Anda di halaman 1dari 40

IMPLEMENTASI PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP)

DAN KARTU BALANGAN PINTAR (KBP) PADA DINAS

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

BALANGAN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1

(S1) pada jurusan Administrasi Publik

Oleh:

NAHDATUL ELMA

NPM : 202207468

PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI PUBLIK

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI AMUNTAI

2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur senantiasa saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT,

karena dengan limpahan rahmat dan hidayah- Nya, akhirnya penulis dapat

menyelesaikan Tugas Skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PROGRAM

INDONESIA PINTAR (PIP) DAN KARTU BALANGAN PINTAR (KBP)

PADA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

BALANGAN”. Srkipsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untukk memperoleh

gelar Sarjana (S1) Pada Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi Publik (STIA)

Amuntai.

Penulis menyadari, karya yang penulis susun ini masih jauh dari

sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan dari berbagai

pihak. Sebagai manusia biasa, kami berusaha dengan sebaik-baiknya dan

semaksimal mungkin, dan sebagai manusia biasa juga penulis tidak luput dari

segala kesalahan dan kekhilafan dalam penyusunan skripsi ini.

Untuk menyempurnakan karya ini, penulis dengan senang hati akan

menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun dari berbagai pihak.

Sehingga di kemudian hari penulis dapat menyempurnakan skripsi ini dan penulis

dapat belajar dari kesalahan-kesalahan yang telah penulis lakukan. Akhirnya

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khusunya bagi penulis dan

umumnya bagi semua pihak yang berkepentingan.

Amuntai, 10 Februari 2024

ii
Nahdatul Elma

DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL...................................................................................................vi

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar belakang.............................................................................................1

B. Fokus penelitian..........................................................................................3

C. Rumusan Masalah.......................................................................................4

D. Tujuan Penelitian........................................................................................4

E. Manfaat Penelitian......................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORI..................................................................................1

A. Hasil Penelitian Terdahulu.........................................................................1

B. Tinjauan Teoritis.........................................................................................9

C. Kerangka Pemikiran..................................................................................21

BAB III METODE PENELITIAN........................................................................23

A. Lokasi Penelitian.......................................................................................23

iii
B. Pendekatan Penelitian...............................................................................23

C. Tipe Penelitian...........................................................................................23

D. Data dan Sumber Data..............................................................................24

E. Desain Operasional Penelitian.................................................................26

F. Teknik Pengumpulan Data.......................................................................27

G. Teknik Analisa Data.................................................................................28

H. Uji Kredibilitas Data.................................................................................29

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................31

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Informan wawancara............................................................................19

Tabel 2. 2 Desain Operasional Penelitian.............................................................20

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran..........................................................................16

vi
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menurut Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan

spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan

negara.

Pembangunan pendidikan merupakan salah satu yang dijadikan

prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional. Pembangunan

pendidikan merupakan satu hal yang sangat penting untuk mendongkrak

kemajuan suatu negara, karena perannya yang sangat signifikan untuk

mencapai kemajuan di berbagai asfek kehidupan, seperti; ekonomi, sosial,

politik, dan budaya. Maka dari itu Pemerintah Indonesia memberikan hak

asasi kepada setiap warga negara Indonesia yaitu berhak untuk memperoleh

pendidikan yang bermutu sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya

tanpa memandang status sosial, status ekonomi, suku, etnis, agama, dan

budaya serta gender.

Tujuan pendidikan nasional di Indonesia tercantum dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 pada alinea ke-4 yaitu mencerdaskan kehidupan


bangsa. Lebih lanjut dalam pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945

mengamanatkan bahwasanya setiap warga negara berhak untuk mendapatkan

pendidikan yang difasilitasi oleh pemerintah sebagai pihak penyelenggara

sistem pendidikan nasional.

Berdasarkan amanat tersebut, pemerintah membuat Undang-Undang

Nomor 2 Tahun 1989 yang kemudian diperbaharui menjadi Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang hingga saat

ini dijadikan pedoman dalam menentukan arah kebijakan pendidikan di

Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang Sistem Pendidikan Indonesia

Nomor 20 Tahun 2003 Bab IV Pasal 5 bahwa Setiap warga negara

mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu.

Faktor yang kurang mendukung dalam hal menempuh pendidikan

salah satunya adalah masalah kemiskinan yang mempersulit masyarakat

dalam menjangkau pendidikan. Dalam pelaksanaan program wajib belajar

masih ditemui kendala yaitu adanya peserta didik yang putus sekolah atau

rentan putus sekolah, faktor yang menyebabkan hal ini terjadi adalah karena

kondisi ekonomi keluarga yang kurang mampu, sehingga orang tua tidak

mampu membiayai pendidikan anak. Karena hal itu terpaksa anak tersebut

bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, dan ada pula keinginan

anak itu sendiri tidak mau sekolah karena merasa hanya akan membebani

orangtuanya saja.

Upaya pemerintah untuk menangani permasalahan tersebut adalah

dengan meluncurkan program-program bantuan dalam pendidikan yang


diharapkan dapat memberikan dan memperluas akses pendidikan bagi para

peserta didik yang kondisi ekonomi keluarganya kurang mampu. Adapun

beberapa program bantuan pendidikan diantaranya adalah Bantuan

Operasional Sekolah (BOS) dan Bantuan Siswa Miskin (BSM) bagi siswa

dengan kondisi sosial ekonomi yang tidak mampu, selanjutnya pada tahun

2014, dikeluarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang

Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera (PSKS), Program

Indonesia Pintar (PIP), dan Program Indonesia Sehat (PIS) untuk membangun

keluarga produktif. Inpres tersebut diperkuat dengan Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 12 Tahun 2015 tentang Program

Indonesia Pintar (PIP), dan di perbaharui menjadi Peraturan Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 10 Tahun 2020 tentang Program

Indonesia Pintar (PIP). Dalam rangka mengatasi pendidikan yang tidak

merata, salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Pusat adalah

dengan mengeluarkan kebijakan yaitu Program Indonesia Pintar.

