Anda di halaman 1dari 30

KEDUDUKAN BIMBINGAN DALAM PENDIDIKAN

DAN KONSEP DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING

Disusun oleh :
Fani Fitriani Permatasari 1914407
Maesa Listiyah 2002017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING


SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................ii
PENDAHULUAN...................................................................................................1
URAIAN MATERI.................................................................................................
A. Kedudukan Bimbingan dalam Pendidikan................................................2
B. Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan..............................6
C. Peran Bimbingan dan Konseling di Sekolah.............................................8
D. Dasar Hukum...........................................................................................11
E. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling...............................................13
1. Pengertian............................................................................................13
2. Ragam..................................................................................................15
3. Tujuan dan Fungsi...............................................................................16
4. Prinsip..................................................................................................18
5. Asas – Asas Bimbingan Dan Konseling..............................................20
6. Jenis Layanan.......................................................................................21
F. Isu Bimbingan dalam Pendidikan.............................................................22
KESIMPULAN......................................................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

ii
PENDAHULUAN

Paradigma bimbingan dan konseling dewasa ini lebih berorientasi pada


pengenalan potensi, kebutuhan, dan tugas perkembangan serta pemenuhan
kebutuhan dan tugas-tugas perkembangan tersebut. Alih-alih memberikan
pelayanan bagi konseli yang bermasalah, pemenuhan agar perkembangan dapat
berjalan dengan optimal (pelayanan developmental) dan pencegahan terjadinya
masalah merupakan fokus pelayanan. Atas dasar pemikiran tersebut maka
pengenalan serta pengembangan potensi individu merupakan kegiatan urgen pada
awal layanan bantuan. Layanan bimbingan dan konseling dalam paradigm ini
tidak hanya berfokus tertuju pada hanya pada siswa tetapi juga subsistem yang
ada dalam dirinya seperti lingkungan , orangtua, dan sekolah, dll.

Bimbingan dan konseling di sekolah memiliki peranan penting dalam


membantu konseli dalam mencapai tugas-tugas perkembangan sebagaimana
tercantum dalam Standar Kompetensi Kemandirian Konseli dan Kompetensi
Dasar (SKKPD). Dalam upaya mendukung pencapaian tugas perkembangan
tersebut, program bimbingan dan konseling dilaksanakan secara utuh dan
kolaboratif dengan seluruh stakeholder sekolah.

Bimbingan merupakan proses membantu orang perorangan dalam


memahami dirinya sendiri dan lingkungan hidupnya. Konseling diartikan sebagai
suatu proses interaksi yang membantu pemahaman diri dan lingkungan dengan
penuh berarti, dan menghasilkan pembentukan atau penjelasan tujuan-tujuan dan
nilai perilaku di masa mendatang.

Bertumpu pada pengertian diatas, bimbingan dan konseling akan sangat


membantu lancarnya proses pembelajaran dalam suatu lembaga pendidikan,
apalagi pada masa sekarang ini, dimana para kaum muda sudah banyak sekali
mengalami problematika-problematika kehidupan. Keadaan seperti ini sangat
membutuhkan suatu wadah (bimbingan dan konseling terutama di sekolah) untuk

1
mampu membantu para kaum muda agar ia bisa mengatasi problematika yang ada
sehingga ia bisa terus mengembangkan potensi yang dimilikinya secara optimal. 

Dalam makalah ini, penulis akan memaparkan secara khusus peran


bimbingan dan konseling di sekolah. Karena dari beberapa literatur yang penulis
temukan, bimbingan dan konseling di sekolah sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan tercapainya tujuan dari pendidikan. Selain itu juga sangat jarang
sekali ditemukan bimbingan-bimbingan di luar institusi pendidikan.

Dengan demikian penulis merasa sangat urgen sekali untuk mengetahui peran
bimbingan dan konseling di sekolah, sebagai bekal bagi para pembaca khususnya
bagi penulis untuk menjadi seorang guru yang professional.

2
URAIAN MATERI

A. Kedudukan Bimbingan dalam Pendidikan


Semua lembaga pendidikan sekolah berpedoman pada tujuan
pendidikan nasional bangsa dan usaha dasar pembangunan nasional. Cita-
cita nasional seperti tercantum pada pembukaan undang-undang dasar
1945, ialah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian
abadi dan keadilan social. Untuk mencapai cita-cita itu, dilaksanakan
pembangunan nasional yang merupakan rangkaian sejumlah program
kegiatan di segala bidang yang berlangsung secara terus menerus. Hakikat
pembangunan nasional ialah pengembangan manusia seutuhnya  dan
pembangunan seluruh rakyat Indonesia. Pembangunan dibidang
pendidikan jelaslah merupakan bagian intregral dari pembangunan
nasional itu.

Pendidikan mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah 1)


Fungsi Pengembangan, dimana pendidikan bertanggung jawab untuk
mengembangkan potensi atau keunikan individu, dalam aspek intelektual,
emosional, social maupun moral – spiritual. 2) Fungsi Penyesuaian,
pendidikan harus dapat memfasilitasi perkembangan karakter individu
yang beragam. dan 3) Fungsi Integratif yaitu, mengintegrasikan nilai-nilai
social budaya ke dalam kehidupan para peserta didik seperti menyangkt
tata krama, solidaritas, toleransi, kooperasi, kolaborasi dan empati
sehingga merak dapat belajar hidup bermasyarakat secara harmonis.

Dalam institusi pendidikan, untuk mencapai perkembangan peserta


didik yang optimal, lembaga pendidikan pada dasarnya membina tiga
usaha pokok, (Yusuf dan Juntika, 2008; 4) yaitu:

3
1. Bidang Administrasi dan kepemimpinan. 

Bidang ini menyangkut kegiatan penge;lolaan program secara


efisien. Didalam bidang ini terletak tanggung jawab dan otoritas proses
pendidikan yang pada umumnya mencakup kegiatan-kegiatan seperti
perencanaan, organisasi, pembiayaan, pembagian tugas staf dan
pengawasan. Pada umumnya tugas ini menjadi tanggung jawab
pimpinan dan para petugas administrasi lainnya.

2. Bidang Intruksional dan Kurikuler

Bidang ini terkait dengan kegiatan pengajaran yang bertujuan


untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan pengembangan
sikap. Pihak yang bertanggung jawab secara langsung terhadap bidang
ini adalah para guru.

