Anda di halaman 1dari 17

PEMBERLAKUAN SISTEM ZONASI PADA

PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU


D
I
S
U
S
U
N
OLEH
1.ANGGI APRINA ASHARI
2.RATU BALQIST
3.ST EMILIA FARADIBA
4.NADZYA FITRIANI
5.MUH ZULKIFLI RISAL
6.DIKI WAHYUDI UMAR
DAFTAR ISI DAFTAR
ISI............................................................................................................................. i BAB I
PENDAHULUAN .................................................................................................... 2
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 2
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................................... 3 BAB
II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................ 3
2.1 Pemerataan Pendidikan Indonesia ............................................................................ 3
2.2 Pendidikan sebagai Hak Dasar ( Hak Asasi Manusia ) ............................................. 5
2.3 Zonasi Pendidikan..................................................................................................... 5 BAB
III PEMBAHASAN ...................................................................................................... 7
3.1 Sosialisasi Zonasi Pendidikan di Indonesia .............................................................. 7
3.2 Implementasi Zonasi Pendidikan .............................................................................. 8
3.3 Tujuan Zonasi Pendidikan ........................................................................................ 9
3.4 Permasalahan Zonasi Pendidikan............................................................................ 10 BAB
IV KESIMPULAN ...................................................................................................... 11
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 11
4.2 Saran ....................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Memperoleh pendidikan merupakan hak asasi setiap warga
negara Indonesia dan untuk itu setiap warga negara Indonesia berhak
memperoleh pendidikan yang bermutu dengan minat dan bakat yang
dimilikinya tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis,
agama, dan gender. Pemerintah berupaya untuk memberikan  pendidikan
kepada seluruh warga negara Indonesia melalui pemerataan akses
pendidikan, namun terkait dengan wilayah menunjukan ketimpangan yang
mana akses pendidikan di perkotaan lebih tinggi daripada di pedesaan.
Mengingat pemerataan akses pendidikan dan pemerataan mutu
pendidikan, maka Pemerintah menjalankan kebijakan zonasi  pendidikan.
Sistem zonasi PPDB ( Penerimaan Peserta Didik Baru ) mengatur sekolah
negeri milik pemerintah daerah wajib menerima calon peserta didik yang
berdomisili pada radius zona
1.2 terdekat dari sekolah paling sedikit sebesar 90% dari total jumlah
keseluruhan peserta didik yang diterima. Namun demikian, sekolah dapat
menerima peserta didik baru dari luar zona terdekat karena alasan prestasi
paling banyak 5% dan 5% untuk alasan khusus seperti perpindahan domisili
orang tua/wali. Dalam praktiknya, sistem zonasi PPDB menuai pro dan
kontra. Zonasi merupakan cara untuk mendorong pemerataan kualitas
pendidikan. Sistem tersebut diharapkan mampu memutus ketimpangan
kualitas pendidikan yang jamak dan mampu memutus sekat sekolah favorit
dan sekolah pinggiran. Dapak adanya sistem zonasi , rombongan  belajar
akan terdiri dari peserta didik dengan variasai kemampuan  belajar, yang
terdiri dari peserta didik berprestasi dan tidak berprestasi yang dapat
cenderung mempengaruhi prestasi mereka yang sudah baik karena merasa
tidak perlu untuk mengejar prestasi lebih baik dari temannya.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Pemahaman Masyarakat Indonesia tentang

Kebijakan Zonasi Pendidikan ?

2. Bagaimana Implementasi Pemberlakuan Zonasi Pendidikan di Indonesia ?

3. Apa Tujuan dan Arah Pemerintah Terhadap Kebijakan Zonasi Pendidikan ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk memperkenalkan dan menjelaskan tentang kebijakan

zonasi pendidikan.

2. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan zonasi pendidikan

terhadap pemerataan pendidikan dan prestasi siswa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Pemerataan Pendidikan Indonesia Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem

Pendidikan Nasional (selanjutnya ditulis UU Sisdiknas) menyatakan: “Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana

 belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Pendidikan berfungsi menunjang pembangunan
bangsa dalam arti yang

luas yaitu menghasilkan tenaga-tenaga pembangunan yang terampil,

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kebutuhan

 pembangunan. Proses pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu proses

 pemberdayaan, yaitu suatu proses untuk mengungkapkan potensi yang ada

 pada manusia sebagai individu yang selanjutnya dapat memberikan

sumbangan kepada pemberdayaan masyarakat dan bangsanya. Perluasan dan pemerataan


pendidikan merupakan suatu padanan kata yang memiliki makna yang hampir sama. Perluasan
pendidikan lebih menekankan

 bagaimana upaya pemerintah untuk mengadakan sarana dan prasaran


 pendidikan, kemudian penyediaan sarana dan prasaran tersebut mencapai seluruh pelosok
nusantara atau daerah-daerah terpencil. Pemerataan

 pendidikan memiliki arti yang lebih menekankan bagaimana upaya yang

dilakukan oleh pemerintah agar seluruh masyarakat dapat memperoleh hak

yang sama di dalam mengakses pendidikan. Dengan kata lain, tidak ada
 perbedaan antara si miskin dan si kaya, demikian juga tidak terdapat
 perbedaan antara masyarakat kota dan masyarakat desa. Secara nasional, pemerintah telah
melakukan beberapa upaya dalam
rangka menciptakan pemerataan pendidikan di Indonesia. Diantaranya dengan
mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20% dari Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN), membebaskan biaya bagi sekolah dasar (SD), membuat program
Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), hingga bagi Sekolah Menengah Pertama (SMP)
dan Sekolah Menengah Umum (SMU)
mendapatkan bantuan bagi siswa-siswi yang kurang mampu. Pada sisi lain, harus diakui
upaya-upaya pemerintah tersebut belumlah berjalan secara maksimal. Hal ini ditandai
dengan masih tingginya angka putus sekolah yang
terjadi di tengah masyarakat, khususnya dari SMP menuju tingkat SMU, dan
tidak menutup kemungkinan pula terjadi angka putus ekolah dari tingkat SD menuju tingkat
SMP. Padahal pemerintah telah mencanangkan Wajib Belajar Dua Belas Tahun (WAJAR 12
Tahun) yang sebelumnya adalah Wajib Belajar Sembilan Tahun. Faktor yang paling dominan
terjadinya anak putus sekolah adalah karena
faktor ekonomi. Pendidikan merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan
oleh manusia sebagai subjeknya untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Karenanya, pendidikan dipandang sebagai bagian dari usaha manusia untuk meningkatkan
kesejahteraan atau sebagai bagian dari pembangunan nasional.
Pandangan ini dikuatkan dengan pendapat yang mengatakan bahwa
 pendidikan mempunyai peranan dalam pembangunan nasional dan
 pembangunan ekonomi khususnya. Demikian sebaliknya, ekonomi menganggap bahwa
manusia merupakan salah satu produksi.25
Kebijakan pemerintah dalam memberikan perlindungan terhadap
 pendidikan anak di Indonesia senantiasa dilakukan dengan mengutamakan
 pendidikan sebagai program kerja utama pemerintah di samping program-
 program lainnya. Mengingat di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 ditegaskan
tujuan dari bangsa Indonesia adalah: “…mencerdaskan
kehidupan bangsa”.

