Anda di halaman 1dari 14

IMPLEMENTASI SISTEM ZONASI

SEKOLAH

Disusun oleh :

Nama : Resti Undi Indrawati


NIM : 16.11.0154
Kelas : TI 16 B

ISU SOSIAL DAN ETIKA PROFESI


Dosen Pengampu : Yusyida Munsa Idah, M.Kom

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
AMIKOM PURWOKERTO
PURWOKERTO
2018

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 3
2.1 Pemerataan Pendidikan Indonesia ............................................................................ 3
2.2 Pendidikan sebagai Hak Dasar ( Hak Asasi Manusia ) ............................................. 5
2.3 Zonasi Pendidikan ..................................................................................................... 5
BAB III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 7
3.1 Sosialisasi Zonasi Pendidikan di Indonesia .............................................................. 7
3.2 Implementasi Zonasi Pendidikan .............................................................................. 8
3.3 Tujuan Zonasi Pendidikan ........................................................................................ 9
3.4 Permasalahan Zonasi Pendidikan............................................................................ 10
BAB IV KESIMPULAN ...................................................................................................... 11
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 11
4.2 Saran ....................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 13

i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Memperoleh pendidikan merupakan hak asasi setiap warga negara
Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak
memperoleh pendidikan yang bermutu dengan minat dan bakat yang
dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis,
agama, dan gender. Pemerintah berupaya untuk memberikan
pendidikan kepada seluruh warga negara Indonesia melalui pemerataan
akses pendidikan, namun terkait dengan wilayah menunjukan
ketimpangan yang mana akses pendidikan di perkotaan lebih tinggi
daripada di pedesaan.

Mengingat pemerataan akses pendidikan dan pemerataan mutu


pendidikan, maka Pemerintah menjalankan kebijakan zonasi
pendidikan. Sistem zonasi PPDB ( Penerimaan Peserta Didik Baru )
mengatur sekolah negeri milik pemerintah daerah wajib menerima
calon peserta didik yang berdomisili pada radius zona terdekat dari
sekolah paling sedikit sebesar 90% dari total jumlah keseluruhan peserta
didik yang diterima. Namun demikian, sekolah dapat menerima peserta
didik baru dari luar zona terdekat karena alasan prestasi paling banyak
5% dan 5% untuk alasan khusus seperti perpindahan domisili orang
tua/wali.

Dalam praktiknya, sistem zonasi PPDB menuai pro dan kontra.


Zonasi merupakan cara untuk mendorong pemerataan kualitas
pendidikan. Sistem tersebut diharapkan mampu memutus ketimpangan
kualitas pendidikan yang jamak dan mampu memutus sekat sekolah
favorit dan sekolah pinggiran. Dapak adanya sistem zonasi , rombongan
belajar akan terdiri dari peserta didik dengan variasai kemampuan
belajar, yang terdiri dari peserta didik berprestasi dan tidak berprestasi
yang dapat cenderung mempengaruhi prestasi mereka yang sudah baik
karena merasa tidak perlu untuk mengejar prestasi lebih baik dari
temannya.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pemahaman Masyarakat Indonesia tentang
Kebijakan Zonasi Pendidikan ?
2. Bagaimana Implementasi Pemberlakuan Zonasi Pendidikan di
Indonesia ?
3. Apa Tujuan dan Arah Pemerintah Terhadap Kebijakan Zonasi
Pendidikan ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk memperkenalkan dan menjelaskan tentang kebijakan
zonasi pendidikan.
2. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan zonasi pendidikan
terhadap pemerataan pendidikan dan prestasi siswa.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemerataan Pendidikan Indonesia
Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (selanjutnya ditulis UU Sisdiknas) menyatakan:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan berfungsi menunjang pembangunan bangsa dalam arti yang


luas yaitu menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil,
menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kebutuhan
pembangunan. Proses pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses
pemberdayaan, yaitu suatu proses untuk mengungkapkan potensi yang ada
pada manusia sebagai individu yang selanjutnya dapat memberikan
sumbangan kepada pemberdayaan masyarakat dan bangsanya.

