Anda di halaman 1dari 42

LAPORAN AKHIR

PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT


SKEMA REGULER

PELATIHAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING UNTUK


MENGATASI PERILAKU BULLYING PADA SEKOLAH MENENGAH
PERTAMA DI WILAYAH KULON PROGO YOGYAKARTA

Oleh:

Hardi Prasetiawan, M.Pd 0508039901


Amien Wahyudi, M.Pd. 0514048601
Dra. Erni Hestiningrum, MA 0501046201

UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN


2019

PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT INI DILAKSANAKAN ATAS BIAYA DAN


ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
NOMOR KONTRAK : L1/SPK-PPM-13/LPPM-UAD/IV/2019

i
DAFTAR ISI

Halaman Sampul ........................................................................................ i


Halaman Pengesahan..................................................................................ii
Surat Pernyataan Revisi ............................................................................ iii
Daftar Isi .................................................................................................... iv
Daftar Tabel................................................................................................ v
Daftar Gambar ........................................................................................... vi
Daftar Lampiran ........................................................................................vii
Ringkasan ................................................................................................. viii
Pendahuluan ............................................................................................... 1
Solusi Permasalahan ................................................................................... 8
Metode Pelaksanaan ................................................................................... 9
Hasil, Pembahasanm dan Dampak ............................................................ 11
Daftar Pustaka ........................................................................................... 16

iii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rencana Target Capaian Luaran.................................................. 8

iv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Identifikasi Problematika Perilaku Bullying ............................................... 11


Gambar 2. Pelatihan Teknik Layanan Bimbingan (Preventif)
dan Konseling (Kuratif) .............................................................................. 12
Gambar 3. Pelatihan Layanan BK Teknik Konseling Ringkas Berfokus Solusi.......... 13

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Borang Capaian .................................................................... 26


Lampiran 2. Bukti Luaran Wajib ............................................................. 28

vi
RINGKASAN

Masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah mulai dari tingkat sekolah dasar hingga
menengah atas saat ini sangat banyak ditemukan. Perilaku kekerasan yang dilakukan
pelajar seringnya sudah di luar batas kewajaran. Kekerasan yang dilakukan cukup
mengerikan, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, bahkan ada yang
menjadi korban akibat kekerasan yang dilakukan. Perilaku kekerasan ini dikenal dengan
Perilaku Bullying. Esensinya perilaku Bullying yang terjadi di sekolah diintervensi oleh
guru Bimbingan dan Konseling yang berperan dalam memberikan dan menyelesaikan
masalah Bullying. Sehingga, dilakukanlah Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini dengan
memberikan bentuk pelatihan kepada guru BK selama 8 kali pertemuan sejak
tanggal 20 Oktober sampai tanggal 11 November 2019 dengan materi khusus
yaitu teknik dalam layanan Bimbingan dan Konseling. Target luaran yang
dihasilkan dari hasil pengabdian masyarakat ini adalah dengan menerbitkan pada
hasil symposium atau seminar hasil pengabdian masyarakat tepatnya dalam bentuk
prosiding, selain itu dibuat dalam format video, dan diunggah pada media massa
versi laman website majalah atau Koran digital.

vii
PENDAHULUAN

1. ANALISIS SITUASI
Pendidikan berdasarkan Mu’in (2011) merupakan bagian penting dari
kehidupan manusia. Pertama, pendidikan bisa dianggap sebuah proses yang terjadi
secara tidak disengaja atau berjalan secara alamiah. Kedua, pendidikan bisa
dianggap sebagai proses yang terjadi secara sengaja, direncanakan, didesain, dan
diorganisasi berdasarkan aturan yang berlaku terutama perundang-undangan yang
dibuat atas dasar kesepakatan, misalnya UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang merupakan dasar penyelenggaraan
pendidikan. Pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan kebudayaan.
Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan
atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi
dewasa.
Pendidikan secara umum terdiri dari Pendidikan informal, non-formal, dan
formal. Pendidikan informal adalah pembelajaran yang terjadi di lingkungan
keluarga. Selanjutnya, Pendidikan non-formal merupakan pembelajaran yang terjadi
di lingkungan masyarakat atau lembaga swadaya yang dibangun oleh pihak terkait
dalam membelajarkan individu secara mandiri misalnya lembaga kursus dan
pelatihan, kelompok belajar, dan pusat kegiatan belajar masyarakat. Pendidikan
formal merupakan pembelajaran yang diselenggarakan oleh lembaga resmi yang
diakui Pemerintah sebagai tempat untuk belajar bagi individu. Sementara
Pendidikan formal di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab I pasal 1 ayat 1, dijelaskan bahwa
Pendidikan formal adalah jalur Pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang
terdiri atas Pendidikan dasar, Pendidikan menengah, dan Pendidikan tinggi.
Bimbingan dan konseling dikenal sebagai suatu layanan untuk peserta didik di
sekolah. Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bergerak dalam bidang
human services. Menurut Fatur Rahman (2012) Bantuan psikologis diberikan oleh

1
konselor atau pembimbing dengan maksud membentuk individu agar dapat
mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas perkem-bangan. Tujuan
utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah memberikan dukungan
pada pencapaian kematangan kepribadian, keterampilan sosial, kemampuan
akademik, dan bermuara pada terbentuknya kematangan karir individual yang
diharapkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang).
Kamaluddin (2011) Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah
merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi,
kehidupan sosial, kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir.
Pelayanan bimbingan dan konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik
secara individual, kelompok, dan atau klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi,
bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta peluang-peluang yang dimiliki.
Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah
yang dihadapi peserta didik. Sedangkan Eriyono (2013) pelayanan bimbingan dan
konseling pada saat ini cukup mendapat apresiasi oleh masyarakat pengguna jasa
pelayanan tersebut, khususnya di sekolah-sekolah. Guna menjamin
keberlangsungan pelayanan di masa depan serta menjaga kualitas pelayanan bagi
pengguna jasa konseling di lembaga pendidikan khususnya di sekolah-sekolah
pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Menteri No. 27 tahun 2008 tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor.
Menurut Depdiknas (dalam Caraka, 2015) pada saat ini telah terjadi
perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan
yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada
pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan
dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling) atau
bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling)
didasarkan pada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi,
dan pengentasan masalah-masalah konseli.
Permendiknas nomor 27 tahun 2008, tentang standar kualifikasi akademik dan
kompetensi konselor, dijelaskan bahwa: Sosok utuh kompetensi konselor mencakup
kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik

2
merupakan landasan ilmiah dari pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan
konseling, kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi
membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Sesuai dengan pernyataan tersebut (Eriyono, 2013) menyimpulkan bahwa
seorang guru BK harus memiliki keempat kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik,
kepribadian, sosial, dan profesional dalam melaksanakan berbagai layanan
bimbingan dan konseling. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan dalam
mengelola pembelajaran peserta didik, sedangkan kompetensi sosial adalah
kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, serta masyarakat sekitar, sedangkan
kompetensi kepribadian yang merupakan sebuah kepribadian yang harus melekat
pada pendidik yang meliputi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa,
berakhlak mulia serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik, dan yang terakhir
kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi
standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional.
Bentuk nyata kompetensi tersebut diantaranya adalah guru BK harus mampu
menguasai hakikat, menyusun, serta mengembangkan instrumen assesmen untuk
keperluan bimbingan dan konseling, mampu mengaplikasikan hakikat, arah profesi,
dasar-dasar, dan model pendekatan pelayanan bimbingan dan konseling, mampu
menyusun program bimbingan dan konseling yang berkelanjutan berdasarkan
kebutuhan peserta didik secara komprehensif dengan pendekatan perkembangan,
mampu melaksanakan program bimbingan dan konseling, mampu mengevaluasi
hasil, proses, dan program bimbingan konseling, mampu menyelenggarakan
pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional konselor, mampu
memahami, merancang, melaksanakan serta memanfaatkan penelitian bimbingan
dan konseling.
Berdasarkan Eriyono (2013) Hasil yang diperoleh guru BK belum optimal
dalam merencanakan dan melaksanakan program bimbingan dan konseling.
Indikator-indikator yang menguatkan temuan tersebut antara lain: a) adanya banyak
kesamaan program baik program tahunan, semesteran, bulanan serta harian dengan

3
tahun sebelumnya, b) tidak adanya asesmen untuk mengetahui masalah atau
kebutuhan- kebutuhan siswa sebagai dasar penyusunan program bimbingan dan
konseling; c) konselor sekolah hanya memberikan pelayanan secara klasikal,
sedangkan pelayanan dalam format individu dan kelompok jarang dilakukan. Hal
ini menunjukkan guru BK belum optimal dalam menerapkan standar kompetensi
profesional konselor point ke-3 dan ke-4 yang terdapat dalam Permendiknas nomor
27 tahun 2008, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor
yang menyebutkan bahwa “Konselor harus mampu merancang program bimbingan
dan konseling, dan mengimplemetasikan program bimbingan dan konseling yang
komprehensif.
Penelitian terkait dengan penerapan kompetensi profesional Guru BK di
sekolah menunjukkan perilaku guru BK yang kurang profesional. Hajati (2009)
tentang “Pengembangan Kompetensi Konselor Sekolah Menengah Atas Menurut
Standar Kompetensi Konselor Indonesia”, diperoleh hasil diantaranya adalah
“sebagian besar konselor kurang menguasai kemampuan guna mengenal secara
mendalam konseli yang hendak dilayani dan sangat kurang dalam menguasai teori,
prinsip, teknik, dan prosedur bimbingan dan konseling sebagai pendekatan”.
Apalagi konselor harus siap menghadapai konseli yang memiliki banyak
permasalahan yang muncul diakibatkan oleh perkembangan zaman yang semakin
maju yang lebih dikenal sebagai permasalahan millenialisme. Perkembangan
globalisasi ditandai dengan kemajuan diberbagai bidang, antara lain di bidang
pendidikan, teknologi dan komunikasi yang mempunyai dampak positif maupun
dampak negatif bagi manusia, sehingga diperlukan sikap selektif dan waspada
dalam menghadapi arus globalisasi tersebut. Adapun dampak negatif dari kemajuan
teknologi tesebut telah memunculkan sikap dan perilaku yang bertentangan dengan
norma susila dan norma agama, contohnya adalah kekerasan yang menimpa anak,
remaja hingga dewasa.
Prasetiawan (2019) Masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga menengah atas saat ini banyak dijumpai. Perilaku
kekerasan yang dilakukan pelajar sudah di luar batas kewajaran. Kekerasan yang
dilakukan cukup mengerikan, baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah,