2.2 Pendidikan sebagai Hak Dasar ( Hak Asasi Manusia ) Pendidikan adalah
sebuah hak asasi sekaligus sebuah sarana untuk merealisasikan hak-hak asasi
manusia lainnya. Sebagai hak pemampuan,
 pendidikan adalah sarana utama dimana orang dewasa dan terutama anak-
anak
yang dimarjinalkan secara ekonomi dan sosial dapat mengangkat diri mereka
keluar dari kemiskinan dan memperoleh cara untuk terlibat dalam komunitas
mereka. Pendidikan memainkan sebuah peranan penting untuk
memberdayakan perempuan, melindungi anak-anak dari eksploitasi kerja dan
seksual yang berbahaya. Anak menjadi prioritas utama dalam pendidikan,
karena anak merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap
 pelanggaran HAM sehingga memerlukan bantuan orang dwasa dalam
melindungi hak-haknya. Perlindungan anak di sini tidak hanya sampai pada
 pemenuhan hak hidup, namun mencakup pula segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi hak-haknya agar dapat tumbuh, berkembang, dan
 berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat
kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Pemenuhan hak atas pendidikan pada dasarnya merupakan tanggungjawab
dari Negara untuk memberikan jaminan kepada warga negaranya
sebagaimana diamanatkan oleh konstitusi (UUD 1945). Mengenai
tanggungjawab Negara terhadap akses pendidikan bagi setiap warga Negara,
kembali ditegaskan pada Pasal 53 ayat (1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2002 tentang Perlindungan Anak, dalam hal ini pemerintah memiliki
tanggungjawab memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma
atau pelayanan khusus bagi anak dari keluarga tidak mampu, anak terlantar,
dan anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil. Kewajiban pemerintah
dalam pelaksanaan pendidikan nasional adalah memberikan layanan dan
kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi dan wajib menjamin tersedianya dana
guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh
sampai dengan lima belas tahun. Hal tersebut sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 11 UU Nomor 20 Tahun 2003. 2.3 Zonasi Pendidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) baru saja
menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Permendikbud)

baru yaitu Nomor 14 Tahun 2018 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru
(PPDB) dengan salah satu hal yang menjadi perhatian yaitu diberlakukannya
sistem zonasi sekolah. Peraturan zonasi yaitu sekolah harus menerima siswa
 baru yang berdomisili pada radius paling dekat dengan sekolah yang dilihat
 berdasarkan alamat pada kartu keluarga yang diterbitkan. Kemudian
peraturan
zonasi ini ditetapkan untuk sekolah jenjang TK, SD, SMP dan SMA
sedangkan untuk SMK dibebaskan untuk peraturan zonasi. Terkait sistem
seleksi PPDB berdasarkan Permendikbud Nomor 51 Tahun
2018 untuk jenjang Taman Kanak-kanak (TK) dan SD mempertimbangkan
usia anak. Tambahan syarat ada untuk tingkat SD berupa penentuan
 berdasarkan jarak rumah, mendaftar lebih awal, dan tidak boleh melakukan
tes membaca, menulis, berhitung. Kemudian tambahan syarat untuk prioritas
seleksi untuk siswa SMP adalah nilai hasil ujian SD serta prestasi akademik
dan non-akademik yang diakui sekolah. Sedangkan untuk siswa SMA
ditambahkan syarat berupa nilai sertifikat hasil ujian nasional. Daya tampung
PPDB 2019/2020 ditentukan dengan 90% dari daya
tampung sekolah diperuntukkan bagi peserta didik dari Jalur Zonasi, 5% dari
daya tampung sekolah diperuntukkan bagi peserta didik dari Jalur Prestasi, 5%
dari daya tampung sekolah diperuntukkan bagi peserta didik dari Jalur
Perpindahan Orang Tua/Wali. Dalam satu zonasi, peserta didik hanya boleh
memilih satu jalur pada pendaftaran PPDB. Namun, peserta didik dapat
mendaftar di Jalur Prestasi diluar zonasi dan domisili peserta didik. Sistem
zonasi, menurut Mendikbud dapat menghadirkan populasi kelas heterogen,
sehingga akan mendorong kreativitas pendidik dalam
 pembelajaran di kelas. Ia menegaskan, populasi yang ada di dalam sebuah
kelas harus heterogen. Salah satu arah kebijakan zonasi ini adalah
meningkatkan keragaman peserta didik di sekolah, sehingga nantinya akan
menumbuhkan miniatur-miniatur kebinekaan di sekolah. 2.4 Ketentuan Zonasi
PPDB tahun ajaran 2019/2020 mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Nomor 51 Tahun 2018, ketentuan zonasi sebagai
 berikut :
Pemerintah Daerah wajib menerima calon peserta didikyangberdomisili sesuai
zonasi yang ditetapkan oleh pemerintah daerah;2.