Perluasan dan pemerataan pendidikan merupakan suatu padanan kata yang


memiliki makna yang hampir sama. Perluasan pendidikan lebih menekankan
bagaimana upaya pemerintah untuk mengadakan sarana dan prasaran
pendidikan, kemudian penyediaan sarana dan prasaran tersebut mencapai
seluruh pelosok nusantara atau daerah-daerah terpencil. Pemerataan
pendidikan memiliki arti yang lebih menekankan bagaimana upaya yang
dilakukan oleh pemerintah agar seluruh masyarakat dapat memperoleh hak

3
yang sama di dalam mengakses pendidikan. Dengan kata lain, tidak ada
perbedaan antara si miskin dan si kaya, demikian juga tidak terdapat
perbedaan antara masyarakat kota dan masyarakat desa.

Secara nasional, pemerintah telah melakukan beberapa upaya dalam


rangka menciptakan pemerataan pendidikan di Indonesia. Diantaranya dengan
mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN), membebaskan biaya bagi sekolah dasar (SD),
membuat program Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hingga bagi
Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Umum (SMU)
mendapatkan bantuan bagi siswa-siswi yang kurang mampu. Pada sisi lain,
harus diakui upaya-upaya pemerintah tersebut belumlah berjalan secara
maksimal. Hal ini ditandai dengan masih tingginya angka putus sekolah yang
terjadi di tengah masyarakat, khususnya dari SMP menuju tingkat SMU, dan
tidak menutup kemungkinan pula terjadi angka putus ekolah dari tingkat SD
menuju tingkat SMP. Padahal pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar
Dua Belas Tahun (WAJAR 12 Tahun) yang sebelumnya adalah Wajib Belajar
Sembilan Tahun.

Faktor yang paling dominan terjadinya anak putus sekolah adalah karena
faktor ekonomi. Pendidikan merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan
oleh manusia sebagai subjeknya untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Karenanya, pendidikan dipandang sebagai bagian dari usaha manusia untuk
meningkatkan kesejahteraan atau sebagai bagian dari pembangunan nasional.
Pandangan ini dikuatkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa
pendidikan mempunyai peranan dalam pembangunan nasional dan
pembangunan ekonomi khususnya. Demikian sebaliknya, ekonomi
menganggap bahwa manusia merupakan salah satu produksi.25

Kebijakan pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap


pendidikan anak di Indonesia senantiasa dilakukan dengan mengutamakan
pendidikan sebagai program kerja utama pemerintah di samping program-
program lainnya. Mengingat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar
1945 ditegaskan tujuan dari bangsa Indonesia adalah: “…mencerdaskan
kehidupan bangsa”.

4
2.2 Pendidikan sebagai Hak Dasar ( Hak Asasi Manusia )
Pendidikan adalah sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk
merealisasikan hak-hak asasi manusia lainnya. Sebagai hak pemampuan,
pendidikan adalah sarana utama dimana orang dewasa dan terutama anak-anak
yang dimarjinalkan secara ekonomi dan sosial dapat mengangkat diri mereka
keluar dari kemiskinan dan memperoleh cara untuk terlibat dalam komunitas
mereka. Pendidikan memainkan sebuah peranan penting untuk
memberdayakan perempuan, melindungi anak-anak dari eksploitasi kerja dan
seksual yang berbahaya. Anak menjadi prioritas utama dalam pendidikan,
karena anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
pelanggaran HAM sehingga memerlukan bantuan orang dwasa dalam
melindungi hak-haknya. Perlindungan anak di sini tidak hanya sampai pada
pemenuhan hak hidup, namun mencakup pula segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi hak-haknya agar dapat tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan,
serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

Pemenuhan hak atas pendidikan pada dasarnya merupakan tanggungjawab


dari Negara untuk memberikan jaminan kepada warga negaranya
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi (UUD 1945). Mengenai
tanggungjawab Negara terhadap akses pendidikan bagi setiap warga Negara,
kembali ditegaskan pada Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, dalam hal ini pemerintah memiliki
tanggungjawab memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma
atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, anak terlantar,
dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil. Kewajiban pemerintah
dalam pelaksanaan pendidikan nasional adalah memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi dan wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 11 UU Nomor 20 Tahun 2003.