4
bahkan ada yang menjadi korban akibat kekerasan yang dilakukan. Berbagai tafsir
sosial atas fenomena tersebut dikemukahkan oleh pemerintah, pemerhati, pendidik,
dan bahkan pelajar itu sendiri. Tidak sedikit pula yang berpendapat bahwa individu
yang menjadi pelaku kekerasan adalah anak yang kurang perhatian, anak yang gagal
secara akademik, dan anak yang perlu mendapatkan bantuan serta pelayanan
psikologi.
Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa kenakalan remaja khususnya yang
melibatkan pelajar sekolah sudah serius. Selain masalah disiplin, masalah lain
seperti tawuran antar sekolah, geng motor, dan seks bebas merupakan masalah yang
semakin sering terjadi di kalangan remaja. Meskipun tidak ada data resmi mengenai
jumlah dan jenis kenakalan di kalangan murid namun masalah ini ibarat bara api
dalam sekam. Murid-murid sekolah ketika ini bukan saja berani melanggar
peraturan sekolah yang berkaitan dengan disiplin seperti; merokok, minum alkohol,
merusak fasilitas sekolah, mencuri, berkelahi, bolos sekolah, menganggu pelajaran
di kelas, tidak mematuhi arahan guru bahkan mem-bullying teman satu kelas atau
adik kelasnya.
Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying di
sekolah, antara lain adalah faktor kepribadian, komunikasi interpersonal yang
dibangun remaja dengan orangtuanya, peran kelompok teman sebaya dan iklim
sekolah. Pertama adalah faktor kepribadian yang memberikan kontribusi besar pada
siswa dalam melakukan perilaku bullying atau menjadi pelaku bullying. Menurut
Benitez dan Justicia (dalam Hartanto, 2013) pelaku bullying cenderung memiliki
sikap empati yang rendah, impulsif, dominan, dan tidak bersahabat. Adapun
menurut Novianti (dalam Hartanto, 2013) bahwa salah satu faktor terbesar
penyebab siswa melakukan bullying adalah temperamen yaitu sifat yang terbentuk
dari respon emosional. Hal ini mengarah pada perkembangan tingkah laku
personalitas dan sosial siswa. Siswa yang aktif dan impulsif lebih mungkin untuk
berlaku bullying dibandingkan dengan yang pasif atau pemalu.
Berdasarkan Prasetiawan (2019) sebagaimana rendahnya tingkat pengawasan
di rumah, rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan berkembangnya
perilaku bullying di kalangan siswa. Pentingnya pengawasan dilakukan terutama di

5
tempat bermain dan lapangan, karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku
bullying kerap dilakukan. Bullying dapat Menimbulkan dampak Ketakutan &
Gangguan Psikologi yang berkelanjutan, dalam hal ini banyak kajian dan penelitian
yang dilakukan oleh lembaga-lhmbaga yang peduli terhadap perkembangan anak.
Penelitian Yayasan Sejiwa (2008) menyebutkan bahwa sebagian kecil guru
(27,5%) menganggap bullying merupakan perilaku normal dan sebagian besar guru
(73%) menganggap bullying sebagai perilaku yang membahayakn siswa. Hal
tersebut tidak dapat dianggap normal karena siswa tidak dapat belajar apabila siswa
berada dalam keadaan tertekan, terancam dan ada yang menindasnya setiap hari
sehingga perilaku bullying tidak bisa dianggap normal atau biasa. Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Yayasan SEJIWA tersebut melalui data statistik
tawuran dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) tahun 2006,
pengadaan Roadshow Young Hearts tahun 2008-2009 (dalam Yayasan Semai Jiwa
Amini, 2008) serta kunjungan ke tiga kota besar, diketahui bahwa statistik bullying
meningkat dari jumlah 61,8 juta kasus di tahun 2012 menjadi 83 juta kasus di tahun
2013 (yang berarti meningkat 21,2 persen). Dari hasil kunjungan tiga kota yang
dilakukan Yayasan SEJIWA bersama Universitas Indonesia, diperoleh data bahwa
kasus bullying terbanyak terjadi di kota Yogyakarta dengan jumlah 70% kasus.
Menyusul dibawahnya adalah Jakarta dengan jumlah 60% kasus dan yang terakhir
Surabaya dengan jumlah 50% kasus.
Adapun dalam kegiatan ini masalah yang akan dientaskan yaitu tepatnya pada
siswa yang mengalami tindakan perilaku bullying baik secara verbal, fisik,
relasional, dan cyber. Pemberian dan penyelesaian masalah dengan memberikan
bentuk pelatihan khususnya teknik dalam layanan Bimbingan dan Konseling.
Menurut Sunaryo (dalam Caraka, 2015) Bimbingan, sebagai upaya pendidikan,
diartikan sebagai proses bantuan kepada individu untuk mencapai tingkat
perkembangan diri secara optimum di dalam navigasi hidupnya secara mandiri.
Bantuan dalam arti bimbingan yaitu memfasilitasi individu untuk mengembangkan
kemampuan memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri.
Kondisi perkembangan optimum adalah kondisi dinamis yang ditandai dengan
kesiapan dan kemampuan individu untuk memperbaiki diri (self-improvement) agar

6
dia menjadi pribadi yang berfungsi penuh (fully-fungctioning) di dalam
lingkungannya. Sedangkan konseling menurut the American Counseling
Association (ACA) (dalam Gladding, 2012), konseling adalah penerapan prinsip-
prinsip kesehatan mental, perkembangan psikologis atau manusia, melalui
intervensi kognitif, afektif, perilaku, atau sistemik, dan strategi yang mencanangkan
kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, atau perkembangan karir, dan juga patologi.
Prayitno (2008) adapun fungsi layanan bimbingan dan konseling seperti,
Pemahaman, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memahami diri dan
lingkungannya. Pencegahan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik mampu
mencegah atau menghindarkan diri dari berbagai permasalahan yang dapat
menghambat perkembangn dirinya. Pengentasan, yaitu fungsi utuk membantu
peserta didik mengatasi masalah yang dialaminya. Pemeliharaan dan
pengembangan, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memlihara dan
menumbuh-kembangkan berbagai potensi dan kondisi positif yang dimilikinya.
Serta, Advokasi, yaitu fungsi untuk membantu peserta didik memperoleh
pembelaan atas hak dan atau kepentingannya yang kurang mendapat perhatian.

2. PERMASALAHAN MITRA
Berdasarkan wawancara dengan mahasiswa yang mengikuti program magang
dasar, lanjut, dan terapan ditemukan banyak perilaku bullying yang terjadi di sekolah.
Ironisnya, perilaku bullying tersebut belum dapat dientaskan dengan baik disebabkan
terbatasnya personil guru bimbingan dan konseling di sekolah. Guru bimbingan dan
konseling di sekolah yang dijadikan mitra juga kadang tidak hadir setiap saat atau ada di
lokasi sekolah disebabkan memiliki kegiatan mengajar di sekolah lainnya.

7
SOLUSI PERMASALAHAN

1. Solusi
Berdasarkan pemaparan di atas maka solusi yang ditawarkan untuk mengatasi
masalah tindakan bullying adalah dengan mengadakan Pelatihan Teknik Bimbingan dan
Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Bullying Pada Sekolah Menengah Pertama di
Wilayah Kulon Progo Yogyakarta.

2. Target Luaran
Adapun target luaran dari pengabdian ini adalah :

Tabel 1. Rencana Target Capaian Luaran

No Jenis Luaran Indikator Capaian


1 Publikasi Ilmiah di Jurnal Submitted
Video Pelatihan Teknik Bimbingan dan
2 Published
Konseling
3 Media Massa Published

8
METODE PELAKSANAAN

Sasaran dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah para konselor
yang notabenya adalah Guru BK SMP yang berada dikawasan Kulon Progo. Pelatihan
ini diharapkan sebagai upaya membantu individu yang pernah dan sedang mengalami
tindakan perilaku bullying dengan cara memberikan Pelatihan Teknik Bimbingan dan
Konseling. Program Pelatihan Teknik Bimbingan dan Konseling ini dapat membantu
mengatasi dan mengentaskan tindakan perilaku bullying di sekolah khususnya siswa
pada Sekolah Menengah Pertama di Wilayah Kulon Progo Yogyakarta. Adapun
pelatihan ini memiliki beberapa tujuan, diantaranya adalah:
1. Memberikan pemahaman tentang bahaya bullying
2. Memberikan pemahaman pada guru BK tentang bentuk-bentuk perilaku bullying
3. Memberikan pemahaman pada guru BK tentang bahaya bullying bagi individu
4. Memberikan Pelatihan Teknik Bimbingan dan Konseling di sekolah.
Materi Pelatihan Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku
Bullying Pada Sekolah Menengah Pertama di Wilayah Kulon Progo Yogyakarta, yaitu
sebagai berikut:
1. Bimbingan mengenai tentang pemahaman tentang bullying
2. Brain Storming mengenai bahaya bullying
3. Bimbingan mengenai tentang strategi menghadapi bullying
4. Brain Storming mengenai kesehatan mental bagi korban bullying
5. Problematika perkembangan remaja dewasa ini
6. Bimbingan mengenai perilaku bullying pada siswa
7. Brain Storming mengenai cara menghadapi perilaku bullying
8. Forum Group Discussion (FGD) dengan guru bimbingan dan konseling dan kepala
sekolah mengenai Pelatihan Layanan Bimbingan dan Konseling.
9. Forum Group Discussion (FGD) dengan organisasi sekolah mengenai Pelatihan
Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Bullying.
10. Forum Group Discussion (FGD) dengan organisasi sekolah, guru bimbingan dan
konseling dan kepala sekolah mengenai Pelatihan Layanan Bimbingan dan
Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Bullying.
11. Pelatihan Layanan Bimbingan dan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Bullying.