3. Bidang Pembinaan Siswa (Bimbingan dan Konseling)

Bidang ini terkait dengan program pemberian layanan bentuan


kepada peserta didik (siswa) dalam upaya mencapai perkembangan-
nya yang optimal, melalui interaksi yang sehat dengan lingkungannya.
Peesonel yang laing ebrtanggungjawab terhadap pelaksanaan bidang
ini adalah guru pembimbing atau konselor.

Kegiatan pendidikan yang baik dan ideal, hendaknya mencakup


ketiga bidang tersebut. Sekolah atau lembaga pendidikan yang hanya
menjalankan program kegiatan intruksional (pengajaran) dan administrasi
saja, tanpa memperhatikan kegiatan bidang pembinaan pribadi peserta
didik, mungkin hanya akan menghasilkan individu yang pintar dan cakap,
serta bercita-cita tinggi, tetapi mereka kurang mampu dalam memahami
potensi yang dimilikinya, dan kurang/tidak mampu untuk mewujudkan
dirinya dalam kehidupan masyarakat.

Hal tersebut menyebabkan mereka mengalami kegagalan dan


kesuksesan sewaktu terjun ke masyarakat atau lapangan kerja, meskipun

4
nilai akademis yang diperolehnya cukup tinggi. Hal inilah penyebab
timbulnya apa yang sering disebut sebagai pengangguran intelektual atau
sarjana tidak siap pakai.

Selain itu timbulnya berbagai fenomena perilaku peserta didik


dewasa ini seperti tawuran, penyalahgunaan obat-obatan terlarang dan
psikotropika, perilaku sesksual menyimpang, degradasi moral, pencapaian
hasil belajar yang tidak memuaskan, tidak lulus ujian dan lain sebagainya,
menunjukkan bahwa tujuan pendidikan belum sepenuhnya mampu
menjawab atau memecahkan berbagai persoalan tersbut.

Dalam kondisi yang seperti inilah dirasakan perlunya pelayanan


bimbingan dan konseling yang memfokuskan kegiatannya dalam
membantu para peserta didik secara pribadi agar mereka dapat berhasil
dalam proses pendidikan yang sedang ditempuhnya. Melalui program
pelayanan bimbingan dan konseling yang baik, maka setiap peserta didik
diharapkan mendapat kesempatan untuk megembangkan setiap potensi
yang dimilikinya seoptimal mungkin, sehingga mereka dapat menemukan
kebahagiaan pribadi dan kemanfaatan sosial. Dengan demikian juga dapat
dikatakan bahwa program pelayanan bimbingan dan konseling berusaha
untuk dapat mempertemukan antara kemampuan individu dengan cita-
citanya serta dengan situasi dan kebutuhan masyarakat. 

Disebutkan juga, bahwa hal yang menimbulkan kebutuhan akan


pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah demokratisasi
dalam bidang pendidikan yang mengakibatkan peserta didik dari berbagai
lapisan  dan suku dalam masyarakat akan saling bertemu di gedung
sekolah serta dihadapkan pada tuntunan untuk saling mengerti dan saling
menerima. Perkembangan teknologi, yang mengakibatkan variasi besar
dalam kesempatan dan tempat mendapat pekerjaan serta dapat
menyebabkan pengangguran karena tenaga manusia diganti dengan
tenaga  mesin. Diferensiasi dalam program-program pendidikan sekolah

5
yang menimbulkan kesulitan bagi peserta didik dalam program pendidikan
yang sesuai dengan kemampuannya.

Untuk dapat melaksanakan kegiatan pembinaan pribadi peserta


didik dengan baik diperlukan petugas-petugas khusus yang mempunyai
keahlian dalam bidang bimbingan dan konseling. Dikatakan demikian
karena beberapa alasan sebagai berikut:

1. Ada beberapa masalah dalam pendidikan dan pengajaran yang tidak


mungkin diselesaikan hanya oleh guru/dosen sebagai staf pengajar,
karena pada umumnya guru atau dosen lebih banyak menggunakan
waktunya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya dalam
kegiatan pengajaran. Masalah tersebut misalnya, pengumpulan data
tentang peserta didik. Penyelesaian masalah pribadi atau social dan
lain sebagianya.
2. Pekerjaan menyelesaikan masalah pribadi dan sosial kadang-kadang
memerlukan keahlian tersendiri. Penanganan masalah ini akan sangat
sulit dilaksanakan oleh staf pengajar yang telah dibebani tugas dalam
bidang intruksional.
3. Dalam situasi tertentu kadang-kadang terjadi konflik antara peserta
didik dengan guru/dosen, sehingga dalam situasi tersebut sangat sulit
bagi guru/dosen untuk menyelesaikannya sendiri. Untuk itu perlu
adanya pihak ketiga yang dapat membantu penyelesaian konflik
tersebut.
4. Dalam situasi tertentu juga dirasakan perlunya suatu wadah atau
lembaga untuk menampung dan menyelesaikan masalah-masalah
peserta didik yang tidak dapat tertampung dan terselesaikan oleh
peserta didik. Misalnya, bila ada seorang siswa yang menghadapi
masalah pribadi yang cukup serius. Para peserta didik kadang-kadang
merasa bukan wewenangnya untuk membantu peserta didik tersebut.
Sehingga bilamana bidang pembinaan pribadi bimbingan dan
konseling tidak ada atau tidak berfungsi, peserta didik tersebut akan
tetap dalam keadaan bermasalah, karena tidak adanya wadah dan

6
tenaga yang dapat membantunya dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapinya.

Dari uraian terdahulu jelaslah bahwa dalam keseluruhan proses


pendidikan, bimbingan merupakan keharusan yang tidak dapat dipisahkan
dari program pendidikan pada umumnya. Apalagi dalam situasi sekarang
ini, dimana fungsi sekolah atau lembaga pendidikan formal tidak hanya
membekali para siswa dengan setumpuk ilmu pengetahuan saja, tetapi juga
mempersiapkan para peserta didik untuk memenuhi tuntutan peerubahan
serta kemajuan yang terjadi dilingkungan masyarakat. Sebagaimana
dikemukakan pada uraian terdahulu bahwa perubahan dan kemajuan ini
akan menimbulkan masalah, khususnya bagi para peserta didik itu sendiri
dan umumnya bagi pihak-pihak yang terlibat di dalam dunia pendidikan.
Para peserta didik akan menghadapi masalah pemilihan spesialisasi,
pemilihan jurusan, pemilihan program, masalah belajar, masalah
penyesuaian diri, masalah pribadi dan sosial dan lain sebagainya yang
membutuhkan penanganan dan bantuan dari bidang pembinaan pribadi
yang merupakan bagian integral dari keselurhan sistem pendidikan
nasional.

Dari pembahasan di atas, dapatlah ditemukan kedudukan


pelayanan bimbingan dan konseling dalam keseluruhan program
pendidikan di sekolah, yaitu sebagai salah satu upaya pembinaan pribadi
peserta didik.

B. Urgensi Bimbingan dan Konseling dalam Pendidikan


Berbagai fenomena perilaku peserta didik dewasa ini seperti
tawuran, penyalahgunaan, obat-obatan dan lain sebagainya, menunjukkan
bahwa tujuan pendidikan yang salah satu upaya pencapaiannya melalui
proses pembelajaran, belum sepenuhnya mampu memecahkan berbagai
persoalan tersebut. Oleh karena itu upaya yang harus dilakukan adalah
melalui pendekatan bimbingan dan konseling yang dilakukan di luar
situasi proses pembelajaran.

7
Selain alasan di atas, ada beberapa alasan mengapa pelayanan
bimningan dan konseling diperlukan dalam dunia pendidikan terutama
dalam lingkup sekolah dan madrasah, alasan tersebut adalah :

Pertama, perkembangan IPTEK. Perkembangan ilmu pengetahuan


dan teknologi yang demikian cepat menimbulkan perubahan-perubahan
dalam berbagai sendi kehidupan seperti sosial, budaya, politik, ekonomi,
industri, dan lain sebagainya. Berbagai problem yang amat kompleks
sebagai akibat perkembangan IPTEK juga berpengaruh dalam dunia
pendidikan khususnya dalam lingkup sekolah dan madrasah.sebagai
lembaga pendidikan formal, sekolah dan madrasah bertanggung jawab
mendidik dan menyiapkan peserta didik agar mampu menyesuaikan diri di
dalam masyarakat dan mampu memecahkan masalah secara mandiri.
Dalam kondisi seperti itu layanan bimbingan dan konseling sangat
diperlukan.

Kedua, makna dan fungsi pendidikan. Kebutuhan akan layanan


bimbingan dan konseling dalam pendidikan berkaitan erat dengan hakikat
makna dan fungsi pendidikan dalam keseluruhan aspek kehidupan. Selain
itu kebutuhan layanan pendidikan juga berkaitan erat dengan pandangan
akan hakikat dan karakteristik peserta didik. Hadirnya layanan bimbigan
dan konseling dalam pendidikan adalah apabila kita memandang bahwa
pendidikan merupakan upaya untuk mencapai perwujudan manusia secara
keseluruhan dan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya.

Ketiga, guru. Tugas dan tanggung jawab utama guru sebagai


pendidik adalah mendidik sekaligus mengajar, yaitu membantu peserta
didik untuk mencapai kedewasaan. Dalam proses pembelajaran tugas
utama guru selain sebagai pengajar juga sebagai pembimbing. Fungsi
sebagai pengajar sekaligus pembimbing terintegrasi dalam peran guru
dalam proses pembelajaran. Untuk menjalan tugas ini secara efektif, guru
hendaknya memahami semua aspek pribadi peserta didik baik fisik
maupun spikis.

8
Keempat, faktor psikologis. Dalam proses pendidikan di sekolah
termasuk madrasah, siswa merupakan pribadi-pribadi yang unik dengan
segala karakteristiknya. Sebagai individu yang dinamis dan berada dalam
proses perkembangan, siswa memiliki kebutuhan dan dinamika dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Terdapat perbedaan individual antara
siswa yang satu dengan yang lainnya.

Beberapa masalah psikologis yang menjadi latar belakang perlunya


layanan bimbingan konseling di sekolah maupun dimadrasah, yaitu:

1. Masalah perkembangan individu.


2. Masalah perbedaan individu
3. Masalah kebutuhan individu
4. Masalah penyesuaian diri.
5. Masalah belajar.

C. Peran Bimbingan dan Konseling di Sekolah


Di lingkup sekolah, konselor berperan untuk memberikan
pengarahan  bagi para guru ataupun pihak sekolah yang lain. Dalam peran
ini konselor menjadi sumber daya professional bagi siswa karena ia
memiliki pengetahuan dan ketrampilan khusus yang dibutuhkan oleh
siswa. Peran bimbingan dan konseling dalam pendidikan, antara lain:

1. Memberikan bantuan kepada anak didik agar dapat menemukan


caranya sendiri dalam belajar yang lebih mudah.
2. Anak mampu mengetahui kekurangan ataupun kelebihan dari tiap-tiap
mata pelajaran yang telah ia pelajari.
3. Membentuk siswa sesuai dengan kepribadian yang telah ia miliki.

Sekolah atau lembaga pendidikan, sebagaimana telah dijelaskan di


atas bertujuan untuk mempersiapkan dan menghasilkan tenaga untuk
mengisi formasi-formasi yang dibutuhkan oleh masyarakat atau
pemerintah. Hal ini berarti bahwa tamatan suatu sekolah atau lembaga
pendidikan tertentu diharapkan mampu mencetak manusia Indonesia yang

9
memiliki kualifikasi ahli, baik secara akademis maupun professional.
Ditinjau dari segi tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional, dikemukakan bahwa ”pendidikan nasional berfungsi
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupapn bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia  yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Bila dijabarkan lebih lanjutnya, maka dalam hal kualifikasi ahli


para tamatan suatu sekolah atau lembaga pendidikan sekurang-kurangnya
memiliki empat kompetensi pokok, yaitu kompetensi religius, kompetensi
akademis atau profesional, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi
sosial.

Kompetensi religius yaitu kemampuan untuk mengendalikan diri


agar tidak  melanggar perintah Allah SWT dan sebaliknya, tidak
memperturutkan segala sesuatu yang dilarang oleh Allah SWT.

Kompetensi akademis atau profesional adalah kemampuan ilmu


pengetahuan dan teknologi yang harus dimiliki sesuai dengan bidangnya
masing-masing serta pengaplikasian ilmu pengetahuan dan teknologi
tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Termasuk dalam kompetensi
akademis atau professional ini adalah kompetensi dalam melakukan
tanggung jawab sesuai dengan keahliannya.

Sedangkan kompetensi kemanusiaan atau individual adalah


kemampuan para tamatan suatu lembaga pendidikan agar mampu
mewujudkan dirinya sebagai pribadi ayang mandiri untuk melakukan
transformasi diri dan pemahaman diri. Pencapaian kompetensi ini erat
kaitannya dengan pencapaian kematangan dalam aspek intelektual,
emosional dan sosial.

10
Kompetensi kemasyarakatan adalah kemampuan para tamatan
sekolah atau lembaga pendidikan untuk memahami bahwa dirinya
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat dan mampu
mengemban tugasnya sebagai anggota masyarakat dan warga Negara
Indonesia.

Keseluruhan kegiatan pendidikan di sekolah jelas dan seharusnya


diarahkan untuk mencapai terwujudnya keempat kompetensi itu pada
setiap peserta didiknya. Dapat dipahami tanpa masuknya pelayanan
bimbingan dan konseling ke dalam system pendidikan, para lulusannya
mungkin hanya mampu memiliki kompetensi akademis saja, sarat dengan
pemilikan ilmu pengetahuan dan teknologi, ahli dan professional dalam
bidangnya, akan tetapi tidak memiliki kompetensi kemanusiaan dan sosial.
Sehingga mereka tidak memiliki kemampuan transformasi diri,
kematangan intelektual dan emosional dan mereka justru seperti menara
gading di tengah masyarakatnya dan tidak jarang mereka justru menjadi
bingung dan tergantung pada pihak lain setelah menjadi sarjana.

Dalam rangka itu, secara umum dapat dilihat peranan pelayanan


bimbingan dan konseling dalam pendidikan sesuai dengan urgensi dan
kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan pendidikan
lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan melalui
Undang-Undang Republik Indonesia no. 20 tahun 2003. Peran ini
dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta didik untuk
mengembangkan kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan
kompetensi sosial, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam
pengembangan kompetensi akademik dan profesional sesuai dengan
bidang yang ditekuninya melalui pelayanan bimbingan dan konseling.

Secara operasional peranan yang dimainkan oleh pelayanan


bimbingan dan konseling dalam pendidikan seperti yang dikemukakan di
atas akan terwujud dalam tujuan dan fungsinya.

11
D. Dasar Hukum
1. Pelayanan bimbingan dan konseling sebagai salah satu layanan pendidikan
yang harus diperoleh semua konseli telah termuat dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 89 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Dasar.
2. ”Konselor” sebagai salah satu jenis tenaga kependidikan dalam Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pada Bab I Pasal 1 angka 6 dinyatakan bahwa
“pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta berpartisipasi
dalam penyelenggaraan pendidikan”.
3. Pelayanan konseling yang merupakan bagian dari kegiatan pengembangan
diri telah termuat dalam struktur kurikulum yang ditetapkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22
Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar
Menengah.
4. Beban kerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada Pasal 54
ayat (6) Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008
tentang Guru yang menyatakan bahwa beban kerja Guru Bimbingan dan
Konseling atau Konselor yang memperoleh tunjangan profesi dan
maslahat tambahan adalah mengampu bimbingan dan konseling paling
sedikit 150 (seratus lima puluh) konseli per tahun pada satu atau lebih
satuan pendidikan. Lebih lanjut dalam penjelasan Pasal 54 ayat (6) yang
dimaksud dengan “mengampu layanan bimbingan dan konseling” adalah
pemberian perhatian, pengarahan, pengendalian, dan pengawasan kepada
sekurang-kurangnya 150 (seratus lima puluh) konseli, yang dapat
dilaksanakan dalam bentuk pelayanan tatap muka terjadwal di kelas dan
layanan perseorangan atau kelompok bagi yang dianggap perlu dan
memerlukan.

12
5. Penilaian kinerja Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor pada
Pasal 22 ayat 5 Peraturan bersama Menteri Pendidikan Nasional dan
Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 03/V/PB/2010 dan Nomor 14
tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan
Angka Kreditnya dinyatakan bahwa penilaian kinerja guru bimbingan dan
konseling atau konselor dihitung secara proporsional berdasarkan beban
kerja wajib paling kurang 150 (seratus lima puluh) orang konseli dan
paling banyak 250 dua ratus lima puluh) orang konseli per tahun.
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 27
Tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi
Konselor, yang menyatakan bahwa kualifikasi akademik konselor dalam
satuan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan nonformal adalah: (i)
sarjana pendidikan (S-1) dalam bidang bimbingan dan konseling; (ii)
berpendidikan profesi konselor. Kompetensi konselor meliputi kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional, yang berjumlah 17 kompetensi dan 76 sub kompetensi.
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 68 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum
SMP/MTs.
8. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 111 Tahun 2014 tentang
bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar. Dalam permendiknas
tersebut menyebutkan bahawa Komponen layanan Bimbingan dan
Konseling memiliki 4 (empat) program yang mencakup: (a) layanan dasar;
(b) layanan peminatan dan perencanaan individual; (c) layanan responsif;
dan (d) layanan dukungan sistem. Bidang layanan bimbingan dan
konseling mencakup : (a) bidang layanan pribadi, (b) bidangan layanan
belajar, (c) bidang layanan sosial, (d) bidang layanan karir
9. Panduan Operasional Penyelenggaran Bimbingan dan Konseling SMP,
2016, Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK). Pada POP BK SMP
ini dapat memfasilitasi guru BK / Konselor dalam merencanakan,

13
melaksanakan, mengevaluasi, melaporkan dan menindaklanjuti layanan
bimbingan dan konseling.
10. Permendikbud Nomor 15 Tahun 2018 tentang Pemenuhan Beban Kerja
Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Dalam Permendikbud
tersebut disebutkan dalam pasal 4 ayat (4) dituliskan bahwa
pembimbingan yang dilakukan guru BK/Konselor paling sedikit 5 (lima)
rombongan belajar (rombel) per tahun.
11. Sesuai dengan surat edaran dari Kemendikbud No. 2 Tahun 2020 Tentang
menyesuaikan system pembelajaran yang tidak membebani guru dan
siswa, namun syarat dengan nilai-nilai penguatan karakter seiring
perkembangan stastu kedaruratan Covid-19.
12. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang pencegahan dan penanganan
covid-19
E. Konsep Dasar Bimbingan dan Konseling
1. Pengertian
Shertzer dan Stone (1971 dalam Yusuf dan Juntika, 2008; 6) meng
atakan bimbingan sebagai “…process of helping an individual to
understand himself and his world” (proses membantu individu agar
mampu memahami diri dan lingkungannya).

Sementara itu, Kartadinata (1998) mengatakan bahwa bimbingan


adalah proses membantu individu untuk mencapai perkembangan optimal.
Dari definisi tersebut dapat diambil makna sebagai berikut:

Bimbingan adalah suatu proses Sebagai sebuah proses, bimbingan


merupakan kegiatan yang berkelanjutan,  berlangsung terus menerus, dan
bukan kegiatan seketika atau kebetulan. Makna bantuan dalam bimbingan
ialah mengembangkan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan
individu (peserta didik). Bantuan dalam bimbingan bukanlah memaksa
kehendak pembimbing kepada peserta didik, melainkan menumbuhkan
kemampuan peserta didik untuk memilih dan mengambil keputusan
sendiri atas tanggung jawab sendiri.

14
Individu yang diberi bantuan adalah individu yang sedang
berkembang dengan segala keunikannya. Bantuan dalam bimbingan
diberikan dengan mempertimbangkan keragaman dan keunikan individu.
Sehingga tidak ada teknik pemberian bantuan yang berlaku umum bagi
seluruh peserta didik karena bantuan yang diberikan kepada peserta didik
dipahami dan dimaknai secara individual sesuai dengan pengalaman dan
kebutuhan yang dihadapi peserta didik.

Tujuan bimbingan adalah perkembangan yang optimal.


Perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi
dan sistem nilai tentang baik dan benar. Secara spesifik perkembangan
optimal tidak hanya melihat prestasi sesuai kapasitas intelektual dan
minatnya melainkan sebagai sebuah kondisi perkembangan yang
memungkinkan peserta didik mampu mengambil pilihan dan keputusan
secara sehat dan bertanggungjawab terhadap kondisi dinamika yang
dihadapinya.

Dengan melihat beberapa pandangan ahli di atas, maka dapat


dikatakan bimbingan merupakan serangkaian proses membantu individu
atas permasalahan yang dihadapinya untuk mencapai tugas-tugas
perkembangannya secara optimal.

Berikutnya adalah definisi dari konseling. Konseling merupakan


salah satu bentuk hubungan yang bersifat membantu. Makna membantu di
sini yaitu sebagai upaya untuk membantu orang lain agar ia mampu
tumbuh ke arah yang dipilihnya sendiri, mampu memecahkan masalah
yang dihadapinya, dan mampu menghadapi krisis-krisis yang
dialami dalam kehidupan. Hubungan dalam konseling bersifat
interpersonal. Terjadi dalam bentuk wawancara secara tatap muka antara
konselor dengan klien (konseli). Hubungan itu melibatkan semua unsur
kepribadian yang meliputi pikiran, perasaan, pengalaman, nilai-
nilai, kebutuhan, harapan, dan lain-lain.

15
Khusus di sekolah, Boy dan Pine (Depdikbud 1983 dalam Yusuf
dan Juntika, 2008; 9) menyatakan bahwa tujuan konseling adalah
membantu individu (siswa) menjadi lebih matang dan lebih
mengaktualisasikan dirinya, membantu siswa dengan cara yang positif,
membantu dalam sosialisasi siswa dengan memanfaatkan sumber-sumber
dan potensinya sendiri. ASCA (American School Counselor Association)
mengemukakan bahwa konseling hubungan tatap muka yang bersifat
rahasia, penuh dengan sikap penerimaan dan pemberian kesempatan dari
konselor kepada klien, konselor mempergunakan pengetahuan
dan keterampilannya untuk membantu kliennya dalam mengatasi masalah-
masalahnya (Yusuf dan Juntika, 2008: 7).

2. Ragam 
Dilihat dari masalah yang dihadapi individu, terdapat empat jenis/
ragam  bimbingan yaitu: (a) bimbingan akademik; (b) bimbingan sosial-
pribadi; (c) bimbingan karir; dan (d) bimbingan keluarga (Yusuf dan
Juntika, 2008; 10-13).

a. Bimbingan Akademik, merupakan bimbingan yang diarahkan untuk


membantu individu dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah
akademik seperti masalah pengenalan kurikulum, pemilihan jurusan/
peminatan, cara belajar yang efektif, dan sebagainya.
b. Bimbingan Sosial-Pribadi, merupakan bimbingan untuk membantu
individu dalam memecahkan masalah-masalah sosial pribadi, seperti
hubungan dengan sesama teman/ guru, pemahaman sifat dan kemampuan
diri, penyesuaian diri dengan lingkungan pendidikan/ tempat tinggal, dan
penyelesaian konflik.
c. Bimbingan Karir, merupakan bimbingan untuk membantu individu
dalam  perencanaan, pengembangan dan pemecahan masalah-masalah kari
r seperti  pemahaman terhadap kondisi dan kemampuan diri, pemahaman t
erhadap kondisi lingkungan, perencanaan dan pengembangan karir, dan
pemecahan permasalahan- permasalahan karir yang dihadapi.

16
d. Bimbingan Keluarga, merupakan upaya bantuan kepada individu
sebagai  pemimpin/ anggota keluarga agar mampu menciptakan keluarga y
ang utuh dan harmonis, memberdayakan diri secara produktif dapat
menciptakan dan menyesuaikan diri dengan norma keluarga, serta
berperan/ berpartisipasi aktif dalam mencapai kehidupan keluarga yang
bahagia.

3. Tujuan dan Fungsi


Yusuf (dalam Supriatna ; 2011) mengatakan bimbingan dan
konseling  bertujuan untuk membantu peserta didik agar memiliki kemam
puan menginternalisasikan nilai-nilai yang terkandung dalam tugas-tugas
perkembangan yang harus dikuasainya. Sementara itu, Asosiasi
Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN) dalam naskah akademik
penataan pendidikan professional konselor dan layanan bimbingan dan
konseling dalam jalur pendidikan formal memerinci tujuan pelayanan
bimbingan ialah agar peserta didik dapat: (a) merencanakan kegiatan
penyelesaian studi, perekmebangan karir serta kehidupan di masa yang
akan datang; (b) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin; (c) menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (d)
mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Tujuan-tujuan tersebut muaranya adalah untuk membantu peserta didik
agar dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya yang meliputi aspek
pribadi-sosial, belajar (akademik), dan karir.

Sedangkan menurut Cribbin (dalam Prayitno, 2009),tujuan


bimbingan dan konseling yaitu:

a. Pengembangan diri secara maksimal (maximum self development).


Mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal melalui proses
bimbingan dan konseling.

17
b. Arah diri sepenuhnya (ultimate self direction). Mengarahkan diri
kepada sikap mental dan kehidupan yang lebih baik.
c. Memahami diri (self understanding). Mampu memahami keberadaan
dirinya,baik klekurangan ataupun kelebihan yang dimilikinya.
d. Membuat keputusan dan jabatan (education vocational decition
making). Dapat menentukan hal yang berkaitan dengan pendidikan dan
profesi atau pekerjaan yang ditekuninya.
e. Penyesuaian (adjustment). Dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya, baik itu sekolah, keluarga maupun masyarakat.

Sedangkan fungsi bimbingan dan konseling adalah sebagai


berikut:

a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan yang membantu peserta


didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan
lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).
Berdasarkan pemahaman ini, peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan potensi dirinya secara optimal, dan menyesuaikan
dirinya dengan lingkungan secara dinamis dan konstruktif.
b. Fungsi Preventif, yaitu fungsi yang berkaitan dengan upaya konselor
untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin
terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh
peserta didik.
c. Fungsi Pengembangan, yaitu fungsi bimbingan yang sifatnya lebih
proaktif dari fungsi-fungsi lainnya. Konselor senantiasa berupaya
untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, yang
memfasilitasi perkembangan peserta didik.
d. Fungsi Penyembuhan, yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif.
Fungsi
ini  berkaitan erat dengan upaya pemberian bantuan kepada peserta did
ik yang telah mengalami masalah, baik menyangkut aspek pribadi,
sosial, belajar, maupun karir.

18
e. Fungsi Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta
didik memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan atau program studi,
dan memantapkan  penguasaan karir atau jabatan yang sesuai dengan
minat, bakat, keahlian dan ciri-ciri kepribadian lainnya.
f. Fungsi Adaptasi, yaitu fungsi membantu para pelaksana pendidikan,
kepala Sekolah/Madrasah dan staf, konselor, dan guru untuk
menyesuaikan program pendidikan terhadap latar belakang
pendidikan, minat, kemampuan, dan kebutuhan peserta didik. Dengan
menggunakan informasi yang memadai mengenai peserta didik,
pembimbing/konselor dapat membantu para guru dalam
memperlakukan peserta didik secara tepat, baik dalam memilih dan
menyusun materi Sekolah/Madrasah, memilih metode dan proses
pembelajaran maupun menyusun bahan pelajaran sesuai dengan
kemampuan dan kecepatan peserta didik.
g. Fungsi Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu peserta
didik agar dapat menyesuaikan diri dengan diri dan lingkungannya
secara dinamis dan konstruktif.

4. Prinsip
Rumusan prinsip-prinsip bimbingan dan konseling pada umumnya
berkenaan dengan sasaran pelayanan, masalah klien, tujuan dan proses
penanganan masalah, program pelayan, penyelenggaraan pelayanan.
Berikut ini dicatatkan sejumlah prinsip bimbingan dan konseling yang
diramu dari sejumlah sumber (dalam Prayitno, 2009).

a. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Sasaran Pelayanan


Sasaran pelayanan bimbingan dan konseling adalah individu-individu,
baik secara perorangan maupun kelompok. Variasi dan keunikan
keindividualan, aspek-aspek pribadi dan lingkungan, serta sikap dan
tingkah laku dalam perkembangan dan kehidupannya. Bimbingan dan
konseling melayani semua individu tanpa membedakan satu sama lain.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang bertujuan mengembangkan

19
penyesuaian individu terhadap segenap bidang pengalaman harus
mempertimbangkan berbagai aspek perkembangan individu
b. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Masalah Individu
Secara ideal pelayanan bimbingan dan konseling ingin membantu
semua individu dengan berbagai masalahnya. Namun, sesuai dengan
keterbatasan yang ada pada dirinya sendiri, pelayanan bimbingan dan
konseling hanya mampu menangani masalah klien secara terbatas.
Bidang bimbingan pada umumnya dibatasi hanya pada hal-hal yang
menyangkut pengaruh kondisi mental dan fisik individu terhadap
penyesuaian dirinya di rumah, di sekolah, serta dalam kaitannya
dengan kontak sosial dan pekerjaan, dan sebaliknya pengaruh kondisi
lingkungan terhadap kondisi mentalbdan fisik individu.
c. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Program Pelayanan
Program bimbingan dan konseling harus disusun dan dipadukan
sejalan dengan program pendidikan dan pengembangan secara
menyeluruh. Progam bimbingan dan konseling harus fleksibel,
disesuaikan dengan kondisi lembaga (misalnya sekolah), kebutuhan
individu dan masyarakat.
d. Prinsip-Prinsip Berkenaan dengan Pelaksanaan Layanan
Tujuan akhir bimbingan dan konseling adalah kemandirian setiap
individu. Dalam proses konseling keputusan yang diambil dan hendak
dilakukan oleh klien hendaklah atas kemauan klien sendiri, bukan
karena kemauan atau desakan dari konselor. Permasalahan khusus
yang dialami klien harus ditangani oleh tenaga ahli dalam bidang yang
relevan dengan permasalahan khusus tersebut.
e. Prinsip-Prinsip Bimbingan Konseling Di Sekolah
Konselor harus memulai kariernya sejak awal dengan program kerja
yang jelas, dan memiliki kesiapan yang tinggi untuk melaksanakan
program tersebut. Konselor bertanggung jawab kepada semua
siswa,baik siswa-siswa yang gagal maupun yang memiliki bakat, serta

20
yang bersikap menarik perhatian atau mengambil muka guru, konselor
dan personal sekolah lainnya.

5. Asas – Asas Bimbingan Dan Konseling


a. Asas Kerahasiaan , segala sesuatu yang dibicarakan klien kepada
konselor tidak boleh disampaikan kepada orang lain, atau lebih – lebih
hal atau keterangan yang tidak boleh atau tidak layak diketahui orang
lain.
b. Asas Kesukarelaan, proses bimbingan dan konseling harus
berlangsung atas dasar kesukarelaan, baik dari pihat si terbimbing atau
klien,maupun dari pihak konseling. Klien diharapkan secara suka dan
rela tanpa ragu- ragu ataupun merasa terpaksa.
c. Asas Keterbukaan, harus ada keterbukaan antara klien dengan
konselor, diharapkan masing masing pihak yang terkait bersedia
membuka diri untuk kepentingan pemecahan masalah.
d. Asas Kekinian, masalah individu yang ditanggulangi ialah masalah
masalah yang sedang dirasakan bukan masalah yang sudah lampau,
dan juga bukan yang mungkin akan terjadi dan akan dialami di masa
yang akan datang.
e. Asas Kemandirian, pelayanan bimbingan dan konseling bertujuan
menjadikan si terbimbing (klien) dapat berdiri sendiri, tidak tergantung
kepada orang lain atau tergantung pada konselor.
f. Asas Kegiatan, usaha bimbingan dan konseling tidak akan
memberikan buah yang berarti bila klien tidak melakukan sendiri
kegiatan dalam mencapai tujuan bimbingan konseling.
g. Asas Kedinamisan , usaha pelayanan bimbingan dan konseling
menghendaki terjadinya perubahan pada klien, yaitu perubahan
perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik.
h. Asas Keterpaduan, pelayanan bimbingan dan konseling berusaha
memadukan sebagai aspek kepribadian klien.

21
i. Asas Kenormatifan, usaha bimbingan dan konseling tidak boleh
bertentangan dengan norma – norma yang berlaku, baik ditinjau dari
norma agama, adat, Negara, ilmu ataupun kebiasaan.
j. Asas Keahlian, usaha bimbinmgan dan konseling perlu dilakukan asas
keahlian secara teratur dan sistematik dengan menggunakan prosedur.
k. Asas Alih Tangan, jika konselor telah mengarahkan segenap
kemampuannya kepada klien, namun klien belum bias terbantu, maka
konselor dapat mengirimkan klien kepada petugas atau badan yang
lebih ahli.

6. Jenis Layanan
Untuk memenuhi fungsi dan tujuan bimbingan dan konseling
Yusuf dan Juntika (2008: 20) mengemukakakn perlu dilaksanakan
berbagai kegiatan layanan bantuan. Beberapa jenis layanan bantuan
bimbingan itu diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Pelayanan pengumpulan data tentang siswa dan lingkungannya.


Pelayanan ini merupakan usaha untuk mengetahui diri individu seluas-
luasnya. Adapun teknik yang dapat digunakan berupa teknik tes dan
non-tes. Teknik tes meliputi  pelaksanaan psikots, tes prestasi
hasil belajar, dan sebagainya. Sedangkan teknik non-tes sepertti
observasi, angket, wawancara, sosiometri, dan sebaginya.
b. Konseling. Konseling merupakan layanan terpenting dalam program
bimbingan. Layanan ini memfasilitasi individu untuk memperoleh
bantuan secara langsung  baik secara face to face maupun melalui
perantara media dalam memperoleh (1) Pemahaman dan kemampuan
untuk mengembangkan kematangan diri, dan (2) menanggulangi
kesulitan yang dihadapi baik menyangkut aspek pribadi,
sosial,  belajar, maupun karir.
c. Penyajian informasi dan penempatan. Penyajian informasi dalam arti
menyajikan keterangan (informasi) tentang berbagai aspek kehidupan
yang diperlukan lindividu seperti menyangkut aspek (1) karakteristik

22
dan tugas-tugas  perkembangan pribadi, (2) sekolah-sekolah lanjutan,
(3) dunia kerja, (4) kiat-kiat belajar yang efektif, (5) bahaya merokok,
minuman keras, dan obat-obatan terlarang, dan (6) pentingnya
menyesuaikan diri dengan norma agama atau nilai-nilai moral yang
dijunjung tinggi dalam masyarakat. Sementara layanan penempatan
adalah layanan bantuan yang diberikan kepada individu dalam rangka
menyalurkan dirinya ke arah yang tepat sesuai dengan kemampuan
minat dan bakatnya. Penempatan ini meliputi pendidikan yakni
memilih jurusan dan kelanjutan sekolah; penempatan jabatan, dan juga
penempatan individu dalam rangka program pengajaran di sekolah
yang bersangkutan.
d. Penilaian dan penelitian. layanan penilaian dilasanakan untuk
megetahui tujuan program bimbingan apa saja yang telah dilaksanakan
dapat dicapai. Selain itu dilaksanakan juga penilaian kepada individu-
individu yang mendapat pelayanan untuk kemudian dilakukan tindak
lanjut terhadap hasil yang telah dicapai yang hasilnya dapat digunakan
sebagai bahan penelitian. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengembangkan program bimbingan agar lebih baik dalam
pelaksanaannya dan menelaah tentang kebutuhan bimbingan yang
belum tercapai serta menelaah hakikat individu dan perkembangannya.
Hasil dari penelitian ini merupakan bahan untuk mengembangkan dan
memperbaiki program bimbingan yang akan dilaksanakan selanjutnya.

F. Isu Bimbing dalam Pendiidkan


Tantangan bagi peran guru BK dalam bidang pendidikan semakin
nyata, jika pada keadaan pembelajaran normal di sekolah, Peran Guru Bk
masih mendapat pandangan sebelah mata dari beberapa pihak, baik itu
siswa, orang tua ataupun rekan guru lainnya.

Hal yang perlu di luruskan adalah, 1) BK Tidak (Hanya)


Menangani Siswa “Nakal”, 2) Siswa Bermasalah Tidak Berarti Nakal, 3)
Tidak benar Ke Ruang BK itu Dimarahi dan Dijadikan Bahan, 4) BK

23
Bukan Polisi Sekolah, 5) BK Adalah Pemeran Protagonis, Bukan
Antagonis , 6) Jam BK Tidak Hanya di Kelas 1-2 JP, 7) Siswa Salah Perlu
Dibenarkan, Bukan Malah Disalahkan. 8) Siswa Bersalah Perlu
Didampingi, Bukan Dihakimi (Advokasi), 9) BK Adalah Aktivitas
Menerima, Mendengarkan dan Mengarahkan, Bukan Menasehati, 10 ) BK
Bukan Sekedar Sahabat Siswa, Tapi “Bolo” Siswa.

Dengan datangnya tantangan era distrupsi yang digaungkan tahun


2018, diperkirankan pada Tahun 2030 Indonesia diprediksi akan
mengalami masa bonus demografi. Jumlah penduduk usia produktif
(berusia 15-64 tahun) lebih besar dibanding penduduk usia tidak produktif
(berusia di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun). Pada periode tersebut,
penduduk usia produktif diprediksi mencapai 64 persen dari total jumlah
penduduk yang diproyeksikan sebesar 297 juta jiwa. Revolusi Industri 4.0
menuntut guru BK agar mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan zaman
dan bagimana guru BK mampu berperan aktif dalam memfasilitasi peserta
didiknya di era digital agar mampu bersaing secara sehat dan mencapai
perkembangan yang optimal.

Pada tahun 2020 Dunia diguncangkan dengan Pandemi Covid-19,


dimana semua aktivitas dibatasi, dan Kegiatan pembelajaran pun
dilakukan melalui daring, Dunia pendidikan dari Jenjang Paud sampai
Mahasiswa dituntut untuk dapat menyesuaikan kurikulum pembelajaran
dengan pola daring. Bimbingan dan Konseling dalam dunia pendidikan
kembali dihadapkan dengan permasalahn kompleks, bagaimana cara
layanan bimbingan dan konseling akan dilakukan di era pandemic,
sementara banyak aktifitas yang dibatasi dan belum maksimalnya
penggunaan sarana teknologi yang dimiliki peserta didik di lapangan.

Dampak jangka Panjang dari Pendemi covid adalah kekhawatiran


akan Lost Generation, yaitu akan kesenjangan kualitas pembelajaran yang
signifikan. Istilah lost generation muncul kali pertama untuk
menggambarkan situasi yang terjadi setelah pasca Perang Dunia I di tahun

24
1920 silam. Kajian isu pada makalah ini lebih menekankan pada tantangan
bagi Bimbingan dan Konseling di dunia pendidikan, lebih menitik
beratkan pada persiapan peran Bimbingan Konseling menghadapi lost
generation di dunia pendidikan.

Pemikiran ini didasarkan dari beberapa berita, kejadian, dan


permasalahan yang marak dewasa ini, akibat pandemic Covid diantaranya,
angka Pasien Positif tertinggi yang menginjak angka 211 ribu kasus per 11
September 2020. Selain tingginya angka covid, keadaan pandemi di Kota
Bandung berdampak pada tingginya angka perceraian, tercatat 2843 Kasus
perceraian sejak Januari 2020 yang terdaftar di Kantor Urusan Agama
Kota Bandung, Permasalahan lainnya timbul dari pengurangan tenaga
kerja di banyak perusahaan, dan permasalahan lainnya.

Lost generation yang terjadi berdampak penurunan kualitas sumber


daya manusia (SDM) dalam satu generasi akibat penurunan kualitas fisik,
kecerdasan atau intelligence quotient (IQ), mental/psikis, sosial dan
spritual. Jika hal ini dibiarkan dalam rentang waktu yang panjang, dapat
menyebabkan banyak permasalahan di masyarakat, yang secara langsung
dirasakan peserta didik. Tantangan bagi guru Bimbingan dan Konseling
dalam dunia Pendidikan, makin besar dengan adanya Pandemi ini.

25
KESIMPULAN

Kedudukan bimbingan dan konseling di sekolah adalah sebagai alat untuk


Pemahaman terhadap perkembangan siswa dapat menjadi dasar bagi
pengembangan strategi dan proses pembelajaran yang membantu siswa
mengembangkan perilaku-perilakunya yang baru. Perkembangan siswa di sekolah
meliputi aspek-aspek fisik, kecerdasan, emosi, sosial dan kepribadian. Kenyataan
menunjukan bahwa pada setiap siswa memiliki karakteristik pribadi atau perlaku
yang relatif berbeda dengan siswa lainnya. Keragaman perilaku ini mengandung
implikasi akan perlunya data dan pemahaman yang memadai terhadap setiap
siswa.

Peranan pelayanan bimbingan dan konseling dalam pendidikan sesuai


dengan urgensi dan kedudukannya, maka ia berperan sebagai penunjang kegiatan
pendidikan lainnya dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah digariskan
melalui Undang-Undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003. Peran ini
dimanifestasikan dalam bentuk membantu para peserta didik untuk
mengembangkan kompetensi religius, kompetensi kemanusiaan dan kompetensi
social, serta membantu kelancaran para peserta didik dalam pengembangan
kompetensi akademik dan professional sesuai dengan bidang yang ditekuninya
melalui pelayanan bimbingan dan konseling.

Namun pada kenyataannya peran atau tugas bimbingan dan konseling


masih belum dipahami sepenuhnya baik oleh masyarakat maupun siswa. Hal
tersebut menjadi sebuah tantangan bagi guru bimbingan dan konseling sehingga
perlunya pemahaman yang mendalam terkait kedudukan dan peran bimbingan dan
konseling dalam pendidikan. Dengan demikian guru bimbingan dan konseling
dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Selain itu, di
masa pandemi yang sedang terjadi sejak Maret 2020 hingga saat ini menjadikan
peran bimbingan dan konseling sangat penting. Guru BK harus berupaya
meningkatkan kemandirian belajar siswa, termasuk pula meningkatkan
kemandirian orang tua. Bimbingan dan konseling merupakan bagian integral

26
dalam pendidikan yang ikut memfasilitasi dan memandirikan peserta didik.
Dalam konteks pengembangan kemandirian, tujuan BK tidak sebatas sebagai
proses pemecah masalah yang hanya bersifat kekinian, melainkan terarah kepada
penyiapan individu untuk dapat menghadapi persoalan masa depan dan menjalani
kehidupan sebagai anggota masyarakat terutama dalam menghadapi dampak
pandemi yang dikhawatirkan akan mengakibatkan terjadinya lost generation.

Semoga makalah ini dapat menjadi motivasi bagi kita untuk mampu
menghadapi tantangan yang sudah ada maupun tantangan yang akan datang.

27
KAJIAN HASIL DISKUSI
Peran BK di Masa Pandemi
Bagaimana Jika Guru BK diberi Kedudukan sebagai Kesiswaan

DAFTAR PUSTAKA

Kartadinata, dkk. (1998). Bimbingan Di Sekolah Dasar. Bandung: Depdikbud. 


Pengurus Besar ABKIN. (2018). Kode Etik Bimbingan dan Konseling Indonesia.
Yogyakarta.
Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014.
Prayitno dan Erman. (2004). Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka
Cipta.
Supriatna, M (2011). Bimbingan dan Konseling Berbasis Kompetensi: Orientasi  Dasar
Pengembangan Profesi Konselor. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No. 20
TH. 2003). Jakarta: Sinar Grafika.
Yusuf, S dan Juntika, N, A. (2008). Landasan Bimbingan & Konseling.
Bandung: Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia dan PT
Remaja Rosdakarya.

28

Anda mungkin juga menyukai