Kabupaten Balangan termasuk salah satu Kabupaten di Provinsi

Kalimantan Selatan yang mendapat bantuan Program Indonesia Pintar

Sasaran penerima bantuan Program Indonesia Pintar (PIP) yang di kelola oleh

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Balangan adalah peserta didik

yang sedang menempuh pendidikan di jenjang SD dan SMP di seluruh

wilayah Kabupaten Balangan, Provinsi Kalimantan Selatan yang berasal dari

keluarga kurang mampu. Dikatakan kurang mampu baik secara materi

maupun penghasilan orang tuanya yang tidak memadai untuk memenuhi


kebutuhan dasar pendidikan. Kebutuhan dasar pendidikan yang dimaksud

mencakup : seragam, sepatu, dan tas sekolah, biaya transportasi, makanan

serta biaya ekstrakurikuler.

Selain Program Indonesia Pintar, Pemerintah Kabupaten Balangan

juga meluncurkan program bantuan pendidikan yaitu program Kartu

Balangan Pintar (KBP) yang berkolaborasi dengan Perbankan yaitu PT. Bank

Pembangunan Daerah Kalimantan Selatan atau yang biasa disebut Bank

Kalsel. Kartu Balangan Pintar (KBP) merupakan kartu yang disediakan

Pemerintah Daerah yang bekerja sama dengan Lembaga Perbankan untuk

diberikan kepada Peserta Didik dari Keluarga Tidak Mampu sebagai sarana

dan alat transaksi untuk belanja keperluan kelengkapan pendidikan pada

toko/kios.

Dalam pelaksanaan Program Indonesia Pintar dan Kartu Balangan

tersebut yang di kelola oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten

Balangan masih terdapat beberapa permasalahan dalam mencapai tujuannya.

Fenomena permasalahan yang terjadi pada Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Balangan tentang penerapan Program Indonesia

Pintar dan Kartu Balangan Pintar yaitu:

1. Siswa yang layak menerima bantuan dari Program Indoensia Pintar (PIP)

ataupun Kartu Balangan Pintar (KBP) namun tidak tercantum namanya di

daftar penerima manfaat harus mengikuti mekanisme dan persyaratan

tertentu, dalam hal ini memerlukan usaha maksimal dari pihak sekolah

untuk bisa mengajukan nama peserta didik yang bersangkutan.


2. Terdapat adanya data pada sistem Data Pokok Pendidikan (dapodik) yang

tidak sesuai dengan kenyataan dilapangan, sehingga penyaluran bantuan

dana dari Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Balangan Pintar

(KBP) ada yang tidak tepat sasaran.

3. Terdapat peserta didik penerima dana Program Indonesia Pintar tetapi

juga tercatat sebagai pemanfaat di program bantuan lainnya seperti

Program Keluarga Harapan (PKH) misalnya. Hal ini tentu sangat tidak

ideal dimana masih banyak peserta didik lainnya yang sama sekali belum

mendapatkan bantuan apapun, baik itu dari Program Indonesia Pintar

(PIP) maupun dari Program Keluarga Harapan (PKH).

Mengingat begitu pentingnya Program Indonesia Pintar (PIP) dan

Kartu Balangan Pintar (KBP) bagi para peserta didik yang kondisi ekonomi

keluarganya kurang mampu, maka peneliti tertarik untuk mengambil judul

“IMPLEMENTASI PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) DAN

KARTU BALANGAN PINTAR (KBP) PADA DINAS PENDIDIKAN

DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN BALANGAN”.

B. Fokus penelitian

Fokus Penelitian adalah pemusatan konsentrasi pada tujuan dari

penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian harus dinyatakan secara eksplisit

untuk memudahkan peneliti sebelum melakukan observasi. Maka fokus

dalam penelitian ini adalah mengenai Implementasi Program Indonesia Pintar

(PIP) dan Kartu Balangan Pintar (KBP) Pada Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Balangan. Sebagaimana Teori George C. Edwards III


(1980) (Subarsono, 2020:90-92) yang dikutip dari buku “Analisis Kebijakan

Publik”.

Menurut George C. Edwards III (1980) (Subarsono, 2020:90-92), ada

empat variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi, yakni:

1. Komunikasi

2. Sumber Daya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

C. Rumusan Masalah

Agar permasalahan lebih mengarah pada permasalahan maka penulis

memberikan rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana Implementasi Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu

Balangan Pintar (KBP) pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Balangan?

2. Faktor apa saja yang mempengaruhi Implementasi Program Indonesia

Pintar (PIP) dan Kartu Balangan Pintar (KBP) pada Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabupaten Balangan?

3. Apa hambatan utama yang dihadapi dalam menjalankan Program

Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Balangan Pintar (KBP) pada Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Balangan?


D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana Implementasi Program Indonesia Pintar

(PIP) dan Kartu Balangan Pintar (KBP) pada Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Balangan.

2. Untuk Mengetahui faktor yang mempengaruhi Implementasi Program

Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Balangan Pintar (KBP) pada Dinas

Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Balangan.

3. Untuk Mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi dalam menjalankan

Program Indonesia Pintar (PIP) dan Kartu Balangan Pintar (KBP) pada

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Balangan.

E. Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Manfaat teoritis

Ditinjau dari segi teoritis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

referensi dalam rangka pengembangan teori dan ilmu pengetahuan dan

tentunya menambah pemahaman dan wawasan mengenai Ilmu

Administrasi Publik dalam hal ini yaitu kebijakan publik.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

pemerintah khususnya pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Balangan dalam menentukan langkah kebijakan untuk


meningkatkan perbaikan dalam hal Implementasi Program Indonesia

Pintar (PIP) dan Kartu Balangan Pintar (KBP) pada Dinas Pendidikan

dan Kebudayaan Kabupaten Balangan.

3. Bagi peneliti yang akan datang diharapkan penelitian ini menjadi bekal

tambahan informasi, wawancara dan pengetahuan serta dokumentasi

tentang bagaimana implementasi Program Indonesia Pintar (PIP) dan

Kartu Balangan Pintar (KBP) pada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kabupaten Balangan.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Sukeran, (2017) Judul Skripsi “Manajemen Ketatausahaan pada UPT

Dinas Pendidikan Tebing Tinggi Kabupaten Balangan”. Skripsi Sarjana

Seoklah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai. Latar belakang

penelitian ini adalah untuk mengetahui manajemen Ketatausahaan pada

UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Balangan.