9
Adapun manfaat dari Pelatihan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Untuk
Mengatasi Perilaku Bullying Pada Sekolah Menengah Pertama di Wilayah Kulon Progo
Yogyakarta, yakni sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Pelatihan Pelatihan Pelayanan Bimbingan dan Konseling bermanfaat untuk
mengatasi dan mengetaskan tentang bahaya perlaku bullying pada siswa yang
dapat berpengaruh pada perkembangan karakter individu.
2. Bagi Guru Bimbingan dan Konseling
Pelatihan Peayanan Bimbingan dan Konseling dapat digunakan untuk
meningkatkan akses dan kualitas pelayanan bimbingan dan konseling bagi
siswa.
3. Bagi Sekolah
Pelatihan Pelayanan Bimbingan dan Konseling dapat melatih keterampilan
guru BK dalam melaksanakan layanan Bimbingan dan Konseling khususnya
masalah bullying tersebut sehingga tidak menjadi masalah di masa depan.

10
HASIL DAN PEMBAHASAN, DAMPAK

Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat dengan tema Pelatihan Teknik Layanan


Bimbingan dan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Bullying di SMP Wilayah Kulon
Progo Yogyakarta. Selama proses pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat
dilaksanakan dalam kurun waktu delapan sesi yang tujuannya adalah untuk membekali
dan membangun keterampilan para guru BK dalam mengembangkan dan melaksanakan
layanan dasar maupun responsif untuk mencegah perilaku bullying pada siswa.
Kegiatan yang pertama adalah FGD (Focus Group Discussion) terkait
permasalahan aktual siswa terutama tentang perilaku Bullying remaja khususnya di
wilayah Kulon Progo. Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa siswa
yang terlibat kasus bullying baik secara verbal, fisik, relasional, dan cyberbullying.
Perilaku bullying secara verbal berdampak pada ucapan yang sengaja maupun tidak
sengaja dengan indikasi mengatai, memperolok, maupun menghina. Berikutnya perilaku
bullying fisik yang terjadi pada siswa yaitu pada saat terjadi kekerasan dalam sentuhan
fisik. Sedangkan bullying relasional terjadi akibat pengaruh geng-gengan pada siswa
yang suka membentuk kelompok dan melakukan gunjingan ataupun menindas anak-
anak yang lemah dan sering sendirian. Terakhir cyberbulling terjadi dengan mudah
melalui aktivitas penggunaan media sosial ataupun smartphone yang disalahgunakan
fungsinya.
Dampak negatif yang terjadi pada perilaku bullying adalah timbulnya ketakutan,
kecemasan, minder, pemalu, ketidak percayaan, dan sukar bergaul. Analisis
menunjukkan bahwa pelaku dengan korban yang terjadi kasus bullying dari waktu ke
waktu dapat menimbulkan pelecehan terhadap korban pengganggu (Huitsing, Snijders,
Van Duijn, & Veenstra, 2014)

Gambar 1. Identifikasi Problematika Perilaku Bullying

11
Hasil identifikasi yang dilakukan bersama koordinator guru BK di wilayah Kulon
Progo menunjukkan bahwa pada dasarnya perlu dikembangkan sebuah terobosan untuk
memberikan pelatihan dalam membangun dan meningkatkan keterampilan layanan
Bimbingan dan Konseling. Keterampilan Teknik Layanan Bimbingan dan Konseling
yang dikembangkan pada Guru BK dibangun sebagai bentuk wujud preventif atau
pencegahan dan kuratif atau bersifat solutif. Adapun dalam hal ini para guru BK dilatih
untuk mengentaskan perilaku bullying terutama para korban dan pelaku bullying. Selain
itu para guru BK yang dilatih mampu untuk mengaplikasikan dan bahkan mencegah
tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah. Selanjutnya, para guru BK juga
diberikan wawasan tentang bagaimana motif individu untuk berpartisipasi dalam
bullying, persistensi bullying, dan penyesuaian korban di berbagai konteks rekan yang
berbeda dapat mencegah bulying (Salmivalli, 2010)

Gambar 2. Pelatihan Teknik Layanan Bimbingan (Preventif) dan Konseling (Kuratif)

Pelatihan Teknik Layanan Bimbingan dan Konseling dibangun dengan konsep


melalui Pengembangan Media dalam Layanan Bimbingan dan Konseling. Sehingga
para guru yang melaksanakan Layanan Dasar dapat dengan mudah menyertakan Media
sebagai bentuk preventif pengentasan perilaku bullying. Sedangkan, di sisi lain juga
diberikan Pendekatan Model Konseling baik dari Psikologi maupun Pendekatan secara
Islami. Hal ini memberikan kesan atau berdampak secara positif pada setiap layanan
yang diberikan. Perubahan kondisi ini secara positif dapat mempengaruhi aspek
kognitif, afektif, amupun psikomotorik dari setiap evaluasi layanan Bimbingan dan
Konseling. Perubahan secara kognitif mempengaruhi pikiran korban untuk bisa
mereduksi bullying secara verbal dan tidak cemas. Aspek afektif yang berubah adalah
perasaan untuk percaya diri dalam bergaul. Aspek prikomotorik adalah aspek penting
untuk korban bullying, sehingga mampu beraktifitas dalam Kehidupan Efektif Sehari-
hari. Selain itu, para guru BK juga menggalakan dukungan teman sebaya di sekolah

12
pada siswa agar dapat menciptakan peluang bagi remaja untuk proaktif dalam
menentang bullying (Cowie, 2011)
Hasil resuman yang diangkat dari pretest terkait pelatihan layanan Bimbingan dan
Konseling untuk mengatasi perilaku bullying dideskripsikan dan dilakukan dengan
format wawancara terbuka dengan beberapa pertanyaan. Adapun hasilnya menunjukkan
data yang akurat sebagai bukti autentik sebagai persiapan pelatihan yang akan
dilakukan. Pertanyaan khususnya adalah terkait teknik dan pendekatan layanan
Bimbingan dan Konseling yang diberikan kepada peserta didik, dari seluruh peserta
guru BK memberikan jawaban yang pesimis artinya sangat jarang diberikan kepada
peserta didik. Selain itu, terkait materi yang diberikan apakah sudah sesuai dengan
kebutuhan data dilapangan terutama dalam mengatasi perilaku bullying, beberapa
peserta sudah menyampaikan materi hanya dengan melihat kejadian dan fenomena yang
baru terjadi saja, namun masih minim dan terbatas pada penanganannya secara lansung.
Maka dari itu, kegiatan pelatihan layanan Bimbingan dan Konseling layak untuk
diberikan kepada guru BK SMP Negeri di wilayah Kulon Progo Yogyakarta.

Gambar 3. Pelatihan Layanan BK Teknik Konseling Ringkas Berfokus Solusi

Selanjutnya, berdasarkan pelatihan ini bagaimana membangun hubungan dan


kolaborasi antara konselor sekolah sebagai pemegang peran utama dengan stakeholers
sekolah dalam pencegahan perilaku bullying. Intervensi Konseling yang dilakukan
dalam penanganan perilaku bullying juga diperkuat dengan model atau pendekatan lain
seperti solution focused brief counseling atau konseling berfokus solusi juga memiliki
anggapan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk membangun solusi dalam
mengatasi permasalahan yang dihadapinya (Corey, 2015). Asumsi yang mendasari
konseling berfokus solusi adalah bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengatasi
tantangan kehidupan (Kim dalam (wahyu prosiding), namun kadang-kadang manusia