2.3 Zonasi Pendidikan


Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) baru saja
menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)

5
baru yaitu Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) dengan salah satu hal yang menjadi perhatian yaitu diberlakukannya
sistem zonasi sekolah. Peraturan zonasi yaitu sekolah harus menerima siswa
baru yang berdomisili pada radius paling dekat dengan sekolah yang dilihat
berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan. Kemudian peraturan
zonasi ini ditetapkan untuk sekolah jenjang TK, SD, SMP dan SMA
sedangkan untuk SMK dibebaskan untuk peraturan zonasi.

Terkait sistem seleksi PPDB berdasarkan Permendikbud Nomor 51 Tahun


2018 untuk jenjang Taman Kanak-kanak (TK) dan SD mempertimbangkan
usia anak. Tambahan syarat ada untuk tingkat SD berupa penentuan
berdasarkan jarak rumah, mendaftar lebih awal, dan tidak boleh melakukan
tes membaca, menulis, berhitung. Kemudian tambahan syarat untuk prioritas
seleksi untuk siswa SMP adalah nilai hasil ujian SD serta prestasi akademik
dan non-akademik yang diakui sekolah. Sedangkan untuk siswa SMA
ditambahkan syarat berupa nilai sertifikat hasil ujian nasional.

Daya tampung PPDB 2019/2020 ditentukan dengan 90% dari daya


tampung sekolah diperuntukkan bagi peserta didik dari Jalur Zonasi, 5% dari
daya tampung sekolah diperuntukkan bagi peserta didik dari Jalur Prestasi, 5%
dari daya tampung sekolah diperuntukkan bagi peserta didik dari Jalur
Perpindahan Orang Tua/Wali. Dalam satu zonasi, peserta didik hanya boleh
memilih satu jalur pada pendaftaran PPDB. Namun, peserta didik dapat
mendaftar di Jalur Prestasi diluar zonasi dan domisili peserta didik.

Sistem zonasi, menurut Mendikbud dapat menghadirkan populasi kelas


heterogen, sehingga akan mendorong kreativitas pendidik dalam
pembelajaran di kelas. Ia menegaskan, populasi yang ada di dalam sebuah
kelas harus heterogen. Salah satu arah kebijakan zonasi ini adalah
meningkatkan keragaman peserta didik di sekolah, sehingga nantinya akan
menumbuhkan miniatur-miniatur kebinekaan di sekolah.

2.4 Ketentuan Zonasi


PPDB tahun ajaran 2019/2020 mengacu kepada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018, ketentuan zonasi sebagai
berikut :

6
1. Pemerintah Daerah wajib menerima calon peserta didik
yangberdomisili sesuai zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah;
2. Domisili peserta didik didasarkan pada Kartu Keluarga (KK) yang
diterbitkan paling lambat 1 tahun sebelum pelaksanaan PPDB.
3. Jika tidak memiliki KK dapat diganti dengan Surat Keterangan Domisili
dari Rukun Tetangga/Rukun Warga (RT/RW) yang di Legalisir oleh
Lurah/Kepala Desa setempat yang menerangkan bahwa peserta didik
yang bersangkutan telah berdomisili paling singkat 1 tahun sejak
diterbitkannya Surat Keterangan Domisili (SKD).
4. Sekolah harus memprioritaskan peserta didik yang berdomisili dari satu
Kab/Kota yang sama dengan sekolah asal.
5. Kuota Zonasi 90% sudah termasuk kuota peserta didik dari keluarga
tidak mampu, dan anak penyandang disabilitas yang menyelenggarakan
layanan inklusi.
6. Bukti Siswa Tidak Mampu dibuktikan dengan keikutsertaan Program
Pemerintah dalam penanganan tidak mampu (KIS/KIP/PKH dan
sebagainya)
7. Untuk jenjang SMA/SMK siswa miskin atau keluarga tidak mampu
wajib menerima daya tampung minimal/paling sedikit 20% dari jumlah
daya tampung.
8. Penetapan zonasi disesuaikan dengan ketersediaan sekolah dan jumlah
peserta didik pada daerah tersebut.
9. Penetapan Zonasi wajib diumumkan minimal 1 bulan sebelum
pelaksanaan PPDB.
10. Penetapan Zonasi harus melibatkan Kelompok Kerja Kepala Sekolah.
11. Penetapan Zonasi dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah lain
secara tertulis untuk sekolah yang berada di perbatasan.