Faktor apa saja yang memperngaruhi Manajemen Ketatausahaan pada

UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Tebing Tinggi Kabbupaten Balangan

dan upaya meningkatkan Manajaemen Ketatausahaan pada UPT Dinas

Pendidikan Kecamatan tebing Tinggi Kabupaten Balangan. Penelitian

menggunnakan pendekatann kualitatif dengan tipe deskriptif-kualitatif.

Dengan mengumpulkan data dalam bentuk data dan kalimat melalui

observasi, wawancara serta dokumen/kepustakaan. Sumber data diambil

melalui penarikan sampel secara purposive sampling penarikan sampel

dengan sengaja dan langsung kepada bagian dapat mewakili informan

yang ada jumlah 7 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa Manajemen

Ketatausahaan pada UPT Dinas Pendidikan Kecamatan Tebiing Tinggi

Kabupaten Balangan yang dapat dilihat dari menghimpun dalam hal

mencari dan mendapatkan berbagai keterangan dan informasi yang

dihimpun cuup baik, mencatat dalam mencatat informasi, informasi yang


mudah dibaca dan dipahami,disimpan dan dikirim Kembali dan

penyusunan kembali informasi sudah baik dan berjalan dengan sesuai

yang di inginkan. Mengelola dalam hal kegiatan mencari informasi.

Kegiatan menyajikan kembali informasi sehingga lebih berguna sudah

cukup baik. Menggandakan baik dilihat dari informasi yang telah

dihimpun dicatat dan diolah dan kemudian digandakan (diperbanyak

sesuai kebutuhan) sudah cukup baik. Mengirim dapat dilihat dari segi

menyampaikan informasi yang telah digandakan dan mengirim

menggunakann berbagai saluran informasi, seperti edaran, surat

elektronik, dan lan sebagainya sudah baik. Menyimpan dalam hal

menyimpan dengan amann informasi yang telahh diolah dan Menyusun

dengan berbagai cara dan alat tertentu cukup baik. Selanjutnya faktor-

faktor yang mempengaruhi Maanajemen Ketatausahhaan Pada UPT Dinas

Pendidikan yaitu sediikit kurangnya kemampuan kerja dalam mencapai

maksud atau tujuan sesuatu yang merupakan penunjang utama

terselenggaranya suatu proses dan sarana dan prasarana kurang ooptimal

sehingga menyebabkan sultnya melaksanakan tugas kerja secara efektif

dan efisien.

2. Singgih Tri Handoyo (2019). Manajemen Kearsipan Dalam ketatausahaan

di SMP Islam Ibnurusyd Kotabumi Lampung Utara, Fakultas Ilmu

Tarbiyah dan Keguruan. Adapun Manajemen Kearsipan di SMP Islam

Ibnurusyd Kotabumi Lampung Utara sudah memenuhi target, tetapi

pengelolaan arsiip belum berjalan secara optimal, hal ini disebabkan


karena beberapa kendala, di antaranya ruang penyimpanan arsip yang

kurang, seperti masih banyak arsip yang menumpuk dilantai bahkan

sampai ada yang tertumpuk diatas meja, maka akan berakibat arsip akan

rusak dan hilang, bahkan sering terjadi hilanngnya arsip penting, serta

dirasa kurang luasnya ruang kerja dan ruang penyimpanan arsip. SMP

Islam Ibnurusyd Kotabumi Lampung Utara adalah salah satu sekolah yang

paling banyak diminati orang karena SMP Islam Ibnurusyd Kotabumi

salah satu sekolah islam Sekabupaten Lampung Utara yang mempunyai

nilai lebih tentanng agama. Banyaknya siswa di sekkolahan

mennyebabkan pekerjaan yang berhubungan ketatausahaan bertambah

banyak dan kompleks. Hal ini tentu saja menyebakan sekolahan harus

mempunyai ttenagga administrasi yang profesonal sarana dan prasarana

yang memadai untuk mendukung terciptanya system manajemenn

kearsipan yang baik. Akan tetapi kenyataannya ada beberapa masalah

dalam mengelola arsip ini masih kurang dari sisi manajemen kurangnya

pengawasan dari kepala TU dan kurang kesadaran dari pegawai akan

pentingnya dalam pemeliharaan kearsipan. Sehingga sewaktu-waktu arsip

dibutuhkan Kembali tidak ada atau susah dicari atau bahkann rusak. Untuk

itu sekolah sebagai salah satu bentuk organisasi perlu untuk dapat

meningkatkan dan menyepurnakan penngelolaan manajemen kearsipan

dan pemeliharaan kearsipan agar dapat berfungsi dengan baik serta dapat

berguna dalam pencapaian tujuan organisasi.


B. Tinjauan Teoritis

1. Implementasi

Implementasi adalah suatu tindakan dari sebuah rencana yang

dibuat secara terperinci untuk mencapai suatu tujuan. Implementasi mulai

dilakukan apabila seluruh perencanaan sudah dianggap sempurna.

Menurut Ripley dan Franklin dalam Dr. La Mani (2020:92),

Berpendapat bahwa implementasi adalah apa yang terjadi setelah undang-

undang ditetapakan yang memberikan otoritas program, kebijakan,

keuntungan (benefit), atau suatu jenis keluaran yang nyata (tangible

output).

Implementasi mencakup banyak kegiatan, meliputi, yaitu :

pertama, badan-badan pelaksana yang ditugasi oleh undang-undang

dengan tanggung jawab menjalankan program harus mendapatkan sumber-

sumber yang dibutuhkan agar implementasi berjalan lancar; kedua, badan-

badan pelaksana mengembangkan bahasa anggaran dasar menjadi arahan-

arahan konkret, regulasi serta rencana-rencana, dan desain program;

ketiga, badan-badan pelaksana harus mengorganisasikam kegiatan-

kegiantan mereka dengan menciptakan unit-unit birokrasi dan rutinitas

untuk mengatasi beban kerja; terakhir, badan-badan pelaksana


memberikan keuntungan atau pembatasan kepada pelanggan atau

kelompok-kelompok target.

