Anda di halaman 1dari 34

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................1
BAB I. PENDAHULUAN......................................................................................2
1.1 Latar Belakang...................................................................................2
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................9
1.3 Tujuan Penelitian...............................................................................9
1.4 Manfaat Penelitian...........................................................................10
1.4.1 Manfaat Teoritis......................................................................10
1.4.2 Manfaat Praktis........................................................................10

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA.........................................................................11


2.1 Penelitian Terdahulu.........................................................................11
2.2 Landasan Teori.................................................................................21
2.3 Kerangka Berpikir.............................................................................24

BAB III. METODE PENELITIAN....................................................................25


3.1 Waktu Penelitian...............................................................................25
3.2 Pendekatan Dan Jenis Penelitian......................................................25
3.3 Data dan Sumber Data......................................................................25
3.3.1 Sumber Data Primer...............................................................26
3.3.2 Sumber Data Sekunder...........................................................26
3.4 Teknik Pengambilan Sampel (Cuplikan)..........................................27
3.5 Teknik Pengumpulan Data................................................................27
3.5.1 Heuristik..................................................................................27
3.5.2 Kritik........................................................................................28
3.5.3 Interpretasi...............................................................................28
3.5.4 Historiografi.............................................................................28
3.6 Teknik Analisa Data.........................................................................29
3.7 Prosedur penelitian...........................................................................30

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan merupakan bagian penting dari kehidupan manusia yang tak
pernah ditinggalkan. Sebagai sebuah proses, ada dua hal asumsi yang berbeda
mengenai pendidikan dalam kehidupan manusia. Pertama, bisa dianggap sebagai
sebuah proses yang terjadi secara tidak disengaja atau berjalan secara alamiah.
Pendidikan bukanlah proses yang diorganisasi secara teratur, terencana, dan
mengunakan metode-metode yang dipelajari serta berdasarkan aturan-aturan yang
telah disepakati mekanisme penyelenggaraannya oleh suatu komunitas masyarakat
(Negara), melainkan lebih merupakan bagian dari kehiupan yang memang telah
berjalan sejak manusia itu ada (Omeri, 2015:466).
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1), pengertian pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara. Secara tidak langsung pendidikan mampu memberikan pengetahuan baru
sekaligus membentuk karakter pribadi yang lebih baik.
Pendidikan di Indonesia banyak mengalami berbagai masalah, dimulai
dari kurikulum, kualitas, kompetensi, bahkan kompetensi kepemimpinan baik
dijajaran tingkat atas maupun tingkat bawah. Berbagai kasus keluhan-keluhan
terjadi di lapangan, seperti masalah kepemimpinan sekolah maupun para pendidik
yang menyayangkan kebijakan seperti soal manajemen, disiplin, birokrasi dan
administrasi yang tidak tertata. Kemudian yang tidak kalah pentingnya juga soal
kepemimpinan di sekolah turut berperan dalam penyelenggaraan dunia pendidikan
serta memperluas kesenjangan dan konflik internal para pendidik (Nasution,
2016:2)
Menurut survei Political and Economic Risk Consultant (PERC), kualitas
pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi
itu berada di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum

2
Swedia (2000), Indonesia memiliki daya saing yang rendah, hanya menduduki
urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di dunia. Kualitas pendidikan Indonesia
yang rendah itu juga ditunjukkan data Balitbang (2003), bahwa dari 146.052 SD
di Indonesia ternyata hanya 8 sekolah saja yang mendapatkan pengakuan dunia
dalam kategori The Primary Years Program (PYP). Dari 20.918 SMP di
Indonesia ternyata juga hanya 8 sekolah yang mendapatkan pengakuan dunia
dalam kategori The Middle Years Program (MYP). Dan, dari 8.036 SMA ternyata
hanya 7 sekolah saja yang mendapatkan pengakuan dunia dalam kategori The
Diploma Program (DP)(Sujarwo, 2013:1).
Kualitas pendidikan di Indonesia memang masih sangat rendah bila
dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara lain. Hal-hal yang
menjadi salah sau penyebabnya yaitu rendahnya kualitas guru dan prestasi siswa.
Maka, solusi untuk masalah-masalah teknis dikembalikan kepada upaya-upaya
praktis untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan. Solusi ini misalnya untuk
menyelesaikan masalah kualitas guru dan prestasi siswa. Serta solusi untuk
masalah masalah sistemik yaitu solusi dengan mengubah sistem-sistem sosial
yang berkaitan dengan sistem pendidikan (Fajri, 2019:4)
Masa pra kemerdekaan Indonesia, pendidikan masih dipengaruhi oleh
sistem pemerintahan Belanda dengan tujuan kepentingan para penguasa. Sistem
pendidikan yang terjadi membentuk pendidikan yang menjadikan penduduk
Indonesia bertekuk lutut di bawah sistem pemerintahan kolonial guna membantu
dan mendukung kepentingan para pemerintah kolonial, dengan mencetak para
pekerja yang dapat dipekerjakan oleh penjajah. Tujuan pendidikan masa
pemerintahan kolonial tidak terarah pada pembentukan dan pendidikan orang
muda untuk mengabdi pada bangsa dan tanah airnya sendiri, akan tetapi dipakai
untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat penjajah agar dapat
diserap oleh penduduk pribumi dan menggiring penduduk pribumi menjadi budak
dari pemerintahan kolonial (Kartono, 1997:49-50).
Pendidikan pada zaman kolonial Belanda memiliki banyak sekali sistem
pengajaran dan pembelajaran yang dibangun Belanda berdasarkan kelompok
sosial seperti sekolah untuk pribumi, Belanda/Eropa, dan Timur Asing. (Sultani
dan Kristanti, 2020:91) Politik yang dijalankan oleh Belanda yaitu Politik Etis

3
merupakan ujung tombak terciptanya pendidikan-pendidikan modern di Indonesia
, Program Politik Etis yang berupaya mengembangkan pendidikan Barat untuk
pribumi, tetapi pada kenyataannya program tersebut telah menanamkan kesadaran
nasionalisme, untuk mengambil alih sistem yang akan dikembangkan sesuai
dengan sistem yang telah lama ada dalam sistem pendidikan adat. Di sisi lain,
kenyataan ini telah membangkitkan keinginan untuk meningkatkan martabat
bangsa yang dicari oleh organisasi modern masa itu (Sumarno, Aji, & Hermawan,
2019: 372).
Kebijakan di bidang pendidikan masa itu pada akhirnya membawa dampak
kontra produktif terhadap pemerintah kolonial Belanda, munculnya kelompok-
kelompok terdidik di Indonesia menjadi faktor pendorong tumbuhnya
nasionalisme Indonesia. Menurut Sumarno, R.N. Bayu Aji, dan Eko Satriya
Hermawan (2019: 371) adanya sekolah-sekolah yang mengadopsi sistem
pendidikan Barat menggugah rasa empati dengan melihat penderitaan para rakyat
kecil dan meningkatnya kesadaran politik orang-orang terpelajar akhirnya
membangkitkan harapan bahwa seorang elite Indonesia akan muncul untuk
memimpin gerakan ini.Kesadaran bangsa Indonesia akan pendidikan dan di mulai
dari sini (Sultani dan Kristanti, 2020:91).
Lahirnya gerakan nasional Indonesia yang dipimpin oleh orang-orang
terpelajar bangsa Indonesia. Semangat akan mengedukasi rakyat Indonesia
diiringi dengan munculnya tokoh-tokoh besar kalangan pemuda yang
memperjuangkan kemerdekaan serta lembaga-lembaga yang bergerak di bidang
pendidikan seperti Sekolah Rakyat, Perguruan Taman Siswa, Pendidikan INS
(lndonesisch Nederlandsche School), dan Perguruan Rakyat. Penyelenggaraan
pendidikan ini dilakukan oleh pihak swasta dengan segala sesuatu perencanaanya
dibiayai sendiri. Tujuan dari pendidikan yaitu mendidik murid-murid supaya
dapat berperasaan, berpikiran dan bekerja merdeka. Melalui pendidikan, mereka
juga turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dengan dibekali “senjata”
yang lebih berbahaya dari senjata api. www.ditsmp.kemdikbud.go.id (diakses
pada: ditsmp.kemdikbud : Senin, 16 Juni 2022)
Menurut Syaharuddin & Susanto (Aisy dan Hudaidah, 2021:571) Sukarno
pada masa itu menunjuk Mohammad Yamin sebagai menteri pendidikan,

4
pengajaran, dan kebudayaan. Kebijakan pemerintah dimulai dengan memberikan
penjelasan diposisi pendidikan sebagai landasan pembangunan masyarakat
Indonesia secara nasionalisme, artinya pendidikan itu harus mengangkat tata nilai
sosial yang dijadikan identitas bangsa dengan corak tradisi, agama, budaya,
bahasa, ras, dan sukunya yang beragam untuk menggantikan sistem pendidikan
pada warisan kolonial. Secara garis besar, pendidikan nasional ialah bentuk reaksi
pada sistem pendidikan yang bersifat deskriptif serta elitis. Tujuan pendidikan
nasional adalah membentuk masyarakat yang demokratis.
Pasca merdeka, negara Indonesia mulai berbenah dalam menata sistem
kehidupan berbangsa dan bernegara dengan berlandaskan Pancasila serta UUD
1945. Perubahan yang dilakukan, bukan hanya pada bidang pemerintahan,
melainkan terjadi dalam bidang pendidikan. Kebijakan pendidikan adalah bagian
strategis yang dapat dilaksanakan dalam perbaikan kualitas pendidikan (Mukodi,
2016:38). Perubahan yang dilakukan dalam pendidikan dilakukan dengan hal-hal
yang bersifat mendasar, yaitu perubahan yang menyangkut penyesuaian kebijakan
pendidikan dengan dasar dan cita-cita dari suatu bangsa yang merdeka dan negara
yang merdeka.
Menurut Penyesuaian dengan cita-cita bangsa Indonesia yang merdeka,
maka pendidikan mengalami perubahan dalam tujuan, sistem sekolah, serta
kesempatan belajar yang diberikan kepada rakyat Indonesia Praktik pendidikan
pasca merdeka sampai tahun 1965 dapat dikatakan banyak dipengaruhi oleh
sistem pendidikan kolonial dengan membedakan pendidikan untuk kaum pribumi.
Pemerintah Indonesia berupaya melaksanakan pendidikan nasional yang
berlandaskan pada budaya bangsa sendiri. Tujuan pendidikan nasional adalah
untuk menciptakan warga negara yang sosial, demokratis, cakap dan bertanggung
jawab serta siap menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk negara
(Muzammil, 2016:188).
Sistem persekolahan sesudah Indonesia merdeka tahun 1945 dibedakan
berdasarkan satu jenis sekolah untuk tiga tingkat pendidikan seperti pada zaman
Jepang tetap diteruskan. Sedangkan rencana pembelajaran pada umumnya sama
dan bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa pengantar untuk sekolah. Buku-
buku pelajaran yang digunakan adalah buku hasil terjemahan dari bahasa Belanda