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Sosialisasi Zonasi Pendidikan di Indonesia
Pada tahun 2018 Sistem zonasi PPDB mengalami kekacauan di sejumlah
daerah. Pasalnya, sejumlah pemerintah daerah gagal menerapkan PPDB sesuai
Permendikbud. Banyak orang tua dari anak-anaknya yang akan mendaftar
melanjutkan jenjang pendidikan SMP dan SMA dibuat resah, karena kebijakan
zonasi terkesan masih kurang persiapan dan para orang tua siswa tidak tahu apa
yang harus mereka lakukan. Masyarakat masih dibuat bingung terkait kebijakan
zonasi pada PPDB yang pertama kali diterapkan di tahun 2018 oleh pemerintah

7
pusat karena minimnya informasi terkait teknis pelaksanaan zonasi dengan waktu
yang sangat dekat dengan memulai pendaftaran siswa terutama pada kalangan
siswa SD dan SMP yang sudah lulus.

KPAI menilai sosialisasi sistem zonasi oleh Kemendikbud sangat minim, baik
kepada dinas pendidikan di level provinsi/kabupaten/kota, maupun sosialisasi dinas
pendidikan setempat kepada masyarakat atau orang tua siswa calon peserta didik
baru. Namun Kemendikbud memberikan pernyataan sudah melakukan sosialisasi
sistem zonasi dan beranggapan pemda sudah paham tentang zonasi pendidikan.
Jadi disimpukan oleh Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)
Heru Purnomo bahwa terjadi misunderstanding antara Permendikbud dan Pemda.

Dilaksanakan Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK Kemendikbud) tahun 2019 membahas
kebijakan zonasi pendidikan dengan pemerintah daerah. Diharapkan, dengan
rembuk pendidikan dan kebudayaan, pemerintah daerah memiliki pemahaman
yang sama mengenai zonasi. Sebab, program zonasi akan menjadi metode utama
dalam menyelesaikan permasalahan pendidikan di Indonesia.. Data Kemendikbud
mencatatkan sudah terdapat sebanyak 211.443 sekolah yang menjalankan sistem
zonasi pendidikan. Jumlah itu terdiri atas 146.860 Sekolah Dasar (SD), 38.777
Sekolah Menengah Pertama (SMP), 13.510 Sekolah Menengah Atas (SMA), dan
12.296 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

3.2 Implementasi Zonasi Pendidikan


Jelang Tahun Ajaran 2019-2020, sekolah-sekolah akan disibukkan dengan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Dalam upaya sinkronisasi sistem PPDB
di seluruh wilayah Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Republik Indonesia (RI) tengah menyosialisasikan aturan PPDB
Tahun 2019. Penerapan sistem zonasi mewajibkan kepala sekolah dan guru harus
mulai mendata jumlah calon siswa di setiap zona sejak Januari 2019. Optimistis
sistem zonasi dapat memenuhi target wajib belajar 12 tahun lebih mudah dicapai.
Dengan catatan, sekolah bersama aparat daerah dapat lebih aktif mendorong anak-
anak usia sekolah untuk belajar di sekolah atau pendidikan kesetaraan.