Dalam tataran praktis, implementasi adalah proses pelaksanaan

keputusan dasar. Proses tersebut terdiri atas beberapa tahapan yakni:

a. Tahapan pengesahan peraturan perundangan.

b. Pelaksanaan keputusan oleh instansi pelaksana.

c. Kesediaan kelompok sasaran untuk menjalankan keputusan.

d. Dampak nyata keputusan baik yang dikehendaki maupun tidak.

e. Dampak keputusan sebagaimana yang diharapkan instansi pelaksana.

f. Upaya perbaikan atas kebijakan atau peraturan perundangan.

Berbagai pendekatan dalam implementasi kebijakan, berkaitan

dengan implementor, sumber daya, lingkungan, metode, permasalahan,

ataupun tingkat kemajemukan yang dihadapi dimasyarakat. Sumber daya

manusia sebagai implementor mempunyai peranan yang penting dalam

pengendalian implementasi kebijakan publik.

Menurut Mazmanian dan Sabatier dalam Sahya Anggara

(2014:257), ada tiga faktor yang mempengaruhi keberhasilan

implementasi, yaitu: (1) karakteristik dari masalah (tractability of the

problems); (2) karakteristik kebijakan/undang-undang (ability of statute to

structure implementation); (3) lingkungan (nonstatutory variables

affecting implementations).

Lester dan Stewart Jr (Leo Agustino 2014;139) dimana mereka

mengatakan bahwa “implementasi sebagai suatu proses dan suatu hasil


(Output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat diukur atau

dilihat dari proses dan pencapaian tujuan hasil akhir (output), yaitu :

tercapai atau tidaknya tujuan-tujuan yang diraih”.

Berdasarkan berbagai pendapat di atas tersebut dapat diketahui

bahwa pengertian implementasi merupakan suatu proses yang berkaitan

dengan kebijakan dan program-program yang akan diterapkan oleh suatu

organisasi atau institusi, khususnya yang berkaitan dengan institusi negara

dan menyertakan sarana dan prasarana untuk mendukung program-

program yang akan dijalankan tersebut.

2. Kebijakan Publik

a. Pengertian Kebijakan Publik

Kebijakan secara efistimologi, istilah kebijakan berasal dari

bahasa inggris “policy”. Akan tetapi, kebanyakan orang berpandangan

bahwa istilah kebijakan senantiasa disamakan dengan istilah

kebijaksanaan.

Sebagian besar para ahli memberi kebijakn publik dalam

kaitannya dengan keputusan atau ketetapan pemerintah untuk

melakukan suatu tindakan yang dianggap akan membawa dampak bagi

warga kehidupan warganya.

Kebijakan pada dasarnya adalah suatu keputusan yang

dimaksud untuk mengatasi permasalahan tertentu, untuk melakukan

kegiatan tertentu, yang melakukan kegiatan tertentu, atau untuk

mencapai tujuan tertentu, yang dilakukan oleh lembaga pemerintah


yang berwenang dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan

negara dan pembangunan bangsa. Thomas R. Dye dalam Subarsono

(2013:2) yang mengatakan bahwa "apapun peran pilihan pemerintah

untuk melakukan atau tidak melakukan (public policy is whatever

governments choose to do or not to do)”.

Harrold Laswell dan Abraham Kaplan (Subarsono, 2013:3)

berpendapat bahwa “kebijakan publik hendaknya berisi tujuan, nilai-

nilai, dan praktik-praktik sosial yang ada dalam masyarakat”.

Kebijakan publik menurut Thomas Dye (Subarsono, 2013:2)


adalah “apapun pilihan pemerintah untuk melakukan atau tidak
melakukan (public to do or not do). Konsep tersebut sangat luas karena
kebijakan publik mencakup sesuatu yang tidak dilakukan oleh
pemerintah, disamping yang dilakukan pemerintah ketika pemerintah
menghadapi suatu masalah publik”. Definisi kebijakan publik menurut
Thomas Dye mengandung makna bahwa :
a. Kebijakan publik tersebut dibuat oleh badan pemerintah, bukan
organisasi swasta.
b. Kebijakan publik menyangkut pilihan yang harus dilakukan dan
tidak dilakukan oleh badan pemerintah.

Atas dasar pengertian kebijakan publik yang telah disebutkan

di atas, dapat ditemukan elemen yang terkandung dalam kebijakan

publik sebagaimana yang dikemukakan oleh Anderson (Sahya

Anggara,2016:507) yaitu:

a. Kebijakan selalu mempunyai tujuan atau berorientasi pada


tujuan tertentu.
b. Kebijakan berisi tindakan atau pola tindakan pejabat-pejabat
pemerintah.
c. Kebijakan adalah apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah dan bukan apa yang bermaksud akan dilakukan
pemerintah.
d. Kebijakan publik bersifat positif (mengenai tindakan pemerintah
mengenai suatu masalah tertentu) dan bersifat negatif
(keputusan pejabat pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu)
e. Kebijakan publik (positif) selalu berdasarkan pada peraturan
perundang tertentu yang bersifat memaksa.
Dari beberapa pendapat para ahli yang telah disebutkan diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa kebijakan publik adalah serangkaian

tindakan yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh pemerintah yang

berorentasi pada tujuan tertentu guna memecahkan masalah-masalah

publik atau demi kepentingan publik. Kebiakan publik tersebut

biasanya tertuang dalam ketentuan atau peraturan perundang-undangan

yang dibuat oleh pemerintah sehingga memiliki sifat yang mengikat

dan memaksa.

b. Proses Kebijakan Publik

Kebijakan publik merupakan bagian terpenting dari kajian

ilmu administrasi publik dewasa ini, kajian-kajian kebijkan publik

terus berkembang seiring dengan kebutuhan masyarakat yang semakin

kompleks akan pentingnya kebijakan publik yang baik. Tiga pilar

utama dalam kebijakan publik yang menghiasi perkembangan ilmu

administrasi publik, yaitu policy formulation, policy implementation,

and policy evaluation. (Hayat, 2018:24).

