalam
masyarakat. Bentuk pendidikan ini didorong oleh intensitas pertemuan
antara umat Islam di nusantara dengan umat Islam yang berasal dari negeri

7
Junaedi, Machbud. 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah.Jakarta: Surya Grafindo,
1990.

8
lain terutama dari Timur Tengah.8 Meskipun sebelumnya telah muncul
beberapa pemuda Nusantara yang telah menimba ilmu pengetahuan Islam di
Mekah, seperti Nuruddin al-Raniriy (1658) dari Aceh, Muhammad Arsyad
al-Banjariy (1812) dari Martapura, Banjarmasin.9

Bentuk pengajian masih menggunakan sistem sorogan dan halaqah,


dengan ciri tertentu yang berbeda dengan bentuk sebelumnya. Ciri tersebut
adalah, pada umumnya: (1) diselenggarakan dalam suatu kawasan atau area
tertentu yang jauh dari kebisingan kota, (2) adanya seorang kyai sebagai
pimpinan pengajian atau perguruan (3) peserta pengajian diikat dengan
prinsip-prinsip keikhlasan, gotong royong, jiwa sosial dan saling
menghormati, hidup mandiri dan sederhana.

Dari beberapa model pendidikan tersebut di atas, secara umum


tujuannya adalah: (1) mencetak ulama yang menguasai ilmu-ilmu agama,
(2) mendidik kaum muslimin agar dapat melaksanakan syari’at agama, dan
(3) mendidik agar anak didik memiliki keterampilan dasar yang relevan
dengan terbentuknya masyarakat Islam yang patuh pada aturan agama.10

Dengan demikian dapat digambarkan bahwa tujuan utama pendidikan


Islam pada masa awal tersebut adalah untuk mencetak ulama yang ahli di
bidang agama yang beraal dari kalangan masyarakat untuk kembali kepada
masyarakat untuk mengajak masyarakat dalam mengamalkan ajaran-ajaran
Islam yang haq.

Peranan yang dimainkan lembaga pendidikan Islam dalam upaya


pembangunan manusia Indonesia seutuhnya serta upaya mempertahankan
kemerdekaan di zaman penjajahan, tidak terlepas dari peran besar para kiyai
yang telah banyak meletakkan dasar-dasar ilmu pengetahuan agama dan

8
Al-Arasyi, Muhammad Athiyah. al-Tarbiyah wa Falsafâtuha. Mesir: Isa al-Bâbi al-Halabi, 1975.
9
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama. Bandung: Mizan, 1995. Pendidikan Kewargaan. Jakarta;
ICCE UIN Syarif Hidayatul-lah, 2000.
10
Faisal, Yusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press, 1995.

9
jiwa patriotisme terhadap para murid-murid mereka serta pengaruh mereka
yang luas terhadap masyarakat di sekitarnya. Di samping itu para ulama
juga membangun tali silaturrahmi yang erat dengan para pemimpin bangsa
di penjuru tanah air Indonesia.11

11
Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama. Bandung: Mizan, 1995.

10
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Lembaga Pendidikan Islam adalah suatu sistem peraturan yang
bersifat mujarrad, suatu konsepsi yang terdiri dari kode-kode, norma-norma,
ideology-ideologi, dan sebagainya, baik yang tertulis maupun yang tidak
tertulis, termasuk perlengkapan material dan organisasi simbiolik, yang
berisi kelompok manusia yang terdiri dari individu-indiviidu yang dibentuk
dengan sengaja atau tidak, untuk mencapai tujuan tertentu dan tempat-
tempat kelompok itu melaksanakan peraturan-peraturan tersebut adalah
masjid, sekolah, kuttab, dsb.
Lembaga-lembaga pendidikan Islam yang muncul di Indonesia pada
masa Kerajaan Islam ada : Masjid dan Langgar; Pesantren; Meunasah,
Rangkang, dan Dayah; serta Langgar. Keempat lembaga tersebuut sama-
sama digunakan untuk proses pendidikan yang khusus mengajarkan ajaran
Islam, perbedaannya hanya ada ditingkatan pembelajarannya saja.
Perkembangan pendidikan di era ini tidak dapat dileapskan dari
peranan munculnya kerajaan-kerajaan Islam saat itu. Seperti Kerajaan
Samudera Pasai (1297), Kerajaan Aceh (1514), Kerajaan Demak (1500),
Kerajaan Gowa Talo (Makassar) pada abad ke-17. Peran kerajaan ini
menurut Hasjimi dibuktikan ketika Iskandar Muda berkuasa (1607-1636) di
Aceh banyak didirikan lembaga pendidikan.

B. SARAN
Dari kami memohon maaf jika masih ada kesalahan serta kekurangan
dari makalah ini, kami mengharap adanya kritik serta saran dari teman-
teman untuk membantu menyempurnakan makalah ini. Dengan begitu
makalah ini dapat membantu serta bermanfaat bagi teman-teman sekalian.

11
DAFTAR PUSTAKA

Al-Arasyi, Muhammad Athiyah. al-Tarbiyah wa Falsafâtuha. Mesir: Isa al-Bâbi


al-Halabi, 1975.

Al-Hasan Langgulung, Pendidikan Islam Menghadapi Abda ke-21, (Jakarta :


Pustaka Al-Husna, 1988), cet 1.

Azra, Azyumardi. Jaringan Ulama. Bandung: Mizan, 1995. Pendidikan


Kewargaan. Jakarta; ICCE UIN Syarif Hidayatul-lah, 2000.

Faisal, Yusuf Amir. Reorientasi Pendidikan Islam. Jakarta: Gema Insani Press,
1995.

Hasbulah. Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo, 2000.

Junaedi, Machbud. 100 Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah.Jakarta:


Surya Grafindo, 1990.

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta : Kalam Mulia, 2002)

hlm. 277hlm.12-13.

Zuharini, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000

Anda mungkin juga menyukai