Dalam Peraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud)


nomor 51 Tahun 2018 Tentang PPDB, pemerintah secara resmi menghapus Surat
Keterangan Tidak Mampu (SKTM) karena di beberapa daerah seringkali

8
disalahgunakan. Lama domisili peserta didik didasarkan pada alamat Kartu
Keluarga (KK), yang diterbitkan minimal 1 tahun sebelumnya. Untuk
meningkatkan transparansi dan menghindari praktik jual-beli kursi, permendikbud
baru ini mewajibkan setiap sekolah mengumumkan jumlah daya tampung. Daya
tampung yang diumumkan yaitu pada kelas 1 SD, kelas 7 SMP dan kelas 10
SMA/SMK sesuai data rombongan belajar dalam Data Pokok Pendidikan
(Dapodik). Selain itu juga diatur mengenai kewajiban sekolah, untuk
memprioritaskan peserta didik berdomisili satu wilayah yang sama dengan sekolah
asal (Sistem Zonasi), yang dibuktikan dengan KK atau surat keterangan domisili.

Mendikbud mengimbau agar pemerintah daerah segera membuat juknis PPDB


yang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan berpedoman kepada
Permendikbud Nomor 51 Tahun 2018. Regulasi PPDB untuk tahun ajaran
2019/2020 ini terbit lima bulan sebelum pelaksanaan PPDB. Dengan demikian,
diharapkan pemerintah daerah dapat menyiapkan petunjuk teknis (juknis) dan
petunjuk pelaksanaan (juklak) dengan lebih baik, dan memiliki waktu yang cukup
untuk melakukan sosialisasi kepada sekolah dan masyarakat.

Mendikbud menjelaskan, dalam meningkatkan kepatuhan dalam implementasi


kebijakan zonasi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) juga
berencana memberikan sanksi kepada pemda yang tidak mematuhi aturan. Sanksi
dapat berupa teguran tertulis sampai dengan penyesuaian alokasi penggunaan
anggaran yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
yang sudah disepakati antara Kemendikbud dengan Kementerian Keuangan
(Kemenkeu) terkait pengendalian penggunaan anggaran pendidikan, khususnya
yang ditransfer ke daerah.

3.3 Tujuan Zonasi Pendidikan


Upaya pemerintah dalam mengurangi kesenjangan yang terjadi di masyarakat
merupakan amanat dari nawa cita Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf
Kalla. Sistem zonasi merupakan salah satu kebijakan yang ditempuh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk menghadirkan pemerataan
akses pada layanan pendidikan, serta pemerataan kualitas pendidikan
nasional. Tujuan dari penerapan kebijakan zonasi saat PPDB ( Penerimaan Peserta
Didik Baru ) :

9
1. Membangun Indonesia daei pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah
dan desa dalam kerangka negara kesatuan.
2. Melakukan Revolusi Karakter bangsa (Berkarakter).
3. Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia (Cerdas).
4. Meningkatkan produktivitas serta daya saing di pasar internasional.

Arah kebijakan zonasi pendidikan :

1. Menjamin pemerataan akses pendidikan.


2. Menghilangkan eksklusivitas & diskriminasi di sekolah negeri.
3. Membantu analisis perhitungan kebutuhan & distribusi guru.
4. Meningkatkan akses layanan pendidikan pada kelompok rentan.
5. Mendorong Pemda dalam pemerataan kualitas pendidikan.
6. Mendorong kreativitas pendidik dalam kelas heterogen.
7. Meningkatkan keragaman peserta didik di suatu sekolah.
8. Membantu pemerintah dalam memberikan bantuan yang lebih tepat
sasaran.
9. Mencegah penumpukan SDM berkualitas dalah suatu wilayah.
10. Mendekatkan lingkungan sekolah dengan peserta didik.

3.4 Permasalahan Zonasi Pendidikan


Penerapan kebijakan sistem zonasi dalam PPDB 2018/2019 menimbulkan pro
kontra. Beberapa perdebatan antara lain: Pertama, prioritas jarak tempat tinggal
calon peserta didik dengan sekolah sebagai penentu utama PPDB. Pihak yang
kontra menilai bahwa prioritas jarak sebagai penentu utama PPDB masih sulit
diterapkan, mengingat jumlah lulusan sekolah dengan ketersediaan sekolah untuk
semua daerah belum seimbang. Akibatnya, beberapa sekolah menjadi kekurangan
calon peserta didik, sementara ada sekolah yang jumlah pendaftarnya melebih
kuota karena berada di zona padat penduduk.