13
kehilangan arah atau kesadaran akan kompetensnya. Konseli adalah pribadi yang
kompeten dan peran konselor adalah membantu konseli agar menyadari bahwa ia
mempunyai kemampuan itu. Proses konseling menyediakan suatu keadaan yang
menjadikan individu memfokuskan diri pada pemulihan dan penciptaan solusi
ketimbang membicarakan problem mereka.
Adapun dalam hal ini, hasil posttest terkait pelaksanaan pelatihan layanan
Bimbingan dan Konseling untuk mengatasi perilaku bullying dirangkum dan dilakukan
serta dideskripsikan dengan data secara kuantitatif dengan beberapa pertanyaan, yaitu
pandangan para guru BK terkait kegiatan yang dilakukan, dari sekian banyak (30 orang)
peserta guru BK rata-rata memberikan jawaban yang positif dan sangat antusias dengan
analisis jawabannya adalah sangat bermanfaat. Selanjutnya apakah kegiatan pelatihan
memberikan manfaat secara keilmuan. Sangat memberikan efek manfaat tutur peserta
dengan lugas. Berikutnya, terkait materi yang disampaikan oleh pemateri apakah sudah
sesuai dengan kebutuhan data dilapangan, sebagian besar menjawab sangat sesuai dan
cocok dengan perkembangan emosional anak di ruang lingkup sekolah menengah
pertama. Lalu pertanyaan lainnya adalah terkait evaluasi yang perlu dilakukan dalam
pelatihan, beberapa peserta memberikan saran dan masukan yang kritis membangun
terutama dengan teknik atau pendekatan konseling yang lebih mudah dan sesuai dengan
pendekatan humanistik. Pertanyaan terakhir adalah, kritik dan saran terhadap kegiatan
pelatihanyang diberikan, tidak sedikit yang menyampaikan kekaguman dan
kebanggaannya karena sudah mendapatkan berbagai ilmu dan pendekatan konseling
yang lebih mutakhir dan kekinian.
O'Hanlon dan Weiner-Davis dalam (Saputra, 2019) menguraikan bahwa konseling
berfokus solusi menawarkan beberapa bentuk tujuan. Beberapa bentuk tujuan dari
konseling berfokus solusi yaitu mengubah tampilan situasi atau kerangka acuan,
mengubah situasi masalah, dan menekan kekuatan dan potensi konseli. Konseli
didorong untuk terlibat dalam perubahan atau solution-talk, bukan problem-talk, dengan
asumsi bahwa apa yang konseli bicarakan sebagian besar akan menjadi apa yang konseli
hasilkan (Corey, 2015). Sehingga proses konseling yang dilakukan memiliki
kecenderungan lebih ringkas dan konseli segera mendapatkan solusi terhadap masalah
yang dialaminya. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa konseling berfokus
solusi dapat menjadi salah satu intervensi yang dapat memberikan dampak signifikan
terhadap perubahan tingkah laku konseli. Konseling kelompok ringkas berfokus solusi
menunjukkan contoh dinamis dari anggota kelompok yang interaktif, berfokus pada
siswa, dan berguna dalam meningkatkan keterampilan akademis yang terkait dengan
self-regulated learning (Fitch, Marshall, & McCarthy, 2012).

14
SIMPULAN
Keterampilan dalam Pelatihan Teknik Layanan Bimbingan dan Konseling untuk
Mereduksi Perilaku Bullying merupakan suatu bentuk layanan Bimbingan dan
Konseling dengan fungsi pencegahan dan pengentasan. Guru BK dilatih untuk
empersiapkan suatu bentuk layanan bimbngan dan konseling yang kekinian dengan
Media BK dan pendekatan dalam konseling. Evaluasi hasil yang didapatkan adalah para
siswa mampu untuk mencegah tindakan bullying di lingkungan sekolah bahkan di luar
sekolah. Teknik Layanan Bimbingan dan Konseling adalah menjadi suatu muara
layanan Bimbingan dan Konseling oleh Guru BK dengan siswa untuk memiliki
kesadaran bersama untuk mencegah bullying.

15
DAFTAR PUSTAKA

Amini, T. Y. S. J. (2008). Bullying Mengatasi Kekerasan Di Sekolah Dan Lingkungan


Sekitar Anak.
Bhakti, C. P. P. S. B. Dan K. U. A. D. Y. (2015). Bimbingan Dan Konseling
Komprehensif: Dari Paradigma Menuju Aksi.
Corey, G. (2015). Theory And Practice Of Counseling And Psychology. Cengage
Learning.
Cowie, H. (2011). Peer Support As An Intervention To Counteract School Bullying:
Listen To The Children. Children & Society, 25(4), 287–292.
Eriyono. (2013). Penerapan Kompetensi Profesional Guru Bimbingan Dan Konseling
Pasca Sertifikasi (Studi Deskriptif Pada Guru Bimbingan Dan Konseling SMP
Negeri Se-Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2012/2013)
Fitch, T., Marshall, J., & Mccarthy, W. (2012). The Effect Of Solution-Focused Groups
On Self-Regulated Learning. Journal Of College Student Development, 53(4),
586–595.
Gladding, S. T., & Batra, P. (2007). Counseling: A Comprehensive Profession. Pearson
Education India.
Hajati, K. (2010) Model Program Peningkatan Kompetensi Konselor Sekolah
Menengah Atas Berbasis Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Disertasi
Doktor Pada SPS Upi Bandung: Tidak Diterbitkan
Hartanto, Dody, Handaka, Irvan. (2013). Applying Media Comic In Guidance And
Counseling Service In Junior High School. Prosiding Kongres XII. Konvensi
Nasional XVIII. Asosiasi Bimbingan Dan Konseling Dan Seminar Internasional
Konseling.
H.Kamaluddin. (2011). Bimbingan Dan Konseling Sekolah. Kementrian Pendidikan
Nasional.
Huitsing, G., Snijders, T. A. B., Van Duijn, M. A. J., & Veenstra, R. (2014). Victims,
Bullies, And Their Defenders: A Longitudinal Study Of The Coevolution Of
Positive And Negative Networks. Development And Psychopathology, 26(3),
645–659.
Mu’in, F. (2011). Pendidikan Karakter: Konstruksiteoretik & Praktik.
Rahman, F. (2012). Manajemen Dan Pengembangan Program Bimbingan Konseling.
Yogyakarta: Modul Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru Rayon, 111.
Salmivalli, C. (2010). Bullying And The Peer Group: A Review. Aggression And
Violent Behavior, 15(2), 112–120.
Saputra, W. N. E. (2019). Konseling Kreatif Berfokus Solusi: Integrasi Seni Kreatif
Dalam Konseling Berfokus Solusi. Proceeding Of The URECOL, 151–155.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional.

16
LAMPIRAN

17
BORANG CAPAIAN LUARAN PENGABDIAN
DANA INTERNAL UAD TAHUN AKADEMIK 2019 / 2020
SKEMA PPM REGULER
I. IDENTITAS PENGABDI
Judul pengabdian : Pelatihan Layanan Bimbingan & Konseling Untuk Mengatasi Perilaku
Bullying di SMP Negeri Wilayah Kulon Progo
Ketua Pengabdian : Hardi Prasetiawan, M.Pd
NIDN / e-mail : 0508039901 / hardi.prasetiawan@bk.uad.ac.id
Prodi/Fakultas : Bimbingan dan Konseling / Fakultas Keguruan & Ilmu Pendidikan
Anggota 1 : Amien Wahyudi, M.Pd
Anggota 2 : Dra. Erni Hestinngrum, MA
Jumlah mahasiswa terlibat : 2 orang

II. CAPAIAN LUARAN PENGABDIAN


A . A rtikel P ublikasi pada Jurnal Ilm iah
Nam a jurnal Judul artikel Keterangan

B . A rtikel P ublikasi pada P rosiding (sem inar) Ilm iah


Nam a Judul artikel * Penyelenggara dan Keterangan **
Sem inar/ tanggal kegiatan
Conference
1. Internasional
2. Nasional Pelatihan Layanan Bimbingan LPPM UAD 14 Terbit dan Alamat
& Konseling Untuk Mengatasi September 2019 URL:
Perilaku Bullying di SMP http://seminar.uad.ac.
Negeri Wilayah Kulon Progo id/index.php/senimas/
article/view/2244/588
3. Lokal/regional
* Jika lebih dari satu artikel, tuliskan urutan nomornya ke bawah
** Submit/accepted/terbit dan alamat URL artikel jika sudah terbit

C . B uku ber ISB N / M o d u l / Book Chapter


Jenis B uku/M odul Judul B uku / M odul dan T im P enyusun* Keterangan **
1. Buku Ajar/Teks
2. Buku Umum/Ilmiah
Populer
3. Modul
4. Book Chapter
* Jika lebih dari satu artikel, tuliskan urutan nomornya ke bawah
** keterangan status: draft/masuk penerbit/sudah cetak dan ISBN; serta matakuliah terkait

D . M edia M assa
Jenis Judul Artikel Keterangan
M edia
1. Cetak
2. Online MGBK SMP Negeri se-Kulon Terbit dan Alamat URL:
Progo Buat Gerakan Anti http://www.mediamu.id/2019/11/14/mgbk-smp-
Bullying negeri-se-kulonprogo-buat-gerakan-anti-
bullying/?utm_source=WhatsApp&utm_medium=IM
&utm_campaign=share
3.
4.
E. Video
Jenis V ideo Judul Video Keterangan
1. Format AVI Pelatihan Layanan Bimbingan & Konseling Untuk Mengatasi Publish di Website
Perilaku Bullying di SMP Negeri Wilayah Kulon Progo LPPM
2.
3.
4.

Yogyakarta 15 November 2019


Ketua,

Hardi Prasetiawan, M.Pd


2019 Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; P- ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan


14 September 2019, Hal. 443-452
ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

Pelatihan teknik layanan bimbingan dan konseling untuk mengatasi


perilaku bullying di SMP Wilayah Kulon Progo

Hardi Prasetiawan, Amien Wahyudi, Erni Hestiningrum

Universitas Ahmad Dahlan, Jl. Kapas 9, Semaki, Umbulharjo, Yogyakarta 55166


amien.wahyudi@bk.uad.ac.id

ABSTRAK

Bimbingan dan konseling dikenal sebagai suatu layanan untuk peserta didik di sekolah. Bimbingan dan konseling
merupakan ilmu yang bergerak dalam bidang human services. Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah
merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kegiatan
belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Seorang guru BK (Konselor Sekolah) harus memiliki
keempat kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional dalam melaksanakan
berbagai layanan bimbingan dan konseling. Melalui pemberdayaan atau program pengabdian ini , pelayanan
Bimbingan dan Konseling diarahkan untuk membantu mengatasi kelemahan dan hambatan serta masalah yang
dihadapi peserta didik khsususnya dalam mengentaskan perilaku Bullying yang terjadi pada siswa sekolah
menengah pertama. Rancangan kegiatan dalam pelaksanaan program pengabdian kepada masyarakat ini dapat
melalui berbagai metode, yaitu (1) Forum Group Discussion, (2) penyuluhan, (3) pendampingan, (4) pelatihan,
dan (5) brainstorming. Metode-metode pelaksanaan tersebut akan disajikan dalam berbagai materi dan
bekerjasama dengan Musyawarah Guru Bimbingan Konseling (MGBK) Kulon Progo, Prodi BK Universitas
Ahmad Dahlan, serta PDM Kulon Progo.
Kata kunci: Bimbingan dan Konseling, Layanan, Perilaku Bullying

ABSTRACT
Guidance and counseling is known as a service for students in schools. Guidance and counseling is a science that
moves in the field of human services. Guidance and Counseling Services in schools is an effort to help students in
the development of personal life, social life, learning activities, and career planning and development. A BK
teacher (School Counselor) must have four competencies, namely: pedagogical, personal, social and professional
competencies in carrying out various counseling and guidance services. Through this empowerment or service
program, Guidance and Counseling services are directed to help overcome weaknesses and obstacles as well as
problems faced by special students in alleviating Bullying behavior that occurs in junior high school students.
The design of activities in the implementation of community service programs can be done through various
methods, namely (1) Group Discussion Forums, (2) counseling, (3) mentoring, (4) training, and (5)
brainstorming. The methods of implementation will be presented in a variety of materials and in collaboration
with the Kulon Progo Counseling Guidance Teacher Consultation (MGBK), BK Study Program Ahmad Dahlan
University, and PDM Kulon Progo.