5
ke dalam bahasa Indonesia yang sudah dirintis sejak zaman Jepang (Moestoko,
1986: 17).
Tahun 1949 sesudah peristiwa KMB terbentuk Republik Indonesia Serikat
(RIS). RIS diatur mengenai pendidikan dan pengajaran. UUD RIS juga diatur
tentang pendidikan nasional. Ayat 2 sama dengan bunyi pasal 29 ayat 2 dari
konstitusi RIS ayat 3 dari pasal ini rumusannya sama dengan pasal 29 ayat 12
konstitusi RIS. Berkaitan dengan pendidikan, produk hukum yang dapat
dirumuskan adalah Pengumuman Bersama Kementerian Pendidikan, Pengajaran,
dan Kebudayaan (PP dan K) RIS dan Republik Indonesia (RI) pada 30 Juni 1950.
Pihak RIS diwakili J. Leimena dan RI diwakili Sarmidi Mangunsarkoro. Substansi
pengumuman tersebut adalah upaya awal integrasi sistem dan sekolah-sekolah
RIS ke dalam sistem RI mengenai susunan sekolahsekolah negeri dan swasta
(Subkhan, 2018:23).
Kebijakan pendidikan nasional di era ini dimulai dari pasal 30 UUDS 1950
RI diantaranya, yaitu 1). Tiap-tiap warga negara berhak mendapat pengajaran, 2).
Memilih pengajaran yang akan diikuti adalah bebas, 3). Mengajar adalah bebas,
dengan tidak mengurangi pengawasan penguasa yang dilakukan terhadap itu
menurut peraturan UU (Rifai, 2016: 159). Kemudian tanggal 5 April 1950
dikeluarkan UU No. 4 tahun 1950 mengenai dasar-dasar pendidikan dan
pengajaran di sekolah oleh Presiden. Dalam UU No. 4 tahun 1950 bab II pasal 3
disebutkan tujuan pendidikan nasional Indonesia adalah membentuk manusia
yang susila yang cakap dan warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab tentang kesejahteraan masyarakat dan tanah air (Arta, 2015: 114).
UUD 1945 bab XIII pasal 31 ayat 1 berbunyi setiap warga negara berhak
mendapat pengajaran. Selanjutnya dalam UU Pendidikan dan Pengajaran tahun
1950 bab XI pasal 17 menyebutkan bahwa setiap warga negara Republik
Indonesia mempunyai hak yang sama untuk diterima menjadi murid suatu
sekolah, apabila memenuhi persyaratan dari sekolahnya. Menurut Aisy dan
Hudaidah (2021:574) keputusan Presiden Nomor 145 tahun 1965 dalam
melakukan perumusan bertujuan agar pendidikan nasional Indonesia sesuai
dengan Manipol-Usdek, yaitu tujuan pendidikan nasional baik yang dilakukan
dari pihak pemerintah maupun dari pihak swasta, serta dari pendidikan prasekolah

6
hingga pendidikan tinggi agar menciptakan warga negara sosialis Indonesia yang
susila dan bertanggung jawab atas diselenggarakannya masyarakat sosialis
Indonesia, adil dan makmur dari spiritual maupun material dan berjiwa Pancasila.
Pancasila sebagai dasar negara Indonesia, seperti yang tertera dalam
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dijadikan landasan utama pendidikan di
Indonesia. Meskipun dalam waktu yang singkat pada tahun 1945-1950 dan 1950-
1966 negara Indonesia telah mengalami beberapa kali perubahan Undang-Undang
Dasar. Pelaksanaan pendidikan di Indonesia pada masa awal kemerdekaan juga
mengacu pada nilai dari pancasila dan landasan Konstitusi berupa UUD 1945.
Pada pasal 31 UUD 1945, yang berbunyi 1) Tiap warga berhak mendapat
pengajaran, 2) Pemerintah mengusahakan sistem pengajaran nasional yang diatur
dengan UU. Landasan dasar negara ini digunakan untuk menyusun dan
melaksankan sistem pendidikan nasional.
Sukarno, yang lahir di Surabaya, Jawa Timur, 6 Juni 1901 lahir dari
pasangan yang bernama Raden Sukemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai.
Masa kecil Sukarno hanya beberapa tahun hidup bersama orang tuanya di Blitar.
Semasa SD hingga tamat, beliau tinggal di Surabaya, indekos di rumah Haji Umar
Said Cokroaminoto, politisi kawakan pendiri Syarikat Islam. Kemudian
melanjutkan sekolah di HBS (Hoogere Burger School). Saat belajar di HBS
Sukarno mendalami jiwa nasionalismenya. Setelah lulus dari HBS tahun 1920,
pindah ke Bandung dan melanjutkan pendidikannya di Technische Hoogeschool
(THS) yang sekarang berganti nama menjadi ITB (Arsip Nasional, 2006:17).
Kehidupan dan pemikiran Sukarno telah banyak menjadi bahan penelitian
kalangan sejarawan yang ingin mengupas secara mendalam tentang pemikiran-
pemikiran Sukarno. maka tidak heran jika mudah sekali ditemui buku-buku, hasil
penelitian seperti skripsi dan tesis. Tidak jarang tulisan yang mengulas secara
mendalam pemikiran-pemikiran Sukarno dari penulis-penulis luar negeri. Sukarno
juga dianggap sebagai tokoh yang besar, seorang pemikir yang mampu dalam
berbagai bidang: politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan dan agama.
Pemikiran Sukarno diakui telah berpengaruh besar terhadap sejarah bangsa
Indonesia dari masa pergerakan hingga kemerdekaan.

7
Sukarno memiliki arah kebijakan menjadikan Indonesia sebagai bangsa
yang seutuhnya. Harapan besarnya adalah Indonesia akan maju, pendidikan
sebagai alat berjuang agar dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain dengan tetap
memegang nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini sesuai dengan cita-cita bangsa, bahwa
pendidikan sebagai upaya mencerdaskan kehidupan berbangsa dan bernegara. Visi
pendidikan Sukarno adalah bagaimana memanusia sebagai manusia, Sukarno
sadar bahwa nasib bangsa saat itu jauh dari kata layak dan manusiawi. Hal ini
disebabkan karena kondisi saat itu Indonesia terjajah oleh kolonialis dan
imperialis. Ini yang menjadikan alasan Sukarno mempunyai visi pendidikan yang
arahnya mencerdaskan kehidupan bangsa serta untuk memperbaiki nasib sesuai
amanat UUD 1945 yang menyebutkan salah satu cita-cita pembangunan nasional
adalah mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pendidikan sebagai wujud interpretasi pasca kemerdekaan di bawah kendali
kekuasaan Sukarno memberikan ruang bebas terhadap pendidikan. Pemerintahan
yang berasaskan sosialisme menjadi rujukan dasar bagaimana pendidikan akan
dibentuk dan dijalankan demi pembangunan serta kemajuan bangsa Indonesia di
masa mendatang. Prinsipnya konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan
dasar bahwa pendidikan merupakan hak semua kelompok masyarakat tanpa
memandang kelas sosial (Yamin, 2009:87). Masa itu pemerintah berusaha
membangun masyarakat sipil yang kuat dan berdiri di atas demokrasi.
Seiring dengan dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1950, Sukarno juga
mengajukan suatu konsep yang disebut “Demokrasi Terpimpin”, yang kemudian
berganti nama menjadi Manifesto Politik (Manipol). Pada era ini, ditekankan
suatu kebijakan pendidikan yang merujuk kepada isu nasionalisasi dan
ideologisasi. Filosofi pendidikan diwajibkan berdasarkan Pancasila dan Manipol
(Manipesto politik) UUD 1945 yang materinya berorientasi pada sosialisme
dalam perspektif Indonesia (Zulkarnain, 2017:61).
Sukarno sebagai presiden pertama Indonesia juga membawa
semangat “Nation And Character Building” pada pendidikan di Indonesia dalam
perjuangan bangsa. Semangat ini merujuk kepada Nasionalisme dan pendidikan
karakter bangsa dalam pembangunan karakter revolusioner. “Nation and
Character Building” (Nasionalisme dan Pendidikan karakter), Sukarno