Kedua penggunaan Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM). Munculnya


SKTM berawal dari ketentuan sistem zonasi PPDB dengan prioritas jarak yang
menyebabkan orang tua calon peserta didik terutama di luar zonasi mencari
berbagai cara agar anaknya dapat diterima di sekolah yang diinginkan. Jumlah
kuota sebesar 5% untuk jalur prestasi dinilai terlalu kecil untuk siswa dari luar
zonasi, sedangkan belum semua sekolah memiliki fasilitas yang memadai.
Akibatnya, kuota 20% untuk keluarga tidak mampu dianggap sebagai peluang.
Jalur SKTM pun muncul dalam PPDB. Padahal Permendikbud No. 14 Tahun 2018

10
tentang PPDB tidak mengatur mengenai jalur SKTM dalam PPDB. Pasal 19
Permendikbud No. 14 Tahun 2018 tentang PPDB hanya mengatur kuota 20% untuk
keluarga tidak mampu yang berdomisili di satu wilayah daerah provinsi. Terkait
hal ini, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengungkapkan temuan
berupa 78.065 SKTM palsu di Jawa Tengah. Penggunaan SKTM sebagai syarat
siswa masuk kuota miskin memang sangat rawan dimanipulasi.

Kebijakan zonasi yang diberlakukan di sekolah negeri turut memperkeruh nasib


sekolah swasta. Pemberlakuan kebijakan ini secara masif akan mengosongkan
peserta didik di bangku sekolah swasta. Ketika belum diberlakukan sistem zonasi,
sekolah swasta sudah pesakitan mencari peserta didik. Apalagi, ketika sistem
zonasi diberlakukan, bukan tidak mungkin sekolah swasta akan gulung tikar.

Kondisi mutu input siswa di sebagian besar sekolah banyak yang mengalami
penurunan. Kondisi ini secara tidak langsung menurunkan motivasi guru untuk
mengajar karena guru harus mengeluarkan kemampuan lebih untuk menyampaikan
ilmu kepada siswa yang kemampuannya lebih rendah. Turunnya motivasi belajar
karena , rombongan belajar akan terdiri dari peserta didik dengan variasai
kemampuan belajar, yang terdiri dari peserta didik berprestasi dan tidak berprestasi
yang dapat cenderung mempengaruhi prestasi mereka yang sudah baik karena
merasa tidak perlu untuk mengejar prestasi lebih baik dari temannya dan
menurunnya semangat kompetisi.

BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari semua isi makalah adalah bahwa Zonasi Pendidikan
terhadap PPDB merupakan upaya baru Pemerintah untuk merealisasikan
pemerataan akses pendidikan di Indonesia sesuai dengan hak asasi setiap warga
negara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang bermutu dengan minat
dan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi,
suku, etnis, agama, dan gender. Dengan diberlakukan zonasi akan
menghilangkan diskriminasi pendidikan sehingga kualitas pendidikan mampu
untuk disama ratakan. Sistem zonasi menghadirkan populasi kelas heterogen,
sehingga akan mendorong kreativitas dan profesionalitas pendidik dalam
pembelajaran di kelas. Namun dengan adanya beberapa kekurangan terkait
ketersediaan sekolah kurang merata, manipulasi data SKTM, kebijakan

11
terhadap sekolah swasta, motivasi belajar siswa perlu dievaluasi kembali oleh
Pemerintah.

4.2 Saran
Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka menghasilkan beberapa
saran sebagai berikut:

1. Pemerintah harus mengevaluasi kembali perbandingan jumlah


lulusan sekolah dan ketersediaan sekolah yang akan digunakan
untuk menentukan zonasi. Pelebaran daerah zonasi diperlukan bagi
calon peserta didik yang saat ini masih berada di area blank spot.

2. Sosisalisasi untuk persepsi orang tua tentang sekolah unggulan


harus mulai diubah, bahwa ke depan semua sekolah dengan predikat
unggulan tidak ada lagi seiring diberlakukannya sistem zonasi
PPDB.

3. Penerbitan SKTM harus selektif mulai dari proses pembuatan


SKTM yang transparan hingga verifikasi, apakah pemohon SKTM
benar-benar dari keluarga ekonomi tidak mampu. Sanksi bagi calon
peserta didik yang menyalahgunakan SKTM juga perlu ditegakkan.

4. Pemerintah diharapkan segera menyiapkan sarana prasarana semua


sekolah secara merata untuk mendukung kualitas dalam sistem
zonasi pendidikan.

5. Pemerintah segera memberikan kebijakan terhadap sekolah swata


agar tidak terjadinya penutupan terhadap sekolah swasta yang akan
berakibat meningkatkan tingkat pengangguran.

6. Bagi Pemerintah Pusat, sebaiknya besarnya persentase mutu dalam


PPDB sebaiknya ditambahkan agar kuota untuk siswa yang
berprestasi semakin bertambah (prestasi hasil UN, akademik,
maupun non akademik), sehingga dapat memotivasi belajar siswa.

7. Bagi Sekolah, sebaiknya untuk siswa dengan mutu input rendah


diberikan jam tambahan khusus. Dan untuk mengatasi kekurangan
sarana prasarana sebaiknya mengadakan kerjasama antar sekolah
dalam hal pinjam meminjam sarpras, guru kunjung dan sebagainya.

12
DAFTAR PUSTAKA
Lukman Hakim. 2016. Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan Amanat
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

https://bangimam-berbagi.blogspot.com/2019/01/ini-acuan-ppdb-2019.html “ Juknis
PPDB Tahun Ajaran 2019/2020 “diakses tanggal

https://poskita.co/2018/05/31/zonasi-sekolah-perlu-sosialisasi-maksimal-banyak-ortu-
siswa-dibuat-resah/ “ Zonasi Sekolah Perlu Sosialisasi Maksimal, Banyak Ortu Siswa
Dibuat Resah “diakses tanggal

http://www.bandungkab.go.id/arsip/ppdb-2019-aturan-zonasi-tetap-diberlakukan “
PPDB 2019, Aturan Zonasi Tetap Diberlakukan “diakses tanggal

http://sinarharapan.net/2019/04/pemda-dimohon-terapkan-zonasi-pendidikan/ “
Pemda Dimohon Terapkan Zonasi Pendidikan “diakses tanggal

https://setkab.go.id/penerimaan-peserta-didik-baru-2019-prioritaskan-zonasi-tidak-
perlu-lagi-sktm/ “ Penerimaan Peserta Didik Baru 2019 : Prioritaskan Zonasi, Tidak
Perlu Lagi SKTM “diakses tanggal 16 Januari 2019

https://indonesiabaik.id/infografis/apa-itu-seleksi-zonasi-pendidikan “ Apa Itu Seleksi


Zonasi Pendidikan?” diakses tanggal

https://indonesiabaik.id/infografis/kebijakan-zonasi-wujudkan-pemerataan-
pendidikan “ Kebijakan Zonasi Wujudkan Pemerataan Pendidikan “diakses tanggal

https://indonesiabaik.id/infografis/arah-kebijakan-zonasi-pendidikan “ Arah
Kebijakan Zonasi Pendidikan “diakses tanggal

Dinar Wahyuni. 2018. Pro Kontra Sistem Zonasi Penerimaan Peserta Didik Baru
Tahun Ajaran 2018/2019

https://www.youthmanual.com/post/terkini/berita/sistem-zonasi-penerimaan-siswa-
baru-2017-2018-mendikbud-semua-sekolah-harus-jadi-favorit “ Sistem Zonasi
Penerimaan Siswa Baru 2017-2018. Mendikbud: “ Semua Sekolah Harus Jadi
Favorit!” diakses tanggal 10 Juni 2017

https://news.detik.com/kolom/d-3564509/pro-kontra-kebijakan-zonasi “Pro Kontra


Kebijakan Zonasi “ diakses tanggal 18 Juli 2017

Novrian Satria Perdana. 2019. Implementasi Ppdb Zonasi Dalam Upaya

Pemerataan Akses Dan Mutu Pendidikan

13

Anda mungkin juga menyukai