Keywords: Bullying, Guidance and Counseling, Service

Pelatihan teknik layanan… (Hardi Prasetiawan) | 443


2019 Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; P- ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

PENDAHULUAN
Pendidikan menurut Mu’in [1] merupakan bagian penting dari kehidupan manusia.
Pertama, pendidikan bisa dianggap sebuah proses yang terjadi secara tidak disengaja atau
berjalan secara alamiah. Kedua, pendidikan bisa dianggap sebagai proses yang terjadi secara
sengaja, direncanakan, didesain, dan diorganisasi berdasarkan aturan yang berlaku terutama
perundang-undangan yang dibuat atas dasar kesepakatan, misalnya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) yang
merupakan dasar penyelenggaraan pendidikan. Pendidikan sering diartikan sebagai usaha
manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai didalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan
atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
Pendidikan secara umum terdiri dari Pendidikan informal, non-formal, dan formal.
Pendidikan informal adalah pembelajaran yang terjadi di lingkungan keluarga. Selanjutnya,
Pendidikan non-formal merupakan pembelajaran yang terjadi di lingkungan masyarakat atau
lembaga swadaya yang dibangun oleh pihak terkait dalam membelajarkan individu secara
mandiri misalnya lembaga kursus dan pelatihan, kelompok belajar, dan pusat kegiatan belajar
masyarakat. Pendidikan formal merupakan pembelajaran yang diselenggarakan oleh lembaga
resmi yang diakui Pemerintah sebagai tempat untuk belajar bagi individu. Sementara
Pendidikan formal di Indonesia tertuang dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional, bab I pasal 1 ayat 1, dijelaskan bahwa Pendidikan formal
adalah jalur Pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas Pendidikan dasar,
Pendidikan menengah, dan Pendidikan tinggi.
Bimbingan dan konseling dikenal sebagai suatu layanan untuk peserta didik di sekolah.
Bimbingan dan konseling merupakan ilmu yang bergerak dalam bidang human services.
Menurut [2] Bantuan psikologis diberikan oleh konselor atau pembimbing dengan maksud
membentuk individu agar dapat mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugas-tugas
perkem-bangan. Tujuan utama layanan bimbingan dan konseling di sekolah adalah
memberikan dukungan pada pencapaian kematangan kepribadian, keterampilan sosial,
kemampuan akademik, dan bermuara pada terbentuknya kematangan karir individual yang
diharapkan dapat bermanfaat di masa yang akan datang.
Kamaluddin [3] mendefinisikan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah sebagai
usaha membantu peserta didik dalam pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial,
kegiatan belajar, serta perencanaan dan pengembangan karir. Pelayanan bimbingan dan
konseling memfasilitasi pengembangan peserta didik secara individual, kelompok, dan atau
klasikal, sesuai dengan kebutuhan, potensi, bakat, minat, perkembangan, kondisi, serta
peluang-peluang yang dimiliki. Pelayanan ini juga membantu mengatasi kelemahan dan
hambatan serta masalah yang dihadapi peserta didik. Sedangkan menurut Eriyono [4]
pelayanan bimbingan dan konseling pada saat ini cukup mendapat apresiasi oleh masyarakat
pengguna jasa pelayanan tersebut, khususnya di sekolah-sekolah. Guna menjamin
keberlangsungan pelayanan di masa depan serta menjaga kualitas pelayanan bagi pengguna
jasa konseling di lembaga pendidikan khususnya di sekolah-sekolah pemerintah sudah
mengeluarkan Peraturan Menteri No. 27 tahun 2008 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Konselor.
Menurut Depdiknas dalam Bhakti [5] pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma
pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional,
remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi
perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan
(Developmental Guidance and Counseling) atau bimbingan dan konseling komprehensif
(Comprehensive Guidance and Counseling) didasarkan pada upaya pencapaian tugas
perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli.
Pelatihan teknik layanan… (Hardi Prasetiawan) | 444
2019 Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; P- ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

Permendiknas nomor 27 tahun 2008, tentang standar kualifikasi akademik dan


kompetensi konselor, dijelaskan bahwa: Sosok utuh kompetensi konselor mencakup
kompetensi akademik dan profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik
merupakan landasan ilmiah dari pelaksanaan pelayanan profesional bimbingan dan konseling,
kompetensi akademik dan profesional konselor secara terintegrasi membangun keutuhan
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Sesuai dengan pernyataan tersebut [4] menyimpulkan bahwa seorang guru BK harus
memiliki keempat kompetensi yaitu: kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan
profesional dalam melaksanakan berbagai layanan bimbingan dan konseling. Kompetensi
pedagogik yaitu kemampuan dalam mengelola pembelajaran peserta didik, sedangkan
kompetensi sosial adalah kemampuan berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali, serta masyarakat sekitar,
sedangkan kompetensi kepribadian yang merupakan sebuah kepribadian yang harus melekat
pada pendidik yang meliputi pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, berwibawa, berakhlak
mulia serta dapat dijadikan teladan bagi peserta didik, dan yang terakhir kompetensi
profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam
yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan dalam standar nasional.
Bentuk nyata kompetensi tersebut diantaranya adalah guru BK harus mampu menguasai
hakikat, menyusun, serta mengembangkan instrumen assesmen untuk keperluan bimbingan
dan konseling, mampu mengaplikasikan hakikat, arah profesi, dasar-dasar, dan model
pendekatan pelayanan bimbingan dan konseling, mampu menyusun program bimbingan dan
konseling yang berkelanjutan berdasarkan kebutuhan peserta didik secara komprehensif
dengan pendekatan perkembangan, mampu melaksanakan program bimbingan dan konseling,
mampu mengevaluasi hasil, proses, dan program bimbingan konseling, mampu
menyelenggarakan pelayanan sesuai dengan kewenangan dan kode etik profesional konselor,
mampu memahami, merancang, melaksanakan serta memanfaatkan penelitian bimbingan dan
konseling.
Berdasarkan Eriyono [4] Hasil yang diperoleh guru BK belum optimal dalam
merencanakan dan melaksanakan program bimbingan dan konseling. Indikator-indikator yang
menguatkan temuan tersebut antara lain: a) adanya banyak kesamaan program baik program
tahunan, semesteran, bulanan serta harian dengan tahun sebelumnya, b) tidak adanya asesmen
untuk mengetahui masalah atau kebutuhan- kebutuhan siswa sebagai dasar penyusunan
program bimbingan dan konseling; c) konselor sekolah hanya memberikan pelayanan secara
klasikal, sedangkan pelayanan dalam format individu dan kelompok jarang dilakukan. Hal ini
menunjukkan guru BK belum optimal dalam menerapkan standar kompetensi profesional
konselor point ke-3 dan ke-4 yang terdapat dalam Permendiknas nomor 27 tahun 2008, tentang
Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor yang menyebutkan bahwa “Konselor
harus mampu merancang program bimbingan dan konseling, dan mengimplemetasikan
program bimbingan dan konseling yang komprehensif”.
Penelitian terkait dengan penerapan kompetensi profesional guru BK di sekolah
menunjukkan perilaku guru BK yang kurang profesional. Penelitian Hajati [6] dengan judul
“Pengembangan Kompetensi Konselor Sekolah Menengah Atas Menurut Standar Kompetensi
Konselor Indonesia”, menunjukan bahwa “sebagian besar konselor kurang menguasai
kemampuan guna mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani dan sangat kurang
dalam menguasai teori, prinsip, teknik, dan prosedur bimbingan dan konseling sebagai
pendekatan”. Apalagi konselor harus siap menghadapai konseli yang memiliki banyak
permasalahan yang muncul diakibatkan oleh perkembangan zaman yang semakin maju yang
lebih dikenal sebagai permasalahan millenialisme. Perkembangan globalisasi ditandai dengan
kemajuan diberbagai bidang, antara lain di bidang pendidikan, teknologi dan komunikasi yang
Pelatihan teknik layanan… (Hardi Prasetiawan) | 445
2019 Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; P- ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