Domisili peserta didik didasarkan pada Kartu Keluarga (KK) yangditerbitkan


paling lambat 1 tahun sebelum pelaksanaan PPDB.3.
Jika tidak memiliki KK dapat diganti dengan Surat Keterangan Domisilidari
Rukun Tetangga/Rukun Warga (RT/RW) yang di Legalisir olehLurah/Kepala
Desa setempat yang menerangkan bahwa peserta didikyang bersangkutan
telah berdomisili paling singkat 1 tahun sejakditerbitkannya Surat Keterangan
Domisili (SKD).4.
Sekolah harus memprioritaskan peserta didik yang berdomisili dari
satuKab/Kota yang sama dengan sekolah asal.5.
Kuota Zonasi 90% sudah termasuk kuota peserta didik dari keluargatidak
mampu, dan anak penyandang disabilitas yang menyelenggarakanlayanan
inklusi.6.
Bukti Siswa Tidak Mampu dibuktikan dengan keikutsertaan
ProgramPemerintah dalam penanganan tidak mampu (KIS/KIP/PKH
dansebagainya)7.
Untuk jenjang SMA/SMK siswa miskin atau keluarga tidak mampuwajib
menerima daya tampung minimal/paling sedikit 20% dari jumlahdaya
tampung.8.
Penetapan zonasi disesuaikan dengan ketersediaan sekolah dan
jumlah peserta didik pada daerah tersebut.9.
Penetapan Zonasi wajib diumumkan minimal 1 bulan sebelum pelaksanaan
PPDB.10.
Penetapan Zonasi harus melibatkan Kelompok Kerja Kepala Sekolah.11.
Penetapan Zonasi dapat bekerja sama dengan Pemerintah Daerah lainsecara
tertulis untuk sekolah yang berada di perbatasan.

BAB III PEMBAHASAN
3.1Sosialisasi Zonasi Pendidikan di IndonesiaPada tahun 2018 Sistem zonasi
PPDB mengalami kekacauan di sejumlahdaerah. Pasalnya, sejumlah
pemerintah daerah gagal menerapkan PPDB sesuaiPermendikbud. Banyak
orang tua dari anak-anaknya yang akan mendaftarmelanjutkan jenjang
pendidikan SMP dan SMA dibuat resah, karena kebijakanzonasi terkesan masih
kurang persiapan dan para orang tua siswa tidak tahu apayang harus mereka
lakukan. Masyarakat masih dibuat bingung terkait kebijakanzonasi pada PPDB
yang pertama kali diterapkan di tahun 2018 oleh pemerintah