8
menjabarkan bahwa pembangunan karakter bangsa harus sesuai dengan: 1.
Persatuan dan kesatuan, 2. Menanamkan rasa percaya diri rakyat, 3. Menanamkan
kemandirian bangsa, 4. Ber-Pancasila, 5. Ber-Demokrasi. menurutnya
pembangunan karakter ini perlu ditanamkan secara mendalam sejak memulai
perjuangannya untuk memerdekakan Indonesia.
Melihat uraian di atas, tentu dapat dilihat bahwa pemikiran Sukarno tidak
hanya pada satu bidang saja, melainkan banyak sekali aspek yang
diperhatikannya. Maka tidak heran jika sudah banyak penulis yang menghasilkan
buku-buku tentang pemikiran Sukarno, baik yang di bidang politik, ekonomi,
budaya, agama hingga masalah pendidikan. Namun peneliti menganggap bahwa
belum ada buku atau hasil penelitian yang mengupas secara spesifik pemikiran
Sukarno tentang masalah kontrubusinya dalam pendidikan di Indonesia. Padahal
menurut peneliti sendiri, intisari pokok dari masalah-masalah pemikiran yang
Sukarno terhadap pendidikan di Indonesia sangat penting dalam pergerakan
kemerdekaan dan perubahan generasi bangsa Indonesia di masa-masa berikutnya.
Maka untuk pamahaman lebih mendalam kepada pemikiran Sukarno terhadap
pendidikan di Indonesia, peneliti memilih menulis skripsi dengan judul
“Kontribusi Sukarno Dalam Arus Pendidikan Indonesia 1945-1966 ”.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat
diangkat dalam penelitian ini adalah :
1.2.1 Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan?
1.2.2 Bagaimana pengaruh pemikiran dan kebijakan Sukarno terhadap pendidikan
Indonesia tahun 1945-1967?
1.2.3 Bagaimana Implementasi Kebijakan Sukarno terhadap pendidikan Indonesia
tahun 1945-1967.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia sebelum
kemerdekaan.

9
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemikiran dan kebijakan Sukarno
terhadap pendidikan Indonesia tahun 1945-1967.
1.3.3 Untuk mengetahui Implementasi Kebijakan Sukarno terhadap pendidikan
Indonesia tahun 1945-1967.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


a. Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang kontribusi Sukarno terhadap
pendidikan Indonesia tahun 1945-1967.
b. Untuk menganalisa dan menambah pengetahuan terhadap pengaruh
kebijakan serta implementasi pemikiran Sukarno dalam pendidikan
Indonesia tahun 1945-1967.

1.4.2 Manfaat Praktis

c. Bagi Peneliti, Penelitian ini dapat digunakan untuk menambah wawasan dan
ilmu pengetahuan serta pengalaman dalam dunia sejarah kontemporer,
selain itu penelitian ini sebagai salah satu persyaratan untuk mendapat
gelar sarjana Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi.
d. Bagi Masyarakat penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan
terkait bagaimana perimikiran Sukarno terlibat dalam pendidikan di
Indonesia tahun 1945-1967.

10
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Tinjauan pustaka dalam penelitian sejarah merupakan sebuah peninjauan
kembali terhadap pelitian-penelitian terdahulu terkait dengan pemikiran Sukarno
tentang pendidikan di Indonesia. Penelitian mengenai Sukarno menambah
pengetahuan Sejarah pada masa pergerakan hingga masa Orde baru, sehingga
banyak peneliti terdahulu memaparkan penelitian yang mengarah terhadap
tinjauan sejarah ilmiah dan kebutuhan pendidikan. Beberapa karya ilmiah tersebut
baik berupa buku maupun skripsi. Disamping itu akan dikemukakan juga
pendekatan maupun teori yang digunakan dalam penelitian ini.
Kepustakaan yang mendahului penelitian ini memiliki relevansi yang kuat,
paling tidak dari beberapa kepustakaan yang ditemukan oleh penyusun terhadap
penyusunan skripsi ini. Penelitian ini berbeda hasil dengan penelitian yang
terdahulu. Penelitian ini bermaksud untuk memposisikan diri dalam pembahasan
Kontribusi Pemikiran Sukarno Dalam Pendidikan Di Indonesia Tahun 1945-1967.
Sebelum penelitian ini, telah terdapat penelitian yang membahas tentang
pemikiran Sukarno.
Fadli dan kumalasari (2019) dalam jurnal ilmiahnya yang berjudul Sistem
Pendidikan Indonesia Pada Masa Orde Lama (Periode 1945-1966) jurnal ini
memfokuskan tulisanyya pada sistem pendidikan masa Orde Lama dimana
pendidikan masa ini dimulai dari Periode 1945-1950 dan Periode 1950-1966.
Penelitian ini menggunakan metode History (Sejarah) dengan tahapan-tahapan:
Heuristik, Kritik sumber (kritik intern dan kritik ekstern), Interpretasi dan
Historiografi. Hasil kajian membahas bahwa pendidikan pada masa Orde Lama
diharapkan mampu menentukan tujuan pendidikan Indonesia ke arah yang lebih
jelas dan maju.
Jurnal tersebut menekankan tujuan pendidikan jelas bisa mengarahkan
pencapaian kompetensi-kompetensi yang dibutuhkan serta metode pembelajaran
yang kondusif dan efektif. Berdasarkan tujuan tersebut pada masa kepemimpinan
Sukarno banyak dikeluarkannya kebijakan-kebijakan di dalam bidang pendidikan
untuk merencanakan dan mengatur pendidikan. Pasca kemerdekaan pendidikan

11
Indonesia berlandaskan pada Pancasila dan UUD 1945, salah satunya terdapat
pada pasal 31 UUD 1945 telah mengatur mengenai sistem pendidikan nasional.
Tahun-tahun selanjutnya ditetapkan juga tentang pendidikan nasional yang
diatur dalam UU No. 4/1950 yang kemudian disempurnakan menjadi UU No.
12/1954 tentang dasar-dasar pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pada 1961
diatur UU No. 22/1961 tentang Pendidikan Tinggi, dilanjutkan dengan UU
No.14/1965 tentang Majelis Pendidikan Nasional, dan UU No. 19/1965 tentang
Pokok-Pokok Sitem Pendidikan Nasional Pancasila. Sangat jelas perbedaan antara
sudut pandang yang di teliti, penelitian saya adalah lebih memfokuskan
bagaimana Pemikiran dengan kebijakan sukarno dalam pendidikan di Indonesia,
Kurnia dan Hudaidah (2021) dalam jurnal ilmiah dengan judul Kebijakan
Pemerintah Terhadap Kondisi Pendidikan di Indonesia pada Masa Orde Lama
(Periode 1945 – 1966) tentang kebijakan pemerintah terhadap pendidikan
Indonesia pada periode kepemerintahan Sukarno (periode 1945 – 1966). Periode
ini berlangsung dari tahun 1945 sampai tahun 1965 dibawah kekuasaan Sukarno.
Pemerintah pada periode ini mengeluarkan banyak kebijakan terhadap pendidikan
nasional. Setelah proklamasi, pendidikan di Indonesia berlandaskan UUD 1945
serta Pancasila yang baru saja menjadi falsafah negara.
Pasal 31 UUD tahun 1945 yang mengatur tentang penyelenggaraan
pendidikan. Untuk sistem pendidikan, periode ini diteruskan seperti zaman
penjajahan Jepang. Namun untuk rencana pembelajaran sama seperti pada
umumnya serta bahasa Indonesia disahkan sebagai bahasa pengantar resmi untuk
sekolah. Dapat disimpulkan pendidikan di era pemerintaha Sukarno berkembang
lebih signifikan dari masa sebelumnya, terlihat dari kebijakan kebijakan yang
dibuat dalam membangun struktur pendidikan nasional Indonesia yang kuat.
Penelitian ini memfokuskan bagaimana kebijakan yang terbangung dibawah
kekuasaan Sukarno dalam pendidikan, berbeda dengan penelitian yang saya
lakukan, penelitian saya akan mengkaji bagaimana kontribusi pemikiran Sukarno
dalam membuat kebijakan pada masa kepemerintahan Sukarno (1945-1967).
Mudzammil (2016) jurnal ilmiah yang berjudul Kebijakan Pemerintah
dalam bidang Pendidikan dari Orde Lama Sampai Orde Baru, menjabarkan Peta
politik di Indonesia senantiasa diwarnai oleh peta perpolitikan pemerintah. Dari

12
sejak zaman pra-kemerdekaan, pasca kemerdekaan, orde baru dan era reformasi.
Pendidikan Islam masih berada dalam posisi yang secara umum belum berpihak
pada pemberdayaan umat.
Pendidikan lebih merupakan alat untuk mana pemerintah menggunakannya
untuk mengiring rakyat dan umat kepada tujuan politik yang diinginkan secara
teoritis tidaklah salah jika pemerintah menginginkan agar produk lulusan lembaga
pendidikan memberikan konstribusi bagi pembangunan. Namun pada saat yang
sama seharusnya pemerintah juga memberikan kebebasan kepada dunia
pendidikan untuk menentukan arahnya dengan tetap memperoleh bantuan,
dukungan dan fasilitas dari pemerintah. Penelitian dalam jurnal ini adalah
memfokuskan politik yang terbangun selama Sukarno menjabat sebagai presiden,
terutama dalam bidang pendidikan, sama hal nya dengan penelitian yang akan
saya teliti, perbedaanya hanya dalam sudut pandang bagaimana pengaruh
pemikiran serta kebijakan Sukarno dalam pendidikan di Indonesia.
Aisy dan Hudaidah (2021) jurnal ilmiah yang berjudul Pendidikan
Indonesia di Era Awal Kemerdekaan Sampai Orde Lama, jurnal ini mengenai
pendidikan Indonesia pada awal kemerdekaan sampai pada masa kepemimpinan
Sukarno pada periode 1945-1966. Penelitian ini membahas sistem pendidikan di
Indonesia pada masa awal kemerdekaan, arah kebijakan pendidikan, dan berbagai
hambatan serta masalah yang timbul dalam sistem pendidikan di Indonesia. Dan
juga disini akan menyajikan bagaimana perkembangan kurikulum dan sitem
persekolahan pada awal kemerdekaan sampai berakhirnya masa kepemimpinan
Sukarno.
Hasil dari penelitian juga membahas mengenai pendidikan di Indonesia
pada masa kepemimpinan Sukarno bisa menentukan tujuan pada pendidikan
Indonesia ke arah yang lebih maju dan juga jelas. Jika tujuan pendidikan di
Indonesia sudah jelas maka pemerintah bisa mengarahkan kepada pencapaian
strategi yang dibutuhkan. Setelah kemerdekaan pendidikan di Indonesia
mengeluarkan kebijakan berasaskan pada pancasila dan UUD 1945, menurut pasal
31 UUD 1945 disini menjelaskan hal yang mengatur mengenai sistem pendidikan
nasional. Dan diikuti oleh UU pada tahun-tahun selajutnya.

13
Syarif (2019) Jurnal ilmiah yang berjudul Kebijakan Pendidikan Orde Lama
dan dampaknya terhadap Eksistensi Madrasah, jurnal ini membahas mengenai
usaha dari pemerintah masa kepemimpinan Sukarno untuk mengubah sistem
pendidikan Islam di Indonesia. Usaha untuk mengembangkan dan memperkokoh
eksistensi madrasah di Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Agama lebih
ditujukan untuk memodernisir muatan keilmuan yang diajarkan disamping
penataan dalam hal administrasi dan organisasinya. Hal ini dipandang penting
agar eksistensi madrasah di tengah masyakat mendapatkan pengakuan yang
sejajar dengan sekolah-sekolah umum masa itu lebih diminati masyarakat.
Meskipun di masa kepemimpinan Sukarno belum berhasil optimal, tetapi ini
merupakan awal bagi kemajuan madrasah pada era selanjutnya.
Sisi lain politik konvergensi telah memberikan pengaruh penting bagi
muatan pengetahuan umum yang menjadi lebih intensif diajarkan dalam
madrasah. Meski dalam perjalanannya kesan yang muncul adalah bahwa hasil dari
perimbangan ini makin lama makin mengarah pada model sekolah, sebagai tipikal
pendidikan yang akan diberlakukan seterusnya di Indonesia. Dalam hal ini model-
model pendidikan ala pesantren yang lebih dulu ada di Indonesia juga didorong
agar mengikuti model sekolah dengan mendirikan madrasah.
Subkhan (2018) jurnal ilmiah yang berjudul Ideologi, Kekuasaan, dan
Pengaruhnya pada Arah Sistem Pendidikan Nasional Indonesia (1950-1965),
jurnal yang membahas mengenai Pedagogi kritis memandang bahwa pendidikan
tidak lepas dari kekuasaan dan kepentingan politik. Oleh karena itu banyak
pedagog kritis mengatakan bahwa pendidikan tidak netral bagi siswa yang sedang
belajar dan mengasah kompetensinya di lembaga-lembaga pendidikan. Pendidikan
merupakan arena pertarungan banyak kekuatan, kepentingan politik, dan ideologi.
Berdasarkan asumsi tersebut artikel ini menggambarkan sejarah bagaimana
ideologi-ideologi dalam wujud kekuasaan dan kepentingan politik mengarahkan
sistem pendidikan nasional Indonesia.
Pendekatan sejarah artikel untuk fokus pada periode 1950 hingga 1965 dan
menyimpulkan bahwa rezim yang berkuasa waktu itu dan perubahan orientasi
ideologis dari masa demokrasi liberal menuju demokrasi terpimpin sangat
memengaruhi visi dan arah pendidikan, terutama pada kebijakan pendidikan,

14
perubahan kurikulum, dan pendekatan pembelajaran. Sehinga pada waktu itu
banyak kepentingan politik, kekuasaan, dan basis ideologis berperan sangat besar
dalam mengarahkan ulang tujuan sistem pendidikan nasional Indonesia dari kanan
ke kiri dan sebaliknya dari atas ke bawah.
Umasih (2014) jurnal ilmiah yang berjudul Ketika Kebijakan Orde Lama
Memasuki Domain Pendidikan : Penyiapan dan Kinerja Guru Sekolah Dasar
Indonesia. fokus tulisannya mengenai bagaimana kebijakan pendidikan Indonesia
pada masa kepemimpinan Sukarno. Dominasi pemerintah (Sukarno) seperti
diungkapkan dalam teori dominasi oleh Ntonio Gransci dimana politik adalah
panglima dan dapat mendominasi segala kehidupan masyarakat Indonesia
termasuk dalam bidang pendidikan. Sukarno sebagai manifesto perseorangan juga
telah memberi ruang gerak pada PKI karena kedekatan hubungannya denga
Sukarno.
Ketika mentri Prijono mengeluarkan keputusan tentang sistem pendidikan
pancawardhana, lembaga pendidikan nasional yang berafiliasi dengan PKI
memberi rumusan tentang Pancacinta. Pendidikan dalam alam manipol
mengharuskan guru terjun dalam kehidupan politik praktis, guru harus
revolusioner yang dalam praktik pembelajaran dilakukan kepada peserta didik
melalui indoktrinasi. Sekitar 200 guru Jawa Timur dan Jawa tengan akhirnya
menjadi anggota PKI, demikian pula sekitar 580 orang guru sekolah dasar dari
Jawa Barat. Bahkan PKI telah berhasil memecah organisasi PGRI Vak Sentral dan
PGRI non Vak Sentral.
Wahyudin (2016) Jurnal Ilmiah dengan judul Pembangunan Karakter
Bangsa Era Sukarno, penelitian ini membahas tentang Karakter bangsa
merupakan kualitas perilaku kolektif kebangsaan yang khas baik yang tecermin
dalam kesadaran, pemahaman, rasa, karsa, dan perilaku  berbangsa dan bernegara
sebagai hasil olah pikir, olah hati, olah rasa dan karsa, serta olah dari raga
seseorang atau sekelompok orang.
Karakter bangsa Indonesia haruslah berdasarkan nilai-nilai Pancasila, norma
UUD 1945, keberagaman dengan prinsip Bhinneka Tunggal Ika, dan komitmen
terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sejak sebelum kemerdekaan
karakter bangsa Indonesia telah dibangun oleh Sukarno melalui perjalanan sejarah

15
perjuangan kemerdekaan hingga ditetapkan dalam sila-sila dari Pancasila. Arus
globalisasi telah banyak mengakibatkan pengikisan nilai-nilai luhur tersebut dari
bangsa Indonesia.
Skripsi yang ditulis oleh Firdaus (2012) yang berjudul Pemikiran Sukarno
tentang Demokrasi Pendidikan dan Pendidikan Islam. memaparkan mengenai 1)
pemikiran Sukarno tentang demokrasi pendidikan adalah bahwa proses
pendidikan itu harus dilaksanakan secara demokratis dengan tujuan agar peserta
didik dapat belajar dengan senang, bebas, dan penuh keceriaan. Sukarno
menekankan pada bentuk dan proses belajar-mengajarnya. Harapan dari proses
tersebut dapat menumbuhkan sikap peserta didik yang kritis, demokratis, terbuka,
dan bebas dalam mengemukakan pendapat dan melakukan tindakan. 2) Implikasi
dari pemikiran Sukarno tentang demokrasi pendidikan bagi pendidikan Islam
adalah bahwa pendidikan Islam juga harus dilaksanakan secara demokratis.
Pola pembelajaran dalam pendidkan Islam yang masih tradisional
(konvensional) harus dirubah denga pola-pola pendidikan yang lebih dinamis dan
modern. Pola dogmatis atau pola hubungan finalitis yang menempatkan murid
sebagai obyek atau benda pasif dalam pendidikan Islam harus ditinggalkan diganti
dengan pola hubungan baru, yaitu pola hubungan kemitraan yang egaliter antara
guru dan murid, serta memberikan kebebasan (kemerdekaan) berpikir kepada para
murid.
Skripsi yang ditulis oleh Jamil (2016) yang berjudul Pemikiran Sukarno
Tentang Revolusi Indonesia Tahun 1945-1967. Skripsi ini memfokuskan
Penelitian yang mengkaji beberapa masalah : (1) apa yang melatar belakangi
pemikiran Sukarno tentang revolusi Indonesia tahun 1945-1967: (2) bagaimana
konsep revolusi Indonesia menurut pemikiran Sukarno tahun 1945-1967: (3)
Bagaimana Implementasi revolusi Indonesia dari hasil pemikiran Sukarno tahun
1945-1967. Tujuan yang dicapai adalah: (1) mengkaji latar belakang pemikiran
Sukarno tentang revolusi Indonesia tahun 1945-1967; (2) mengkaji secara
mendalam konsep revolusi Indonesia menurut pemikiran Sukarno tahun 1945-
1967; (3) mengkaji Implementasi revolusi Indonesia dari hasil pemikiran Sukarno
tahun 1945-1967.

16
Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: (1) Pemikiran Sukarno
dalam revolusi memiliki dua tahap yakni revolusi survival dan revolusi
investmen. Konsistensi pemikiran Sukarno terhadap revolusi adalah satu tujuan,
satu dasar, satu asaz. satu asaz perjuangan dan bermacam-macam taktik
perjuangan. (2) Tujuan revolusi itu adalah sosialime Indonesia, dasar revolusi itu
adalah the social conscience of man. Asaz revolusi itu adalah Kebangsaan dan
kemarhaenan lebih gamblangnya marhaenisme dalam praktik.
Asaz perjuangan Revolusi adalah kooperatif, Non kooperatif,
matchvorming, dan masa-aksi. Taktinya adalah mempertahankan asaz perjuangan
tersebut dengan berbagai cara, oleh karenanya sifatnya dinamis bisa berubah
sesuai dengan kebutuhan. (3) De-Sukarnoisasi berdampak terhadap pendidikan,
nasakom diposisikan akan menggantikan Pancasila. Proses revolusi Indonesia
mengalami dinamika dalam perjalanannya. Sehingga motor-motor sejarah atau
penggerak sejarah dalam konteks revolusi Indonesia berbeda.
Kesimpulannya (1) kondisi masyarakat Indonesia yang menderita karena
keganasan Imperialisme dan Kapitalisme di Indonesia. Baik pada masa kolonial
Belanda, maupun bangsa Jepang. Kondisi lingkungan Sukarno mempengaruhi
pola pikir Sukarno. Kondisi pendidikan mempengaruhi paradigma serta
pandangan berfikir revolusi. Kondisi budaya memberikan subangsih pemikiran
terkait revolusi Indonesia; (2) konsep revolusi Indonesia ala Sukarno terdiri dari
tiga konsep: a) Konsep revolusi sosial; b) Konsep revolusi politik; dan c) Konsep
revolusi ekonomi. (3) implementasi revolusi Indonesia terdiri dari tiga, yaitu: a)
Pancasila; b) Proklamasi; dan c) Demokrasi terpimpin.
Tesis yang ditulis oleh Jumhan (2012) yang berjudul Konsep Pemikiran
Sukarno dalam Bidang Pendidikan, Politik, Agama dan Kebudayaan. tesis ini
menjelaskan latar belakang adanya pemikiran Sukarno, Latar belakang internal
meliputi, belajar di Surabaya. Selama belajar di Surabaya Sukarno bertemu
dengan pemimpin intelektual Muslim yang mempunyai wawasan dan
pengetahuan yang luas, seperti, Agus Salim dan Ki Hajar Dewantoro. Di samping
itu Sukarno bertemu degan berbagai tokoh yang memilki berbagai aliran
pemikiran, seperti, Darsono, Semaun, Kartosuwiryo dan sebagainya.

17
Selama belajar di Bandung, Sukarno berinteraksi dengan Cipto
mangunkusumo dan Dowes Deker. Dua tokoh tersebut mempunyai peranan
penting ikut memberi warna pada jalan pemikiran Sukarno, terutama tentang
rumusan untuk mempersatukan bangsa Indonesia. Selama belajar di Bandung
Sukarno menggunakan waktunya untuk melahap buku-buku mengenai
nasionalisme, marxisme, internasionalisme dan sejarah. Selama belajar Islam,
Sukarno mengenal Islam lewat pertemuannya dengan beberapa tokoh agama
Islam, seperti Cokroaminoto, Kyai Haji Ahmad Dahlan, Haji Agus Salim, Haji
Ahmad Hasan, Haji Hasanudin dan beberapa tokoh lainnya.
Sukarno juga membaca buku-buku tentang Islam dan mengerti ajaran
Islam yang sebenarnya. Masa selama berkiprah Sukarno dan para pemuda
mengikrarkan sumpah pemuda yang berkomitmen pada satu nusa satu bangsa dan
sekaligus menyanyikan lagu Indonesia raya. Pada tanggal 18 Agustus 1945,
Sukarno diangkat menjadi Presiden Republik Indonesia. Selama Sukarno
menjabat jadi presiden, Sukarno menerapkan ide Nasionalisme, Agama.
Latar belakang eksternal meliputi, iklim politik di Indonesia. Kelahiran
Sukarno pada tahun 1901, bertepatan dengan lahirnya Politik Etis yang dipelopori
oleh Ratu Wilhelmina, yang tujuan utamanya adalah untuk memperbaiki
kesejahteraan rakyat tanah jajahan. Mula-mula dipraktikkan dalam bidang
pendidikan, bahwa semua anak orang Jawa asli bisa masuk ke sekolah-sekolah
Eropa. Suatu keadaan yang selama ini hanya dinikmati oleh kaum bangsawan.
Kemudian pada abad ke 20, mulai bermunculan berbagai organisasi modern yang
mencoba menentang kekuasaan kolonial Belanda, seperti Budi Utomo, Sarekat
Islam dan sebagainya.
Kondisi sosial di Indonesia, sejak penjajahan Barat berkuasa di negeri-
negeri Islam, termasuk Indonesia. Maka terjadilah penghancuran akidah dan
syariat Islam. Syariat Islam dianggap sebagai ganjalan serius untuk
mempertahankan kekuasaan, sehingga dunia Islam dikuasai oleh kaum sekuler.
Kondisi intelektual Indonesia, Budi Utomo yang didirikan pada tahun 1908,
merupakan organisasi yang pertama kali yang memperjuangkan pendidikan dan
kebudayaan. Tahun 1911 Indische Partij berdiri, yang dipelopori oleh Dowes
Deker yang merupakan partai yang menuntut kemerdekaan politik untuk negara

18
kesatuan Republik Indoensia. Tahun 1922 Taman Siswa berdiri yang dipelopori
oleh Ki Hajar Dewantoro yang merupakan organisasi yang mempunyai program
mengembangkan pendidikan, kesenian dan kebudayaan Jawa.
Pemikiran Sukarno terdiri dari empat bidang yaitu: Bidang pendidikan,
menurut Sukarno pendidikan dapat dipakai sebagai proses perubahan pola
berpikir yang tidak rasional ke arah pola pikir yang rasional. Pendidikan Islam
dapat digunakan untuk membentuk manusia yang berkualitas, yang mampu
menguasai berbagai macam disiplin ilmu, baik ilmu agama, ilmu ekonomi, ilmu
kedokteran, ilmu bumi, dan sebagainya. Lembaga pendidikan agama Islam bisa
maju, dengan mengikuti perkembangan zaman. Pendidikan tersebut jangan hanya
mengajarkan hukum Islam saja, tetapi harus diajarkan tentang ilmu pengetahuan
dan teknologi. Sehingga begitu tamat dari pendidikan Islam, menjadi seorang
cendikiawan Muslim, yang beriman dan bertakwa kepada Allah SWT.
Tesis yang di tulis oleh Fauzi (2019) yang berjudul Peran dan kebijakan
Sukarno dalam Mengembangkan Pendidikan Islam di Indonesia. Tesis ini
membahas peran dan kebijakan Sukarno dalam mengembangkan pendidikan
Islam di Indonesia. Gagasan dan tindakan Sukarno sebagai tokoh pendiri bangsa.
Penelitian ini menunjukkan : (1) peran Sukarno adalah penggagas pembaharuan
pendidikan Islam progresif. Dasar pembaharuan pendidikan Islam tersebut
mencakup: pembahruan kurikulum, budaya ilmiah dalam pendidikan, strategi
dialog dalam pengajaran, visi Islam progresif dalam pendidikan.
Dasar-dasar diatas diduga kuat menjadi landasan berdirinya madrasah
formal di Indonesia. (2) Adapun kebijakan Sukarno dalam pengembangan
pendidikan Islam tercermin melalui peraturan pemerintah, yaitu mengakui sekolah
madrasah setara dengan sekolah formal. Melalui UU Pendidikan dan Pengajaran,
pendidikan agama Islam boleh diajarkan disekolah umum, meskipun masih
cenderung seperti muatan lokal, belum menjadi kurikulum nasional yang
diwajibkan, sebab harus dengan persetujuan orang tua murid.
Buku yang berjudul Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra Kolonialisme
Nusantara sampai Reformasi) oleh Syaharuddin dan Susanto (2019) menjelaskan
Perkembangan pendidikan sejak Indonesia mencapai kemerdekaan memberikan
gambaran yang penuh dengan kesulitan. Pada masa ini, usaha penting dari

19
pemerintah Indonesia pada permulaan adalah tokoh pendidik yang telah berjasa
dalam zaman kolonial menjadi menteri pengajaran. Dalam kongres pendidikan,
Menteri Pengajaran dan Pendidikan tersebut membentuk panitia perancang RUU
mengenai pendidikan dan pengajaran. Hal ini dimaksudkan untuk membentuk
sebuah sistem pendidikan yang berlandaskan pada ideologi Bangsa Indonesia
sendiri.
Praktik pendidikan zaman Indonesia merdeka sampai tahun 1965 bisa
dikatakan banyak dipengaruhi oleh sistem pendidikan Belanda. Praktik
pendidikan zaman kolonial Belanda ditujukan untuk mengembangkan
kemampuan penduduk pribumi secepat-cepatnya melalui pendidikan Barat.
Praktik pendidikan kolonial ini tetap menunjukkan diskriminasi antara anak
pejabat dan anak kebanyakan. Kesempatan luas tetap saja diperoleh anak-anak
dari lapisan atas. Tujuan pendidikan sesungguhnya adalah demi kepentingan
penjajah untuk dapat melangsungkan penjajahannya, yakni, menciptakan tenaga
kerja yang bisa menjalankan tugas-tugas penjajah dalam mengeksploitasi sumber
dan kekayaan alam Indonesia.
Buku tersebut juga menjelaskan bagaimana pendidikan model Barat akan
diharapkan muncul kaum bumi putera yang berbudaya Barat, sehingga tersisih
dari kehidupan masyarakat kebanyakan. Pendidikan zaman kolonial membedakan
antara pendidikanuntuk orang pribumi. Demikian pula bahasa yang digunakan
berbeda. Namun perlu dicatat, pendidikan kolonial memiliki peran yang penting
dalam melahirkan pejuang-pejuang yang akhirnya berhasil melahirkan
kemerdekaan Indonesia. Pemerintah Indonesia juga berupaya melaksanakan
pendidikan nasional yang berlandaskan pada budaya bangsa sendiri.
Tahun 1945 merupakan awal revolusi nasional bagi Indonesia karena
seluruh masyarakat Indonesia sadar akan kemerdekaan yang hakiki dan butuh
perubahan secara cepat untuk masa depan yang lebih sejahtera, secara logika
masyarakat menginginkan revolusi Indonesia yang wajib dan harus dilakukan
untuk membinasakan kotoran-kotoran penjajah dari bumi pertiwi ini. Peran
pendidikan diharapkan bisa berguna sebagai usaha perjuangan bangsa dalam
merubah kondisi bangsanya. Pendidikan dianggap penting karena Indonesia lahir
atas peran beberapa tokoh-tokoh intelektual yang berpendidikan.

20
2.2 Landasan Teori
Penelitian ini mengunakan landasan teori kepemimpinan, Teori
kepemimpinan merupakan perilaku mengeksploitasi pemikiran bahwa bagaimana
seseorang berperilaku menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang.
Daripada berusaha menemukan sifat-sifat, serta meneliti pengaruhnya pada
prestasi dan kepuasan dari pengikut-pengikutnya. kepemimpinan juga dapat
diartikan sebagai kemampuan dalam diri seseorang untuk mempengaruhi orang
lain atau mengarahkan pihak tertentu untuk mencapai tujuan (Syarifudin,
2004:559). Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) seorang
pemimpin adalah orang yang harus memiliki kemampuan untuk mempengaruhi
atau memandu sekelompok orang atau pihak.
Warren Bennis dan Burt Nanus, penulis buku Leaders: The Strategies for
Taking Charge berpendapat bahwa teori kepemimpinan adalah kekuatan yang
sangat berpengaruh di balik kesuksesan suatu organisasi atau perusahaan. Seorang
pemimpin harus bisa memobilisasi organisasi agar mencapai visi yang telah
ditetapkan dan menjadi organisasi yang efektif. Menurut Wahjosumidjo (1987:11)
teori kepemimpinan adalah suatu yang melekat pada diri seorang pemimpin yang
berupa sifat-sifat tertentu, seperti: kepribadian (personality), kemampuan (ability)
dan kesanggupan (capability). Kepemimpinan juga rangkaian kegiatan pemimpin
yang tidak bisa dipisahkan dengan kedudukan dan gaya, atau perilaku pemimpin
itu sendiri.
Kepemimpinan merupakan suatu konsep relasi (relational concepl).
Kepemimpinan hanya ada dalam proses relasi dengan orang lain (para pengikut).
Apabila tidak ada pengikut, maka tidak ada pemimpin. Tersirat dalam definisi ini
bahwa para pemimpin yang efektif harus mengetahui bagaimana membangkitkan
inspirasi dan berelasi dengan para pengikut mereka. Kepemimpinan merupakan
suatu proses. Agar bisa memimpin, pemimpin harus melakukan sesuatu. seperti
analisa observasi oleh John Gardner (1986-1988), kepemimpinan lebih dari
sekedar menduduki suatu otoritas. Posisi otoritas yang diformalkan mungkin
sangat mendorong proses kepemimpinan, namun sekedar menduduki posisi itu
tidak menandai seseorang untuk menjadi pemimpin.

21
Teori kepemimpinan terus berkembang sejak munculnya istilah pemimpin
dan kepemimpinan. Teori kepemimpinan mengandung tiga implikasi penting
yaitu: (1) kepemimpinan harus melibatkan orang lain, baik itu bawahan maupun
pengikut, (2) kepemimpinan harus melibatkan pendistribusian kekuasaan antara
pemimpin dan anggota kelompok secara seimbang, karena anggota kelompok
bukanlah tanpa daya, (3) adanya kemampuan untuk menggunakan berbagai
bentuk kekuasaan yang berbeda-beda untuk mempengaruhi tingkah laku
pengikutnya dengan berbagai cara (Stoner dan Freeman, 1992:472).
Menurut Sodirdjo (Astawa, 2016:69) mengatakan teori pendidikan
modern pertama adalah teori Humanisme, untuk itu akan dibahas tentang
bagaimana munculnya humanisme dan tujuan pendidikan humanisme. Pendidikan
humanistik yang meletakan manusia sebagai titik tolak dan sebagai titik tujuan,
Tujuan pendidikan humanistik yaitu membentuk manusia yang memiliki
komitmen humaniter sejati, yakni manusia yang memiliki kesadaran, kebebasan
dan tanggung jawab sebagai mahluk individual maupun sebagai mahluk sosial.
Proses belajar dalam humanisme, adalah belajar harus berhulu dan bermuara pada
manusia itu sendiri.
Dibandingkan dengan teori lain, teori humanistik yang paling abstrak dan
paling mendekati dunia filsafat dari pada dunia pendidikan. Meskipun teori ini
sangat mementingkan pentingnya isi dari pada proses, dalam kenyataan teori ini
lebih banyak. berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya
yang paling ideal. Teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang
paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang biasa kita amati
dalam dunia keseharian. Kenyataannya teori apapun dapat dimanfaatkan asal
tujuan untuk memanusiakan manusia. (Astawa, 2016:70).
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang memandang pendidikan sebagai
proses memanusiakan peserta didik sehingga mampu berkembang dan
beraktualisasi diri dengan segenap potensi asli yang ada dalam dirinya. Ilmu
pengetahuan berkembang dari rasa ingin tahu, yang merupakan ciri khas manusia.
Ilmu pengetahuan merupakan upaya khusus manusia untuk menyingkapkan
realitas, supaya memudahkan manusia berkomunikasi satu sama lain, membangun

22
dialog dengan mengakui yang lain, dan meningkatkan harkat kemanusiaannya
(Jenilan, 2018:69).
Filsafat bertumpu pada kemampuan nalar atau rasio manusia, Kebenaran
hakiki yang dicari adalah sejauh yang dapat dijangkau oleh akal manusia, Sebagai
kegiatan berpikir, filsafat menghasilkan gambaran pemikiran secara menyeluruh
dan keharusan ada kontak langsung degan objek yang dipikirkan komprehensif.
Pemikiran filsafat bersifat spekulatif, artinya merenung, memikirkan sesuatu
sedalam-dalamnya, tanpa keharusan ada kontak langsung degan objek yang
dipikirkan (Jenilan, 2018:70).
Teori Hegemoni sesungguhnya adalah kritik terhadap konsep pemikiran
yang mereduksi dan menganggap suatu entitas tertentu sebagai satu-satunya
kebenaran mutlak, utamanya reduksionisme dan esensialisme yang melekat pada
pemikiran-pemikiran penganut Marxisme dan Non Marxisme. Di kalangan
penganut Marxisme telah lama terjadi perdebatan tentang konsep basic structure
(ekonomi) dan superstructure (ideology, politik, pendidikan, budaya, dan
sebagainya), tafsiran Marxisme Klasik percaya bahwa strukstur dasar ekonomi
menentukan super struktur. Sosialisme oleh kalangan tradisional direduksi
menjadi ekonomis (Siswati, 2017:20).
Menurut Siswati (2017:27) Hegemoni berlangsung ketika masyarakat
bawah termasuk kaum proletar sudah menerima dan meniru cara hidup, cara
berpikir, dan pandangan kelompok elit yang mendominasi dan mengeksploitasi
mereka. Hegemoni menurut Gramsci, akan melahirkan kepatuhan, sebuah sikap
menerima keadaan tanpa mempertanyakannya lagi secara kritis karena ideologi
yang diekspos kelas hegemonik hanya ditelan mentah-mentah. Tujuan
menciptakan hegemoni baru hanya dapat diraih dengan mengubah kesadaran,
pola pikir, pemahaman dan konsepsi masyarakat tentang dunia, serta mengubah
norma perilaku moral mereka.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
sosiologi pengetahuan. Pendekatan sosiologi pengetahuan dalam kajian tentang
sejarah intelektual adalah struktur pikiran pada khususnya dan struktur kesadaran
pada umumnya sangat dipengaruhi oleh latar belakang sosiokultural masyarakat
tekait tempat “si pemikir”. Singkatnya, lingkungan dan kondisi masyarakat yang

23
menjadi tempat pemikir hidup menjadi penentu pula jalan pemikiran tokoh
(Kartodirdjo, 2016:179).

2.3 Kerangka Berpikir.

3 [[[[[[[ SUKARNO DALAM


KONTRIBUSI PEMIKIRAN
PENDIDIKAN DI INDONESIA Tahun 1945-1967

RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana kondisi pendidikan di Indonesia sebelum kemerdekaan?


2. Bagaimana pengaruh pemikiran dan kebijakan Sukarno terhadap
pendidikan Indonesia tahun 1945-1967?
3. Bagaimana Implementasi Kebijakan Sukarno terhadap pendidikan
Indonesia tahun 1945-1967?

PRINSIP PEMIKIRAN : LANDASAN TEORI :


Sukarno menggunakan Prinsip 1. 1. Teori Kepemimpinan
Sosiolisme dalam pendidikan 2. 2. Teori Pendidikan
Indonesia Tahun 1945-1967: 3. 3. Teori Hegemoni
Memberikan pendidikan dasar
bahwa pendidikan merupakan hak
PENDEKATAN :
semua kelompok masyarakat Sejarah Intelektual
tanpa memandang kelas sosial
TINJAUAN :
BENTUK PEMIKIRAN : Literatur (Kepustakaan)
1. Manipol-Usdek
2. Nation and character building
3. Trisakti

KEBIJAKAN :

 Demokrasi Terpimpin
 Sapta Usaha Tama
 Pancawardhana
 UU dan Ketetapan Presiden mengenai Pendidikan dan Pengajaran
 3 bentuk kurikulum yang berlaku

24
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1 Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang direncanakan mulai dari disetujui judul skripsi yaitu
pada bulan Agustus 2022 sampai dengan selesainya penulisan.

No Kegiatan Agustus September Oktober Novembe Desember


. r

1. Pengumpulan Judul

2. Pengumpulan Data

3. Analisis Data

4. Penyusunan Skripsi

5. Seminar Skripsi

3.2 Pendekatan Dan Jenis Penelitian


Metode sejarah adalah proses menguji dan menganalisa secara kritis
rekaman dan peninggalan masa lampau. (Gottschlak, 2015:39). Sedangkan
metode sejarah itu sendiri menurut Abdurahman (2007:54) mempunyai empat
langkah yang berurutan : Heuristik, Kritik, Interpretasi, dan Historiografi. Dalam
penelitian ini, masalah-masalah yang dikaji adalah mengenai pemikiran Sukarno
di masa lampau yaitu pemikiran terhadap pendidikan di Indonesia.
Penelitian ini merupakan penelitian sejarah, yaitu lebih tepatnya Sejarah
Intelektual dan Sejarah Nasional Indonesia Umumnya, sehingga dapat dilihat dari
prespektif sejarah, oleh sebab itu Peneliti menggunakan Metode Sejarah dalam
proses pengkajian, penulis juga menggunakan pendekatan Intelektual untuk
memahami pemikiran Sukarno terhadap pendidikan di Indonesia.

3.3 Data dan Sumber Data


Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh.
Tahapan ini penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang
berhubungungan dengan pemikiran Sukarno tentang Pendidikan baik berupa
buku, teks, skripsi, tesis desertasi maupun video dokumenter. Sumber-sumber

25
tersebut terdiri dari primer dan sumber sekunder. Selanjutnya untuk mendapatkan
sumber-sumber tersebut peneliti melakukan penelusuran dengan teknik
dokumenter dibeberapa perpustakaan, seperti Perpustakaan Universitas 17
Agustus 1945 Banyuwangi, Perpustakaan Daerah (Banyuwangi), Perpustakaan
Proklamator Bung Karno di Blitar serta koleksi pribadi dari peneliti. Dari
penelusuran sumber tersebut, peneliti berhasil menemukan sumber primer dan
sekunder yang dibutuhkan.

3.3.1 Sumber Data Primer


Sumber primer merupakan sumber yang didapatkan baik berupa buku
maupun video dokumenter yang terbukti memiliki angka tahun yang se-zaman
dengan pemikiran Sukarno tentang revolusi meskipun ada beberapa buku yang
dicetak ulang (revisi) di era reformasi peneliti mengganggap sebagai sumber
primer karena fokus terhadap penulis buku sebagai saksi hidup pada era tersebut
atau orang yang mengalami peristiwa yang diceritakan. Sumber primer yang
peneliti temukan berupa tulisan-tulisan karya Sukarno sendiri dan sejarawan yang
hidup semasa revolusi.
Buku karya Sukarno sendiri yang merupakan sumber primer adalah “Di
Bawah Bendera Revolusi” jilid 1 dan 2, Sumber primer berikutnya yaitu buku
“Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat” ditulis oleh Cindy Adams merupakan
penuturan langsung dari Sukarno, Namun pada buku yang cetakan tahun 1966 ada
penambahan dua paragraf yang tidak ditemukan di buku edisi revisi terbitan tahun
2011. Disinyalir itu merupakan penambahan dari oknum tertentu untuk
kepentingan politik.

3.3.2 Sumber Data Sekunder


sumber sekunder adalah buku penunjang yang merupakan buku tambahan
yang menunjang sumber primer. sumber sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu buku Buku “Sukarno dan Demokrasi Pancasila” yang ditulis
oleh Sahru Romadloni sekaligus dosen pendidikan sejarah Universitas 17 Agustus
1945 Banyuwangi. Buku dengan judul buku “Bung Karno Dalam Pergulatan
Pemikiran” editor Syamsu Hadi.
Beberapa jurnal ilmiah yang berjudul “Sistem Pendidikan Indonesia Pada

26
Masa Orde Lama (Periode 1945-1966)” yang ditulis oleh Fadli dan kumalasari,
jurnal lain yang berjudul “ideologi, kekuasaan, dan pengaruhnya pada arah sistem
pendidikan nasional Indonesia (1950-1965)” oleh subhan, dan jurnal yang
berjudul “ketika kebijakan orde lama memasuki domain pendidikan : penyiapan
dan kinerja guru sekolah dasar Indonesia” oleh umasih dan jurnal “pembangunan
karakter bangsa era Sukarno” oleh wahyudin.

3.4 Teknik Pengambilan Sampel (Cuplikan)

Menurut Sugiono (2016:215) teknik sampling adalah teknik pengambilan


sampel. Dalam penelitian, sampel akan ditunjukkan oleh peneliti dengan
mempertimbangkan bahwa sampel itu mengenai masalah yang diteliti, jujur, dan
dapat dipercaya, dan datanya bersifat objektif. Teknik cuplikan yang biasa
digunakan adalah teknik cuplikan yang bersifat selektif dengan menggunakan
pertimbangan berdasarkan konsep teoritis yang digunakan dan keingintahuan
bribadi peneliti.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
sebuah penelitian , sebab tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data
yang akurat, sehingga tanpa mengetahui teknik pengumpulan data peneliti tidak
akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiono,
2016:224).
Teknik pengumpulan data merupakan langkah utama dari penelitian, karena
tujuan utama dari pengumpulan data untuk mengumpulkan informasi atau data
yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut sesuai dengan tujuan penelitian. Tanpa
mengetahui teknik pengumpulan data maka peneliti tidak akan mendapatkan data
yang dibutuhkan sesuai standar yang ditetapkan. Pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah menggunakan beberapa teknik antara lain :

3.5.1 Heuristik
Heuristik merupakan langkah awal dalam penelitian sejarah. Pada tahap ini
penulis mencari dan mengumpulkan sumber-sumber yang berhubungungan
dengan pemikiran Sukarno tentang pendidikan baik berupa buku, teks, skripsi,
desertasi maupun video dokumenter.

27
3.5.2 Kritik
Langkah ini dilakukan untuk memperoleh keabsahan sumber yang
digunakan. Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian sumber yang
dilakukan melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber
(kredibilitas) yang ditelusuri melalui kritik intern. Peneliti menggunakan kritik
ekstern terhadap sumber dengan cara melihat secara cermat dari bentuk sampul,
tahun terbitan, judul, nama pengarangnya dan latar belakang serta orientasi
ideologisnya apakah sumber yang didapat benar-benar sejaman dengan masalah
yang diteliti, hal seperti kertas yang digunakan dan kondisi buku jika dicermati
apakah memang menggambarkan atau cocok dengan angka tahun terbit yang
tertera dalam buku.
Sedangkan kritik intern digunakan oleh peneliti untuk meneliti kembali
sumber yang telah terbukti otentitasnya, dalam hal ini akan diuji lagi terkait
kredibilitasnya. Tentu saja peneliti tidak hanya mencermati luarnya saja, akan
tetapi peneliti mencermati isi buku yang dijadikan sumber untuk dilakukan
perbandingan dengan sumber lain terkait dengan kebenaran tentang isi buku yang
dijadikan sebagai sumber dan apakah dapat dipercaya kebenarannya. Diharapkan
dengan melakukan kritik intern semacam itu akan menghasilakan fakta yang dapat
dipercaya (credible) dan dapat diandalkan (reliable).

3.5.3 Interpretasi
Menurut Kuntowijoyo (2003:18) Interpretasi sejarah sering juga disebut
sebagai analisis sejarah. Dalam hal ini, ada dua metode yang digunakan, yaitu
analisis dan sintesis, dalam melakukan analisis dan sintesis ini penliti
menggunakan pendekatan dan teori. Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan sejarah Intelektual, sedangkan teori yang digunakan adalah teori
kepemimpinan. Sehingga setelah peneliti dapat mengumpulkan data dan
melakukan kritik, peneliti dapat menguraikan, menginterpretasi dan menyatukan
sumber-sumber itu menjadi sumber yang bermakna.

3.5.4 Historiografi
Historiografi merupakan cara penulisan, pemaparan atau pelaporan hasil
penelitian sejarah yang telah dilakukan Pada tahap ini, peneliti melakukan

28
penulisan secara kronologis, logis, dan sistematis dengan cara merangkai fakta-
fakta sejarah sebagai hasil penafsiran atas fakta-fakta sejarah sebagai hasil
penafsiran atas fakta-fakta tersebut sehingga terjadi suatu kisah sejarah ilmiah.
Namun demikian peneliti juga sadar bahwa dalam proses penulisan akan terdapat
subjektifitas peneliti. Peneliti menganggap itu sebagai penjelas dari masalah yang
dikaji.

3.5 Teknik uji validitas


Teknik pengujian suatu data dapat digunakan dengan langkah kritik,
Langkah ini dilakukan untuk memperoleh keabsahan sumber yang digunakan.
Dalam hal ini, dilakukan uji keabsahan tentang keaslian sumber yang dilakukan
melalui kritik ekstern dan keabsahan tentang kesahihan sumber (kredibilitas) yang
ditelusuri melalui kritik intern. Peneliti menggunakan kritik ekstern terhadap
sumber dengan cara melihat secara cermat dari bentuk sampul, tahun terbitan,
judul, nama pengarangnya dan latar belakang serta orientasi ideologisnya apakah
sumber yang didapat benar-benar sejaman dengan masalah yang diteliti, hal
seperti kertas yang digunakan dan kondisi buku jika dicermati apakah memang
menggambarkan atau cocok dengan angka tahun terbit yang tertera dalam buku.
Sedangkan kritik intern digunakan oleh peneliti untuk meneliti kembali
sumber yang telah terbukti otentitasnya, dalam hal ini akan diuji lagi terkait
kredibilitasnya. Tentu saja peneliti tidak hanya mencermati luarnya saja, akan
tetapi peneliti mencermati isi buku yang dijadikan sumber untuk dilakukan
perbandingan dengan sumber lain terkait dengan kebenaran tentang isi buku yang
dijadikan sebagai sumber dan apakah dapat dipercaya kebenarannya. Diharapkan
dengan melakukan kritik intern semacam itu akan menghasilakan fakta yang dapat
dipercaya (credible) dan dapat diandalkan (reliable).

3.6 Teknik Analisa Data


Analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke
dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar (Moleong, 1993:103). Dalam
mengolah dan menganalisa data penulis menggunakan metode deskriptif analitis.
Metode deskriptif analitis berguna untuk menguraikan berbagai aspek pemikiran
Soekarno yang berkaitan dengan bidang pendidikan kemudian menganalisisnya

29
dalam suatu kesatuan untuk selanjutnya mengantarkan kepada suatu penilaian
yang lebih objektif.

3.7 Prosedur penelitian


Prosedur penelitian yaitu langkah-langkah yang dipakai untuk
mengumpulkan data guna menjawab pertanyaan penelitian yang diajukan di
dalam sebuah penelitian. Menurut Gray (dalam Wasino dan Hartatik, 2018:12)
prosedur penelitian pada umumnya harus melalui sebagai berikut:
1. Menentukan judul atau pokok penelitian yang akan diteliti atau diselidiki.
2. Mencari bukti-bukti (pembuktian) atau bahan-bahan sumber (baik sumber-
sumber primer maupun sumber-sumber sekunder) yang diperlukan
(Heuristik). Dalam tahap kedua ini termasuk teknik pencatatan dari dari
bahan-bahan sumber (note-taking) dalam kartu-kartu kepustakaan
(Bibliographical cards).
3. Menilai atau menguji sumber data dengan kritik luar/(external criticism) dan
kritik dalam (internal criticism) untuk menentukan/menetapkan otentisitas
(authenticity: kebenaran, kesahihan, kesejatian) dari bahan-bahan sumber
sebelum digunakan di dalam penelitian (kritisisme).
4. Tahap Konstruksi dan Komunikasi: melakukan konstruksi (penyusunan dan
penulisan atau sinthese dari hasil atau penemuan-penemuan penelitian)
dengan bahasa yang sederhana, lugas dan ilmiah, agar dapat
dikomunikasikan dengan baik kepada pembacanya (Sinthese dan Penulisan
Sejarah). Hasil dari Sinthese dan Penulisan Sejarah adalah Karangan Sejarah
Ilmiah atau Karangan Sejarah Kritis (Historiografi).

30
DAFTAR PUSTAKA

Aisy dan Hudaidah. 2021. Pendidikan Indonesia di Era Awal Kemerdekaan


Sampai Orde Lama. Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 3 Nomor 2: 571-
574.
Arta, S.K. 2015. Sejarah Pendidikan. Yogyakarta: Media Akademi: 114.
Arsip Nasional.2006. Naskah Sumber Arsip Seri Presiden RI : Sukarno: 17.
Ditsmp.kemendikbud. senin, 16 juni 2022. Peran Penting Pendidikan dalam
Meraih Kemerdekaan Indonesia.
Fajri, I. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Kualitas
Pendidikan Di Indonesia, Jurnal Universitas Negeri Padang: 4.
Kartono, K. 1997. Tujuan Pendidikan Holistik Mengenai Tujuan Pendidikan
Nasional. Jakarta: PT Pradnya paramita: 49-50.
Mukodi. 2016. Dinamika Kebijakan Pendidikan di Indonesia Sebuah Refleksi
Historis. Dinamika Pendidikan Dan Masa Depan KeIndonesiaan: 38.
Muzammil, A. (2016). Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pendidikan Dari
Orde Lama Sampai Orde Baru (Suatu Tinjauan Historis). POTENSIA:
Jurnal Kependidikan Islam, 2(2).
https://doi.org/10.24014/potensia.v2i2.2537
Moestoko, Somarsono. (1986). Pendidikan Indonesia Dari Zaman Ke Zaman.
Jakarta: Balai Pustaka: 17.
Nasution, E. 2016. Problematika Pendidikan di Indonesia. Jurnal fakultas
Ushuluddin dan Dakwah IAIN Ambon: 2.
Omeri, N (2019). Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Dunia Pendidikan.
Jurnal Manajer Pendidikan, volume 9 no 2: 466.
Rifa’i, M. (2016). Sejarah Pendidikan Nasional: Dari Masa Klasik Hingga
Modern. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media: 159.
Subkhan, E. 2018. Ideologi, Kekuasaan, Dan Pengaruhnya Pada Arah Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia (1950-1965). Journal of Indonesian
History: 23.
Sujarwo. 2013. Pendidikan Di Indonesia Memprihatinkan. Jurnal Ilmiah
WUNY

31
Sultani dan Kristanti (2020), Perkembangan Dan Pelaksanaan Pendidikan
Zaman Kolonial Belanda Di Indonesia Abad 19-20. Jurnal Artefak Vol.7
No.2.: 91-106.
Sumarno, R.N. Bayu Aji, & Eko Satriya Hermawan. 2019. Ethical Politics and
Educated Elites In Indonesian National Movement. Advances in Social
Science. Education and Humanities Research, Vol. 383, Hal: 369-373.
Yamin, M. (2009). Menggugat Pendidikan Indonesia. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Zulkarnain, Z. (2017). Filosofis Kurikulum Mata Pelajaran Sejarah Masa Orde
Lama. Historia: Jurnal Pendidik Dan Peneliti Sejarah. 1(1).
https://doi.org/10.17509/historia.v1i1.7011: 59-61.
Astawa. 2016. Teori-Teori Dalam Dunia Pendidikan Modern, Jurnal
Penjaminan Mutu: 69-70.
Fadli, M. R. dan Kumalasari, D. 2019. Sistem Pendidikan Indonesia Pada Masa
Orde Lama (Periode 1945-1966). jurnal agastya, vol 9 no 2: 157.
Firdaus, S. U. 2012. Pemikiran Sukarno Tentang Demokrasi Pendidikan Dan
Pendidikan Islam. Disertai tidak diterbitkan. Yogyakarta.
James A. F. Stoner dan Edward Freeman. 1992. Management. New Jersey:
Prentice-Hall International Inc, 5th edition: 472.
Jamil, R. N. 2016. Pemikiran Soekarno Tentang Revolusi Indonesia Tahun
1945-1967. Disertai tidak diterbitkan. Jember.
Jenilan. 2018. Filsafat Pendidikan. Jurnal El-Afkar, Vol. 7 Nomor 1: 70-74.
Jumhan, A. 2012. Konsep Pemikiran Soekarno Dalam Bidang Pendidikan,
Politik, Agama Dan Kebudayaan. Disertai tidak diterbitkan. Palembang.
Kurnia dan Hudaidah. 2021. Kebijakan Pemerintah Terhadap Kondisi
Pendidikan di Indonesia Pada Masa Orde Lama (Periode 1945 – 1966).
Jurnal Ilmu Pendidikan, Volume 3 Nomor 3: 839 – 846.
Kartodirjo, S. 2016. Pendekatan Ilmu Sosial Dalam Metodologi Sejarah.
Penerbit : Ombak, Yogyakarta: 179.
Muzammil, A. (2016). Kebijakan Pemerintah Dalam Bidang Pendidikan Dari
Orde Lama Sampai Orde Baru (Suatu Tinjauan Historis). POTENSIA:

32
Jurnal Kependidikan Islam, 2(2).
https://doi.org/10.24014/potensia.v2i2.2537
Salsabila Rihhadatul Aisy dan Hudaidah (2021), Pendidikan Indonesia di Era
Awal Kemerdekaan Sampai Orde Lama, Jurnal Ilmu Pendidikan,
Volume 3 Nomor 2 Tahun 2021: 574.
Subkhan, E. 2018. Ideologi, Kekuasaan, Dan Pengaruhnya pada Arah Sistem
Pendidikan Nasional Indonesia (1950-1965). Journal of Indonesian
History 7 (1): 19.
Siswati, E. 2017. Anatomi Teori Hegemoni Antonio Gramsci, Jurnal
Translitera, Edisi 5: 11-33.
Syarifudin, E. 2004. Teori Kepemimpinan. Jurnal Al-Qalam, Vol 2, no 102:
456.
Syarif, M. 2019. Kebijakan Pendidikan Orde Lama Dan Dampaknya Terhadap
Eksistensi Madrasah. Volume 5, No. 2: 1-28.
Syaharuddin & Susanto, H. 2019. Sejarah Pendidikan Indonesia (Era Pra
Kolonialisme Nusantara Sampai Reformasi). Diterbitkan: Program Studi
Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas
Lambung Mangkurat.
Umasih. 2014. Ketika Kebijakan Orde Lama Memasuki Domain Pendidikan :
Penyiapan Dan Kinerja Guru Sekolah Dasar Indonesia, Vol 24, no 1:
104-113.
Wawan Sulthon fauzi (2019) Peran dan kebijakan Sukarno dalam
mengembangkan pendidikan islam di Indonesia, Disertai tidak
diterbitkan. Malang.
Wahjosumidjo. 1987. Kepemimpinan dan Motivasi, Jakarta: Ghalia Indonesia:
11.
Wahyudin. 2016. Pembangunan Karakter Bangsa Era Soekarno. Elementary,
Vol. 2 Edisi 2: 26.
Abdurahman, D. 2007. Metodologi Penelitian Sejarah. Penerbit: Ar-Ruzz
Media. Jogjakarta.
Gottschalk, L. 2015. Mengerti Sejarah. Penerbit : Universitas Indonesia (UI-
pres). Jakarta.

33
Kuntowidjoyo. 2003. Metodologi Sejarah. Penerbit PT. Tiara Wacana Yogya.
Yogyakarta:
Moleong, L. 1993. Metodologi Penelitian Kwalitatif. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Sugiono, 2016. Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan Rnd. CV:
Alfabeta. Bandung,
Wasino dan Hartatik, 2018. Metode Penelitian Sejarah: dari Riset hingga
Penulisan, Penerbit : Magnum Pustaka Utama. DI Yogyakarta

34

Anda mungkin juga menyukai