Disusun oleh :
Fani Fitriani Permatasari 1914407
Maesa Listiyah 2002017
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
URAIAN MATERI.................................................................................................
A. Kedudukan Bimbingan dalam Pendidikan................................................2
B. Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan..............................6
C. Peran Bimbingan dan Konseling di Sekolah.............................................8
D. Dasar Hukum...........................................................................................11
E. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling...............................................13
1. Pengertian............................................................................................13
2. Ragam..................................................................................................15
3. Tujuan dan Fungsi...............................................................................16
4. Prinsip..................................................................................................18
5. Asas – Asas Bimbingan Dan Konseling..............................................20
6. Jenis Layanan.......................................................................................21
F. Isu Bimbingan dalam Pendidikan.............................................................22
KESIMPULAN......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
ii
PENDAHULUAN
1
mampu membantu para kaum muda agar ia bisa mengatasi problematika yang ada
sehingga ia bisa terus mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal.
Dengan demikian penulis merasa sangat urgen sekali untuk mengetahui peran
bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai bekal bagi para pembaca khususnya
bagi penulis untuk menjadi seorang guru yang professional.
2
URAIAN MATERI
3
1. Bidang Administrasi dan kepemimpinan.
4
nilai akademis yang diperolehnya cukup tinggi. Hal inilah penyebab
timbulnya apa yang sering disebut sebagai pengangguran intelektual atau
sarjana tidak siap pakai.
5
yang menimbulkan kesulitan bagi peserta didik dalam program pendidikan
yang sesuai dengan kemampuannya.
6
tenaga yang dapat membantunya dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.
7
Selain alasan di atas, ada beberapa alasan mengapa pelayanan
bimningan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan terutama
dalam lingkup sekolah dan madrasah, alasan tersebut adalah :
8
Keempat, faktor psikologis. Dalam proses pendidikan di sekolah
termasuk madrasah, siswa merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan
segala karakteristiknya. Sebagai individu yang dinamis dan berada dalam
proses perkembangan, siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan individual antara
siswa yang satu dengan yang lainnya.
9
memiliki kualifikasi ahli, baik secara akademis maupun professional.
Ditinjau dari segi tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, dikemukakan bahwa ”pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupapn bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
10
Kompetensi kemasyarakatan adalah kemampuan para tamatan
sekolah atau lembaga pendidikan untuk memahami bahwa dirinya
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan mampu
mengemban tugasnya sebagai anggota masyarakat dan warga Negara
Indonesia.
11
D. Dasar Hukum
1. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan pendidikan
yang harus diperoleh semua konseli telah termuat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar.
2. ”Konselor” sebagai salah satu jenis tenaga kependidikan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pada Bab I Pasal 1 angka 6 dinyatakan bahwa
“pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam penyelenggaraan pendidikan”.
3. Pelayanan konseling yang merupakan bagian dari kegiatan pengembangan
diri telah termuat dalam struktur kurikulum yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
Menengah.
4. Beban kerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada Pasal 54
ayat (6) Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru yang menyatakan bahwa beban kerja Guru Bimbingan dan
Konseling atau Konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan
maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling
sedikit 150 (seratus lima puluh) konseli per tahun pada satu atau lebih
satuan pendidikan. Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang
dimaksud dengan “mengampu layanan bimbingan dan konseling” adalah
pemberian perhatian, pengarahan, pengendalian, dan pengawasan kepada
sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) konseli, yang dapat
dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka terjadwal di kelas dan
layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan
memerlukan.
12
5. Penilaian kinerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada
Pasal 22 ayat 5 Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14
tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya dinyatakan bahwa penilaian kinerja guru bimbingan dan
konseling atau konselor dihitung secara proporsional berdasarkan beban
kerja wajib paling kurang 150 (seratus lima puluh) orang konseli dan
paling banyak 250 dua ratus lima puluh) orang konseli per tahun.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor, yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam
satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: (i)
sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling; (ii)
berpendidikan profesi konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional, yang berjumlah 17 kompetensi dan 76 sub kompetensi.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMP/MTs.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 111 Tahun 2014 tentang
bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar. Dalam permendiknas
tersebut menyebutkan bahawa Komponen layanan Bimbingan dan
Konseling memiliki 4 (empat) program yang mencakup: (a) layanan dasar;
(b) layanan peminatan dan perencanaan individual; (c) layanan responsif;
dan (d) layanan dukungan sistem. Bidang layanan bimbingan dan
konseling mencakup : (a) bidang layanan pribadi, (b) bidangan layanan
belajar, (c) bidang layanan sosial, (d) bidang layanan karir
9. Panduan Operasional Penyelenggaran Bimbingan dan Konseling SMP,
2016, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). Pada POP BK SMP
ini dapat memfasilitasi guru BK / Konselor dalam merencanakan,
13
melaksanakan, mengevaluasi, melaporkan dan menindaklanjuti layanan
bimbingan dan konseling.
10. Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja
Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Dalam Permendikbud
tersebut disebutkan dalam pasal 4 ayat (4) dituliskan bahwa
pembimbingan yang dilakukan guru BK/Konselor paling sedikit 5 (lima)
rombongan belajar (rombel) per tahun.
11. Sesuai dengan surat edaran dari Kemendikbud No. 2 Tahun 2020 Tentang
menyesuaikan system pembelajaran yang tidak membebani guru dan
siswa, namun syarat dengan nilai-nilai penguatan karakter seiring
perkembangan stastu kedaruratan Covid-19.
12. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan dan penanganan
covid-19
E. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian
Shertzer dan Stone (1971 dalam Yusuf dan Juntika, 2008; 6) meng
atakan bimbingan sebagai “…process of helping an individual to
understand himself and his world” (proses membantu individu agar
mampu memahami diri dan lingkungannya).
14
Individu yang diberi bantuan adalah individu yang sedang
berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan
diberikan dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu.
Sehingga tidak ada teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi
seluruh peserta didik karena bantuan yang diberikan kepada peserta didik
dipahami dan dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman dan
kebutuhan yang dihadapi peserta didik.
15
Khusus di sekolah, Boy dan Pine (Depdikbud 1983 dalam Yusuf
dan Juntika, 2008; 9) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah
membantu individu (siswa) menjadi lebih matang dan lebih
mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa dengan cara yang positif,
membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber
dan potensinya sendiri. ASCA (American School Counselor Association)
mengemukakan bahwa konseling hubungan tatap muka yang bersifat
rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari
konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan
dan keterampilannya untuk membantu kliennya dalam mengatasi masalah-
masalahnya (Yusuf dan Juntika, 2008: 7).
2. Ragam
Dilihat dari masalah yang dihadapi individu, terdapat empat jenis/
ragam bimbingan yaitu: (a) bimbingan akademik; (b) bimbingan sosial-
pribadi; (c) bimbingan karir; dan (d) bimbingan keluarga (Yusuf dan
Juntika, 2008; 10-13).
16
d. Bimbingan Keluarga, merupakan upaya bantuan kepada individu
sebagai pemimpin/ anggota keluarga agar mampu menciptakan keluarga y
ang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif dapat
menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta
berperan/ berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang
bahagia.
17
b. Arah diri sepenuhnya (ultimate self direction). Mengarahkan diri
kepada sikap mental dan kehidupan yang lebih baik.
c. Memahami diri (self understanding). Mampu memahami keberadaan
dirinya,baik klekurangan ataupun kelebihan yang dimilikinya.
d. Membuat keputusan dan jabatan (education vocational decition
making). Dapat menentukan hal yang berkaitan dengan pendidikan dan
profesi atau pekerjaan yang ditekuninya.
e. Penyesuaian (adjustment). Dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik itu sekolah, keluarga maupun masyarakat.
18
e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta
didik memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi,
dan memantapkan penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,
kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik. Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai peserta didik,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam
memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses
pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan peserta didik.
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta
didik agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya
secara dinamis dan konstruktif.
4. Prinsip
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses
penanganan masalah, program pelayan, penyelenggaraan pelayanan.
Berikut ini dicatatkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang
diramu dari sejumlah sumber (dalam Prayitno, 2009).
19
penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengalaman harus
mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu
b. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Masalah Individu
Secara ideal pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu
semua individu dengan berbagai masalahnya. Namun, sesuai dengan
keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri, pelayanan bimbingan dan
konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas.
Bidang bimbingan pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya
dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi
lingkungan terhadap kondisi mentalbdan fisik individu.
c. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Program Pelayanan
Program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan
sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara
menyeluruh. Progam bimbingan dan konseling harus fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan
individu dan masyarakat.
d. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan
Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap
individu. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak
dilakukan oleh klien hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan
karena kemauan atau desakan dari konselor. Permasalahan khusus
yang dialami klien harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan khusus tersebut.
e. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling Di Sekolah
Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja
yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan
program tersebut. Konselor bertanggung jawab kepada semua
siswa,baik siswa-siswa yang gagal maupun yang memiliki bakat, serta
20
yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor
dan personal sekolah lainnya.
21
i. Asas Kenormatifan, usaha bimbingan dan konseling tidak boleh
bertentangan dengan norma – norma yang berlaku, baik ditinjau dari
norma agama, adat, Negara, ilmu ataupun kebiasaan.
j. Asas Keahlian, usaha bimbinmgan dan konseling perlu dilakukan asas
keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur.
k. Asas Alih Tangan, jika konselor telah mengarahkan segenap
kemampuannya kepada klien, namun klien belum bias terbantu, maka
konselor dapat mengirimkan klien kepada petugas atau badan yang
lebih ahli.
6. Jenis Layanan
Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling
Yusuf dan Juntika (2008: 20) mengemukakakn perlu dilaksanakan
berbagai kegiatan layanan bantuan. Beberapa jenis layanan bantuan
bimbingan itu diantaranya adalah sebagai berikut:
22
dan tugas-tugas perkembangan pribadi, (2) sekolah-sekolah lanjutan,
(3) dunia kerja, (4) kiat-kiat belajar yang efektif, (5) bahaya merokok,
minuman keras, dan obat-obatan terlarang, dan (6) pentingnya
menyesuaikan diri dengan norma agama atau nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi dalam masyarakat. Sementara layanan penempatan
adalah layanan bantuan yang diberikan kepada individu dalam rangka
menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai dengan kemampuan
minat dan bakatnya. Penempatan ini meliputi pendidikan yakni
memilih jurusan dan kelanjutan sekolah; penempatan jabatan, dan juga
penempatan individu dalam rangka program pengajaran di sekolah
yang bersangkutan.
d. Penilaian dan penelitian. layanan penilaian dilasanakan untuk
megetahui tujuan program bimbingan apa saja yang telah dilaksanakan
dapat dicapai. Selain itu dilaksanakan juga penilaian kepada individu-
individu yang mendapat pelayanan untuk kemudian dilakukan tindak
lanjut terhadap hasil yang telah dicapai yang hasilnya dapat digunakan
sebagai bahan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengembangkan program bimbingan agar lebih baik dalam
pelaksanaannya dan menelaah tentang kebutuhan bimbingan yang
belum tercapai serta menelaah hakikat individu dan perkembangannya.
Hasil dari penelitian ini merupakan bahan untuk mengembangkan dan
memperbaiki program bimbingan yang akan dilaksanakan selanjutnya.
23
Bukan Polisi Sekolah, 5) BK Adalah Pemeran Protagonis, Bukan
Antagonis , 6) Jam BK Tidak Hanya di Kelas 1-2 JP, 7) Siswa Salah Perlu
Dibenarkan, Bukan Malah Disalahkan. 8) Siswa Bersalah Perlu
Didampingi, Bukan Dihakimi (Advokasi), 9) BK Adalah Aktivitas
Menerima, Mendengarkan dan Mengarahkan, Bukan Menasehati, 10 ) BK
Bukan Sekedar Sahabat Siswa, Tapi “Bolo” Siswa.
24
1920 silam. Kajian isu pada makalah ini lebih menekankan pada tantangan
bagi Bimbingan dan Konseling di dunia pendidikan, lebih menitik
beratkan pada persiapan peran Bimbingan Konseling menghadapi lost
generation di dunia pendidikan.
25
KESIMPULAN
26
dalam pendidikan yang ikut memfasilitasi dan memandirikan peserta didik.
Dalam konteks pengembangan kemandirian, tujuan BK tidak sebatas sebagai
proses pemecah masalah yang hanya bersifat kekinian, melainkan terarah kepada
penyiapan individu untuk dapat menghadapi persoalan masa depan dan menjalani
kehidupan sebagai anggota masyarakat terutama dalam menghadapi dampak
pandemi yang dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya lost generation.
Semoga makalah ini dapat menjadi motivasi bagi kita untuk mampu
menghadapi tantangan yang sudah ada maupun tantangan yang akan datang.
27
KAJIAN HASIL DISKUSI
Peran BK di Masa Pandemi
Bagaimana Jika Guru BK diberi Kedudukan sebagai Kesiswaan
DAFTAR PUSTAKA
28