pusat karena minimnya informasi terkait teknis pelaksanaan zonasi


dengan waktuyang sangat dekat dengan memulai pendaftaran siswa terutama
pada kalangansiswa SD dan SMP yang sudah lulus.KPAI menilai sosialisasi
sistem zonasi oleh Kemendikbud sangat minim, baikkepada dinas pendidikan di
level provinsi/kabupaten/kota, maupun sosialisasi dinas pendidikan setempat
kepada masyarakat atau orang tua siswa calon peserta didik baru.
Namun Kemendikbud memberikan pernyataan
sudah melakukan sosialisasisistem zonasi dan beranggapan pemda sudah
paham tentang zonasi pendidikan.Jadi disimpukan oleh Sekretaris Jenderal
Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI)Heru Purnomo bahwa terjadi
misunderstanding antara Permendikbud dan Pemda.Dilaksanakan Rembuk
Nasional Pendidikan dan Kebudayaan KementerianPendidikan dan Kebudayaan
(RNPK Kemendikbud) tahun 2019 membahaskebijakan zonasi pendidikan
dengan pemerintah daerah. Diharapkan, denganrembuk pendidikan dan
kebudayaan, pemerintah daerah memiliki pemahamanyang sama mengenai
zonasi. Sebab, program zonasi akan menjadi metode utamadalam
menyelesaikan permasalahan pendidikan di Indonesia.. Data
Kemendikbudmencatatkan sudah terdapat sebanyak 211.443 sekolah yang
menjalankan sistemzonasi pendidikan. Jumlah itu terdiri atas 146.860 Sekolah
Dasar (SD), 38.777Sekolah Menengah Pertama (SMP), 13.510 Sekolah
Menengah Atas (SMA), dan12.296 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).3.2
Implementasi Zonasi PendidikanJelang Tahun Ajaran 2019-2020, sekolah-
sekolah akan disibukkan denganPenerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Dalam
upaya sinkronisasi sistem PPDBdi seluruh wilayah Indonesia, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan(Kemendikbud) Republik Indonesia (RI) tengah
menyosialisasikan aturan PPDBTahun 2019.Penerapan sistem zonasi
mewajibkan kepala sekolah dan guru harusmulai mendata jumlah calon siswa
di setiap zona sejak Januari 2019. Optimistissistem zonasi dapat memenuhi
target wajib belajar 12 tahun lebih mudah dicapai.Dengan catatan, sekolah
bersama aparat daerah dapat lebih aktif mendorong anak-anak usia sekolah
untuk belajar di sekolah atau pendidikan kesetaraan.
DalamPeraturan Menteri (Permen) Pendidikan dan Kebudayaan
(Dikbud)nomor 51 Tahun 2018 Tentang PPDB, pemerintah secara resmi
menghapus SuratKeterangan Tidak Mampu (SKTM) karena di beberapa daerah
seringkalidisalahgunakan. Lama domisili peserta didik didasarkan pada alamat
KartuKeluarga (KK), yang diterbitkan minimal 1 tahun sebelumnya.
Untukmeningkatkan transparansi dan menghindari praktik jual-beli kursi,
permendikbud baru ini mewajibkan setiap sekolah mengumumkan jumlah day
a tampung. Dayatampung yang diumumkan yaitu pada kelas 1 SD, kelas 7 SMP
dan kelas 10SMA/SMK sesuai data rombongan belajar dalam Data Pokok
Pendidikan(Dapodik). Selain itu juga diatur mengenai kewajiban sekolah,
untukmemprioritaskan peserta didik berdomisili satu wilayah yang sama
dengan sekolahasal (Sistem Zonasi), yang dibuktikan dengan KK atau surat
keterangan domisili.
Mendikbud mengimbau agar pemerintah daerah segera membuat juknis
PPDByang ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah dengan berpedoman
kepadaPermendikbud Nomor 51 Tahun 2018. Regulasi PPDB untuk tahun
ajaran2019/2020 ini terbit lima bulan sebelum pelaksanaan PPDB. Dengan
demikian,diharapkan pemerintah daerah dapat menyiapkan petunjuk teknis
(juknis) dan petunjuk pelaksanaan (juklak) dengan lebih baik, dan memiliki
waktu yang cukupuntuk melakukan sosialisasi kepada sekolah
dan masyarakat. Mendikbud menjelaskan, dalam meningkatkan kepatuhan
dalam implementasikebijakan zonasi, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) juga berencana memberikan sanksi
kepada pemda yang tidak mematuhi aturan. Sanksidapat berupa teguran
tertulis sampai dengan penyesuaian alokasi penggunaananggaran yang berasal
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)yang sudah disepakati
antara Kemendikbud dengan Kementerian Keuangan(Kemenkeu) terkait
pengendalian penggunaan anggaran pendidikan, khususnyayang ditransfer ke
daerah.3.3
Tujuan Zonasi PendidikanUpaya pemerintah dalam mengurangi kesenjangan
yang terjadi di masyarakatmerupakan amanat dari nawa cita Presiden Joko
Widodo dan Wakil Presiden JusufKalla. Sistem zonasi merupakan salah satu
kebijakan yang ditempuh KementerianPendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) untuk menghadirkan pemerataanakses pada layanan
pendidikan, serta pemerataan kualitas pendidikannasional. Tujuan dari
penerapan kebijakan zonasi saat PPDB ( Penerimaan PesertaDidik Baru 

Membangun Indonesia daei pinggiran dengan memperkuat daerah-daerahdan


desa dalam kerangka negara kesatuan.2.
Melakukan Revolusi Karakter bangsa (Berkarakter).3.
Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia (Cerdas).4.
Meningkatkan produktivitas serta daya saing di pasar internasional.Arah
kebijakan zonasi pendidikan :
Menjamin pemerataan akses pendidikan. 
Menghilangkan eksklusivitas & diskriminasi di sekolah negeri.
Membantu analisis perhitungan kebutuhan & distribusi guru
.Meningkatkan akses layanan pendidikan pada kelompok rentan.
 Mendorong Pemda dalam pemerataan kualitas pendidikan.
Mendorong kreativitas pendidik dalam kelas heterogen.
Meningkatkan keragaman peserta didik di suatu sekolah.
Membantu pemerintah dalam memberikan bantuan yang lebih tepatsasaran.
 Mencegah penumpukan SDM berkualitas dalah suatu wilayah.
Mendekatkan lingkungan sekolah dengan peserta didik.