mempunyai dampak positif maupun dampak negatif bagi manusia, sehingga diperlukan sikap
selektif dan waspada dalam menghadapi arus globalisasi tersebut. Adapun dampak negatif dari
kemajuan teknologi tersebut telah memunculkan sikap dan perilaku yang bertentangan dengan
norma susila dan norma agama, contohnya adalah kekerasan yang menimpa anak, remaja
hingga dewasa.
Amini [7] berpendapat bahwa masalah kenakalan di kalangan pelajar sekolah mulai dari
tingkat sekolah dasar hingga menengah atas saat ini banyak dijumpai. Perilaku kekerasan yang
dilakukan pelajar sudah di luar batas kewajaran. Kekerasan yang dilakukan cukup mengerikan,
baik di dalam maupun di luar lingkungan sekolah, bahkan ada yang menjadi korban akibat
kekerasan yang dilakukan. Berbagai tafsir sosial atas fenomena tersebut dikemukahkan oleh
pemerintah, pemerhati, pendidik, dan bahkan pelajar itu sendiri. Tidak sedikit pula yang
berpendapat bahwa individu yang menjadi pelaku kekerasan adalah anak yang kurang
perhatian, anak yang gagal secara akademik, dan anak yang perlu mendapatkan bantuan serta
pelayanan psikologi.
Peristiwa tersebut menunjukkan bahwa kenakalan remaja khususnya yang melibatkan
pelajar sekolah sudah serius. Selain masalah disiplin, masalah lain seperti tawuran antar
sekolah, geng motor, dan seks bebas merupakan masalah yang semakin sering terjadi di
kalangan remaja. Meskipun tidak ada data resmi mengenai jumlah dan jenis kenakalan di
kalangan murid namun masalah ini ibarat bara api dalam sekam. Murid-murid sekolah ketika
ini bukan saja berani melanggar peraturan sekolah yang berkaitan dengan disiplin seperti;
merokok, minum alkohol, merusak fasilitas sekolah, mencuri, berkelahi, bolos sekolah,
menganggu pelajaran di kelas, tidak mematuhi arahan guru bahkan mem-bullying teman satu
kelas atau adik kelasnya.
Beberapa faktor diyakini menjadi penyebab terjadinya perilaku bullying di sekolah,
antara lain adalah faktor kepribadian, komunikasi interpersonal yang dibangun remaja dengan
orangtuanya, peran kelompok teman sebaya dan iklim sekolah. Pertama adalah faktor
kepribadian yang memberikan kontribusi besar pada siswa dalam melakukan perilaku bullying
atau menjadi pelaku bullying. Menurut Benitez dan Justicia dalam [8] pelaku bullying
cenderung memiliki sikap empati yang rendah, impulsif, dominan, dan tidak bersahabat.
Adapun menurut Novianti dalam [8] bahwa salah satu faktor terbesar penyebab siswa
melakukan bullying adalah temperamen yaitu sifat yang terbentuk dari respon emosional. Hal
ini mengarah pada perkembangan tingkah laku personalitas dan sosial siswa. Siswa yang aktif
dan impulsif lebih mungkin untuk berlaku bullying dibandingkan dengan yang pasif atau
pemalu.
Berdasarkan penelitian Amini [7] rendahnya tingkat pengawasan di rumah dan
rendahnya pengawasan di sekolah berkaitan erat dengan berkembangnya perilaku bullying di
kalangan siswa. Pentingnya pengawasan dilakukan terutama di tempat bermain dan lapangan,
karena biasanya di kedua tempat tersebut perilaku bullying sering terjadi. Bullying dapat
menimbulkan dampak berupa ketakutan serta gangguan psikologis yang berkelanjutan, dalam
hal ini banyak kajian dan penelitian yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang peduli
terhadap perkembangan anak.
Penelitian Amini [7] menyebutkan bahwa sebagian kecil guru (27,5%) menganggap
bullying merupakan perilaku normal dan sebagian besar guru (73%) menganggap bullying
sebagai perilaku yang membahayakn siswa. Hal tersebut tidak dapat dianggap normal karena
siswa tidak dapat belajar apabila siswa berada dalam keadaan tertekan, terancam dan ada yang
menindasnya setiap hari sehingga perilaku bullying tidak bisa dianggap normal atau biasa.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Yayasan Sejiwa tersebut melalui data statistik
tawuran dari Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) tahun 2006, pengadaan
Roadshow Young Hearts tahun 2008-2009 (dalam Yayasan Semai Jiwa Amini, 2008) serta
kunjungan ke tiga kota besar, diketahui bahwa statistik bullying meningkat dari jumlah 61,8
Pelatihan teknik layanan… (Hardi Prasetiawan) | 446
2019 Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; P- ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

juta kasus di tahun 2012 menjadi 83 juta kasus di tahun 2013 (yang berarti meningkat 21,2
persen). Dari hasil kunjungan tiga kota yang dilakukan Yayasan Sejiwa bersama Universitas
Indonesia, diperoleh data bahwa kasus bullying terbanyak terjadi di kota Yogyakarta dengan
jumlah 70% kasus. Menyusul dibawahnya adalah Jakarta dengan jumlah 60% kasus dan yang
terakhir Surabaya dengan jumlah 50% kasus.
Adapun dalam kegiatan ini masalah yang akan dientaskan yaitu tepatnya pada siswa yang
mengalami tindakan perilaku bullying baik secara verbal, fisik, relasional, dan cyber.
Pemberian dan penyelesaian masalah dengan memberikan bentuk pelatihan khususnya teknik
dalam layanan Bimbingan dan Konseling. Menurut Sunaryo dalam Bhakti [5] bimbingan,
sebagai upaya pendidikan, diartikan sebagai proses bantuan kepada individu untuk mencapai
tingkat perkembangan diri secara optimum di dalam navigasi hidupnya secara mandiri.
Bantuan dalam arti bimbingan yaitu memfesilitasi individu untuk mengembangkan
kemampuan memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Kondisi
perkembangan optimum adalah kondisi dinamis yang ditandai dengan kesiapan dan
kemampuan individu untuk memperbaiki diri (self-improvement) agar dia menjadi pribadi yang
berfungsi penuh (fully-fungctioning) di dalam lingkungannya. Sedangkan konseling menurut
the American Counseling Association (ACA) [9] adalah penerapan prinsip-prinsip kesehatan
mental, perkembangan psikologis atau manusia, melalui intervensi kognitif, afektif, perilaku,
atau sistemik, dan strategi yang mencanangkan kesejahteraan, pertumbuhan pribadi, atau
perkembangan karir, dan juga patologi.

METODE
Metode pelaksanaan dalam Pelatihan Pelayanan Bimbingan dan Konseling Untuk
Mengatasi Perilaku Bullying yaitu dengan (1) kegiatan musyawarah dengan MGBK Kulon
Progo, sehingga diketahui analisis kebutuhan dari Pelatihan Pelayanan Bimbingan dan
Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Bullying pada konselor SMP di wilayah Kulon Progo, (2)
kemudian diberikannya penyuluhan tentang konsep pelayanan bimbingan dan konseling
dengan media bimbingan konseling, (3) lalu diberikan pelatihan untuk pegentasan masalah
siswa dengan pendekatan konseling dan media bimbingan konseling dalam mengatasi perilaku
bullying (4) berikutnya kegiatan Forum Group Discussion untuk mengetahui tindak lanjut dari
hasil pelaksanaan, dan (5) terakhir adalah tugas mandiri pengembangan media dan pendekatan
konseling dalam layanan bimbingan dan konseling. Metode Pelatihan Pelayanan Bimbingan
dan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Bullying diberikan dengan berbagai metode, yaitu
(1) Forum Group Discussion, (2) penyuluhan, (3) pelatihan, (4) pendampingan, dan (5)
Brainstorming. Kegiatan tidak terjadwal selama 18 jam dan kegiatan terjadwal selama 32 jam
dibantu oleh 2 orang mahasiswa dengan jumlah 30 orang Guru BK tingkat SMP di Wilayah
Kulon Progo.

HASIL, PEMBAHASAN, DAN DAMPAK


Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat dengan tema Pelatihan Teknik Layanan
Bimbingan dan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Bullying di SMP Wilayah Kulon Progo
Yogyakarta. Selama proses pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat dilaksanakan dalam
kurun waktu delapan sesi yang tujuannya adalah untuk membekali dan membangun
keterampilan para guru BK dalam mengembangkan dan melaksanakan layanan dasar maupun
responsif untuk mencegah perilaku bullying pada siswa.
Kegiatan yang pertama adalah FGD (Focus Group Discussion) terkait permasalahan
aktual siswa terutama tentang perilaku Bullying remaja khususnya di wilayah Kulon Progo.
Hasil identifikasi menunjukkan bahwa terdapat beberapa siswa yang terlibat kasus bullying
baik secara verbal, fisik, relasional, dan cyberbullying. Perilaku bullying secara verbal

Pelatihan teknik layanan… (Hardi Prasetiawan) | 447


2019 Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; P- ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

berdampak pada ucapan yang sengaja maupun tidak sengaja dengan indikasi mengatai,
memperolok, maupun menghina. Berikutnya perilaku bullying fisik yang terjadi pada siswa
yaitu pada saat terjadi kekerasan dalam sentuhan fisik. Sedangkan bullying relasional terjadi
akibat pengaruh geng-gengan pada siswa yang suka membentuk kelompok dan melakukan
gunjingan ataupun menindas anak-anak yang lemah dan sering sendirian. Terakhir
cyberbulling terjadi dengan mudah melalui aktivitas penggunaan media sosial ataupun
smartphone yang disalahgunakan fungsinya.
Dampak negatif yang terjadi pada perilaku bullying adalah timbulnya ketakutan,
kecemasan, minder, pemalu, ketidak percayaan, dan sukar bergaul. Analisis menunjukkan
bahwa pelaku dengan korban yang terjadi kasus bullying dari waktu ke waktu dapat
menimbulkan pelecehan terhadap korban pengganggu [10].

Gambar 1. Identifikasi problematika perilaku bullying

Hasil identifikasi yang dilakukan bersama koordinator guru BK di wilayah Kulon Progo
menunjukkan bahwa pada dasarnya perlu dikembangkan sebuah terobosan untuk memberikan
pelatihan dalam membangun dan meningkatkan keterampilan layanan Bimbingan dan
Konseling. Keterampilan Teknik Layanan Bimbingan dan Konseling yang dikembangkan pada
Guru BK dibangun sebagai bentuk wujud preventif atau pencegahan dan kuratif atau bersifat
solutif. Adapun dalam hal ini para guru BK dilatih untuk mengentaskan perilaku bullying
terutama para korban dan pelaku bullying. Selain itu para guru BK yang dilatih mampu untuk
mengaplikasikan dan bahkan mencegah tindakan bullying yang terjadi di lingkungan sekolah.
Selanjutnya, para guru BK juga diberikan wawasan tentang bagaimana motif individu untuk
berpartisipasi dalam bullying, persistensi bullying, dan penyesuaian korban di berbagai konteks
rekan yang berbeda dapat mencegah bulying [11].

Gambar 2. Pelatihan teknik layanan bimbingan (preventif) dan konseling (kuratif)

Pelatihan teknik layanan… (Hardi Prasetiawan) | 448


2019 Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; P- ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

Pelatihan Teknik Layanan Bimbingan dan Konseling dibangun dengan konsep melalui
Pengembangan Media dalam Layanan Bimbingan dan Konseling. Sehingga para guru yang
melaksanakan Layanan Dasar dapat dengan mudah menyertakan Media sebagai bentuk
preventif pengentasan perilaku bullying. Sedangkan, di sisi lain juga diberikan Pendekatan
Model Konseling baik dari Psikologi maupun Pendekatan secara Islami. Hal ini memberikan
kesan atau berdampak secara positif pada setiap layanan yang diberikan. Perubahan kondisi
ini secara positif dapat mempengaruhi aspek kognitif, afektif, amupun psikomotorik dari setiap
evaluasi layanan Bimbingan dan Konseling. Perubahan secara kognitif mempengaruhi pikiran
korban untuk bisa mereduksi bullying secara verbal dan tidak cemas. Aspek afektif yang
berubah adalah perasaan untuk percaya diri dalam bergaul. Aspek prikomotorik adalah aspek
penting untuk korban bullying, sehingga mampu beraktifitas dalam Kehidupan Efektif Sehari-
hari. Selain itu, para guru BK juga menggalakan dukungan teman sebaya di sekolah pada siswa
agar dapat menciptakan peluang bagi remaja untuk proaktif dalam menentang bullying [12].

Gambar 3. Pelatihan layanan BK teknik konseling ringkas berfokus solusi

Selanjutnya, berdasarkan pelatihan ini bagaimana membangun hubungan dan kolaborasi


antara konselor sekolah sebagai pemegang peran utama dengan stakeholers sekolah dalam
pencegahan perilaku bullying. Intervensi konseling yang dilakukan dalam penanganan perilaku
bullying juga diperkuat dengan model atau pendekatan lain seperti solution focused brief
counseling atau konseling berfokus solusi juga memiliki anggapan bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk membangun solusi dalam mengatasi permasalahan yang dihadapinya [13].
Asumsi yang mendasari konseling berfokus solusi adalah bahwa manusia memiliki
kemampuan untuk mengatasi tantangan kehidupan, namun kadang-kadang manusia kehilangan
arah atau kesadaran akan kompetensnya. Konseli adalah pribadi yang kompeten dan peran
konselor adalah membantu konseli agar menyadari bahwa ia mempunyai kemampuan itu.
Proses konseling menyediakan suatu keadaan yang menjadikan individu memfokuskan diri
pada pemulihan dan penciptaan solusi ketimbang membicarakan problem mereka.
O'Hanlon dan Weiner-Davis dalam [14] menguraikan bahwa konseling berfokus solusi
menawarkan beberapa bentuk tujuan. Beberapa bentuk tujuan dari konseling berfokus solusi
yaitu mengubah tampilan situasi atau kerangka acuan, mengubah situasi masalah, dan menekan
kekuatan dan potensi konseli. Konseli didorong untuk terlibat dalam perubahan atau solution-
talk, bukan problem-talk, dengan asumsi bahwa apa yang konseli bicarakan sebagian besar
akan menjadi apa yang konseli hasilkan [13] Sehingga proses konseling yang dilakukan
memiliki kecenderungan lebih ringkas dan konseli segera mendapatkan solusi terhadap
masalah yang dialaminya. Beberapa penelitian lain juga menunjukkan bahwa konseling
Pelatihan teknik layanan… (Hardi Prasetiawan) | 449
2019 Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; P- ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

berfokus solusi dapat menjadi salah satu intervensi yang dapat memberikan dampak signifikan
terhadap perubahan tingkah laku konseli. Konseling kelompok ringkas berfokus solusi
menunjukkan contoh dinamis dari anggota kelompok yang interaktif, berfokus pada siswa, dan
berguna dalam meningkatkan keterampilan akademis yang terkait dengan self-regulated
learning [15].

SIMPULAN
Keterampilan dalam Pelatihan Teknik Layanan Bimbingan dan Konseling untuk
Mereduksi Perilaku Bullying merupakan suatu bentuk layanan Bimbingan dan Konseling
dengan fungsi pencegahan dan pengentasan. Guru BK dilatih untuk empersiapkan suatu bentuk
layanan bimbngan dan konseling yang kekinian dengan Media BK dan pendekatan dalam
konseling. Evaluasi hasil yang didapatkan adalah para siswa mampu untuk mencegah tindakan
bullying di lingkungan sekolah bahkan di luar sekolah. Teknik Layanan Bimbingan dan
Konseling adalah menjadi suatu muara layanan Bimbingan dan Konseling oleh Guru BK
dengan siswa untuk memiliki kesadaran bersama untuk mencegah bullying.

DAFTAR PUSTAKA
[1] Mu’in, F. (2011). Pendidikan Karakter: Konstruksiteoretik & Praktik. Ar-Ruzz Media.
[2] Rahman, F. (2012). Manajemen dan Pengembangan Program Bimbingan Konseling.
Yogyakarta: Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon, 111.
[3] Kamaluddin, H. (2011). Bimbingan Dan Konseling Sekolah. Kementrian Pendidikan
Nasional.
[4] Eriyono. (2013). Penerapan Kompetensi Profesional Guru Bimbingan dan Konseling
Pasca Sertifikasi (Studi Deskriptif Pada Guru Bimbingan Dan Konseling SMP Negeri
Se-Kabupaten Rembang Tahun Ajaran 2012/2013). Doctoral Dissertation. Semarang:
Universitas Negeri Semarang.
[5] Bhakti, C.P. (2015). Bimbingan Dan Konseling Komprehensif: Dari Paradigma Menuju
Aksi. Jurnal Fokus Konseling, 1(2).
[6] Hajati, K. (2010) Model Program Peningkatan Kompetensi Konselor Sekolah Menengah
Atas Berbasis Standar Kompetensi Konselor Indonesia. Disertasi Doktor Pada SPS Upi
Bandung: Tidak Diterbitkan
[7] Amini, Y.S.J. (2008). Bullying: Mengatasi Kekerasan di Sekolah dan Lingkungan
Sekitar Anak. Jakarta: Grasindo.
[8] Hartanto, D., dan Handaka, I. (2013). Applying Media Comic in Guidance and
Counseling Service in Junior High School. In Prosiding Kongres XII. Konvensi Nasional
XVIII. Asosiasi Bimbingan dan Konseling dan Seminar Internasional Konseling.
[9] Gladding, S.T., dan Batra, P. (2007). Counseling: A Comprehensive Profession. Pearson
Education India.
[10] Huitsing, G., Snijders, T.A.B., Van D.M.A.J., dan Veenstra, R. (2014). Victims, Bullies,
And Their Defenders: A Longitudinal Study Of The Coevolution Of Positive And
Negative Networks. Development And Psychopathology, 26(3), 645–659.
[11] Salmivalli, C. (2010). Bullying And The Peer Group: A Review. Aggression And Violent
Behavior, 15(2), 112–120.

Pelatihan teknik layanan… (Hardi Prasetiawan) | 450


2019 Seminar Nasional Hasil Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan; P- ISSN: 2686-2972; e-ISSN: 2686-2964

[12] Cowie, H. (2011). Peer Support as An Intervention to Counteract School Bullying: Listen
To The Children. Children & Society, 25(4), 287–292.
[13] Corey, G. (2015). Theory And Practice Of Counseling And Psychology. Cengage
Learning.
[14] Saputra, W.N.E. (2019). Konseling Kreatif Berfokus Solusi: Integrasi Seni Kreatif dalam
Konseling Berfokus Solusi. Proceeding Of The URECOL, 151–155.
[15] Fitch, T., Marshall, J., dan Mccarthy, W. (2012). The Effect Of Solution-Focused Groups
On Self-Regulated Learning. Journal Of College Student Development, 53(4), 586–595.

Pelatihan teknik layanan… (Hardi Prasetiawan) | 451


w LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHIAN
JI. Gondosuli No. 1B SemakiYogyakarta, Telp. 0274-542886,0274-583515 ext. 1502, 1503!ax.0274-542886,

SURAT PERJANJIAN KONTRAK,(SPK)


PROGRAM PENGABDIAN KEPADA MASYARA.KAT {PPM}
Nomor: L1ISPK-PPM-I3ILPPM-UAD/M2019
Website, lppm.uad.ac.id, email , lppm@uad.ac.id

Pada hari ini, Rabu tanggal dua puluh empat bulan April tahun dua ribu sembilan betras (24-0 4-Z0lg),
kami yang bertanda tangan di barvah ini:

1. Dr. Widodo, M.Si.


selaku Kepala Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) bertindak untuk
dan atas nama Universitas Ahmad Dahlan, selanjutnya disebut PIHAK PERTAMA;

2. Hardi PrasetiawanrM.Pd. selaku Ketua Pelaksana Program Pengabdian kepada Masyarakat


(?PM), selanjutnya disebut PIIIAK KEDUA;

menyatakan bersepakat rnengikatkan diri dalam Perjanjian Kcntrak PPM skema Reguler tah-un
anggaran 2019 dengan ketentuan dan syarat sebagaimana diatur dalam pasal-pasal sebagai berikut:

Pasal 1
Judul Pengabdian

PIHAK PERTAMA dalam jabatan tersebut di atas, memberikan tugas kepada PIHAK KEDUA untuk
melaksanakan kegiatan PPM tahLur anggaran 2019 dengan judul: i'P*l"tihro Lavanan Bimbingan
Dan Konseling Untuk Mengatasi Perilaku Bullying Pada Sekolah Merengah pertama Di
Wilayah Kulon Progo Yog_va karta.',

Pasal 2
Waktu dan Besar Bantuan Biaya ppM
(l) Waktu pelaksanaan PPM minimal selama 6 (enam) bulan dan maksimal 8 (delapan) trulan
dalam semester yang berbeda terhitung mulai sejak ditandatangani SPK ini, dan menyerahkan
hasil laporan pelaksanaan PPM skema Reguler kepada PIHAK PERTAIyL{ selambat-lambatnya
pada 16 November 2019.
(2) Bantuan Biaya pelaksanaan PPM ini dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja (ApB)
LPPM UAD Tahun Akademik 20l8l2AW dengan nilai kontrak sebesar Rp8.000.000,00

Pasal3
Personalia Pelaksana ppM

Susunan personalia Pelaksana PPM ini sebagai berikut :

1) Ketua PPM : Hardi Prasetiawan,M.Pd


2) Anggota I PPM : Dra.ErniHestiningrum,MA
3) Anggota 2 PPM : Amien Wahyudi, M.pd
w LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UN IVERSITAS AH MAD DAH LAN
Jl. Gondosull No. 1B Semaki Yogyakarta, Telp. 0274-542886,0274-583515 ext. 1502, 1503Fax.0214-542886, Website , lppm.uad.ac,id, email : lppm@uad.ac.id

Pasal4
Cara Pembayaran

Biaya PPM dibayarkan sesuai dengan aturail dan tata cara yang telah ditetapkan dalam pedoman
PPM Universitas Ahmad Dahlan, yaitu:
(l) Tahap I sebesar ?0% dari total nilai kontrak yang diterimakan selarnbat-lambatnya dua minggu
setelah surat penjanjian kontrak PPM ini ditandatangani oleh kedua belah pihak
{2) Tahap II sebesar 30% dari total nilai kontrak yang diterimakan setelah pIHAK KEDUA
menyelesaikan seluruh kewaj ibannya"

Pasal5
lVlonitoring dan Evaluasi (Monev) pelaksanaan ppM

{1) PIHAK PERTAMA berhak untuk melakukan pengawasan administrasi, monitoring, dan evaluasi
terhadap pelaksanaan PpM.
(2) PIHAK KEDUA membuat dan menyampaikan Laporan Kemajuan atas pelaksanaan ppM
kepadaPII{AK PERTAMA paling lambatZZ
(3) Pemantauan kemajuan pengabdian dilalcukan "funi ZOig;
oleh Tim Monitoring yang dibentuk pIHAK
PERTAMA dengan berkunjung ke lokasi mitra.
(4) Waktu pelaksanaan Monev akin ditentukan kemudian.

seminar Jfi*f"rsl pp*{

(1)PIHAK PERTAMA akan menyelenggarakan Seminar Nasional Hasil ppM sebagai forum
deseminasi dan menerbitkan Proseding SeminarNasional sebagai media publikasi
hasil ppM
(2)PIHAK KEDUA diwajibkan mengrkuti Seminar Nasional Hasil ppM'tersebut pada
ayat (l)
sebagai pemakalah hasil PPM dengan materi yang relevan dengan judul ppM yang
diajukan.

Pasal ?
Kolokium Hasil ppM
(1) PIHAK KEDUA lvEib menyerahkan laporan semenrara hasil PpM
kepada PIHAK PERTAMA
selambat-lambatnya satu minggu setelah batas akhir pelaksanaan ppM
eksemplar;
sebanyak I {satu)
(2) Laporan sementara digunakan sebagai bahan kolokium hasil ppM yang diselengarakan oleh
PIHAK PERTAMA;
(3) Ketua Pelaksana PPM wajib hadir untuk mempresentasikan hasil PPM pada
kolokium hasil
PPM.
w I.EMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
Jl. Gondosuli No. 1B Semaki Yogyakarta, Telp. 0214-542886,0274-583515

Pasal
ext. 1502, 1503Fax.0214-542886, Website; lppm.uad.ac.id, email : lppm@uad.ac.id

S
Laporan Akhir PPM

(1) Laporan sementara yang sudah direvisi dan disetujui oleh reviewer disebut sebagai
laporan akhir.
(2) PIHAK KEDUA lvaJib menyerahkan laporan akhir PPM kepada PIHAK PERTAMA
selambat-
lambatnya dua minggu setelah koiokium hasil ppM;
(3) Format laporan hasil PPM disesuaikan dengan Pedoman PPM Universitas Ahmad Dahlan
baik
wama sampul, tata tulis, maupun urutan masing-masing komponen;
(4) Berkas laporan yang diserahkan meliputi:
(a) Laporan akhir PPM, borang capaian dan bukli luaran wajib sebagai lampiran;
(b) Video kegiatan PPM;
(c) Berkas laporan sebagaimana tersebut dalam ayat (4a) diserahkan kepada PIIIAK PERTAMA
sebanyak 1 (satu) eksemplar dengan lembar pengesahan bertanda tangan dan berstempel
basah (asli);
(d) Unggah laporan akhir berisi file-file tersebut pada ayat (4a) dan (4b) di atas dalam format
Pdf;
(5) PIHAK KEDUA wajib mengirimkan I (satu) eksemplar Laporan akhir hasil ppM
dalarri bentuk
"ltard copy" kepada Program studi rnasing-masing tim pelaksana ppM dan meminta
bukti
penyerahan Laporan akhir hasil ppM;
(6) PIHAK KEDUA menyerahkan bukti penverahan penerirnaan Laporan akhir
dari program studi
masing-masing tim pelaksana ppM kepada pIHAK PERTAMA.

Pasal g
Sanksi
Segala kelalaian penyelesaian laporan akhir yang menyebabkan keterlambatan
menyerahkan laporan
hasil PPM dengan batas wakiu tersebut dalam pasal 5 ayat (1) bagi yang belum
mengumpulkan
laporan kemajuan atau dalam pasalT akan mendapatkan sanksi sebagai berikut:
(1) Tidak mendapatkan hak pencairan dana ppM tahap ke-2 (30%), dan atau
(2) Mengembalikan dana yang sudah diterima kepada PIHAK PERTAMA,
dan atau
(3) Tidak diperbolehkan mengajukan usulan PPM pada periode tahun anggaran
berikutnya baik bagi
ketua maupun anggota ppM.

Pasal I0
Penutup
(1) Surat perjanjian kontrak PPM ini berlaku sejak ditandatangani dan disetujui oleh pIHAK
PERTAMA dan PIF{AK KEDUA;
(2) Bilamana dalam SPK-PPM ini terdapat kekeliruan, maka akan diperbaiki sebagaimana
mestinya;
w LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS AHMAD DAH TAN
Jl. Gondosuli No. 1B Semaki Yogyakarta, Telp. 0274-542886,0274-583515 ext. 1502, 1503Fax.0214-542886, Website : lppm.uad.ac.id, email , lppm@uad.ac.id

(3) Apabila terjadi perselisihan antaraPIHAK PERTAMA dan pItIAK KEDUA


dalam pelaksanaan
perjanjian ini akan dilakukan psnyelesaian secara musyawarah dan mufakat, dan
apabila tidak
tercapai penyelesaian secara musya!!'arah dan mufakat maka penyelesain dilalrukan melalui
proses hukum;
(4) Hal-hal yang belum diatur dalam surat perjanjian kontrak ini diatur kemudian oleh kedua
belah
pihak secara musyawarah.
(5) PARA PIHAK dibebaskan dari tanggung jawab atas keteriambatan atau kegagalan dalam
memenuhi kewajiban yang dimaksud dalam Pe{anjian Penugasan ini yang disebabkan atau
diakibatkan oleh peristiwa atau kejadian di luar kekuasaan PARA PIHAK yang dapat
digolongkan sebagai keadaan memaksa (force majeure).
(6) Peristiwa atau kejadian yang dapat digolongkan keadaan memaksa (force majeure) dalam
Perjanjian Penugasan ini adalah bencana alam, uabah penyakit, kebakaran, perang, blokade,
peledakan, sabotase, revolusi, pembrontakan, huru hara, serta adanya tindakan pemerintah
dalam
bidang ekonomi dan moneter yang secara nyata berpengaruh terhadap pelaksanaan perjanjian
Penugasan ini.
(7) Apabila terjadi keadaan memaksa (force majeur) maka pihak yang mengalami
wajib
memberitahukan kepada pihak lainnya secara terhrlis, selambat-larnbatnya dalam waktu 7 (tujgh)
hari kerja sejak te{adinya keadaan memaksa (force majeur), disertai dengan buldi-bukti yang
sah
dari pihak yang benvajib, dan PARA PIHAK dengan iklikad baik akan segera mernbicarakan
penyelesaiannya.

Surat Perjanjian Kontrak Program Pengabdian kepada Masyarakat ini dibuat rangkap 2 (dua)
dan
bermaterai cukup sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan biaya materainya dibebankan
kepada
PIHAK KEDUA.

Yogyakarta, 24 April 2019


PIHAK KEDUA,

Dr. Wrdodo, M.Si.


MP 196002211987A91A01

Anda mungkin juga menyukai