Persoalan kebijakan publik seringkali mengabaikan prinsip-

prinsip karakteristik yang melekat dimasing-masing negara. Setiap

negara mempunyai karakter yang berbeda satu sama lainnya. Negara-

negara berkembang tentunya mempunyai karakter yang berbeda

dengan negara-negara maju dalam segala aspeknya. Namun demekian,


di negara-negara berkembang, kebijakan publik dikembangkan seperti

di negara-negara maju (Nugroho, 2015), dikutip dari Hayat (2018:25).

c. Bentuk Kebijakan Publik

Riant Nugroho dikutip dari Hayat (2018:77-82) membagi

bentuk kebijakan menjadi tiga bagian, yaitu undang-undang,

peternalistik (bersikap seperti bapak), dan perilaku pemimpin, Bemtuk

pertama adalah undang-undang adalah bentuk akhir dari kebijakan

publik yang dijadikan sebagai pedoman dan hukum bagi seluruh

lapisan masyarakat. Sebagai bentuk kebijakan publik, undang-undang,

harus dijalankan dan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Pembuatan

undang-undang melibatkan seluruh stakeholder yang berkaitan untuk

dapat dijalankan sesuaikan dengan tujuan yang diharapkan.

Bentuk kedua adalah peternalistik yakni berperilaku seperti

ayah yang berkaitan dengan sikap pemimpin kepada pegawainya.

Pemimpin berprilaku seperti seperti bapak dan pegawai berprilaku

seperti anak. Yang demikian itu adalah bentuk kebijakan yang melekat

dan terjadi disemua level kebijakan. Nugroho membagi paternalistik

menjadi dua bagian, yaitu paternalistik konvensional dan paternalitik

rasional. Paternalistik konvensional menjadikan pemimpim sebagai

raja. Tidak hanya menjadi kewajiban bagi para bawahan untuk wajib

dan tunduk pada titah pemimpin, tetapi itu sudah menjadi budaya yang

melekat pada masyarakat.


Ketiga adalah perilaku pemimpin. Perilaku atau sikap

pemimpin menjadi kebijakan publik. Dalam ranah yang agak vulgar

pun hal itu dapat terjadi, bahwa kebijkan publik adalah sikap dari

pemimpin itu sendiri. Korupsi menjadi salah satu contoh yang masih

marak terjadi dalam kaidah bentuk kebijakan yang dilakukan oleh para

pemangku kepentingan, salah satunya adalah penyalahgunaan

wewenang yang dilakukan oleh pemimpin mengantarkannya pada

kasus korupsi.

3. Implementasi Kebijakan Publik

a. Pengertian Implementasi Kebijakan Publik

Secara umum istilah implementasi dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) berarti pelaksanaan atau penerapan. Istilah

implementasi biasanya dikaitkan dengan suatu kegiatan yang

dilaksanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Implementasi adalah

suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah

disusun secara matang dan terperinci. Implementasi biasanya

dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap sempurna. Konsep

dasar dari implementasi kebijakan publik adalah mengacu pada

tindakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam

suatu keputusan. Implementasi kebijakan publik merupakan salah satu

tahapan penting dalam siklus kebijakan publik secara keseluruhan.

Untuk itu, dapat dilihat dari beberapa pendapat di bawah tentang

implementasi kebijakan publik.


Pengertian implementasi kebijakan secara sederhana menurut

Wahab dalam Sahya Anggara (2016: 530) sebagai suatu proses

melaksanakan keputusan kebijakan, yang biasanya dalam bentuk

undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan peradilan, perintah

eksekutif, atau dekrit presiden. Selanjutnya, Wahab juga

mengemukakan beberapa pandangan dari Pressman dan Wildavsky

yang menyatakan bahwa kata kerja mengimplementasikan itu sudah

sepantasnya terkait langsung dengan kata benda kebijakan. Oleh

karena itu, kajian implementasi kebijakn perlu mendapat perhatian

seksama.

Implementasi kebijakan secara sederhana dapat diartikan

sebagai proses menerjemahkan peraturan ke dalam bentuk tindakan.

Dalam praktiknya implementasi kebijakan merupakan suatu proses

yang begitu kompleks bahkan tidak jarang bermuatan politis karena

wujudnya intervensi berbagai kepentingan. (Leo Agustino, 2016:126)

b. Implementasi Kebijakan Publik Model George C.Edward III

Leo Agustino (2016:136-141) menyebut model implementasi

kebijakan publik yang dirumuskan oleh George C. Edward III terdapat

4 variabel yang sangat mempengaruhi keberhasilan suatu kebijakan,

yaitu:

1) Komunikasi
Komunikasi menurutnya sangat menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan dari implementasi kebijakan publik.
Implementasi yang efektif terjadi apabila para pembuat keputusan
sudah mengetahui apa yang akan mereka kerjakan. Komunikasi
diperlukan agar para pembuat keputusan dan para emplementor
akan semakin konsisten dalam melaksanakan setiap kebijakan yang
akan diterapkan di masyarakat. Ada tiga indikator yang dipakai
untuk mengukur keberhasilan variabel komunikasi, yaitu:
a) Transmisi: penyaluran komunikasi yang baik akan dapat
menghasilkan suatu implementasi yang baik pula Seringkali
dalm penyalur komunikasi terjadi salah pengertian
(miskomunikasi) yang disebabkan banyaknya tingkat birokrasi
yang harus dilalui dalam proses kominikasi sehingga apa yang
diharapkan terdirtorsi ditengah jalan.
b) Kejelasan; komunikasi yang diterima oleh pelaksana
kebijakan harus jelas dan tidak membingungkan atau ambigu.
c) Konsistensi; perintah yang diberikan dalam pelaksanaan suatu
komunikasi harus konsisten dan jelas untuk diterapkan atau
dijalankan. Jika perintah yang diberikan sering berubah- ubah,
maka dapat menimbulkan kebingungan bagi para pelaksana di
lapangan.
2) Sumber daya
a) Staf; kegagalan yang sering terjadi dalam implementasi
kebijakan salah satunya disebabkan oleh staf/pegawai yang
tidak cukup memadai atau kompeten dibidangnya.
Diperlukan sebuah kecukupan staf dengan keahlian dan
kemampuan yang diperlukan dalam mengimplementasikan
kebijakan.
b) Informasi; dalam implementasi kebiakan , informasi
mempunyai dua bentuk. Pertama, informasi yang
berhubungan dengan cara melaksanakan kebijakan. Kedua,
informasi mengenai data kepatuhan dari pelaksan yang telah
ditetapkan.
c) Wewenang; kewenangan merupakan otoritas atau legitimasi
bagi para pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang
ditetapkan secara politik.
d) Fasilitas; fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam
implementasi kebijakan. Implementor mungkin mempunyai
staf yang memadai, tetapi tanpa adanya fasilitas pendukung
maka implementasi kebijakan tersebut tidak akan berhasil.
3) Disposisi
Disposisi atau sikap dari pelaksana merupakan faktor yang
sangat penting dalam implementasi kebijakan publik. Jika
pelaksanaan kebijakan ingin berjalan efektif , maka pelaksana
kebijakan tidak hanya mengetahui apa yang akan dilakukan tetapi
juga harus memiliki kemampuan untuk melaksanakannya,
Indikator disposisi ada 2, yaitu :
a) Pengangkatan birokrat; jika ingin kebijakan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka pemilihan dan
pengangkatan personil pelaksana kebijakan haruslah orang-
orang yang memiliki dedikasi pada kebijakan yang telah
ditatapkan.
b) Insentif; pada umumnya, orang bertindak menurut
kepentingan mereka sendiri, maka memanipulasi insentif oleh
para pembuat kebiakan dapat mempengaruhi tindkan para
pelaksana kebijakan.
4) Struktur Birokrasi
Kebijakan yang begitu kompleks menuntut adanya
kerjasama banyak orang, ketika struktur birokrasi tidak kondusif
pada kebijakan yang telah dibuat, maka hal ini akan
menghambat jalannya proses implementasi kebijakan publik.
Menurut Edward III, yang dapat mendongkrak kinerja struktur
birokrasi/organisasi kearah yang lebih baik adalah Standar
Operating Prosedures (SOPs) dan Fregmentasi.
4. Program Indonesia Pintar (PIP)

a. Pengertian Program Indonesia Pintar (PIP)

Program Indonesia Pintar yang selanjutnya disingkat PIP adalah


bantuan berupa uang tunai, perluasan akses, dan kesempatan belajar
dari pemerintah yang diberikan kepada peserta didik dan mahasiswa
yang berasal dari keluarga miskin atau rentan miskin untuk membiayai
pendidikan.
b. Tujuan Program Indonesia Pintar

1) bagi pendidikan dasar dan pendidikan menengah:

a) meningkatkan akses bagi anak usia 6 (enam) tahun

sampai dengan 21 (dua puluh satu) tahun untuk

mendapatkan layanan pendidikan sampai tamat satuan

pendidikan menengah untuk mendukung pelaksanaan

pendidikan menengah universal/rintisan wajib belajar

12 (dua belas) tahun;

b) mencegah peserta didik dari kemungkinan putus

sekolah (drop out) atau tidak melanjutkan pendidikan

akibat kesulitan ekonomi; dan/atau


c) menarik siswa putus sekolah (drop out) atau tidak

melanjutkan agar kembali mendapatkan layanan

pendidikan di sekolah, sanggar kegiatan belajar, pusat

kegiatan belajar masyarakat, lembaga kursus dan

pelatihan, satuan pendidikan nonformal lainnya, atau

balai latihan kerja;

2) bagi pendidikan tinggi:

a) meningkatkan perluasan akses dan kesempatan belajar

di Perguruan Tinggi bagi Mahasiswa warga negara

Indonesia yang tidak mampu secara ekonomi;

b) meningkatkan prestasi Mahasiswa pada bidang

akademik dan nonakademik;

c) menjamin keberlangsungan studi Mahasiswa yang

berasal dari daerah terdepan, terluar, atau tertinggal,

dan/atau menempuh studi pada perguruan tinggi

wilayah yang terkena dampak bencana alam atau

konflik sosial; dan/atau

d) meningkatkan angka partisipasi kasar pendidikan

tinggi.

5. Kartu Balangan Pintar (KBP)

a. Pengertian Kartu Balangan Pintar (KBP)

Kartu Balangan Pintar yang selanjutnya disingkat KBP adalah


kartu yang disediakan Pemerintah Daerah yang bekerja sama dengan
lembaga Perbankan untuk diberikan kepada Peserta Didik dari Keluarga
Tidak Mampu sebagai sarana belanja bantuan Biaya Personal
Pendidikan.
C. Kerangka Pemikiran

Arsip adalah salah satu sumber data atau informasi yang dibutuhkan

dalam suatu kegiatan dalam organisasi, dimana arsip dapat dijadikan sebagai

pusat ingatan atau rekaman alat bantu dalam pengambilan keputusan, serta

sebagai bukti kesuksesan suatu organiasi untuk kepentingan bagi organisasi

lain. Peran dari penyelenggaraan kearsipan pada dasarnya sangat penting dan

tidak mungkin dapat dihapus atau ditinggalkan begitu saja guna untuk

memperlancar pekerjaan sehari-hari pada suatu organisasi maupun lembaga.

Manajemen kearsipan di lingkungan pemerintahan daerah dilaksanakan

secara terkoordinasi. Manajmen Kearsipan Pada Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan Kabupaten Balangan perlu mengetahui faktor-faktor apa saja

yang menjadi pennghambat dalam melakukan manajemen kearsipan. Untuk

mempermudah alur dari penelitian yang penulis lakukan mengenai

Manajemen Kearsipan pada Kantor Kecamatan Muara Uya, maka penulis

membuat kerangka pemikiran yang tercantum dalam Gambar 2.1 sebagai

berikut:

Gambar 2. 1
Kerangka Pemikiran
Bagan kerangka Pemikiran
Undang-undanng Republik Inndonesia Nomor 43
Tahun 2009 Tentang Kearsipan

Peraturan pemerintah No 28 Tahun 2012 Tentang


Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 43 Tahun 2012 Tentang Kearsipan

Kantor Kecamatan Muara Uya


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang akan diteliti adalah Kantor Kecamatan Muara

Uya yang beralamat di Jl. Pembangunan No 1 Kecamatan Muara Uya,

Kabupaten Tabalong, Provinsi Kalimantan Selatan, Kode Pos 71573 tentang

Manajemen Pengolahan Kearsipan Dokumen Pada Kantor Kecamatan Muara

Uya.

B. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan bersifat kualitatif, yaitu

pendekatan untuk mengungkapkan hasil penelitian yang datanya diperoleh

dari hasil wawancara dan pengamatan langsung, sehingga menghasilkan

deskriptif dengan menggambarkan secara logis dan kritis terhadap keadaan

penelitian sebenarnya.

C. Tipe Penelitian

Dalam mengulas, mengembangkan dan menguji kebenaran untuk

menemukan suatu pengetahuan dcngan cara ilmiah dapat dipakai metodologi

penelitian. Ada berbagai metode yang dapat digunakan tentunya metode yang

akan dipilih harus sesuai dan berhubungan dengan prosedur, alat serta desain

yang akan dilakukan penelitian.

Tipe penelitian yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah tipe

penelitian yang menghasilkan data distiptif berupa kata-kata tertulis atau lisan

dari para pegawai dan pelaku yang di amati.Data dan Sumber Data

1. Data meliputi:
a. Data Primer

Data primer adalah data pokok yang digali dari informan

penelitian tentang IMPLEMENTASI PROGRAM INDONESIA

PINTAR (PIP) DAN KARTU BALANGAN PINTAR (KBP) PADA

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN

BALANGAN.

Data primer dapat berupa opini subjek (orang) secara

individual atau kelompok, hasil observasi terhadap suatu benda

(fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh atau yang

dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-

sumber yang telah ada. Data ini diperlukan untuk mendukung

analisis dan pembahasan yang maksimal. Data sekunder juga

diperlukan terkait pengungkapan fenomena sosial dalam penelitian

ini. Data ini biasanya dari perpustakaan atau dari laporan peneliti

terdahulu. Untuk penelitian ini data sekundernya berupa buku, surat

kabar yang terkait dengan IMPLEMENTASI PROGRAM

INDONESIA PINTAR (PIP) DAN KARTU BALANGAN PINTAR

(KBP) PADA DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KABUPATEN BALANGAN.
2. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari manna data itu diiperoleh. Apabila

peneliti menggunakan wawancara dalam pengumpulan data nya, maka

sumber data disebutt responden yaitu orang yang merespon atau

menjawab pertanyaan, baik tertulis maupun lisan.

Tabel 2. 1
Informan wawancara

Jabatan Jumlah
No
1. Camat 1 Orang

2. Sekretaris Camat 1 Orang

3. Kasi Trantib 1 Orang

4. Kasi Pemerintahan 1 Orang

5. Kasi Pembangunnan 1 Orang

6. Kasi Kesra 1 Orang

7. Kassubag Perkeu 1 Orang

8. Kassubag Umpeg 1 Orang


Analisis Desa dan 1 Orang
9. Kelurahan
Pengadministrasian 1 Orang
10. Keuangan
11. Pranata Komputer Mahir 1 Orang
Pranata Perundungan 1 Orang
12. Maysarakat
Total 12 Orang
D. Desain Operasional Penelitian

Desain penelitian adalah variabel penelitian yang dimaksudkan

untuk memahami setiap variabel penelitian sebelum dilakukan untuk

mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah atau

mengumpulkan, mengelola menganalisis dan menyajikan data secara

sistematis. Berdasarkan teknik pengumpulan data yang diterapkan dalam

penelitian ini maka desain operasional penelitian yang digunakan adalah

sebagai berikut:

Tabel 2. 2
Desain Operasional Penelitian

Variabel Sub Variabel Indikator


IMPLEMENTASI 1. Pengelolaan arsip a. Penciptaan arsip
PROGRAM dinamis b. Pemberkasan arsip
INDONESIA c. Program arsip vital
PINTAR (PIP) d. Pengolahan dan
DAN KARTU pelaporan arsip terjaga
BALANGAN e. Pengolahan arsip-arsip
PINTAR (KBP) inaktif
PADA DINAS f. Layanan dan akses arsip
PENDIDIKAN dinamis
DAN 2. Sumber daya a. Kedudukan hukum dan
KEBUDAYAAN manusia kewenangan
KABUPATEN kearsipan b. Kompetensi
BALANGAN 3. Prasarana dan a. Ruangan
menurut sarana kearsipan b. Peralatan
Sedarmayanti 4. Pemeliharaan a. Pemeliharaan tempat
(dalam Arsip b. Kebersihan arsip
Muhammad.
2020:25) 5. Penyusutan Arsip a. Mendayagunakan arsip
b. Mempercepat penemuan
kembali arsip
c. Memusnahkan arsip
sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku
Sumber : Diolah Peneliti, 2023

E. Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono dalam Aprida dan Hidayah (2019:9) Teknik

pengumpulan data adalah proses pengumpulan data secara sistematis untuk

mempermudah peneliti dalam memperoleh kesimpulan.

Untuk mendapatkan informasi dan data yang relavan dengan masalah

penelitian, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Menurut Satori dalam Ibrahim (2018:81) dalam penelitian kualitatif,

observasi dipahami sebagai pengamatan langsung terhadap objek untuk

mengetahui kebenarannya, situasi, kondisi, konteks, ruang, serta maknanya

dalam upaya pengumpulan data suatu peneliitian..

2. Wawancara

Menuurut Moleong dalam Ibrahim (2018:88) wawancara adalah

dengan maksud tertentu, yang melibatkan dua pihak yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara

(interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.

3. Dokumentasi

Dalam Fiantika dkk (2022:60) Dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu, dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar,

atau karya-karya monumenial dari seseorang. Dokumentasi merupakan


pelengkap dari penggunaan observasi dan wawancara dalam penelitian

kualiitatif.

F. Teknik Analisa Data

Menurut Mudjiarahardjo (2015:2700) analisis data adalah sebuah

kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, menngelompokan, memberi kode

atau tanda dan mengkategorikanya sehingga diperoleh suatu temuan

berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijjawab.