Permasalahan Zonasi PendidikanPenerapan kebijakan sistem zonasi dalam


PPDB 2018/2019 menimbulkan prokontra. Beberapa perdebatan antara lain:
Pertama, prioritas jarak tempat tinggalcalon peserta didik dengan sekolah
sebagai penentu utama PPDB. Pihak yangkontra menilai bahwa prioritas jarak
sebagai penentu utama PPDB masih sulitditerapkan, mengingat jumlah lulusan
sekolah dengan ketersediaan sekolah untuksemua daerah belum seimbang.
Akibatnya, beberapa sekolah menjadi kekurangancalon peserta didik,
sementara ada sekolah yang jumlah pendaftarnya melebihkuota karena berada
di zona padat penduduk.Kedua penggunaan Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM). MunculnyaSKTM berawal dari ketentuan sistem zonasi PPDB dengan
prioritas jarak yangmenyebabkan orang tua calon peserta didik terutama di
luar zonasi
mencari berbagai cara agar anaknya dapat diterima di sekolah yang diinginkan. 
Jumlahkuota sebesar 5% untuk jalur prestasi dinilai terlalu kecil untuk siswa
dari luarzonasi, sedangkan belum semua sekolah memiliki fasilitas yang
memadai.Akibatnya, kuota 20% untuk keluarga tidak mampu dianggap sebagai
peluang.Jalur SKTM pun muncul dalam PPDB. Padahal Permendikbud No. 14
Tahun 2018
Membangun Indonesia daei pinggiran dengan memperkuat daerah-daerahdan
desa dalam kerangka negara kesatuan.2.
Melakukan Revolusi Karakter bangsa (Berkarakter).3.
 Meningkatkan Kualitas Hidup Manusia Indonesia (Cerdas).4.
Meningkatkan produktivitas serta daya saing di pasar internasional.Arah
kebijakan zonasi pendidikan :
Menjamin pemerataan akses pendidikan.
Menghilangkan eksklusivitas & diskriminasi di sekolah negeri.
Membantu analisis perhitungan kebutuhan & distribusi guru.
 Meningkatkan akses layanan pendidikan pada kelompok rentan.
Mendorong Pemda dalam pemerataan kualitas pendidikan.
Mendorong kreativitas pendidik dalam kelas heterogen.
Meningkatkan keragaman peserta didik di suatu sekolah.
Membantu pemerintah dalam memberikan bantuan yang lebih tepatsasaran
Mencegah penumpukan SDM berkualitas dalah suatu wilayah.
Mendekatkan lingkungan sekolah dengan peserta didik.3.4

Permasalahan Zonasi PendidikanPenerapan kebijakan sistem zonasi dalam


PPDB 2018/2019 menimbulkan prokontra. Beberapa perdebatan antara lain:
Pertama, prioritas jarak tempat tinggalcalon peserta didik dengan sekolah
sebagai penentu utama PPDB. Pihak yangkontra menilai bahwa prioritas jarak
sebagai penentu utama PPDB masih sulitditerapkan, mengingat jumlah lulusan
sekolah dengan ketersediaan sekolah untuksemua daerah belum seimbang.
Akibatnya, beberapa sekolah menjadi kekurangancalon peserta didik,
sementara ada sekolah yang jumlah pendaftarnya melebihkuota karena berada
di zona padat penduduk.Kedua penggunaan Surat Keterangan Tidak Mampu
(SKTM). MunculnyaSKTM berawal dari ketentuan sistem zonasi PPDB dengan
prioritas jarak yangmenyebabkan orang tua calon peserta didik terutama di
luar zonasi
mencari berbagai cara agar anaknya dapat diterima di sekolah yang diinginkan. 
Jumlahkuota sebesar 5% untuk jalur prestasi dinilai terlalu kecil untuk siswa
dari luarzonasi, sedangkan belum semua sekolah memiliki fasilitas yang
memadai.Akibatnya, kuota 20% untuk keluarga tidak mampu dianggap sebagai
peluang.Jalur SKTM pun muncul dalam PPDB. Padahal Permendikbud No. 14
Tahun 2018
tentang PPDB tidak mengatur mengenai jalur SKTM dalam PPDB. Pasal
19Permendikbud No. 14 Tahun 2018 tentang PPDB hanya mengatur kuota 20%
untukkeluarga tidak mampu yang berdomisili di satu wilayah daerah provinsi.
Terkaithal ini, Komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia
mengungkapkan
temuan berupa 78.065 SKTM palsu di Jawa Tengah. Penggunaan SKTM sebagai 
syaratsiswa masuk kuota miskin memang sangat rawan dimanipulasi.Kebijakan
zonasi yang diberlakukan di sekolah negeri turut memperkeruh nasibsekolah
swasta. Pemberlakuan kebijakan ini secara masif akan mengosongkan peserta
didik di bangku sekolah swasta. Ketika belum diberlakukan sistem
zonasi,sekolah swasta sudah pesakitan mencari peserta didik. Apalagi, ketika
sistemzonasi diberlakukan, bukan tidak mungkin sekolah swasta akan gulung
tikar. Kondisi mutu input siswa di sebagian besar sekolah banyak yang
mengalami penurunan. Kondisi ini secara tidak langsung menurunkan motivasi 
guru untukmengajar karena guru harus mengeluarkan kemampuan lebih untuk
menyampaikanilmu kepada siswa yang kemampuannya lebih rendah.
Turunnya motivasi belajarkarena , rombongan belajar akan terdiri dari peserta
didik dengan variasaikemampuan belajar, yang terdiri dari peserta
didik berprestasi dan tidak berprestasiyang dapat cenderung mempengaruhi
prestasi mereka yang sudah baik karenamerasa tidak perlu untuk mengejar
prestasi lebih baik dari temannya danmenurunnya semangat kompetisi.

BAB IV KESIMPULAN
 4.1KesimpulanKesimpulan dari semua isi makalah adalah bahwa Zonasi
Pendidikanterhadap PPDB merupakan upaya baru Pemerintah untuk
merealisasikan pemerataan akses pendidikan di Indonesia sesuai dengan hak
asasi setiap warganegara Indonesia berhak memperoleh pendidikan yang
bermutu dengan minatdan bakat yang dimilikinya tanpa memandang status
sosial, status ekonomi,suku, etnis, agama, dan gender. Dengan diberlakukan
zonasi akanmenghilangkan diskriminasi pendidikan sehingga kualitas
pendidikan mampuuntuk disama ratakan.Sistem zonasi menghadirkan populasi
kelas heterogen,sehingga akan mendorong kreativitas dan profesionalitas
pendidik
dalam pembelajaran di kelas. Namun dengan adanya beberapa kekurangan ter
kaitketersediaan sekolah kurang merata, manipulasi data SKTM, kebijakan
terhadap sekolah swasta, motivasi belajar siswa perlu dievaluasi kembali
olehPemerintah. 4.2
 SaranBerdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka menghasilkan
beberapasaran sebagai berikut:1.
 Pemerintah harus mengevaluasi kembali perbandingan jumlahlulusan sekolah
dan ketersediaan sekolah yang akan digunakanuntuk menentukan zonasi.
Pelebaran daerah zonasi diperlukan bagicalon peserta didik yang saat ini masih
berada di area blank spot.2.
Sosisalisasi untuk persepsi orang tua tentang sekolah unggulanharus mulai
diubah, bahwa ke depan semua sekolah dengan predikatunggulan tidak ada
lagi seiring diberlakukannya sistem zonasiPPDB.3.
Penerbitan SKTM harus selektif mulai dari proses pembuatanSKTM yang
transparan hingga verifikasi, apakah pemohon SKTM benar-benar dari keluarga
ekonomi tidak mampu. Sanksi bagi calon peserta didik yang menyalahgunakan
SKTM juga perlu ditegakkan.4.
Pemerintah diharapkan segera menyiapkan sarana prasarana semuasekolah
secara merata untuk mendukung kualitas dalam sistemzonasi pendidikan.5.
Pemerintah segera memberikan kebijakan terhadap sekolah swataagar tidak
terjadinya penutupan terhadap sekolah swasta yang akan berakibat
meningkatkan tingkat pengangguran.6.
Bagi Pemerintah Pusat, sebaiknya besarnya persentase mutu dalamPPDB
sebaiknya ditambahkan agar kuota untuk siswa
yang berprestasi semakin bertambah (prestasi hasil UN, akademik,maupun non
akademik), sehingga dapat memotivasi belajar siswa.7.
Bagi Sekolah, sebaiknya untuk siswa dengan mutu input rendahdiberikan jam
tambahan khusus. Dan untuk mengatasi kekurangansarana prasarana
sebaiknya mengadakan kerjasama antar sekolahdalam hal pinjam meminjam
sarpras, guru kunjung dan sebagainya.
Sorotan
Tambah Catatan
Berbagi Kutipan
DAFTAR PUSTAKA
 Lukman Hakim.
2016
. Pemerataan Akses Pendidikan Bagi Rakyat Sesuai Dengan AmanatUndang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional 
 https://bangimam-berbagi.blogspot.com/2019/01/ini-acuan-ppdb-2019.html 
“ Juknis
PPDB Tahun Ajaran 2019/202
0 “diakses tanggalhttps://poskita.co/2018/05/31/zonasi-sekolah-perlu-
sosialisasi-maksimal-banyak-ortu-siswa-dibuat-resah/ 
“ Zonasi Sekolah Perlu Sosialisasi Maksimal, Banyak Ortu SiswaDibuat Resah “
diakses tanggalhttp://www.bandungkab.go.id/arsip/ppdb-2019-aturan-zonasi-
tetap-diberlakukan 
“PPDB 2019, Aturan Zonasi Tetap Diberlakukan “
diakses tanggal http://sinarharapan.net/2019/04/pemda-dimohon-terapkan-
zonasi-pendidikan/ 
“Pemda Dimohon Terapkan Zonasi Pendidikan “
diakses tanggal https://setkab.go.id/penerimaan-peserta-didik-baru-2019-
prioritaskan-zonasi-tidak- perlu-lagi-sktm/ 
“ Penerimaan Peserta Didik Baru 2019 : Prioritaskan Zonasi, TidakPerlu Lagi
SKTM “
diakses tanggal 16 Januari 2019 https://indonesiabaik.id/infografis/apa-itu-
seleksi-zonasi-pendidikan 
“ Apa Itu Seleksi
Zonasi Pendidikan?”
 diakses tanggalhttps://indonesiabaik.id/infografis/kebijakan-zonasi-wujudkan-
pemerataan- pendidikan 
“ Kebijakan Zonasi Wujudkan Pemerataan Pendidikan “
diakses tanggalhttps://indonesiabaik.id/infografis/arah-kebijakan-zonasi-
pendidikan 
“ Arah
Kebijakan Zo
nasi Pendidikan “
diakses tanggalDinar Wahyuni. 2018.
 Pro Kontra Sistem Zonasi Penerimaan Peserta Didik BaruTahun Ajaran
2018/2019
https://www.youthmanual.com/post/terkini/berita/sistem-zonasi-
penerimaan-siswa- baru-2017-2018-mendikbud-semua-sekolah-harus-jadi-
favorit 
“ Sistem Zonasi
Penerimaan Siswa Baru 2017-
2018. Mendikbud: “ Semua Sekolah Harus JadiFavorit!” diakses tanggal 10 Juni
2017
 https://news.detik.com/kolom/d-3564509/pro-kontra-kebijakan-zonasi 
“Pro Kontra Kebijakan Zonasi “
diakses tanggal 18 Juli 2017 Novrian Satria Perdana. 2019.
 Implementasi Ppdb Zonasi Dalam Upaya Pemerataan Akses Dan Mutu
Pendidikan

Anda mungkin juga menyukai