Menurut Sugiyono (2013:245) analisis data kualitatif adalah bersifat

induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya

dikembangkan. Teknik anaisis ini juga digunakan untuk mendapatkan suatu

gambaran yang jelas dan berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti

yaitu IMPLEMENTASI PROGRAM INDONESIA PINTAR (PIP) DAN

KARTU BALANGAN PINTAR (KBP) PADA DINAS PENDIDIKAN DAN

KEBUDAYAAN KABUPATEN BALANGAN. Miles dan Huberman dalam

Sugiyono (2013:246) mengungkapkan bahwa dalam mengolah datta kualitatif

dilakukan melalui tahap reduksi, penyajian data dan penarikan kesimpulan

yaitu:

1. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data berlangsung

terus menerus selama penelitian di lapangan. Selama pengumpulan data

berlangsung, terjadi tahapan reduksi selanjutnya membuat ringkasan,


mengkode, menelusur tema, membuat gugus-gugus, membuat partisi,

menulis memo.

2. Penyajian Data

Penyajian data merupakan rangkaian kalimat yag disusun secara

logis dan sistematis sehingga mudah dipahami dalam menghadapi catatan

lapangan yang bias. Oleh karena itu diperlukan sajian data yang jelas dan

sistematis dalam membantu peneliti menyelesaikan pekerjaannya.

Penyajian data dalam hal ini adalah penyampaian faktor-faktor yang

berkaitan dengan IMPLEMENTASI PROGRAM INDONESIA PINTAR

(PIP) DAN KARTU BALANGAN PINTAR (KBP) PADA DINAS

PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN KABUPATEN BALANGAN.

3. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan sebagai dari satu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh kesimpulan-kesimpulan diverifikasi selama penelitian

berlangsung. Verifikasi merupakan tinjauan ulang pada catatan-catatan

lapangan dengan peninjauan kembali sebagai upaya untuk salinan suatu

temuan dalam seperangkat data yang lain dari data yang harus diuji.

G. Uji Kredibilitas Data

Uji kredibilitas data adalah pengujian data untuk menilai kebenaran dan

keabsahan peneliti dengan analisis kualitatitf. Kredibilitas hasil penelitian

akan ditunjukkan jika partisipan menyatakan bahwa transkip penelitian

memang benar-benar sebagai pengalaman dari dirinya sendiri.


Menurut Sugiyono (2022:185) uji kredibilitas data menunjukan

kepercayaan terhadap data penelitian kualitaitf, hal ini dapat dilakukan

sebagai berikut:

1. Perpanjangan pengamatan, dengan adanya perpanjangan pengataman,,

peneliti dapat mengecek Kembali apakah data yang telah diberikan

selama ini merupakan data yang sudah benar atau tidak. Apabila setelah

dicek kembali kelapangan data sudah benar berarti kredibel, maka waktu

perpanjangan pengamatan dapat diakhiri.

2. Meningkatkan ketekunan, Meingkatkan ketekunann berarti melakukan

pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, yaitu dengan

cara terjun langsung mencari data kemasyarakat. Denagn cara tersebut

maka kepastian data dan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan

sistematis.

3. Triangulasi, triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari

berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat tiangulasi sumber, triangulasi Teknik pengumpulan

data, dan waktu. Triangulasi juga dapat dilakukan dengan cara mengecek

hasil penelitian dari tim peneliti lain yang diberi tugas melakkukan

penngumpulan data.

4. Analisis Kasus Negatif, analisis kasus negatif adalah kasus yang tidak

sesuai atau berbeda dengan hasil penelitian hingga pada saat tertentu.

Bila tidak ada lagi data yang berbeda atau bertentangan dengan temuan,

berarti data yang ditemukan sudah dapat dipercaya.


5. Menggunakann Bahasa Referensi, maksudnya adalah dengan adanya

pendukung untuk membuktikan bahwa data yang telah ditemukan oleh

penelliti seperti rekaman wawancara, data interaksi dengan informan,

gambaran suatu keadaan perlu didukung dengan sebuah foto.

6. Mengadakan Member check, member check adalah suatu proses

pengecekan data yang telah diperoleh oleh peneliti kepada pemberi data,

hal ini bertujuan unntuk mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh

sesuai atau tidak dengan apa yang yang diberikan oleh pemberi data, jika

sesuai maka data tersebut dapat terpercaya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009 Tentang


Kearsipan

Anonim. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2012


Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43
Tahun 2009 Tentang kearsipan

Anonim. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 38 Tahun


2015 Tentang Pedoman Pengawasan Kearsipan

Amsyah, Zulkifli. 2013. Manajemen Kearsipan. Jakarta: Gramedia Pustaka


Utama

Anang Firmansyah, Budi Mahardika. 2020. Pengantar Manajemen. Yogyakarta:


Budi Utama

Andes Wahyu Setiana. 2014. Pengelolaan kearsipan Di kantor Kecamatan


Karang Tanjung Kabupaten Pandeglang. Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa Serang

Asriel Siva Armida. 2018. Manajemen Kearsipan. PT Remaja Rosdakarya

Indrawati, S. 2014. Pengelolaan Arsip Dinamis Pada Kantor Kecamatan


Gamping Kabupaten Sleman Yogyakarta. Untiversitas Negeri Yogyakarta:
Tidak Diterbitkan

Muhammad. 2020. Manajemen Kearsipan Pada Dinas Kearsipan Kabupaten


Balangan. Skripsi Sarjana Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi (STIA)
Amuntai

Sedarmayanti. 2005. Tata Kearsipan Dengan Memanfaatkan Teknologi Modern.


Bandung : Mandar Maju

Sukeran, 2017. Manajemen Ketatausahaan Pada UPT. Dinas Pendidikan


Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Balangan. Skripsi Sarjana Sekolah
Tinggi Ilmu Administrasi (STIA) Amuntai.

Singgih Tri Handoyo, 2019. Manajemen Kearsipan Dalam Ketatausahaan Di


Smp Islam Ibnurusyd Kotabumi Lampung Utara. Penerbit Fakultas Ilmu
Tarbiyah Dan Keguruan.

Sugiyono. 2022. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi 3. Bandung Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai